perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL
Dalam Bab IV ini akan dijabarkan analisis perencanaan dan perancangan Revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual yang meliputi analisis penentuan lokasi, kegiatan, tata ruang, pemilihan site, pembentukan karakter bangunan, landscape, pola tata massa, tampilan bangunan, tampilan bangunan, dan utilitas sebagai berikut. A. Analisis Pendekatan Konsep Perencanaan -
Tujuan: Pendekatan konsep desain perencanaan dan perancnagan ini adalah sebagai pertimbangan analisis yang akan dilakukan selanjutnya
-
Dasar Pertimbangan: Konsep revitalisasi pasar terapung dan metode pendekatan yang akan digunakan dalam perancangan
1.
Pengertian Revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan merupakan sebuah upaya
pelestarian terhadap salah satu pusaka budaya di Indonesia. Selain itu kegiatan revitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Pasar
Terapung
Lok
Baintan
dengan
cara
mengoptimalkan
dan
mempotensikan kembali fungsi Pasar Terapung sebagai wadah kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya di atas air bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Jumlah pengunjung semakin bertambah, yang tidak terbatas pada masyarakat sekitar pasar terapung, namun wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang sengaja berkunjung untuk menyaksikan salah satu obyek wisata di Kalimantan Selatan. Selain itu terdapat rencana Pemerintah Kabupaten Banjar yang menjadikan Pasar Terapung Lok Baintan sebagai kawasan prioritas pengembangan karena fungsinya sebagai ikon wisata commit to user budaya khas Kalimantan Selatan. Hal tersebut secara tidak langsung 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdampak pada aspek ruang untuk mewadahi penambahan obyek dan atraksi budaya selain tetap mempertahankan objek dan atraksi yang sudah ada yaitu kegiatan jual-beli di kawasan pasar terapung Lok Baintan. Sehingga dibutuhkan revitalisasi Pasar Terapung agar fungsi dan eksistensi pasar terapung ini dapat terus berlangsung dengan optimal. Konsep pendekatan yang digunakan adalah arsitektur kontekstual agar tercipta keharmonisan dengan lingkungan fisik Pasar Terapung Lok Baintan. 2.
Fungsi a.
Upaya revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan sebagai salah satu pusaka di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
b. Mewadahi kegiatan jual-beli masyarakat kawasan Pasar Terapung Lok Baintan dan sekitarnya dengan mengoptimalkan potensi dan fungsi yang ada c.
Mewadahi kegiatan pariwisata yang telah terbentuk sekaligus sebagai media pengenalan terhadap kebudayaan dan pemasaran hasil produk khas Kalimantan Selatan
d. Merencanakan Pasar Terapung yang konteks terhadap tapak dan lingkungan fisiknya 3.
Tujuan Tujuan dari perancangan ini yaitu upaya pelestarian melalui konsep
revitalisasi terhadap Pasar Terapung Lok Baintan yang merupakan aset pusaka dan menjadi salah satu kawasan dengan potensi wisata budaya di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Konsep perancangan pasar terapung menyesuaikan dengan konteks lingkungan fisiknya. Kontekstualisme merupakan salah satu wujud kegiatan pelestarian
karena berusaha
mempertahankan nilai historis dan membuat koneksi bangunan baru dengan banguanan lama agar tercipta kontinuitas visual.
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Manfaat a.
Pedagang Pasar Terapung 1) Mendapatkan sarana berjualan yang layak 2) Memiliki potensi untuk mengembangkan usaha perdagangan karena adanya kegiatan wisata
b. Masyarakat Umum dan Pengunjung 1) Mendapatkan sarana di dalama pengenalan budaya 2) Ikut berpartisipasi di dalam melestarikan budaya suku Banjar yang berbasis perairan (sungai) c.
Pemerintah 1) Membantu program pemerintah dalam upaya pelestarian pusaka daerah 2) Meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata 3) Membantu pemerintah di dalam mempromosikan pasar terapung sebagai icon wisata Kalimantan Selatan
d. Investor Penanam Modal 1) Membuka kesempatan untuk mempromosikan produk kerajinan lokal 2) Membuka lapangan usaha baru 5.
Gagasan Desain Revitalisasi Secara umum bentuk-bentuk strategi desain revitalisasi dapat
dibedakan dari sasarannya yaitu: a.
Pembangunan (pengadaan baru) Bentuk penanganan ini merupakan tindak lanjut dari penelaahan
kebutuhan pasar terapung dan berbagai hal yang berkaitan disekitarnya dengan merencanakan penambahan fasilitas utama berupa lods terapung dan fasilitas pendukung. b. Peningkatan kualitas dan kuantitas Merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan suatu fasilitas baru yang representatif commit bagi pengunjung, dan kepentingan lain yang to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dijadikan pendukung dan penguat keberadaan pasar terapung kaitannya dengan kegiatan pariwisata (resort, open space, dll). c.
Pemeliharaan Dalam pemeliharaan ini merupakan usaha untuk pemeliharaan
kawasan Lok Baintan sebagai area yang dikembangkan 6.
Gagasan Arsitektural Beberapa strategi desain yang akan diterapkan pada bangunan
revitalisasi pasar terapung Lok Baintan dengan pendekatan arsitektur kontekstual adalah sebagai berikut. a.
Gagasam Arsitektur Kontekstual Salah satu strategi untuk pelestarian sebuah kawasan lama yang
yang memiliki nilai historis dan budaya dikenalkan oleh beberapa arsitek profesional seperti Stuart, Brent C. Brolin maupun Norman Foster yaitu melalui pendekatan arsitektur kontekstual dan lebih menekankannya pada pendekatan arsitektur kontekstual yan bersifat selaras. Arsitektur kontekstual selaras bertujuan untuk memperkuat nilai historis dan budaya kawasan lama melalui perancangan bangunan dan lingkungan baru yang akan dihadirkan. Pemilihan penekanan arsitektur kontekstual selaras ini terkait dengan Petunjuk Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan di kawasan Tepi Air, yaitu bentuk dan desain bangunan harus sesuai dengan bentuk tepi air dan menggunakan warnawarna alami (Dirjen Cipta Karya, 2000). Hal tersebut sesuai dengan kondisi eksisting arsitektur lama di kawasan Lok Baintan maupun kawasan tardisional lain di aliran Sungai Martapura, yang keberadaannya tidak lepas dari eksistensi Pasar Terapung hingga saat ini. Diantara beberapa prinsip yang dikenalkan untuk memwujudkan arsitektur kontekstual selaras, salah satunya adalah selective linkage (tautan selektif). Prinsip tersebut bertujuan untuk mencari karakter suatu bangunan baru, harus dipikirkan tautan antara bangunan lama dengan bangunan baru seperti dalam pemilihan konstruksi, sehingga tidak commit to user menimbulkan bangunan yang justru merusak lingkungan kawasan. 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada kasus Pasar Terapung Lok Baintan, pola penerapan prinsip selective linkage dilakukan dengan cara penghadiran konsep rumah lanting yang merupakan rumah tradisonal Masyarakat Banjar yang keberadaannya sudah langka. Selain sebagai upaya pelestarian, penghadiran konsep rumah lanting tersebut sekaligus sebagai pemecah arus sungai Martapura sehingga dapat meminimalkan dampak abrasi sungai yang kini tengah terjadi. b. Gagasan Aksesibilitas Antar Fungsi Kegiatan Aksesibilitas antar zona kegiatan menjadi perhatian khusus pada strategi desain kawasan revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan. Hal ini disebabkan terdapat cukup banyak fungsi kegiatan yang berbeda terjadi di dalam kawasan pasar terapung sehingga dibutuhkan pengaturan yang tepat antar fungsi kegiatan baik di daratan maupun di perairan agar maksud dan tujuan seluruh informasi yang disajikan dapat tercapai. Pengunjung
yang
datang
belum
tentu
bertujuan
untuk
mengunjungi seluruh fungsi kegiatan yang disediakan pada kawasan pasar terapung. Ada kalanya pengunjung datang dengan tujuan fungsi tunggal untuk kepentingan tertentu seperti berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari
atau
sebatas
melakukan
kegiatan
rekreatif
dengan
memanfaatkan ruang publik di kawasan pasar terapung. Stretegi ini didasarkan pada konsep pendekatan arsitetur kontekstual, yaitu melalui penempatan-penempatan kebutuhan fasilitas yang konteks dengan fungsi, kebutuhan serta keadaan lingkungan sekitar. Kegiatan lama yang sudah ada menjadi magnet dari seluruh kegiatan baru yang melengkapinya, sehingga aksesibilitas kawasan sebagai koneksi visual antar bangunan di daratan dan perairan maupun kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat tetap terjaga. Selain itu untuk aksesibilitas di dalam kawasan pasar terapung, pengaturan jarak antar fasilitas dan juga jalur sirkulasi pedestraian area yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi kawasan sebagai area commit tolain user perdagangan maupun kebijakan yang terkait dengan pembangunan
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kawasan tepi air, sehingga penerapan unsur dalam desain konteks dapat tercapai. c.
Gagasan Penataan Lansekap Strategi pengolahan lansekap pada revitalisasi Pasar Terapung
Lok Baintan didasarkan pada fungsi utama lansekap sebagai fasilitas pendukung bagi kegiatan yang berlangsung di dalam museum maupun kawasan yang ada di sekitarnya. Konsep pengembangan kawasan pasar terapung akan dijadikan sebagai salah satu area konservasi Sungai Martapura ikut menjadi perhatian dalam strategi pengolahan lansekap kawasan sebagai bentuk respon desain terhadap konteks kawasan yang telah dan akan ada. Pemanfaatan area sempadan sungai sepanjang 15 m dari bibir sungai merupakan area transisi sehingga dibutuhkan pengolahan lansekap agar tidak mengurangi fungsi kegiatan di darat maupun di atas sungai. Pengolahan lansekap pada kawasan revitalisasi berguna sebagai alur pengkoneksian antar ruang dan kegiatan yang terjadi di dalam kawasan museum maupun kawasan konservasi, sehingga keberadaan keduanya tidak akan terpisahkan,akan tetapi justru saling menguatkan Fungsi kawasan sebagai salah satu obyek wisata budaya, dibutuhkan strategi pengolahan lansekap yang menyediakan ruang-ruang interpretasi dan kegiatan publik masyarakat seperti amphitheare untuk ruang pertunjukan outdoor, gazebo sebagai tempat bersantai, serta fasilitas-fasilitas lain yang berhubungan dengan fungsi area perdagangan. Selain itu kondisi tapak yang berada di tepi air sehingga perancangan lansekap tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga di perairan. Penataan lansekap di perairan lebih berfungsi sebagai penahan laju abrasi sungai, melalui pemilihan vegetasi maupun strukturkonstruksi bangunan terapung. d. Gagasan Sistem Utilias Lok Baintan yang berupa kawasan tepi air, dan memiliki commit banjir to userapabila terjadi pasang air Sungai permasalahan terkena dampak
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Martapura. Selain itu terdapat polusi air sungai yang disebabkan oleh sampah rumah tangga maupun sampah dari kegiatan pasar terapung. Pengelolaan lingkungan adalah usaha sadar untuk memelihara dan memperbaiki
mutu
lingkungan
(Soemarwoto,
1996).
Sehingga
diperlukan upaya perbaikan mutu air sungai yaitu pengeloaan air limbah melalui sistem floating intake , pengendalian banjir, maupun sistem drainase yang terpadu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem lingkungan sekitar. B. Analisis Program Kegiatan -
Tujuan: Untuk mempolakan kegiatan yang terjadi di Pasar Terapung Lok Baintan sehingga dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan desain.
-
Dasar Pertimbangan: Pengelompokkan kegiatan di Pasar Terapung Lok Baintan dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual ini berdasarkan kegiatan yang telah direncanakan di bab sebelumnya.
-
Hasil Analisis: Kegiatan yang terdapat di Pasar Terapung Lok Baintan cukup beragam,
sehingga pasar terapung perlu dikembangkan menjadi wisata yang bersifat lebih universal yang dibatasi oleh aspek-aspek budaya yang terkandung di dalamnya. Rencana pengembangan kegiatan pada kawasan pasar terapung didasarkan pada kondisi eksisting dan penambahan ruang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada konsep revitalisasi. Dengan revitalisasi ini diharapkan nilai budaya yang terkandung di dalam pasar terapung tetap terjaga dan tetap lestari 1.
Kegiatan yang Diwadahi a.
Zona kegiatan penerimaan Kegiatan wisata pada zona penerimaan cenderung pasif. Kegiatan
yang dapat dilakukan berupa parkir dan istirahat b. Zona kegiatan penunjang Seperti kegiatan di zona penerimaan, di dalam kelompok ruang commit to user penunjang kegiatan yang diwadahi bersifat pasif. Hal tersebut bertujuan 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agar kegiatan yang dilakukan pada zona ini tidak terlalu lama, sehingga kegiatan pada zona inti dapat lebih optimal. c.
Zona kegiatan inti Kegiatan yang direncanakan berupa kegiatan ekonomi-wisata.
Pada zona inti kegiatan yang dilakukan dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan di daratan dan di perairan. Kegiatan di perairan bertujuan untuk mengenal lebih dekat kebudayaan masyarakat suku Banjar yang kehidupan sehari-harinya identik dengan kebudayaan sungai, salah satunya adalah interaksi jual-beli di pasar terapung. Sedangkan kegiatan di daratan berupa wisata edukatif yang dapat dikembangkan sebagai museum hidup budaya dan sejarah Kalimantan Selatan. d. Zona kegiatan pengelola Kegiatan yang direncanakan untuk zona ini berupa kegiatan yang berhubungan dengan pengeloaan, koordinasi, dan pemeliharaan kawasan Pasar Terapung Lok Baintan 2.
Pengelompokkan Fasilitas Berdasarkan Jenis Kegiatan Tabel IV.1. Analisis Pembagian Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Wisata
Zona Penerimaan
Penunjang
Inti
Kegiatan
Fasilitas
Gate, tempat parkir, Interprestasi, parkir, loket tiket masuk, pos istirahat, servis jaga, pusat informasi Menginap, ibadah, resort, gazebo, interprestasi informasi, mushola, museum, sanitasi, toilet umum Perairan : Pasar terapung Dermaga (batang), (souvenir, buah, sayur, perahu wisata, perahu kuliner) dagang, stan pasar Daratan : darat kios terapung, Jalan-jalan, open space interprestasi wisata budaya to user Kalsel, commit
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nongkrong Koordinasi administrasi
Pengelola
dan Ruang Pengelola Pasar dan Wisata
Sumber: Analisis Penulis, 2013
C. Analisis Pelaku Kegiatan -
Tujuan: Untuk memdapatkan pelaku kegiatan dan karakteristik kegiatan yang dilakukan
-
Dasar Pertimbangan: penentuan pelaku kegiatan didasarkan pada program kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
-
Hasil Analisis:
1.
Pelaku Kegiatan Dalam perancangan Pasar Terapung Lok Baintan ini memiliki
beberapa pelaku sebagai berikut. a.
Pengunjung/Wisatawan Sampai saat ini, Pasar Terapung Lok Baintan menjadi salah satu
objek wisata yang masih sering dikunjungi oleh para wisatawan untuk sekedar mengelilingi pasar terapung, menikmati suasana pasar terapung yang ramai, maupun berfoto-foto. Namun banyak juga masyarakat lokal yang sengaja datang ke pasar terapung ini untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan perahu milik pribadi. Menurut asalnya pengunjung pasar terapung ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Domestik/Lokal Pengunjung lokal berasal dari daerah sekitar kawasan pasar terapung maupun dari luar kota. Pengunjung ini biasanya bertujuan untuk wisata belanja maupun rekreasi. 2) Mancanegara Pengunjung mancanegara menyukai wisata yang bersifat petualangan dan bertemakan lokal. Biasanya melakukan kunjungan wisata dalam jangka waktu yang cukup lama. commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pedagang Pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan ini dibedakan berdasarkan barang dagangannya. Pedagang buah, sayur, dan ikan yang merupakan embrio dilakukannya revitalisasi di Pasar Terapung Lok Baintan. Pedagang jenis ini didominasi penduduk di sekitar kawasan maupun pedagang yang hilir-mudik di kawasan ini yang merupakan sentra buah dikarenakan lokasinya yang terletak di titik pertemuan tiga sungai. Sebagian pedagang dari jenis ini tetap menggunakan perahu sehingga bersifat moveable untuk mempertahankan suasana pasar terapung yang asli. Sedangkan pedagang sembako, rempah-rempah, kuliner, dan juga souvenir khas Kalimantan Selatan berada di atas los statis dengan struktur mengapung. Tabel IV.2. Analisis jenis pedagang berdasarkan cara dan area berdagang
Jenis Pedagang Buah, sayur, dan ikan Sembako Bumbu dan rempahrempah Kuliner khas Banjar Souvenir khas Banjar
Cara Berdagang Moveable Statis Statis
Area Berdagang Sungai (perahu) Sungai (los terapung) Sungai (los terapung)
Statis Statis
Sungai (los terapung) Sungai (los terapung)
Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Pengelola Terdapat tiga sub ruang dalam kelompok ruang pengelola ini,
yaitu: 1) Pengelola Pasar Terapung a)
Kepala Pasar
b) Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan c)
Kepala Bidang Pendataan dan Pemungutan
d) Kepala Bidang Pengawasan dan Penertiban e) f)
Kepala Bidang Pemeliharaan commit to user Kepala Bidang Pemberdayaa 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pengelola Area Wisata a)
Kepala Area Wisata
b) Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan c)
Kepala Bagian Rekreasi
d) Kepala Bagian Operasional e)
Kepala Bidang Konservasi
f)
Sub Bidang Utilitas
3) Pengelola Bidang Utilitas 2.
Pola Kegiatan Pola kegiatan pelaku di Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebagai
berikut. a.
Pedagang
Skema IV.1. Pola Kegiatan Pedagang Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Wisatawan/Pembeli
Skema IV.2. Pola Kegiatan Wisatawan dan Pembeli Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Pengelola 1) Pengelola Pasar Terapung
Skema IV.3. Pola Kegiatan Pengelola Pasar Terapung Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pengelola Area Wisata
Skema IV.4. Pola Kegiatan Pengelola Area Wisata Sumber: Analisis Penulis, 2013
3) Pengelola Bidang Utilitas
Skema IV.5. Pola Kegiatan Pengelola Area Wisata Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Analisis Program Ruang 1.
Analisis Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang untuk mewadahi semua aktivitas dari masing-
masing kelompok kegiatan dapat dianalisa melalui pelaku dan kegiatan yang berlangsung di Pasar Terapung Lok baintan -
Tujuan: Memperoleh jenis kebutuhan ruang
-
Dasar Pertimbangan: Pengelompokkan kegiatan dan pelaku kegiatan
-
Analisis:
a.
Zona Penerimaan Tabel IV.3. Analisis Kebutuhan Ruang Zona Penerimaan
Jenis Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Zona Kegiatan Penerimaan Informasi+Keamanan Pengunjung& Pos jaga,loket tiket Pengelola masuk Interpretasi Parkir
Pengunjung Pengunjung Pedagang
Pengelola
Hall/Lobby&Plaza Parkir Pengunjung Parkir Bongkar Muat Barang (Truk) Parkir Pedagang Parkir Pengelola (Kendaraan)
Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Zona Penunjang Tabel IV.4. Analisis Kebutuhan Ruang Zona Penunjang
Kelompok Kegiatan Istirahat Interpretasi Informasi
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Zona Kegiatan Transisi Pengunjung Resort Pengunjung Museum Pengunjung&pengelo Ruang Informasi commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
la Pengunjung,pengelola Mushala ,pedagang Toilet
Beribadah Metabolisme
Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Zona Inti Tabel IV.5. Analisis Kebutuhan Ruang Zona Inti
Kelompok Kegiatan
Pelaku Kegiatan Zona Kegiatan Inti Pengunjung
Berbelanja,wisata kuliner,jalanjalan,rekreasi Menjual&menawarkan Pedagang dagangan Pengunjung Interpretasi,melihat festival budaya Menyusur sungai,dropping penumpang,menuggu
Kebutuhan Ruang Los Pasar Terapung&Perahu, Stan Pasar Darat
Amphitheatre, gazebo, playground Dermaga
Sumber: Analisis Penulis, 2013
d. Zona Pengelolaan Tabel IV.6. Analisis Kebutuhan Ruang Zona Inti
Kelompok Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang Zona Kegiatan Pengelolaan Administrasi&penge Pengelola Pasar Ruang pengelola lolaan Terapung Pengelola Area Wisata Servis Pengelola Sosialisasi Pedagang&pengelo Ruang la rapat/pertemuan Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pola Hubungan antar Ruang dalam Kelompok Fasilitas -
Tujuan: Untuk mendapatkan hubungan antar ruang di dalam kelompok zona dan peletakkan antar massa bangunan
-
Dasar Pertimbangan: Keterkaitan antar kegiatan pelaku dengan ruang yang akan mewadahi aktivitas, dimana memerlukan ruang yang perlu berdekatan atau berjauahan berdasarkan tingkat efektivitas sirkulasi dan kebutuhan utilitas bangunan.
-
Analisis:
a.
Zona Penerimaan
Gambar IV.1 Diagram Matriks dan Diagram Buble Hubungan Antar Zona Penerimaan Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Zona Penunjang
Gambar IV.2. Diagram Matriks dan Diagram Buble Hubungan Antar Zona Penunjang Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Zona Inti
Gambar IV.3. Diagram Matriks dan Diagram Buble Hubungan Antar Zona Inti Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Zona Pengelola a) Ruang Pengelola
Gambar IV.4. Diagram Matriks dan Diagram Buble Hubungan Antar Zona Pengelola Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Ruang Servis
Gambar IV.5. Diagram Matriks dan Diagram Buble Hubungan Antar Zona Servis Sumber: Analisis Penulis, 2013
3.
Analisis Besaran Ruang -
Tujuan: Mendapatkan besaran ruang yang efektif dan efisien sesuai dengan standar kebutuhan kegiatan yang akan direncanakan dalam pasar terapung
-
Dasar Pertimbangan: a.
Jenis kegiatan
b. Kapasitas Ruang c.
Kebutuhan Ruang
d. Standar Besaran Ruang -
Studi Ruang :
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Ketentuan Flow : a.
10% : standar flow gerak minimum
b. 20% : kebutuhan keleluasaan gerak c.
30% : tuntutan kenyamanan fisik
d. 40% : tuntutan kenyamanan psikis
-
e.
50% : tuntutan persyaratan spesifik kegiatan
f.
60% : keterlibatan terhadap servis kegiatan
g.
100-200% : tuntutan ruang umum, hall, showroom
Analisis: a.
Kelompok Kegiatan Penerimaan
Tabel IV.7. Analisis Perhitungan Besaran Kelompok Ruang Penerimaan
Fasilitas
Nama Ruang
Standart (m2)
Kapasitas
Kelompok Ruang Penerimaan Hall/lobby 1,2 (TS) 250 orang Plaza 1,2 (TS) 250 orang Ruang Loket tiket 3 (TS) 4 orang Penerima Pos jaga 3 (TS) 2 orang Pusat Informasi 3 (TS) 4 orang Parkir pengunjung Asumsi 80% pengunjung menggunakan kendaraan pribadi, total 80%x500 pengunjung = 400 pengunjung Parkir a. Motor 1.8 (EN) Asumsi 40%x400 = 160 b. Mobil 22.4 (EN) Asumsi 60%x400 = 240 (120 mobil) c. Bus 42.5 Asumsi 20%x400 = 80 (2-3 bus)
Besaran (m2) 300 300 12 6 12
360 1344
127.5
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Parkir pengelola
a. Motor
1.8 (EN)
b. Mobil
22.4 (EN)
Parkir Pedagang
a. Motor
1.8 (EN)
b. Mobil
22.4 (EN)
Drop In Barang a. Truk 42.5 b. Mobil 22.4 (EN) Luas Sub Total + Flow 100%
Asumsi 100% pengelola menggunakan kendaraan pribadi = 100 pengelola Asumsi 90%x100 = 90 Asumsi 10%x100 = 10 Asumsi 50% pedagang menggunakan kendaraan via jalur darat 50%x200 pedagang=100 pedagang Asumsi 60%x100 = 60 Asumsi 40%x100 = 40 3 truk 10 mobil
162 224
108 896
127,5 224 8127
Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Kelompok Kegiatan Penunjang Tabel IV.8. Analisis Perhitungan Besaran Kelompok Ruang Penunjang
Fasilitas
Nama Ruang
Standart (m2)
Kapasitas
Besaran (m2)
Kelompok Ruang Penunjang Ruang Hall/Lobby Penerima Ruang Panel Museum Sejarah Pasar Terapung
1,2 (TS)
50 orang
60
1.2 (TS)
100 orang
120
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang Diorama Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Kalimantan Selatan Ruang Pertunjukan Film Dokumenter Sejarah Pasar Terapung Pendopo/Ruang Pertemuan Type A
1,2 (TS)
100 orang
120
1 (TS)
60 orang
60
1,2 (TS)
200 orang
240
Kamar Tidur
1 bed 3.6 (EN)
20
1 lemari 1.08 (asumsi) Lavatory 3.6 (TS) 1 sofa 1.6 (EN)
Ruang Santai
1 TV kabinet 0.6 (asumsi) Flow 40% 1 sofa 1.6 (EN)
10
1 TV kabinet 0.6 (asumsi) Flow 200% Mini Pantry
Resort Type B
Kamar Tidur Utama
Standar satuan 5.5 m2/orang 1 bed 3.6 (EN)
5.5 20
1 lemari 1.08 (asumsi) Lavatory 3.6 (TS) 1 sofa 1.6 (EN) 1 TV kabinet 0.6 (asumsi) Flow 40%
Kamar Tidur Tambahan
commit to user
8 1 bed 3.6 (EN) 1 lemari 1.08 (asumsi) Flow 40%
110
perpustakaan.uns.ac.id
Public Space
digilib.uns.ac.id
3.6 (TS)
3.6
Mini Pantry
Standar satuan 5.5 m2/orang 10 unit
5.5
Lavatory Umum
Lavatory 3.6 (TS)
Gazebo
Satuan Meja toilet dengan 1 wastafel+lemari bawah 0.7 mx0.6 m = 0.42 m2 Flow 20% 1,2 (TS)
Toilet umum
52.62
10 orang 12 16.25
1 closet duduk 0.28 (EN) 1 wastafel 0.42 (EN) Flow 20% 1 (asumsi) Flow 20%
10 unit
100 orang
120
Tempat wudhu
0.8 (asumsi) Flow 20%
20 orang
19.2
Toilet umum
1 closet duduk 0.28 (EN)
2 unit
Tempat sholat
Mushola
KM/WC
2 unit
3.25
1 wastafel 0.42 (EN) Flow 20% Luas Sub Total + Flow 40%
490
Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Kelompok Kegiatan Inti Tabel IV.9. Analisis Perhitungan Besaran Kelompok Ruang Inti
Fasilitas
Nama Ruang
Standart (m2)
Kapasitas
Kelompok Ruang Inti Pasar Los Buah, 1.8 (asumsi) 50 unit Terapung Sayur, dan Ikan commit user Flow to 200%
Besaran (m2) 540
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Los Sembako Los Kuliner Stan Souvenir Pasar Darat
Stan Jajanan Pasar Ruang Tunggu Dermaga Utama
6 (asumsi) Flow 30% 20 (asumsi) Flow 30% 6 (asumsi) Flow 30% 6 (asumsi) Flow 30% 1.2 (TS)
Tempat menyewa perahu
Dermaga (Batang)
a. Perahu kecil b. Perahu besar Flow 100% Amphitheatre Gazebo Toilet umum Open Space
Playground Luas Sub Total + Flow 200%
1.8 (asumsi) 7.5 (asumsi) 1.2 (TS) 1.2 (TS) 1 closet duduk 0.28 (EN) 1 wastafel 0.42 (EN) Flow 20% 1.2 (TS)
50 unit
390
20 unit
520
20 unit
230
20 unit
230
20 orang,10 unit
240
50 orang, 1 unit Asumsi terdapat 20% pengunjung dalam satu periode waktu 20x500 total pengunjung = 100 pengunjung 100 unit 20 unit
60 600
500 orang 5 orang. 20 unit 20 unit
600 120 32.5
4 unit
100 orang
120 10907.5
Sumber: Analisis Penulis, 2013
d. Kelompok Kegiatan Pengelolaan Tabel IV.10. Analisis Perhitungan Besaran Kelompok Ruang Pengelolaan
Fasilitas
Nama Ruang
Standart (m2)
commitRuang to userPengelola Kelompok
Kapasitas
Besaran (m2)
112
perpustakaan.uns.ac.id
Penerima
digilib.uns.ac.id
Hall/lobby Ruang Kepala Pasar Ruang Sekretaris Ruang Bag. Adm&Keu
1.2 (TS) 25 (EN)
6 (EN) Kabid 12 (FL) Staff 4 (FL) Ruang Bag. Kabid 12 (FL) Pendataan&Pemu Staff 4 (FL) Unit ngutan Pengelola Ruang Bag. Kabid 12 (FL) Pasar Pengawasan&Pen Staff 4 (FL) ertiban Kabid 12 (FL) Ruang Bag. Pemeliharaan Staff 4 (FL) Kabid 12 (FL) Ruang Bag. Pemberdayaan Staff 4 (FL) Ruang Tamu 1.44 (EN) 25 (EN) Ruang Kepala Area Wisata Ruang Sekretaris 6 (EN) Ruang Bag. Kabid 12 (FL) Adm&Keu Staff 4 (FL) Unit Pengelola Ruang Bag. Kabid 12 (FL) Area Rekreasi Staff 4 (FL) Wisata Kabid 12 (FL) Ruang Bag. Operasional Staff 4 (FL) Kabid 12 (FL) Ruang Bag. Konservasi Staff 4 (FL) Ruang Tamu 1.44 (EN) Ruang 1.6 (FL) Rapat&diskusi Pantry 5.5 (EN) Lavatory Umum Lavatory 3.6 Area (TS) Servis Satuan Meja toilet dengan 1 wastafel+lemar i bawah 0.7 commit to user mx0.6 m=
20 orang 1 orang
24 25
1 orang 1 orang 4 orang 1 orang 4 orang
6 12 16 12 16
1 orang 4 orang
12 16
1 orang 4 orang 1 orang 4 orang 5 orang 1 orang
12 16 12 16 7.2 25
1 orang 1 orang 4 orang 1 orang 4 orang 1 orang 4 orang 1 orang 4 orang 5 orang 10 orang
6 12 16 12 16 12 16 12 16 7.2 16
10 orang 10 unit
55 52.62
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0.42 m2
Ruang MEE Ruang Janitor Ruang Kontrol Ruang Menara Unit Pengawas Utilitas Ruang Genset Ruang Sanitasi Ruang Karyawan Ruang Diskusi&Rapat Luas Sub Total + Flow 30%
Flow 20% 15 1.5 4.5 4.5
10 orang 2 orang 2 orang 2 orang
4.5 4.5 4.5 4.5
2 orang 10 orang 2 orang 10 orang
150 3 9 9 9 45 9 45 898
Sumber: Analisis Penulis, 2013
Tabel IV.11. Rekapitulasi Perhitungan Besaran Ruang
Kelompok Kegiatan
Besaran Ruang (m2)
1. Penerimaan
8127 m2
2. Penunjang
490 m2
3. Wisata Inti
10907.5 m2
4. Pengelola
898 m2
TOTAL
20422,5 m2
Sumber: Analisis Penulis, 2013
4.
Analisis Luasan Site -
Rencana total area 90.000 m2 = 9 ha
-
Dengan dasar pertimbagan sebagai berikut. a.
Sesuai dengan Petunjuk Teknis Pentaan Bangunan dan Lingkungan di kawasan tepi air (Dirjen Cipta Karya, 2000) yaitu kepadatan bangunan di kawasan tepi air maksimum 25% commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota banjarmasin Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sungai, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai c.
Sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan lansekap tepian sungai yaitu berupa minimal 20% berupa public space dan 10%
private space (RTH
pribadi/perorangan) d. Sesuai dengan Analisis tata guna lahan sebagai berikut. 1) Koefisien Bangunan sebesar 25% = 20422,5 m2 maka total kebutuhan besaran site minimum adalah 4x20422 m2 = 90000 m2 (dibulatkan) 2) Pemanfaatan daerah aliran sungai sebagai RTH dan konservasi sungai adalah 18000 m2 3) Sirkulasi kawasan (pedestrian, jalan) adalah 20%x90000 = 18000 m2 dengan ketentuan lebar pedestrian tepi air 3 m E. Lokasi Site 1.
Analisis Pemilihan Site -
Tujuan: Menentukan site yang akan direncanakan sebagai lokasi revitalisasi pasar terapung
-
Dasar Pertimbangan: Jangkauan lokasi dan luasan lahan yang diperlukan untuk peracngana dan kesuasian dengan konsep perencanaan dan perancangan
-
Analisis:
a.
Analisis Tapak Lok Baintan merupakan desa dengan tipe waterfront settlement di
tepian sungai Martapura, tepatnya berada di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Desa ini menjadi salah satu tujuan wisata karena potensi pusaka yang dimilikinya yaitu Pasar Terapung Lok Baintan, yang termasuk pasar apung terbesar di Kalimantan Selatan
commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar terapung telah ditetapkan menjadi benda pusaka sejak tahun 2011 oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) sehingga keberadaannya perlu dilestarikan melalui kegiatan revitalisasi. Dasar pertimbangan pemilihan Pasar Terapung Lok Baintan sebagai obyek perancangan adalah sebagai berikut. 1) Ketetapan Kementrian Pekerjaan Umum dan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPII) pada tahun 2011 yang menjadikan pasar terapung sebagai benda pusaka di Kalimantan Selatan 2) Sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) tahun 2009-2019 yang menjadikan Pasar Terapung Lok Baintan sebagai zona inti obyek tujuan wisata 3) Kecamatan Sungai Tabuk menjadi salah satu kawasan prioritas karena adanya potensi wisata Pasar Terapung Lok Baintan sehingga dibutuhkan perencanaan ruang (RKPP, 2013) 4) Adanya rencana penataan peningkatan kualitas kawasan, salah satunya adalah desa Lok Baintan (RPJM, 2013) b. Analisis Sungai Martapura di Lok Baintan Sungai Martapura, tepatnya di desa Lok Baintan sebagai tapak diatas pasar terapung diatas air diantara memiliki karakterisitik sebagai berikut. 1) Memiliki kedalaman sekitar 7 meter 2) Memiliki kecepatan angin tertinggi 20 knot sehingga dapat diasumsikan kecepatan arus air adalah 2% dari kecepatan angin, yaitu sekitar 0,4 knot (Hutabarat dan Evans, 1986). Sedangkan standart keamanan kegiatan diatas air adalah arus dengan kecepatan maksimal 3 knot sehinnga kegiatan di atas air di atas Sungai Martapura termasuk kategori aman
commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.12. Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Tahun 2010 Kecepatan Angin Wind Velocity (Knot) Bulan Maksimum Minimum Rata-rata Maximum Minimum Average
Month
Januari / January Februari / February Maret / March April / April Mei / May Juni / June Juli / July Agustus / August Sepetember/Sep tember Oktober / October Nopember / November Desember / December Rata-rata
Penyinaran Matahari Sunshine (Jam) Rata-rata Penyinaran Penyinaran Matahari Matahari Time of Average of Sunshine Sunshine
20
1
3,8
96,3
3,1
12
2
3,0
112,6
4,0
12 12 10 10 9
2 2 2 2 1
2,9 2,6 2,9 2,7 2,5
113,0 143,8 143,5 103,7 78,6
3,6 4,8 4,6 3,5 2,5
12
1
2,7
111,6
3,6
12
1
2,8
92,1
3,1
12
1
2,9
124,0
4,0
12
2
3,0
108,1
3,6
12
2
3,2
94,1
3,0
12
2
2,9
110,1
3,6
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Banjarmasin
3) Tikungan Alur Sungai (ESCAP, 1989): a)
Untuk atur normal, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 6 kali lebar kapal.
b) Untuk alur sempit, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 5 kali lebar kapal. c)
Untuk alur tunggal, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 4 kall lebar kapal.
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data tersebut diatas, tapak pasar terapung di Sungai Marrtapura memiliki tikungan alur normal, yaitu kurang dari 6 kali lebar kapal 4) Sungai Martapura memiliki fluktuasi pasang surut sebesar 0,4 m-2 m sehingga masih di dalam kategori aman. Sedangkan batas maksimal fluktuasi pasang-surut adalah 2 m untuk kegiatan rekreasi seperti perahu layar dan power boating.
Gambar IV.7. Fluktuasi Pasang Surut Sungai Martapura Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Banjarmasin
Dari analisis tersebut Lokasi Pasar Terapung Lok Baintan yang memiliki standart keamanan untuk kegiatan di darat maupun di atas perairan adalah sebagai berikut.
Gambar IV.8. Lokasi terpilih Sumber: Analisis Penulis, 20
commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.9. Site Terpilih sebagai Kawasan Pengembangan Pasar Terapung Sumber: Analisis Penulis, 2013
Sedangkan
dasar
pertimbangan
penentuan
site
sebagai
area
pengembangan dari konsep revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebagi berikut. a.
Berada di zona pengembangan Pasar Terapung Lok Baintan sebagai obyek yang direvitalisasi
b.
Memiliki luas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan dan menyediakan publik space terutama ruang terbuka hijau sebagai area konservasi sungai
c.
Tersedianya lahan hijau cukup luas disekitar yang memungkinkan untuk pengembangan dan perluasan pasar di masa mendatang.
d.
Memenuhi standart keamanan untuk kegiatan di perairan Kebutuhan luasan minimum site untuk revitalisasi pasar terapung
adalah 90000 m2 (9 ha). Adapun peraturan yang berlaku di lokasi berdasarkan persyaratan teknis perencanaan dan perancangan di kawasan tepi air sebagai berikut.
2.
a.
Koefisien dasar bangunan adalah 25%
b.
Garis sempadan sungai adalah 15 m
Eksisting Site -
Tujuan: Menentukan batasan site yang akan direncanakan sebagai Pasar Terapung
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Dasar Pertimbangan: Luasan yang diperlukan, Kondisi topografis alami lingkugan site berupa jalan, sungai dan perkampungan
-
Analisis: Secara makro, kawasan yang digunakan sebagai area pengembangan
fasilitas yang terdapat di Pasar Terapung Lok Baintan adalah kawasan permukiman kumuh penduduk Lok Baintan yang akan direlokasi sesuai detail RPJM Kabupaten Banjar Tahun 2013.
Gambar IV.10. Eksisting Pasar Terapung Lok Baintan Sumber: Analisis Penulis, 2013
Batas-batas site adalah sebagai berikut: a.
Utara
: Pemukiman penduduk dan lahan pertanian
b. Timur
: Pemukiman penduduk dan lahan pertanian
c.
Selatan : Lahan pertanian
d. Barat 3.
: Pemukiman penduduk dan lahan pertanian
Potensi Site -
Tujuan: Menentukan potensi site yang akan direncanakan sebagai Pasar Terapung
-
Dasar Pertimbangan: Tinjauan lokasi site dengan pertimbangan pencapaian, view, dan potensi kawasan sebagai sentra kegiatan ekonomi
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
Analisis:
a.
Memiliki kemudahan pencapaian menuju site, baik melalui jalur darat dan waterways
b. Terletak di dekat simpul pertemuan tiga sungai sehingga cukup mudah dijangkau dengan waterways c.
Merupakan sentra buah-buahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Pasar Terapung Lok Baintan
d.
View sekitar lokasi yang masih alami karena letaknya yang berada di pinggir kota
e. 4.
Tingkat kebisingan yang masih rendah
Kendala Site -
Tujuan: Menentukan kendala dan permasalahan pada site
-
Dasar Pertimbangan: Kondisi eksisting site
-
Analisis: Beberapa permasalahan yang terkait dengan pengembangan kawasan
pasar terapung berdasarkan konsep revitalisasi saat ini sebagai berikut. Tabel IV.12. Tabel permasalahan dan solusi yang berkaitan dengan pengembangan
No
Permasalahan
Alternatif Solusi
1.
Kawasan pasar terapung di dominasi oleh pemukiman kumuh diatas badan sungai Secara umum posisi Kalsel yang berada di bawah permukaan air laut, sehingga terkena luapan air pasang dari sungai, termasuk Lok Baintan Abrasi sungai yang cukup tinggi akibat arus yang deras
Pemukiman sekitar di relokasi (sesuai dengan RPJM Kab Banjar) Membuat tanggul untuk mencegah masuknya air luapan ke darat
2.
3.
Konservasi di bibir sungai dan sistem struktur los pasar sebagai pemecah arus
Sumber: Analisi Penulis, 2013
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.11. Analisis Alternatif Solusi Sumber: Analisis Penulis, 2013
Gambar IV.12. Pemukiman yang akan Direlokasi Sumber: Dokumen Penulis, 2012
F. Analisis Site 1.
Analisis Pola Pencapaian Menuju Site -
Tujuan: Mendapatkan Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) pada tapak yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya
-
Dasar Pertimbangan:
a.
Kontekstual terhadap pencapaian kawasan lingkungan
b. Keamanan, kenyamanan dan kemudahan pencapaian baik bagi pengunjung, pengelola, maupun materi koleksi. c.
Kondisi dan potensi jalan sekitar.
commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Analisis: Analisis pencapaian menuju site mempengaruhi letak main entrance
(ME) dan side entrance (SE). Pada ME terdapat pengolahan berupa gate, hall, plaza, dan parkir yang akan mengarahkan sirkulasi dalam rancangan.
Gambar IV.13. Pencapaian Menuju Site dari Beberapa Titik Sumber: Analisis Penulis, 2013
Keterangan :
--------------- : Jalur Darat --------------- : Via sungai Saat ini untuk mencapai Lok Baintan melalui jalur darat (a) dibutuhkan waktu tempuh sekitar 40 menit. Sedangkan jalur darat (b) sekitar 60 menit perjalanan dan jalur darat (c) sekitar 30 menit. Hal tersebut dikarenakan jalur darat di tepian sungai Martapura memiliki kondisi kurang baik. Dibandingkan jalur darat, dengan jarak tempuh yang sama, yaitu melalui dermaga di Sungai Lulut hanya diperlukan waktu sekitar 20 menit dengan menggunakan perahu klothok.
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.14. Eksisting Kondisi Jalur Darat dari arah Sungai Pinang Sumber: Dokumen Penulis, 2012
Tidak adanya entrance pada tapak yang jelas khususnya untuk jalur sungai menjadi kendala tersendiri pada tapak. Pada jalur darat diperlukan main entrance sebagi pintu utama dan berfungsi sebagai area penerimaan tapak nantinya. Untuk mengakomodasi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor pada tapak perlu dikembangkan area parkir pada area penerimaan. Sedangkan untuk jalur sungai pada tapak perlu dikembangkan dermaga yang berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam tapak. Dari analisis tersebut maka ME diprioritaskan terletak dari arah Sungai Lulut yang merupakan simpul pertemuan tiga sungai. Sehingga posisi dari arah ini tidak hanya dapat dijangkau jalur darat saja, tetapi dapat melalui waterways di dermaga Sungai Lulut. Sedangkan SE terletak dari arah Sungai Pinang karena minoritas pengunjung pasar terapung yang menggunakan jalur ini.
Gambar IV.15. Hasil Zoning terhadap Pencapaian commit to user Sumber: Analisis Penulis, 2013
124
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Analisis Sirkulasi di Dalam Site -
Tujuan : Menentukan pola sirkulasi yang berpengaruh terhadap penempatan program ruang
-
Dasar Pertimbangan :
a.
Kemudahan beraktivitas dan pencapaian antar ruang
b. Mempertimbangkan kondisi site yang merupakan kawasan tepian air Sungai Martapura sehingga terdapat konservasi daerah aliran sungai yang berpengaruh terhadap peletakkan ruang -
Analisis : Sirkulasi di dalam site dapat berfungsi sebagai pembentuk, pengarah,
pengendali pola aktivitas. Sirkulasi di dalam revitaisasi Pasar Terapung Lok Baintan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu jalur sirkulasi utama, jalur sirkulasi sekunder, dan jalur wisata primer. Sasaran dari ketiga jalur sirkulasi ini adalah keamanan dan kenyamanan bagi para user tanpa terganggu oleh keberadaan kendaraan, dan semua fasilitas ruang dapat diakses dengan mudah. Lokasi site yang terletak di tepian Sungai Martapura sehingga dibutuhkan dua moda sirkulasi agar dapat menjangkau semua fasilitas ruang yang ada, yaitu melalui jalur sirkulasi darat dan waterways. Jalur sirkulasi darat dalam hal ini adalah jalur pejalan kaki dapat melalui daerah hijau atau struktur pergola. Fasilitas jalur pedestrian ini harus berintegrasi dengan lokasi dermaga, dengan lebar jalur pedestrian minimal 3 m dan hars menerus atau berujung pada berbagai fasilitas publik. Fasilitas dermaga yang diletakan di tiap 250-300 m, yaitu berdasarkan pada arsitektur perilaku terutama jarak lelah pengunjung saat berjalan dan belanja (Kompas, 4 April 1989). Selain itu pengembangan jalur waterways bertujuan untuk memudahkan user dalam menjangkau fasilitas seperti los di Pasar Terapung yang kurang efektif apabila dijangkau melalui jalur darat.
commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.16. Denah Peletakkan Dermaga Sumber: Analisis Penulis, 2013
Sedangkan pola sirkulasi yang diterapkan pada kawasan pasar terapung adalah pola sirkulasi linear untuk menciptakan karakter sirkulasi yang mudah, jelas, dan informatif sesuai fungsi kawasan sebagai public space. Pola sirkulasi linear digunakan sebagai jalur pedestrian dalam tapak, yang menghubungkan antar fasilitas ruang yang peletakannya sejajar dengan sungai
Gambar IV.17. Pola Sirkulasi Linier Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user dalam Site Gambar IV.18. Sirkulasi Sumber: Analisis Penulis, 2013 126
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Analisis Orientasi dan View a.
View dari dalam site -
Tujuan: Untuk menentukan posisi terbaik peletakkan ruang sehingga menjadi point of visual terutama bagi pengunjung Pasar Terapung Lok Baintan
-
Dasar Pertimbangan:
1) Kondisi view lingkungan sekitar tapak 2) Potensi tapak 3) Persyaratan bangunan di kawasan tepi air 4) Kontekstual kawasan -
Analisis: Salah satu karakteristik bangunan di tepi air adalah memiliki pola
susunan massa dan ruang yang mengacu dan berorientasi kearah perairan. Site pengembangan dari pasar terapung terdapat tepi Sungai Martapura, sehingga salah satu syarat khusus di area ini adalah bangunan harus berorientasi ke arah sungai..
Gambar IV.19. Contoh Penataan Waterfront dengan View tidak Terhalang ke Area Perairan Sumber: Budi Prayitno
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Hasil Analisis:
Gambar IV.20. Tata Massa dan View Ke Luar Site Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. View ke dalam site -
Tujuan: Menentukan gambaran posisi bangunan atau detail arsitektural yang mendapatkan perhatian masyarakat terbanyak berdasarkan kedudukan pengamat
-
Dasar Pertimbangan: Kondisi lingkungan di sekitar tapak dan pertimbangan posisi main entrance dari arah jalur darat maupun perairan.
-
Analisis : Jembatan Lok Baintan menjadi pusat orientas bagi pengunjung
yang akan menuju ke Pasar Terapung. Hal tersebut dikarenakan skala jembatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan bangunan lain di kawasan Lok Baintan, termasuk fasilitas wisata di pasar terapung, sehingga dapat terlihat dan dikenali dengan mudah oleh pengunjung dari berbagai arah, baik dari arah Sungai Lulut maupun Sungai Pinang. Selain itu, fungsi jembatan yang dapat dimanfaatkan sebagai gate di bagian sungai bagi pengunjung dari arah sungai Lulut.
commit to user
128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.21. Jembatan Lok Baintan sebagai pusat orientasi dari luar site Sumber: google.com
Gambar IV.22. View ke dalam Site Sumber: Analisis Penulis, 2013
4.
Analisis Topografi -
Tujuan: Mengetahui potensi dan kendala site yang bermanfaat dalam pengolahan site dan lansekap
-
Dasar Pertimbangan :
a.
Kenaikan ketinggian permukaan air saat pasang surut diasumsikan rata-rata 1 meter
b. Abrasi sungai akibat arus sungai c.
Kontekstual kawasan
-
Analisis : Site yang terletak di tepian Sunagi Martapura, menjadikan kontur
pada site berpengaruh di dalam menentukan pasang-surut air sungai. Kontur relatif datar dengan ketinggian level antar kontur rata-rata adalah 1 meter. Dengan kondisi permukaaan tapak yang relatif sama hampir seluruh area tapak potensial dikembangkan. Menurut Nurisjah commituntuk to user
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2004), umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga
untuk
peletakan
sarana
penunjangnya.
Sehingga
dalam
pengembangan tapak nantinya diperlukan grading yaitu dengan mengurug beberapa bagian area tapak agar didapat kondisi yang maksimal untuk dibangun fasilitas pengembangan pasar terapung. Pada waktu pasang air sungai sebagian tapak berada di bawah permukaan air/terendam, Oleh karena itu pengembangan retaining wall diperlukan pada tapak, selain sebagai penahan abrasi tanah juga penahan air pasang agar tidak masuk merendam permukaan tapak. Selain itu dapat juga memanfaatkan vegetasi, salah satu contohnya seperti bakau yang biasa dimanfaatkan di daerah konservasi pesisir pantai.
Gambar IV.23. Analisis Garis Air saat Surut Sumber: Analisis Penulis, 2013
Gambar IV.24. Analisis Garis Air saat Pasang Sumber: Analisis Penulis, 2013 Tabel IV.13. Tabel permasalahan dan solusi yang berkaitan dengan pengembangan
Potensi Topografi tapak datar Kemiringan 0-2%
Kendala Masalah drainase pada saat hujan Pada saat air pasang sebagian tapak tergeanang air Tapak yang datar akan menimbulkan kemonotonan secara visual
Hasil Analisis Sistem drainase yang sesuai Tapak mudah dikembangkan Rekayasa tapak dengan grading untuk memecah kemonotonan tapak
commit to user Sumber: Analisis Penulis, 2013
130
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Analisis Lingkungan a.
Analisis Pergerakan Matahari -
Tujuan: Menentukan peletakan zona kegiatan maupun bukaan-bukaan
massa bangunan yang didominasi bidang transparan (Petunjuk Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan Tepi Air, Dirjen Cipta Karya, 2000) yang disesuaikan dengan analisis pergerakan matahari yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bangunan. -
Dasar Pertimbangan:
1) Kondisi lingkungan 2) Fungsi yang di wadahi 3) Kenyamanan 4) Kontekstual kawasan -
Analisis : Peredaran matahari pada site mengakibatkan, pada pagi hari sisi
ruangan yang disinari pada site mendapat sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan. Menjelang siang hari, site menjadi panas dengan cenderung sedikitnya pembayangan pada site. Untuk kondisi sore hari, area barat site terik oleh matahari sore, dan pembayangan pada area timur site. Sehingga konsep bangunan yang didominasi oleh bidang transaparan harus tanggap terhadap pergerakan matahari tersebut, baik dengan pemanfaatan barier vegetasi maupun studi massa kontekstual yang mampu berfungsi sebagai pereduksi.
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.25. Hasil Analisis Vegatasi sebagai Pereduksi Sinar Matahari Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Analisis Angin -
Tujuan: Pemanfaatan potensi angin dalam perancangan bangunan pasar
terapung sebagai dasar pertimbangan ada tidaknya pereduksi dan peletakan massa bangunan berdasarkan fungsi ruang. -
Dasar Pertimbangan: Kondisi site yang terdapat di tepi Sungai Martapura secara makro
dipengaruhi oleh angin darat-angin laut pada siang dan malam hari. Selain itu secara mikro, angin dapat berasal dari koridor sungai dan koridor jalan di sekitar site.
Gambar IV.26. Diagram Angin Darat dan Laut Sumber: google.com
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Analisis : Karena aktivitas di Pasar Terapung ini sebagian besar dilakukan
pada siang hari, maka pengaruh angin laut lebih menjadi pertimbangan dalam perancangan fasilitas yang dikembangkan. Untuk meminimalisir hembusan angin dari arah sungai yang berlebihan, maka salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan fungsi vegetasi yang terdapat pada sempadan sungai yang sekaligus sebagai area konservasi menjadi filter terhadap debu maupun kebisingan.
Gambar IV.27. Vegetasi sebagai peredam bising dan penyaring polusi debu Sumber: google.com
Gambar IV.28. Analisis Angin Laut pada Site Sumber: Analisis Penulis, 2013
6.
Respon Analisis Terhadap Zonifikasi Ruang -
Tujuan: Menentukan posisi peletakkan tata massa pada masingmasing kelompok ruang
-
Dasar Pertimbangan : Penzoningan didasarkan pada beberapa pertimbangan khusus seperti
analisis pencapaian, orientasi, pergerakan matahari, angin, dan pengaruh lingkungan terhadap fungsicommit dari to kegiatan user yang akan diwadahi untuk
133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghasilkan penempatan ruang yang optimal dan konteks terhadap lingkungan yang ada. -
Analisis: Tabel IV.14 Analisis Zonifikasi Ruang
Kelompok Kegiatan
Persyaratan Ruang Nama Ruang
Keterangan Pencapaian View Matahari
Kegiatan
Hall
+++
-
-
Penerimaan
Parkir
+++
-
-
Loket
+++
-
-
Kegiatan
Resort
++
+++
+++
Penunjang
R. Informasi
+++
-
-
Zona Semi
Gazebo
+++
+++
++
Publik
Mushala
++
-
-
Kegiatan
Los Pasar
+++
+++
+++
Inti
Amphitheatre +++
+++
++
Playground
+++
+++
++
Gazebo
+++
+++
++
Dermaga
+++
++
+++
+
-
+
Kegiatan
R. pengelola
Pengelolaan pasar R. pengelola wisata R. utilitas
Zona Publik
Zona Publik
Zona +
-
+
+
-
+
Privat
Sumber: Analisis Penulis, 2013
Penetapan zoning vertikal dan horisontal diperlukan untuk memisahkan fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda sesuai dengan kondisi lahan dan tingkat kepentingan tertentu. Zoning horisontal mendasari commit to user
134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penempatan ruang berdasarkan aksesibilitas, hirarki dan prioritas kenampakan. -
Hasil Analisis:
Gambar IV.29. Zona Kawasan Pasar Terapung Sumber: Analisis Penulis, 2013
Gambar IV.30. Zona Kawasan Pasar Terapung Sumber: Analisis Penulis, 2013
G. Analisis Langgam, Bentuk, dan Tampilan Bangunan berdasarkan Arsitektur Kontekstual 1.
Analisis Langgam Arsitektur Bangunan berdasarkan Konteks -
Dasar Pertimbangan :
a.
Kondisi lingkungan di dalam dan di luar tapak
b. Kemarmonisan lingkungan lama dengan lingkungan baru c.
Pendekatan arsitektur kontekstual
-
Analisis :
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendekatan arsitektur kontekstual dalam dunia rancang bangun memiliki berbagai macam strategi serta pendapat yang kompleks dan multi tafsir dari para ahli. Akan tetapi, prinsipnya arsitektur kontekstual merupakan perancangan dalam arsitektur yang mempertimbangkan permasalahan desain dalam beberapa atau kesatuan bidang konteks, baik yang berhubungan dengan tapak, kondisi bangunan sekitar, masyarakat, budaya, dan material di daerah setempat. Sehingga diperlukan kajian terhadap lingkungan lama, agar lingkungan baru yang nantinya terwujud dapat selaras dengan formalisme kawasan lama yang telah ada sebelumnya. 2.
Hasil : Gaya arsitektur tradisional Banjar di kawasan Lok baintan menjadi
pertimbangan dalam menciptakan kontekstualisme pembentukan massa baru di dalam tapak. Sebagai wujud harmonisasi terhadap kondisi lingkungan di sekitar tapak, maka
pengadopsian bentukan atap bubungan tinggi dan
ornamen-ornamen dari arsitektur tradisional Banjar diterapkan pada bangunan baru sebagai pertimbangan penting dalam menarik koneksi visual ke dalam karakter bangunan baru, sehingga terbentuklah kontekstualisme tampilan bangunan yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Meskipun nantinya pengadopsian tidak diterapkan secara mentah, namun dengan transformasi dan paduan dengan langgam-langgam yang lain seperti modern. 2. Analisis Bentuk Dasar dan Tampilan bangunna Berdasarkan Konteks Dalam menentukan perwujudan massa akan dilakukan analisis berdasarkan konsep bentuk dasar massa berdasarkan teori DK. Ching sebagai berikut. a.
Segi empat 1) Merupakan bentuk yang netral, statis, masiv, dan solid 2) Kemudahan pengolahan sirkulasi 3) Efisiensi pemakaian ruang 4) Kemudahan dalam pengerjaan commit to userstruktur
136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Kontekstual dengan bangunan lama b. Segi Tiga 1) Mempunyai kesan kuat, energik, stabil, dan titik jatuh pada satu sisi 2) Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi 3) Kurang memiliki kemudahan dalam pengembangan 4) Kurang efisien dalam pemakaian ruang 5) Terlalu kontras dengan bangunan lama c.
Lingkaran 1) Mempunyai kekuatan visual yang tidak dapat disederhanakan, mempunyai sudut pandang ke segala arah tanpa dihalagi oleh pertemuan sudut 2) Kemudahan dalam pengolahan sirkulasi 3) Sulit dalam pengerjaan struktur 4) Menimbulkan gerak putar yang kuat, mengikuti bentuk alam Analisis didasarkan pada pendekatan arsitektur kontekstual yang akan
diterapkan ke dalam revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan. Massa segi empat dan segitiga merupakan massa dasar bangunan yang paling kontekstual dengan langgam arsitektur tradisonal Suku Banjar. Analisis bentuk, massa dan tampilan bangunan didasarkan pada analisis-analisis sebelumnya yang terkait dengan perencanaan dan perancangan. Dasar pertimbangan: a.
Pendekatan arsitektural
b. Permukiman di sekitar site c.
Kondisi site
d. Kebutuhan dan fungsi peruangan Analisis : Menurut Idwar Saleh (wikipedia, 2009) rumah tradisional Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Umumnya rumah tradisional Banjar commit to user dibangun dengan beranjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa tipe Rumah Banjar yang tidak beranjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton (Dalam Sultan). Bubungan Tinggi atau rumah adat Banjar Bubungan Tinggi merupakan bentuk arsitektur tradisional yang mendominasi rumah penduduk Kalimantan Selatan, termasuk di kawasan Lok Baintan. Rumah yang terbuat dari kontruksi kayu ulin ini digunakan sebagai rumah tinggal oleh Suku Banjar sejak ratusan tahun yang lalu. Ciri khas bangunan ini adalah pada bentuk atapnya menjulang tinggi dengan kemiringan 45o yang sering disebut dengan atap pelana. Pengaruh kebudayaan islam yang memang mendominasi sebagian besar kebudayaan yang dikembangkan masyarakat pendukung kebudayaan Banjar juga tampak dalam ragam hias yang digunakan, Ragam-ragam hias tersebut umumnya memiliki pola-pola huruf arab, motif tumbuh-tumbuhan, serta motif geometris atau ornamen garis. Namun, selain motif-motif ragam hias yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, beberapa motif yang berasal dari kebudayaan Cina juga tampak memperkaya aristektur tradisional Banjar. Beberapa contoh misalnya motif bunga, naga, singa, dan burung. Menurut Seman dan Irhamna (2001), Arsitektur Banjar, adalah arsitektur tradisional yang memiliki karakter: a.
Bangunan dalam konstruksi bahan kayu, karena alam Kalimantan kaya akan hutan, sementara pada saat itu belum dikenal adanya semen.
b. Rumah panggung, yaitu bangunan yang didukung oleh sejumlah tiang dan tongkat yang tinggi dari kayu ulin (Kayu besi = Eusyderoxylon zwageri). Menurut istilah orang Banjar, yang dimaksud dengan tiang adalah balok ulin ,yang bertumpu pada dasar commit to user tanah dengan pondasi, sepanjang sampai ke pangkal atap. Sedangkan
138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tongkat yang bertumpu pada dasar tanah hanya sampai dasar lantai saja. c.
Bangunan bersifat simetris, yaitu dengan konstruksi dan elemen yang sama pada sayap kiri dan kanan, dengan demikian jumlah jendela sama banyaknya pada sisi kiri dan kanan bangunan rumah.
d. Sebagian bangunan memiliki anjungan pada samping kiri dan kanan dengan posisi agak ke belakang. Anjung Kiwa dan Anjung Kanan dikenal dengan istilah konstruksi Pisang Sasikat. Masing-masing anjung memiliki sebuah jendela pada sisi dinding bagian depan. e.
Atap rumah yang dipergunakan dari atap sirap yang dibuat dari kayu ulin atau kayu besi. Ada pula bangunan rumah yang menggunakan atap daun rumbia yang bahannya terbuat dari daun pohon sagu. Konstruksi bubungan terdapat dalam bentuk Atap Pelana dan Atap Sengkuap
f.
Hanya memiliki dua buah tangga yaitu Tangga Hadapan dan Tangga Balakang. Tangga yang dibuat dari kayu ulin tersebut memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil. Pada periode berikutnya terdapat tangga hadapan kembar dengan arah ke samping kiri dan kanan dalam posisi yang simetris.
g.
Pintu (Banjar; Lawang) yang menghubungkan keluar atau masuk ke rumah hanya terdapat dua buah, yaitu Lawang Hadapan dan Lawang Belakang.
h. Posisi kedua pintu tersebut terletak seimbang di tengah (depan dan belakamg) karena bangunan yang simetris. Adanya Tawing Halat (dinding pembatas) yang terletak membatasi antara Penampik Besar dan Palidangan. Pada sisi kiri dan kanan Tawing Halat terdapat pintu kembar dua dalam posisi yang sama dan seimbang. 3. Bantuk Dasar Massa Bangunan Bentuk dasar massa bangunan berdasarkan analisis terhadap bentuk bangunan lingkungan sekitar commit sehingga to bentuk user bangunan Pasar Terapung Lok
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Baintan memiliki koneksi visual dengan lingkungan yang berupa rumahrumah penduduk yang menjadi background kawasan Pasar Terapung Lok Baintan. a.
Bentuk massa merupakan aplikasi bentuk dasar bangunan berupa persegi yang dimodifikasi sedangkan bentuk atap menggunakan atap pelana dengan kemiringan 45o. Pemilihan bentukan ini didasari oleh bentukan massa rumah-rumah penduduk setempat.
Gambar IV.31. Bentuk Dasar Massa Bangunan Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Bentuk massa segitiga diaplikasikan pada pengolahan fasad dan juga bangunan di atas perairan karena bentuk dasar segitiga merupakan bentuk dasar yang paling stabil dalam menerima gaya horisontal, dalam hal ini adalah arus air sungai
Gambar IV.32. Aplikasi Bentuk Dasar Segitiga Pada Lods Sumber: Analisis Penulis, 2013
c.
Bentuk dasar massa bangunan kios/lods sebagai fungsi utama merupakan analogi perahu yang merupakan komponen penting dalam kegiatan di pasar terapung tanpa meninggalkan ciri utama yaitu atap 45o
commit to user
140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.33. Gubahan Massa Sumber: Analisis Penulis, 2013
4.
Tampilan Bangunan Karakter visual bangunan yang tercipta melalui fasade bangunan akan
menciptakan kualitas ruang yang kemudian memberi pengaruh secara psikologis, visual, dan fisiologis terutama bagi pengguna. Sehingga penerapan tampilan arsitektur yang konteks terhadap lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap penilaian orang terhadap citra visual kawasan. Tampilan dan ekspresi bangunan yang akan diterapkan dalam perancangan Revitalisasi Pasar Terapung Lok Baintan antara lain : a.
Konteks bangunan diaplikasikan melalui fasade dan desain bangunan yang dapat mencerminkan karakter lokal
b. Pemanfaatan material yang memiliki tampilan yang konteks terhadap lingkungan sekitar Sedangkan sifat massa bangunan Pasar Terapung Lok Baintan antara lain: a.
Bermassa majemuk yang saling terhubung satu sama lain antar bangunan
commit to user
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.34. Massa-massa Bangunan Pendukung Kawasan Pasar Terapung Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Bentuk simetris persegi dan segitiga untuk memberikan kesan stabil yang sesuai dengan tapak c.
Ornamen-ornamen ukiran sebagai unsur konteks diaplikasikan pada titik-titik tertentu untuk menguatkan citra bangunan.
Gambar IV.35. Ornamen pada Atap Bangunan Sumber: google.com
d. Ketinggian banguanan proporsional dengan maksimal 1-2 lantai 5. Analisis Lansekap Berdasarkan Konteks -
Tujuan :
a.
Menanggulangi abrasi maupun erosi yang terdapat di sekitar sungai
b. Menciptakan iklim mikro pada tapak c.
Sebagai pembentuk ruang dalam aspek arsitektural
d. Sebagai elemen artistik visual -
Dasar Pertimbangan :
a.
Potensi site yang relatif datar, pemanfaatan elemen lansekap untuk mengurangi kemonotonan tapak
b. Kenyamanan dan keindahan visual
commit to user
142
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Perkerasan pada tapak diusahakan menggunakan material yang dapat menyerap air
-
Analisis :
Kondisi tapak yang panas membutuhkan penanaman vegetasi untuk memperbaiki iklim mikro khususnya mereduksi radiasi sinar matahari yang masuk ke tapak. Selain untuk memperbaiki iklim mikro, vegetasi yang ditanam juga harus mempertimbangkan fungsi yang ingin dicapai oleh tapak. Penataan lansekap dapat berupa pemanfaatan elemen keras seperti pada pedestrian area yang berfungsi sebagai pengarah pengunjung a.
Elemen Lunak (vegetasi) Penanaman vegetasi untuk membuat ruang pada tapak juga perlu
diperhatikan. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional (Time Saver Standart for Landscape Architecture), hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal dan tanaman yang digunakan sebaiknya bersifat minim perawatan.
Gambar IV.36. Keefektifan vegetasi dalam Menyerap Sinar Matahari Sumber: Analisis Penulis, 2013
1) Vegetasi Riparian Jenis
vegetasi
riparian
menggunakan
tanaman-tanaman
endemik kawasan (Rambai, galam, kayu ulin, dll) yang disesuaikan dengan fungsi konservasi tebing. Golongan rumput-rumputan dan kangkung yang bersifat
lentur dapat
dimanfaatkan
sebagai
perlindungan tebing pada kecepatan arus tinggi di Sungai Martapura (Maryono, 2008)
commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.37. Tanaman endemik di bantaran Sungai Martapura Sumber: Analisis Penulis, 2013
Teknik eko-engineering dimaksudkan sebagai usaha untuk seoptimal mungkin menggunakan komponen vegetasi (tumbuhan di sepanjang bantaran sungai) untuk menanggulangi longosran dan erosi tebing sungai dan kerusakan bantaran sungai lainnya (Maryono, 2008). Beberapa teknik eko-engineering yang berfungsi sebagai penahan tebing yaitu : a)
Batang pohon yang tidak teratur
b) Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur c)
Pagar datar
d) Penutup tebing e)
Penanaman tebing
f)
Tanaman antara pasangan batu kosong
2) Vegetasi Darat Pemilihan vegetasi darat ditekankan pada fungsi ekologis dan arsitektural dengan memperhatikan kesesuaian vegetasi terhadap penggunaan dan kondisi lahan. Vegetasi darat dengan fungsi estetka lebih menonjolkan keindahan visual tanaman, sekaligus dapat berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penyerap polutan, dan penahan angin.
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.15. Matrik Hubungan Jenis Vegetasi dan Fungsi
Jenis Vegetasi
Fungsi Ekologi
Arsitektural
Riparian
Konservasi tanah
Ö
Buffer
Ö
Filter air
Ö
Darat Ö
Ö
Estetika Ö
Naungan Pembatas
Ö
Pengarah
Ö Ö
Visual
Ö
Pereduksi Sumber: Analisis Penulis, 2013
b. Elemen Keras Elemen keras merupakan unsur tidak hidup dalam lansekap dan berfungsi sebagai unsur pendukung untuk meningkatkan kualitas lansekap tersebut.Elemen keras ini antara lain sebagai berikut. 1) Bebatuan Tatanan batuan di dalam lansekap sangat menentukan nilai keindahan atau estetika dari lansekap tersebut. Kunci utama berhasilnya penggunaan batuan adalah keserasian antara penempatan batuan sesuai dengan sifat fisik dan frekuensi penampakan batuan dan tanaman serta lingkungan sekitarnya.jenis bebatuan yang akan digunakan
dalam
desain
adalah
batu
alamiahberupa
batu
gunung,koral besar, batu gamping,batu kayu.
commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.38. Bebatuan sebagai Elemen Keras pada Lansekap Sumber: google.com
2) Perkerasan Perkerasan alami lebih cocok diterapkan untuk lansekap yang sifatnya informal dengan pola dan ukuran yang bebas. Sedangkan perkerasan buatan lebih cocok untuk digunakan pada lansekap yang bersifat formal seperti pada lansekap perkantoran, tempat upacara karena memiliki pola-pola geometris. Perkerasan yang akan dipakai dalam perancangan adalah perkerasan yang bisa menyerap air hujan sehingga memperkuat dan mendukung
fungsi
alamiah
tanah
seperti
turfstone,grassblock,porous.
Gambar IV.39. Perkerasan pada Pedestrian Area Sumber: google.com
commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Bangku Taman Sebagai estetika,juga sebagai tempat untuk beristirahat. Pada perancangan akan digunakan bangku taman dari batu, karena selain kuat juga aman terhadap ekologis lingkungan.
Gambar IV.40. Bangku Taman sebagai Elemen Lansekap Sumber: google.com
4) Lampu Taman Lampu dibedakan atas dua fungsi, yaitu sebagai penerang lingkungan dan sebagai estetika. Sebagai penerang lingkungan, dia harus memberikan suasana terang di malam hari, agar terkesan aman sehingga bebas dari rasa takut. Sebagai estetika, lampu taman, terutama
dikreasikan
untuk
mendapatkan
keindahan.pada
perancangan akan digunakan lampu taman dengan tenaga surya (photovolik) 5) Pergola Pergola adalah rangka-rangka yang dibuat untuk menyangga dan merambatkan tanaman yang dengan kerapatannya mampu memberikan keteduhan di bawahnya.
Gambar IV.41. Contoh Pergola Sumber: google.com
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Analisis Sistem Struktur -
Tujuan: Menentukan konsep struktur bangunan yang kuat dan kontekstual terhadap lingkungan baik dalam pemilihan jenis material maupun dalam pemasangan
-
Dasar Pertimbangan:
1.
Kontekstualisme terhadap lingkungan sekitar
2.
Bentuk dan dimensi vertikal bangunan.
3.
Karakter bangunan.
4.
Beban yang harus didukung.
5.
Kondisi tanah.
-
Analisis:
Gambar IV.42. Model Perumahan Tepi Air Sumber: Budi Prayitno
1.
Sub Struktur Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa sub
struktur yaitu sebagai berikut. a.
Ketinggian bangunan yang direncanakan
b.
Kondisi tanah. kondisi tanah berpasir, atau bahkan tanah hasil reklamasi memerlukan kedalaman pondasi yang lebih dari pada bangunan umumnya.
a.
Struktur Terapung Sub Struktur Lods pada pasar terapung menggunakan sistem
struktur rakit dengan sistem penambatan piles untuk menstabilkan commit to user bangunan. 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.43. Struktur Photon (drum) Sumber: http://google.com
Gambar IV.44. Sistem Penambatan Piles Sumber : http://www.b-foam.com/article-2012-teknik-penambatan-rumah-terapung.php
b.
Struktur Panggung Sub Struktur bangunan di darat menggunakan konsep rumah
panggung dengan pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang dipilih dengan pertimbangan kondisi tapak dengan tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanahtoberawa, commit user dengan kondisi daya dukung
149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jetty atau dermaga. (Willy).
Gambar IV.45. Struktur Pondasi Tiang Pancang pada Dermaga Sumber: Budi Prayitno
2.
Super Struktur Analisa super struktur dilakukan untuk mengetahui struktur yang tepat
sebagai struktur badan bangunan dalam revitalisasi pasar terapung yang direncanakan. Alternatif struktur badan yang dapat digunakan adalah struktur frame. Karakteristik struktur frame adalah sebagai berikut. a.
commit user Bentuk dan sistemnya cukuptosederhana dan ringan
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Cukup mudah dalam pelaksanaan. c.
Fleksibilitas penggunaan ruang horizontal yang tidak cukup tinggi.
d. Beban dipikul kolom dan balok. e.
Memungkinkan buka-bukaan yang cukup banyak.
Gambar IV.46. Struktur Frame Sumber: www.hercules-online.com
Selain kerangka bangunan struktur tengah juga terkait dengan selimut bangunan. Beberapa jenis selimut bangunan yang sesuai dengan konteks arsitektur di Lok Baintan antara lain: a.
Dinding Kayu Dinding kayu merupakan isolator panas yang baik, sehingga
mampu menghalangi panas yang masuk ke dalam ruangan b. Partisi Partisi merupakan selimut bangunan yang biasanya digunakan untuk bangunan semi permanen. Bahan dan bentuknya bermacammacam mulai dari bahan fabrikasi sampai dengan buatan tangan. 3.
Upper Struktur Analisa upper struktur merupakan analisa untuk menentukan struktur
atap yang tepat bagi bangunan. Berikut macam-macam struktur atap yang dapat dijadikan alternatif struktur atap bangunan yang sesuai dengan konteks arsitektur di Lok Baintan.
commit to user
151
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Sirap Kayu Ulin Merupakan penutup atap pada beberapa rumah adat, salah satunya
adalah pada sebagian rumah penduduk di Lok Baintan. Bahan penutup atap ini memiliki daya serap panas yang tinggi akan tetapi rentang terhadap serangga dan tidak bertahan lama
Gambar IV.47. Atap sirap kayu ulin Sumber: www.hercules-online.com
b. Daun Nipah Merupakan bahan atap yang berasal dari pohon nipah yang keberadaannya banyak dijumpai di sepanjang pesisir sungai di Kalimantan. Atap daun nipah bersifat ringan dan sejuk sehingga sesuai diaplikasikan pada bangunan terapung, namun cukup mudah rusak dan harus diganti dalam jangka waktu 3-5 tahun sekali.
Gambar IV.48. Atap daun nipah Sumber: www.hercules-online.com
commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id
I.
digilib.uns.ac.id
Analisis Sistem Utilitas 1.
Analisis Listrik Penggunaan sumber listrik untuk bangunan yang direncanakan
menggunakan sumber dari PLN dan generator set sebagai cadangan. Hubungan antara aliran listrik dari PLN dan generator set melalui automatic transfer dengan sistim ATS, yaitu alat transfer listrik apabila listrik dari PLN padam maka generator set akan bekerja secara otomatis.
Gambar IV.49. Skema Listrik Sumber: Analisis Penulis, 2013
2.
Analisis Air Bersih Kebutuhan air bersih dalam kawasan Pasar Terapung Lok Baintan
yang direncanakan, antara lain : air minum, air memasak, air dapur, air mandi, air toilet, air kebakaran dan air penyiraman tanaman. Sumber utama air bersih adalah PDAM. Pemanfaatan air PDAM untuk keperluan air minum, mandi dan memasak. Sementara kebutuhan air toilet, cuci, air kebakaran dan air penyiraman tanaman menggunakan air hujan, dan air hasil olahan system pengolahan air buangan dalam kawasan Pasar Terapung Lok Baintan.
Gambar IV.50. Skema Air Bersih Sumber: Analisis Penulis, 2013
commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Analisis Pengolahan Limbah Pada umumnya pembangunan di lingkungan perairan sungai,
dipengaruhi oleh sampah dan pencemaran limbah cair dari kawasan pemukiman di sekitarnya. Selain itu kegiatan yang akan di kembangkan dalam Pasar Terapung ini juga berpotensi menimbulkan pencemaran di lingkungan Sungai Martapura. Oleh karena itu manajemen pengolahan limbah pada Pasar Terapung Lok Baintan perlu perhatian yang serius. Limbah yang di hasilkan terbagi menjadi 2 jenis yaitu limbah cair dan limbah padat.
Gambar IV.51. Analisis Sumber Limbah Sumber: Analisis Penulis, 2013
a.
Limbah Padat Kegiatan di Pasar Terapung mempunyai limbah padat yang cukup
banyak. Oleh karenanya permasalahan limbah padat ini harus diselesaikan dengan teknologi pendekatan 3R yaitu, reduced, reused, recycle. Pola pengelolaan dan pengolahan sampah dapat dilakukan dengan berbagai tujuan. Pengelolaan sampah hanya ditujukan untuk pengelolaan sampah agar sampahnya bersih. Tetapi ada pengelolaan yang lain, pengelolaan
sampah
dimaksudkan
untuk
dapat
menyelesaikan
permasalahan kebersihan dan keindahan tetapi dimaksudkan juga
commit to user
154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan manusia lain antara lain kompos dan energi biofuel.
Gambar IV.52. Analisis Pengolahan Limbah Padat Sumber: Analisis Penulis, 2013
b.
Limbah Cair 1) Pencemaran Air Sungai Pencemaran air disebabkan oleh pemukiman di sepanjang aliran Sungai Martapura, sampah tersebut berasal dari mck yang pada umumnya belom memiliki sistem pengolahan yang terpadu. Selain itu pencemaran air sungai juga dapat disebabkan oleh commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebocoran tangki minyak perahu kelotok dan juga limbah cair dari kegiatan di pasar terapung. Floating Intake merupakan bangunan/alat untuk mengambil air dari sumber air baku. Floating Intake memiliki struktur intake yang diletakkan di atas sebuah pelampung yang terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air. Umumnya floating intake terdiri dari bangunan intake yang dilengkapi dengan pelampung, inlet intake berupa saluran bundar yang dilengkapi dengan screen untuk menyaring material kasar, strainer berupa saringan halus pada ujung pipa, pipa fleksibel, pompa hisap, dan gate valve.
Gambar IV.53. Skema Floating Intake Sumber: http://fzan721.wordpress.com/2011/06/10/floating-intake/
Floating Intake sangat cocok untuk sungai atau kolam yang memiliki ketinggian air bervariasi secara substansial. Pipa fleksibel memungkinkan tingkat koneksi ke perubahan dengan tingkat air. Strainer atau saringan halus terletak sekitar 0,5 m di bawah permukaan air yang bertujuan menghindari pengumpulan puingpuing mengambang, selain
itu juga menghisap air yang
mengandung sedikit padatan tersuspensi di dalam air yang lebih dalam di bawah permukaan. Layar kasar dapat diberikan di sekitar asupan mengambang panjang karena dapat secara berkala dibersihkan. Dalam sungai, intake perlu dilindungi dari bahaya kerusakan selama banjir.
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Pasar Terapung Lok Baintan ini sistem floating intake diletakkan di dermaga terapung, terpadu dengan saluran sanitasi lavatory terapung.
Gambar IV.54. Skema Peletakkan Floating Intake pada tapak Sumber: Analisis Penulis, 2014
2) Air Hujan
Gambar IV.55. Skema Pengolahan Air Hujan Sumber: Analisis Penulis, 2013
3) Limbah Air Kotor Pada umumnya, suatu area wisata mempunyai fasilitas kantor, kamar mandi, wc, musholla dan workshop pasti menghasilkan limbah cair. Air buangan dikonservasikan kembali menjadi air semi bersih dengan sistem waste water threatment. Air yang diolah adalah air hasil saringan minyak dari kolam pelabuhan, dan air kotor. Air sisa pengolahan digunakan kembali sebagai air commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
toilet, air penyiraman tanaman, atau diikutkan kembali ke sistem pengolahan air buangan. Pengolahan dilakukan dengan system klorinasi, untuk menghasilkan air yang lebih bersih dan dapat digunakan kembali sebagai air cuci ikan dan air kebakaran.
Gambar IV.56. Pengolahan Limbah Air Kotor Sumber: Fandelli, 2011
4.
Analisis Pencegah Kebakaran Bertujuan untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya
kebakaran. Sistem yang biasa digunakan yaitu : a. Sistem Fire alarm
Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan terjadinya bahaya kebakaran b. Sistem Sprinkler Air
Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu untuk melokalisir kebakaran. c. Fire Estinguisher
Berupa tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Penempatan di tempat-tempat strategis. d. Indoor Hydrant
commit to user
158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Digunakan untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakkan di tempat-tempat strategis. Sumber air diambil dari ground tank yang dipompa dengan pompa hydrant. e. Outdoor Hydrant
Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai. Dari analisis di atas maka dapat diketahui kebutuhan pengamanan terhadap bahaya kebakaran di Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebagai berikut. a.
Dalam ruangan menggunakan fire alarm, sprinkler air, fire estinguisher, dan indoor hydrant untuk bangunan admistrasi, pendidikan
b. Luar ruangan menggunakan outdoor hydrant. 5.
Analisis Drainase dan Pengendali Banjir a.
Sistem Drainase Drainase : suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. (Suripin. 2004). Kiat
drainase,
seperti
halnya
kiat
penataan
lingkungan
digolongkan menjadi 2, yaitu (Hardjosuprapto,1998) : 1) Tindakan yang sifatnya biologis-ekologis, diantaranya adalah melestarikan atau menyediakan daerah hijau sebagai daerah retensi dan peresapan air yang optimal. 2) Tindakan yang sifatnya teknologis-higienis, diantaranya dengan prinsip “semua daerah hulu, arus limpasan air hujan yang belum membahayakan atau belum mengganggu lingkungan sebisa mungkin dihambat, diresapkan, atau ditampung dalam kolam retensi sebagai sumber daya imbuhan air tanah dan air permukaan
commit to user
159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.57. Pemanfaatan sempadan sebagai daerah retensi Sumber: Analisis Penulis, 2014
b. Sistem Pengendali Banjir Bencana Banjir adalah aliran yang melebihi kapasitas tampang sungai, terjadi limpasan keluar badan sungai, terjadi genangan di kawasan yang tidak seharusnya tergenang, dan terjadi kerugian
Gambar IV.58. Tipikal Saluran Pengelak Banjir Sumber: Sumber: http://bebasbanjir2025.wordpress.com/konsep-pemerintah/ditjenpenataan-ruang-dept-pu/
Gambar IV.59. Paraameter Tanggul Sumber: http://bebasbanjir2025.wordpress.com/konsep-pemerintah/ditjen-penataancommit to user ruang-dept-pu/
160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.60. Pembangunan Tanggul pada Tapak Sumber: Analisis Penulis, 2014
commit to user
161