BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI
A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan Analisis penulis tentang mekanisme dan faktor-faktor pendorong perkawinan usia dini ini dalam istinbat hukumnya menggunakan corak istishlahi dan tepatnya menggunakan metode sadd adz dzariah. Penggunaan metode ini karena diharapkan dapat menutup segala jalan yang dapat mengantarkan seseorang kepada bahaya, dan menutup jalan tersebut merupakan sebuah kewajiban agar tidak muncul bahaya yang lebih besar lagi. Dalam kasus adanya perkawinan dini di desa Kalilembu kecamatan Karangdadap kabupaten Pekalongan, perkawinan dini dilakukan karena ketakutan akan melakukan dosa (melakukan seks bebas) yang dapat mencemarkan nama baik keluarga. Namun penulis menganalisis bahwa adanya faktor lain yang mempengaruhi adanya praktek perkawinan usia dini di desa Kalilembu tersebut. Faktor tersebut antara lain faktor ekonomi yang sangat memiliki pengaruh besar dalam praktek ini. Sebagian orang tua “mengaku” bahwa mereka tidak dapat lagi membiayai anak-anak perempuan mereka, sehingga mereka akan merelakan anak perempuan mereka untuk menikah di usia yang masih muda.
59
60
Selain itu menurut hemat penulis, adat dan kebiasaan dari warga desa Kalilembu yang menikah di usia dini tidak dapat dipandang sebelah mata. Ketakutan atau kecemaasan para orang tua yang takut anak perempuannya disebut sebagai “perawan tua” juga sangat mempengaruhi pola pikir mereka. Sehingga praktek perkawinan dini makin marak di desa Kalilembu. Mekanisme perkawinan usia dini di desa Kalilembu ataupun di daerah lain menurut analisis penulis sama dengan mekanisme melaksanakan perkawinan pada umumnya, namun yang membedakan hanyalah para mempelai belum mencapai batas minimum umur yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak waita mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Terlepas dari ketentuan-ketentuan formal hukum yang mengatur usia perkawinan, sebagaimana dalam undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, perkawinan usia dini masih menjadi fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia baik secara terang-terangan maupun sembunyisembunyi. Ini menunjukan bahwa undang-undang tersebut masih belum berjalan dengan baik. Pada sisi lain, keberadaan kitab-kitab fiqih klasik (kuning) masih tetap menjadi rujukan dan pedoman kuat bagi masyarakat Indonesia. Boleh jadi di sebagian masyarakat Islam Indonesia memandang undang-undang perkawinan tidak mewakili hukum Islam. Sebaliknya, teks-
61
teks fiqh yang terdapat dalam kitab-kitab kuning dipandang sebagai benarbenar Islami, yang karena itu sepenuhnya harus ditetapkan.1 Persoalan paling krusial tentang kawin muda atau di bawah umur dalam pandangan ahli fiqh, pertama adalah faktor ada tidaknya unsur kemaslahatan atau ada tidaknya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya hubungan seksual yang tidak dibenarkan oleh agama. Apabila perkawinan belia itu dapat menimbulkan kemudaratan, kerusakan atau keburukan, padahal pada saat yang sama faktor-faktor kekhawatiran akan terjerumus kedalam pergaulan seksual yang dilarang agama tidak dapat dibuktikan, maka perkawinan tersebut tidak dapat dibenarkan. 2 Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. Seorang calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan belum mencapai usia 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua sebagaimana dimaksut dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 tahun dan calon istri belum mencapai umur 16 tahun hendak melangsungkan perkawinan harus mendapat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama. Permohonan dispensasi nikah bagi mereka yang belum mencapi umur 19 dan 16 bagi calon suami dan istri tersebut diajukan oleh kedua orang tua pria maupun wanita kepada Pengadilan Agama di daerah tempat tinggalnya.3
1
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender, ( Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 73 2 Husein Muhammad, Fiqh perempuan; Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender, ( Yogyakarta: LKiS, 2001), h.75 3 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam; Suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,(Jakarta: PT Bumi Aksara 2004), h. 183
62
Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan. Salinan penetapan ini dibuat dan diberikan kepada pemohon untuk memenuhi persyaratan melangsungkan perkawinan (pasal 12 dan 13 PMA Nomor 3/75) Sebenarnya tata cara perkawinan dan pencatatan perkawinan memiliki kedudukan yang sangat penting terlebih lagi untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum bagi masyarakat, pencatatan perkawinan hrus diintegralkan dengan keberadaan saksi, saksi nikah bisa dipahami dalam dua bentuk, saksi hidup dan saksi akta yang menjadi bukti otentik perkawinan. Lebih jauh dari itu ada kesan tata cara perkawinan itu menjadi mutlak dalam sebuah perkawinan bahkan pencatatan perkawinan menjadi syarat sah tambahan perkawinan seperti meneliti syarat-syarat perkawinan apakah sudah terpenuhi atau belum, apakah ada halangan kawin menurut agama dan Undang-Undang, surat-surat yang dijadikan syarat administrasi sudah terpenuhi atau belum. Jika belum cukup syarat-syarat yang diperlukan, maka pegawai pencatat nikah segera memberitahukan kepada yang bersangkutan untuk segera dipenuhi, atas dasar argument ini pencatatan perkawinan hanya bersifat administratif, tetapi harus dianggap penting karena melalui pencatatan perkawinan tersebut akan diterbitkan buku kutipan akta nikah yang akan menjadi bukti otentik tentang dilangsungkannya sebuah perkawinan yang sah.
63
B. Analisis Tentang Faktor-faktor Pendorong Perkawinan Usia Dini di Desa Kalilembu Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan : Perkawinan
merupakan
transisi
penting
dalam
kehidupan
individu,sebuah ikatan perkawinan teajadi karena adanya kecocokan pribadi,sebagaimana telah di sebutkan dalam undang-undang perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan
membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dalam pasal 7 tahun 1974 telah ditetapkan bahwa,perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas ) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 ( enam belas ) tahun,4 namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan usia dini atau dibawah umur. Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No.1 tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari keduaa orang tua, Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang lakilaki dan perempuan remaja yang para pihaknya masih relative muda atau dibawah umur yang tidak memenuhi target batasan usia menikah, persiapanya belum maksimal meliputi persiaan fisk, mental dan materi, persiapan inilah yang menjadi syarat seseorang jika ingin mengakhiri masa lajangnya.
4
Arkola, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, (Surabaya: arkola),h. 8
64
Setiap manusia yang melangsungkan perkawinan untuk membangun rumah tangga pasti semuanya dengan harapan membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan makna sebuah perkawinan akan mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi berbagai pihak khususnya mereka yang menikah pada usia dini. Pelaksanaan
perkawinan
dini
di
desa
kalilembu
kecamatan
Karangdadap kabupaten Pekalongan, disebabkan karena faktor diri sendiri dalam pengamatan penulis, selain karna mereka saling mencintai juga karna adanya pengaruh linkungan disekitarnya. Banyak anak-anak seusianya atau teman-teman mereka sudah menikah, dan akhirnya merekapun terpengaruh untuk menikah. Faktor orang tua juga menjadi faktor pendorong perkawinan usi dini ada beberapa orang tua yang menikahkan anaknya pada usia dini tanpa mempertimbangkan usia, semua dilakukan karna keterbatasan pengetahuan orang tua akan makna perkawinan, orang tua yang memiliki anak perempuan di desa Kalilembu akan merasa gelisah dan resah jika anak perempuannya tidak juga mendapatkan pendamping hidup. Keluarga merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan khususnya anak-anak, karna kecemasannya itu, para orang tua di desa Kalilembu kecamatan Karangdadap kabupaten Pekalongan akan ikut serta mencarikan jodoh buat anaknya, mereka takut jika anaknya belum mempunyai pacar atau kekasih akan dicemooh kan oleh tetengga sekitarnya dengan sebutan perawan tua.
65
Meskipun batas usia telah ditentukan, namun pada kenyataan masih sering kita jumpai masyarakat yang menikahkan anaknya pada usia dini. Dengan putusnya dari bangku sekolah bagi anak yang tidak melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi maka anak akan merasa jenuh dan kesepian karna kurangnya teman sebaya mereka. Untuk menghilangkan rasa jenuh mereka mencari teman sebanyak mungkin, setelah berteman lama dan mereka menemukan salah seorang yang cocok tidak menutup kemungkinan mareka akan melanjutkan hubungan kejenjang yang lebih serius yaitu perkawinan Pendidikan juga menjadi faktor terjadinya perkawinan usia dini. Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki maka tidak menutup kemungkinan pola pikir mereka akan sempit. Di desa kalilembu kebanyakan dari mereka tidak dapat melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, jadi pola pikir mereka kemasa yang akan datang pun kurang. Dari pada anaknya diam di rumah orang tua lebih memilih untuk segera menikahkan anaknya. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, pemerintah telah mencanangkan wajib belajar selama 9 tahun yang telah ditetakan, tetapi pada kenyataanya pendidikan tidak semuanya dapat dilaksanakan oleh penduduk desa kalilembu, di desa tersebut masih terdapat penduduk yang belum dapat menyekolahkan anak-anaknya kejenjang yang lebih tinggi, di karenakan kurangnya biaya dan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan.
66
Semua orang tua akan merasa bahagia apabila anaknya perempuannya sudah mempunyai pendamping hidup, maka dari itu jika kekasihnya melamar anak perempuannya dengan senang hati menerimanya. Berikut adalah tabel nama (disamarkan), usia dan faktor terjadinya pernikahan usia dini di desa Kalilembu Kabupaten Pekalongan Nama
Usia
Faktor Pendidikan dan
LK
PR
LK
PR
Diri Sendiri
BGS
SR
18
15
saling mencintai
DSM
AST
19
15
takut dosa
Orang Tua
Ekonomi
saling mencintai TJ
YY
18
15
takut dosa
RMH
AMR
19
15
adanya kecocokan saling mencintai takut anaknya menjadi
DST
AN
20
15
perawan tua takut digunjingkan
SPT
END
18
15
takut dosa
tetangga ingin menimang cucu mengurangi beban
YN
AN
18
15
keluarga
JUMLAH PASANGAN : 7 PASANG
Dari tabel dan pemaparan tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini di desa Kalilembu di atas, maka penulis simpulkan bahwa faktor pendorong yang paling banyak adalah faktor diri sendiri yaitu karena saling mencintai dan adanya ketakutan akan dosa yang akan mereka perbuat jika berlama-lama pacaran.
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan mengenai halhal yang berkaitan dengan mekanisme dan faktor-faktor pendorong pernikahan usia dini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Mekanisme dan faktor-faktor pendorong perkawinan usia dini ini dalam baik keluarga. Mekanisme perkawinan usia dini di desa Kalilembu ataupun di daerah lain menurut analisis penulis sama dengan mekanisme melaksanakan perkawinan pada umumnya, namun yang membedakan hanyalah para mempelai belum mencapai batas minimum umur yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 tahun dan calon istri belum mencapai umur 16 tahun hendak melangsungkan perkawinan harus mendapat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama. Permohonan dispensasi nikah bagi mereka yang belum mencapi umur 19 dan 16 bagi
67
68
calon suami dan istri tersebut diajukan oleh kedua orang tua pria maupun wanita kepada Pengadilan Agama di daerah tempat tinggalnya.5 Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan. Salinan penetapan ini dibuat dan diberikan kepada pemohon untuk memenuhi persyaratan melangsungkan perkawinan. 2. Pelaksanaan perkawinan dini di desa kalilembu kecamatan Karangdadap kabupaten Pekalongan, disebabkan karena faktor diri sendiri, selain karna mereka saling mencintai juga karna adanya pengaruh lingkungan disekitarnya. Banyak anak-anak seusianya
atau teman-teman mereka
sudah menikah, dan akhirnya merekapun terpengaruh untuk menikah. Faktor orang tua juga menjadi faktor pendorong perkawinan usi dini ada beberapa orang tua yang menikahkan anaknya pada usia dini tanpa mempertimbangkan
usia,
semua
dilakukan
karna
keterbatasan
pengetahuan orang tua akan makna perkawinan, orang tua yang memiliki anak perempuan di desa Kalilembu akan merasa gelisah dan resah jika anak perempuannya tidak juga mendapatkan pendamping hidup.
5
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam; Suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,(Jakarta: PT Bumi Aksara 2004), h. 183
69
B. Saran Bagi para remaja hendaknya lebih memahami mekanisme dan faktorfaktor pendorong pernikahan usia dini, sehingga diharapkan remaja mempunyai pandangan dan wawasan yang cukup luas tentang pernikahan yang bersifat positif.