Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
ETOS KERJA PEDAGANG PEREMPUAN PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN DI SUNGAI MARTAPURA WORK ETHIC OF FEMALE TRADERS IN LOK BAINTAN FLOATING MARKET MARTAPURA RIVER Hendraswati Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak Wilayah Kalimantan Jalan Letjen Sutoyo Pontianak, Kalimantan Barat e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 15/12/2015, Direvisi akhir tanggal: 01/02/2016, disetujui tanggal: 14/03/2016 Abstract: This study aims to determine the work ethic and background of it which encourages the work ethic of female traders in Floating Market of Lok Baintan, Martapura River, Banjar. This study used qualitative method by interview, observation, and documentation. Data were analyzed using descriptive interpretative techniques. The results shows that the work ethic of female traders of Floating Market in Lok Baintan displayed their nature and characteristics in practicing their business, such as honesty, respect of time, hard work, and self-contained. Internal factors that influences their work ethic are education, their beliefs of God, culture which has existed from the past and the impact of hard work. While the external factor that inspires their work ethics are motivation among them and guidance from local government. The results of this study concludes that the female traders’ work ethic of Floating Market of Lok Baintan is very well as it meets the criteria of a high work ethic, as proposed by the experts, and their work ethic is also guided by the values
and
religious beliefs and noble culture. Keywords: work ethics, female traders, floating market of Lok Baintan. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji etos kerja serta latar belakang yang mendorong tumbuhnya semangat untuk bekerja atau etos kerja para pedagang perempuan di Pasar Terapung Lok Baintan Sungai Martapura, Kabupaten Banjar. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode penelitian lapangan dengan teknik wawancara, pengamatan, dan dokumentasi dalam mengumpulkan data. Analisa data menggunakan teknik analisis deskriptif interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja pedagang perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura terlihat pada sifat dan karakteristik mereka dalam berusaha, seperti sifat kejujuran, menghargai waktu, kerja keras, dan mandiri. Adapun latar belakang tumbuhnya etos kerja pedagang pasar terapung Lok Baintan, dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu pendidikan, keyakinan terhadap agama mereka, kultur atau budaya yang sudah ada sejak dahulu, dan dampak dari kerja keras. Faktor luar yang mempengaruhi etos kerja mereka adalah; motivasi antar sesama pedagang dan pembinaan dari pemerintah. Hasil penelitian disimpulkan bahwa etos kerja pedagang perempuan Pasar Terapung Lok Baintan sangat baik dan memenuhi kriteria etos kerja yang tinggi, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, dan etos kerja mereka juga dilandasi oleh nilai dan keyakinan agama serta budaya luhur. Kata Kunci: Etos kerja, pedagang perempuan, pasar terapung Lok Baintan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
97
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
PENDAHULUAN
Banjarmasin bisa ditempuh dengan dua alternatif
Pasar Terapung adalah satu tempat dan tradisi
perjalanan. Perjalanan pertama adalah melalui
jual-beli yang sangat penting dan telah menjadi
jalur sungai dengan menyusuri Sungai
icon Kalimantan Selatan, sehingga dikenal dunia.
Martapura menggunakan perahu kecil bermesin,
Munculnya pasar terapung didorong oleh wilayah
biasa disebut dengan istilah kelotok. Kelotok
perairan dan banyaknya sungai yang ada serta
umumnya digunakan oleh masyarakat Banjar
rentang sejarah panjang di mana sungai menjadi
yang mendiami kawasan pinggiran sungai
basis budaya masyarakat Banjar. Sungai
sebagai alat transportasi utama di jalur sungai.
dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti jalur
Waktu tempuh perjalanan menuju Pasar
utama transportasi dan tempat untuk berjual
Terapung Lok Baintan apabila menggunakan
beli alias pasar. Oleh karena aktivitas jual belinya
kelotok akan lebih cepat, kurang lebih 30 menit
dilakukan di atas sungai dengan menaiki perahu,
dari Banjarmasin dengan menyusuri Sungai
pasarnya pun dinamakan dengan istilah pasar
Martapura. Alternatif kedua dengan menggu-
terapung, seperti halnya Pasar Terapung Lok
nakan sepeda motor dan mobil lewat jalur darat.
Baintan.
Namun, alternatif kedua membutuhkan waktu
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah
lebih panjang, yakni satu jam untuk mencapai
pasar terapung tradisional yang berlokasi di
pasar terapung. Hal itu disebabkan kondisi jalan
Sungai Martapura, Desa Lok Baintan Kecamatan
yang sempit, macet, dan jembatan rusak,
Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Secara umum,
sehingga rute perjalanan terhambat.
Pasar Terapung Lok Baintan tidak berbeda
Aktivitas para pedagang dan pembeli di
dengan pasar terapung yang ada di muara
Pasar Terapung Lok Baintan biasanya dimulai
Sungai Kuin Banjarmasin. Keduanya sama-sama
pada pukul 05.30 sampai dengan pukul 09.00
pasar tradisional di atas perahu yang
WITA, tetapi pada hari Minggu, biasanya
memperjualbelikan beragam dagangan, seperti
berlangsung sedikit lebih lama. Mereka menjual
hasil pertanian, perkebunan, keperluan hidup
berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-
sehari-hari, dan sebagainya. Aktivitas jual beli
buahan, hasil perkebunan, hasil peternakan,
di pasar terapung ini tidak berlangsung lama,
ikan, beras, kue-kue tradisional, serta barang-
paling lama sekitar tiga hingga empat jam.
barang keperluan sehari-hari lainnya.
Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura,
Di antara aspek yang menarik ketika diamati
Desa Lok Baintan dan desa-desa yang berada
dari kegiatan di pasar terapung tersebut adalah
di sekitarnya apabila pagi hari terlihat deretan
bahwa sebagian besar pedagangnya terdiri kaum
jukung menuju pusat lokasi pasar terapung.
perempuan yang berusia antara 30-60 tahunan.
Jukung adalah sejenis perahu yang tidak
Mereka memiliki semangat atau etos kerja yang
bermesin, menggunakan pengayuh atau
tinggi dalam berusaha dan berjualan. Hal ini
pendayung terbuat dari kayu untuk menja-
menunjukkan bahwa itulah tradisi budaya dari
lankannya, dan digunakan oleh masyarakat
kehidupan mereka yang telah diwarisi sejak
Banjar untuk menempuh perjalanan yang tidak
dahulu dan diharapkan terus dilakukan sampai
terlalu jauh jaraknya. Perahu-perahu tersebut
masa akan datang. Secara teori, nilai budaya
milik pedagang dan petani yang memasarkan
kerja sangat penting dalam kehidupan
hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai
masyarakat, karena dikonsepsikan bahwa hal
anak Sungai Martapura seperti Sungai Lenge,
yang bernilai paling tinggi adalah apabila
Sungai Bakung, Sungai Saka Bunut, Sungai
seseorang bekerja dan sukses atas usahanya
Madang, Sungai Tandipah, Sungai Bujur, Sungai
sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang tidak
Pinang, dan Sungai Lok Baintan.
mandiri atau yang hidup tergantung kepada
Jarak dan transportasi menuju pasar
orang lain akan dipandang tidak baik.
terapung Lok Baintan dari pusat Kota
98
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Mencari barang untuk dijual, memetik, dan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mengumpulkan di kebun, membeli kepada orang
etos berarti pandangan hidup yang khas dari
lain, mengemas dan mempersiapkannya, bangun
suatu golongan sosial sedangkan etos kerja
di awal pagi, berangkat ke pasar terapung,
berarti semangat kerja yang menjadi ciri khas
menjajakan barang dagangan, kembali ke rumah,
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok
memeriksa, menghitung, dan mempersiapkan
(Tim Penyusun, 2008). Dengan kata lain, etos
kembali barang dagangan untuk besok hari,
juga berarti sebagai sesuatu yang diyakini, cara
menjadi rutinitas kerja yang biasa dilakukan para
berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai
pedagang Pasar Terapung Lok Baintan. Pada
bekerja. Karena itu, kata etos memiliki penger-
sisi lain, karena para pedagang di Pasar Terapung
tian sebagai jiwa khas suatu bangsa, sikap yang
Lok Baintan umumnya adalah perempuan, tentu
mendasar terhadap diri dan dunia yang
mereka pun harus pandai untuk membagi waktu
dipancarkan dalam kehidupan, semangat kerja
guna melakukan kegiatan dan kewajiban yang
yang menjadi ciri khas keyakinan seseorang,
lain dalam mengurus rumah tangga dan
aspek evaluatif yang bersifat menilai, apakah
keperluan keluarga.
kerja dalam hal yang lebih khusus, usaha
Rutinitas dan etos kerja yang dilakukan oleh
komersial yang dianggap sebagai keharusan
para pedagang perempuan di pasar terapung
demi kelangsungan hidup, atau sesuatu yang
tersebut, tidaklah lahir begitu saja. Budaya dan
inspiratif, dari diri, atau sesuatu yang terikat
etos kerja yang mereka tunjukkan lahir dan
pada identitas diri berdasarkan nilai agama yang
dipengaruhi oleh sejumlah nilai dan keyakinan
bersifat sakral.
agama yang menjadi pegangan hidup mereka,
Secara terminologis, kata etos kemudian
sehingga kemudian terbentuk dengan kuat dan
mengalami perubahan makna yang meluas dan
menjadi jati diri atau karakter mereka dalam
setidaknya digunakan dalam tiga pengertian
bekerja atau memaknai kerja.
berbeda yaitu etos, yang diartikan sebagai suatu
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan
aturan umum atau cara hidup, suatu tatanan
utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah
aturan perilaku, dan penyelidikan tentang jalan
bagaimana etos kerja dan latar belakang atau
hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.
faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya etos
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan
dan budaya kerja kaum perempuan Pasar
sebagai thumuhat yang berkehendak atau
Terapung Lok Baintan? Dengan demikian,
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
dalam rangka mencapai cita-cita yang positif
mengkaji etos kerja pedagang perempuan Pasar
(https://id.wikipedia.org/wiki/etos, 2015).
Terapung Lok Baintan dan latar belakang yang
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan,
mendorong tumbuhnya etos kerja para
pengaruh, budaya serta sistem nilai yang
pedagang perempuan tersebut dalam berusaha.
diyakini. Karenanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketika dikaitkan dengan kebudayaan,
KAJIAN LITERATUR
etos berarti sifat, nilai, dan adat-istiadat khas
Etos Kerja
yang memberi watak kepada kebudayaan suatu
Secara etimologis, etos kerja terdiri dari dua
golongan sosial dalam masyarakat (Tim
kata, yaitu etos dan kerja. Etos berasal dari
Penyusun, 2008). Sehingga, dari kata etos ini
Bahasa Yunani yang bermakna sikap, kepri-
pulalah dikenal kata etika yang hampir mendekati
badian, watak, karakter, serta keyakinan atas
pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang
sesuatu, di mana sikap ini tidak saja dimiliki oleh
berkaitan dengan baik buruk moral sehingga
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
dalam etos tersebut terkandung gairah atau
masyarakat (https://id.wikipedia.org/wiki/etos,
semangat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu
2015).
secara optimal dan bahkan berupaya untuk
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
99
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
mencapai kualitas kerja yang sesempurna
Mereka yang terindikasi memiliki etos kerja
mungkin (https://id.wikipedia.org/wiki/etos,
tinggi sehingga giat dalam berwirausaha,
2015).
menurut Asifudin (2008) adalah mereka yang
Kerja, dalam pengertian luas adalah semua
aktif dan suka bekerja keras, bersemangat dan
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik
hemat, tekun dan profesional, efisien dan
dalam hal materi maupun non-materi, intelektual
efektif, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab,
atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan
mandiri, rasional, mempunyai visi jauh ke depan,
masalah keduniawian atau keakhiratan (Abrar,
percaya diri, mampu bekerja sama dengan orang
2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
lain, sederhana, tabah, dan ulet, sehat jasmani
kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu; yang
dan rohani. Sedangkan menurut Toto Tasmara
dilakukan atau diperbuat seseorang; sesuatu
(2002), ada beberapa ciri mereka yang memiliki
yang dilakukan untuk mencari nafkah; atau mata
etos kerja, yakni menghargai waktu, memiliki
pencaharian sedangkan bekerja berarti
moralitas yang bersih (ikhlas), kecanduan kerja,
melakukan suatu pekerjaan, perbuatan atau
kejujuran, memiliki komitmen, istiqamah dan kuat
berbuat sesuatu (Tim Penyusun, 2008).
pendirian, disiplin, konsekuen dan berani
Adapun pengertian dari etos kerja adalah
menghadapi tantangan, memiliki sikap percaya
sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran
diri, kreatif, bertanggungjawab, bahagia karena
sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai
melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa
budaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari
kepemimpinan, berorientasi ke masa depan,
pernyataan di muka bahwa etos kerja mem-
berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta,
punyai dasar dari nilai budaya, yang mana dari
memiliki jiwa bertanding, keinginan untuk
nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja
mandiri, belajar dan haus ilmu, memiliki semangat
masing-masing pribadi. Etos kerja juga dapat
perantauan, mempertahankan kesehatan dan
diartikan sebagai konsep tentang kerja atau
gizi, tangguh dan pantang menyerah, ber-
paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang
orientasi pada produktivitas, memperkaya
atau sekelompok orang sebagai baik dan benar
jaringan silaturahmi, dan memiliki semangat
yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja
perubahan. Menurut Denny (2000), etos kerja
mereka secara khas (Bagus, 2010).
sebagai suatu sikap dan karakter yang kuat
Etos kerja diartikan pula sebagai totalitas
dalam bekerja akan selalu berhubungan dengan
kepribadian diri seseorang serta caranya dalam
beberapa hal penting seperti: orientasi ke masa
mengekspresikan, memandang, meyakini dan
depan, yaitu segala sesuatu direncanakan
memberikan makna pada sesuatu, yang
dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke depan
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih
agar lebih baik dari kemarin; menghargai waktu
amal yang optimal sehingga pola hubungan
dengan adanya disiplin waktu merupakan hal
antara manusia dengan dirinya dan antara
yang sangat penting guna efisien dan efektivitas
manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin
bekerja; tanggungjawab, yaitu memberikan
dengan baik (Bagus, 2010).
asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan
Berdasarkan sejumlah definisi dan penje-
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan
lasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
dengan ketekunan dan kesungguhan; hemat dan
bahwa etos kerja merupakan karakter, kebiasaan
sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan
pandangan, sikap, dan dorongan berkenaan
hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran
dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup
itu bermanfaat untuk ke depan; dan persaingan
manusia yang mendasar pada dirinya. Dengan
sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan
demikian, dimengerti bahwa timbulnya kerja
yang dilakukan tidak mudah patah semangat
dalam konteks ini adalah karena termotivasi oleh
dan menambah kreativitas diri.
sikap hidup yang mendasar.
100
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Telah dijelaskan pada pembahasan sebe-
dan perasaan senang, kenyamanan, kemu-
lumnya bahwa etos kerja tidak serta merta
dahan, kebebasan, dan tentu saja kebanggaan.
tumbuh tanpa melalui proses dan motivasi
Sedangkan pada aspek sosial, terjadi komunikasi
melainkan karena ada beberapa faktor yang
dan interaksi dengan sesama pedagang
melatarbelakanginya. Dalam konteks ini, selain
sehingga terbentuk hubungan atau jalinan sosial
dorongan kebutuhan dan aktualisasi diri, nilai-
yang bisa berdampak positif.
nilai yang dianut, keyakinan atau ajaran agama
Ahmadi Hasan (2007), menyimpulkan bahwa
dapat pula menjadi sesuatu yang berperan dalam
orang Banjar sejak dahulu memiliki watak sebagai
proses terbentuknya etos kerja. Di samping
masyarakat pekerja keras, ulet (cangkal), dan
terpengaruh oleh faktor ekstern seperti faktor
gigih dalam berusaha, karena hidup dalam
fisik, lingkungan, pendidikan, ekonomi, latihan
pandangan mereka adalah kerja (amal). Etos
dan imbalan, ternyata juga sangat dipengaruhi
kerja orang Banjar ini sangat dipengaruhi oleh
oleh faktor intern yang bersifat psikis seperti
ajaran Islam yang memang menekankan pada
dorongan alamiah (basic needs). Jadi, etos kerja
aktivitas kerja dan produktivitas.
seseorang terbentuk dari beberapa variabel.
Terkait dengan perempuan sebagai pekerja
Proses terbentuknya etos kerja seiring dengan
(pedagang), Ruslan dan Gazali (2008), menyim-
beragamnya manusia yang bersifat kodrati,
pulkan bahwa pekerja wanita pada sektor
melibatkan kondisi, prakondisi dan faktor-faktor
industri rumahan (produksi rumah tangga) dalam
seperti: fisik biologis, mental psikis, sosio kultural
bentuk panganan atau kue tradisional di
dan spritual transendental (Asifudin, 2008).
Kabupaten Hulu Sungai Selatan lebih banyak
Dengan demikian, upaya untuk menumbuhkan
daripada laki-laki, walaupun status kerja mereka
etos kerja menjadi satu keharusan. Tanpa upaya
sebagai pekerja tidak tetap, pekerja lepas, atau
tersebut, yang bisa diraih adalah semata-mata
pekerja borongan. Namun, dominasi mereka
nilai material yang secara kuantitas hanya
dalam bekerja di sektor swasta menunjukkan
menjanjikan kepuasan semu. Padahal, nilai
etos kerja yang tinggi yang perlu untuk dibina
spiritual yang justru lebih luhur bisa diraih dari
agar menjadi pemilik usaha.
pemahaman yang baik tentang ajaran agama
Dalam hal etos kerja orang Banjar, Ahmad
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
Juhaidi (2007), menyatakan bahwa elan
kehidupan.
wiraswasta
yang
merupakan
semangat
Berakitan dengan etos kerja pedagang di
kemandirian untuk menciptakan lapangan kerja
Pasar Terapung Banjarmasin maupun watak
sendiri tanpa bergantung pada lapangan kerja
dagang orang Banjar, ada beberapa penelitian
yang disediakan orang lain atau pemerintah
terkait yang telah dilakukan. Penelitian Fatimah
dianggap sebagai salah satu bagian dari kultur
Maseri (2006), mendeskripsikan beberapa hal
orang Banjar, terutama perdagangan. Namun,
terkait dengan peran-peran yang dilakukan oleh
menurut Juhaidi dalam perkembangan bisnis dan
pedagang perempuan di pasar terapung Muara
dunia perdagangan yang digelutinya, orang
Kuin dan Lok Baintan yang menyimpulkan bahwa
Banjar mengalami kegagalan dalam proses
pada aspek ekonomi, pedagang perempuan di
transmisi elan wiraswasta ke spektrum yang
kedua pasar terapung tersebut, berdagang pada
lebih luas yang tidak hanya terbatas pada
awalnya bagi mereka adalah untuk membantu
keluarga semata. Masyarakat Banjar tidak lagi
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, namun
percaya diri menciptakan lapangan kerja sendiri
kemudian menjadi sumber utama ekonomi
dan bergeser menjadi “masyarakat gajian”.
keluarga. Pada aspek psikologis, berdagang tidak
Dalam penelitian Alfani Daud (2008),
hanya untuk memenuhi tanggungjawab dalam
menjelaskan bahwa perilaku orang Banjar dalam
rangka otonomi finansial kehidupan keluarga,
bekerja atau berusaha mencari sumber
tetapi juga sarana untuk mendapatkan kepuasan
penghidupan, sangat dipengaruhi oleh suatu
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
101
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
konsep yang disebut dengan istilah ‘watak
komoditas barang dagangan; memperpanjang
dagang’, yaitu sikap untuk selalu memper-
waktu berdagang; dan menjaga kepuasan
hitungkan untung rugi dalam berusaha. Sikap
pelanggan atau pembeli. Semua strategi
ini kemudian menular dan berkembang tidak
dimaksud merupakan hasil dari proses
hanya dalam aspek bekerja, tetapi juga dalam
pengalaman dan penafsiran terhadap lingkungan
aspek-aspek yang lainnya, termasuk dalam
kerjanya. Bila dikaitkan dengan etika bisnis
kehidupan sosial kemasyarakatan. Karena itu,
dalam Islam, para pedagang di Pasar Terapung
watak dagang pada masyarakat Banjar pada
Lok Baintan, ketika melakukan transaksi jual-
satu sisi memberikan pengaruh yang positif,
beli suda sesuai dengan etika yaitu, mereka
seperti sikap kompetitif dan kerja keras dalam
berlaku jujur, ramah, sopan santun, memberikan
upaya meningkatkan kesejahteraan hidup, tetapi
hak khiyar (hak pembeli untuk mengembalikan
pada sisi yang lain terkadang juga membawa
atau menukar barang yang dibeli setelah
pengaruh
diketahui ada kerusakan dari barang tersebut),
yang
negatif,
seperti
sikap
individualistik dan materialistik. Dalam kajiannya Mufidah (2013), menyim-
berdasarkan suka sama suka, dan menciptakan transaksi yang harmonis (Murni, 2013).
pulkan bahwa pasar terapung dalam kehidupan
Di samping penelitian di atas, banyak
masyarakat Banjar merupakan tempat jual-beli
penelitian lain yang juga mengkaji pasar
yang bersifat khas, tradisional dilihat dari sarana
terapung ditinjau dari berbagai aspek dan
pendukung, penjual dan pembeli, dan waktu,
konteks. Namun, beberapa penelitian di atas,
serta sistem transaksi di lokasi pasar itu sendiri.
belum ada yang secara khusus mengkaji
Unsur-unsur ini pada akhirnya membentuk kode
bagaimana etos kerja dan latar belakang atau
budaya khas pasar terapung.
faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya etos
Dalam hal strategi berdagang Yuli Apriati
dan budaya kerja kaum perempuan di Pasar
(2013), menyimpulkan bahwa strategi ber-
Terapung Lok Baintan Kabupaten Banjar? Apakah
dagang yang digunakan perempuan pedagang
nilai-nilai etos kerja mereka dalam berdagang
di pasar terapung Lok Baintan ada dua, yakni
muncul dikarenakan oleh kultur budaya, sosial
strategi secara kolektif dan strategi secara
ekonomi, tingkat pendidikan, dorongan dan
individu. Strategi kolektif adalah strategi-
semangat karena ajaran agama, atau faktor-
strategi yang umum atau sebagian besar
faktor yang lainnya? Ataukah pula berbagai
digunakan oleh para perempuan pedagang di
faktor yang ada berintegrasi atau bersimultan
pasar terapung Lok Baintan, yaitu: memakai
menjadi satu sehingga mampu mendorong
jukung (perahu kecil tidak bermesin), tanggui
munculnya semangat dan etos kerja mereka
(penutup kepala berbentuk seperti payung),
dalam menjalani aktivitas dagang di pasar
bungkalang atau bakul (keranjang terbuat dari
terapung?
rotan atau bambu berbentuk bundar), dan pengayuh (pendayung terbuat dari kayu)
Orang Banjar
sebagai modal awal untuk berdagang; sikap
Menurut Idwar Saleh (1986), Banjar bukanlah
kejujuran, tepat waktu, sikap ramah dan harga
suku karena tidak adanya kesatuan etnik. Banjar
yang murah; dan sistem barter sesama
hanyalah grup atau kelompok besar, yang terdiri
pedagang. Sedangkan strategi individu adalah
dari kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar
strategi-strategi yang khusus digunakan oleh
Batang Banyu dan kelompok Banjar Pahuluan.
para pedagang perempuan di pasar terapung
Kelompok pertama tinggal di daerah Banjar Kuala
Lok Baintan, yaitu: memilih menjadi pedagang
sampai dengan daerah Martapura, kelompok
tetap dan berdagang setiap hari dengan jenis
kedua tinggal di sepanjang Sungai Tabalong dari
barang dagangan yang sama; lama berdagang
muaranya di Sungai Barito sampai dengan Kelua,
di pasar terapung; menambah jumlah dan ragam
dan kelompok yang ketiga tinggal di kaki
102
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Pergunungan Meratus yang memanjang dari
Islam. Identitas sebagai penganut agama Islam
Tanjung sampai Pelaihari. Kelompok Banjar Kuala
antara lain dikuatkan oleh Alfani Daud (1997)
berasal dari kesatuan etnik Ngaju, kelompok
yang menyatakan
Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan etnik
memang beragama Islam dan agama Islam sejak
Maanyan, dan kelompok Banjar Pahuluan berasal
lama sudah menjadi identitas dan ciri masyarakat
dari kesatuan etnik Bukit.
Banjar.
bahwa orang-orang Banjar
Senada dengan Idwar Saleh, Alfani Daud
Secara teori, agama memang merupakan
(1997) mengatakan bahwa suku bangsa Banjar
penanda identitas yang bersifat situasional yang
ialah penduduk asli sebagian wilayah Propinsi
dengan sadar dapat dilekatkan pada suatu
Kalimantan Selatan, yaitu selain Kabupaten
kolektif suku bangsa, baik oleh suku bangsa itu
Kotabaru. Mereka diduga berintikan penduduk
sendiri, maupun oleh suku bangsa lainnya. Pada
asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang
kasus-kasus
membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar
sekelompok orang yang pindah agama tidak saja
lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu
berakibat pada terjadinya perubahan dalam hal
masa yang lama sekali akhirnya, setelah
identitas agamanya, tetapi juga dapat berakibat
bercampur dengan penduduk yang lebih asli,
pada terjadinya perubahan dalam hal identitas
yang biasanya dinamakan secara umum sebagai
suku bangsanya.
tertentu,
seseorang
atau
Suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang
Jadilah kemudian, tradisi atau seni budaya,
berdatangan belakangan, terbentuklah setidak-
adat-istiadat, dan kehidupan yang berkembang
tidaknya tiga subsuku, yaitu Banjar Pahuluan,
dalam masyarakat Banjar sangat dipengaruhi
Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.
oleh nilai-nilai ajaran Islam. Berbagai upacara
Orang Banjar Pahuluan ialah penduduk
daur hidup dari kelahiran, anak-anak, dewasa,
daerah lembah sungai-sungai (cabang sungai
perkawinan, dan kematian selalu dilandasi atau
Negara) yang berhulu ke Pergunungan Meratus.
paling tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur Islam
Orang Banjar Batang Banyu adalah penduduk
yang walaupun terkadang berbaur dengan sisa-
Banjar yang mendiami lembah sungai Negara
sisa kepercayaan lama. Menurut Daud (1997),
(Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Kemudian,
pada tahapan permulaan berkembangnya Islam,
orang Banjar Kuala adalah penduduk Banjar yang
kebudayaan Banjar telah memberi bingkai dan
mendiami daerah sekitar Banjarmasin dan
Islam telah terintegrasikan kedalam kehidupan
Martapura. Sedangkan bahasa yang mereka
mereka seiring dengan masuk Islamnya kelompok
kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang
masyarakat Banjar yang disebut sebagai
pada asasnya ialah bahasa Melayu, sama halnya
kelompok Bubuhan.
seperti ketika mereka berada di daerah asalnya
Bubuhan adalah unit kesatuan famili atau
di Sumatera atau sekitarnya, yang di dalamnya
kekerabatan yang biasanya sampai derajat
terdapat banyak sekali kosa kata asal Bahasa
saudara sepupu
Dayak dan Bahasa Jawa. Berdasarkan pendapat
sama para suami atau kadang-kadang dengan
Idwar Saleh dan Alfani Daud dapat diambil
para isteri mereka. Anggota bubuhan tinggal di
kesimpulan, bahawa suku Banjar terbahagi
rumah masing-masing. Di antara anggota
kepada 3 sub etnis berdasarkan wilayah tempat
bubuhan ini terdapat seseorang yang menonjol
tinggal mereka dan unsur pembentuk suku itu,
dan dituakan, sehingga dianggap sebagai
yaitu: Banjar Pahuluan, Banjar Kuala, dan Banjar
pemimpin bubuhan yang disebut tatuha
Batang Banyu.
bubuhan. Umumnya, permukiman yang menjadi
dua atau tiga kali, bersama-
tempat atau perkampungan orang Banjar Keagamaan dan Budaya Orang Banjar
terbentuk dari satu atau beberapa bubuhan.
Secara agama etnis Banjar di Kalimantan Selatan
Seiring dengan masuk Islamnya para
dikonstruksikan sebagai suku bangsa beragama
bubuhan, kelompok demi kelompok, dalam waktu
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
103
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
relatif singkat Islam akhirnya menjadi identitas
Pasar Terapung sebagai Pusat Kegiatan
orang Banjar dan merupakan cirinya yang pokok,
Perekonomian
meskipun pada mulanya ketaatan menjalankan
Kehidupan masyarakat Banjar, khususnya
ajaran Islam tidak merata.
kelompok masyarakat Banjar Kuala tidak bisa terlepas dengan sungai, dikarenakan kondisi
Pendidikan dan Status Ekonomi Pedagang
geografis dari wilayah Kalimantan Selatan yang
Perempuan Banjar
dialiri oleh banyak sungai, baik sungai besar
Pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan
maupun sungai kecil. Mereka mendiami pinggiran
umumnya didominasi oleh kaum perempuan atau
aliran sungai yang merupakan sarana peng-
ibu-ibu yang berusia antara 30 - 60 tahunan.
hubung antara masyarakat yang berada di
Sejak pagi, setelah shalat Subuh mereka telah
muara dengan yang ada di perdalaman. Jadilah
berkayuh dan mengarahkan jukungnya menuju
kemudian berbagai aktivitas mereka lakukan dan
lokasi pasar terapung, di depan dermaga masjid
berkaitan dengan sungai, termasuk dalam hal
di bawah jembatan gantung. Mereka datang
jual beli di pasar di atas sungai yang dinamakan
ada yang berkelompok dan ada pula yang sendiri
dengan pasar terapung.
dengan menyusuri Sungai Martapura atau anak
Menurut Natsir (2010) pasar terapung
Sungai Martapura di Desa Lok Baintan dan
memiliki beberapa fungsi, yakni sebagai tempat
sekitarnya.
berlangsungnya aktivitas perekonomian, sebagai
Dalam menjalankan usaha dagangnya di
media untuk berkomunikasi dan bertukar
bekerja dengan ulet
pengetahuan, sebagai arena pambauran
untuk memenuhi kebutuhan dan menghidupi
masyarakat, dan sebagai objek tujuan wisata.
ekonomi keluarga. Di antara mereka ada yang
Sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat
memang menjadikan usaha berjualan di pasar
pinggir sungai, pasar terapung ini memiliki
terapung sebagai sumber utama pendapatan
keunikan tersendiri dibandingkan dengan pasar
keluarga dan ada pula hanya sebagai penambah
lainnya karena aktivitas jual beli di pasar ini
penghasilan. Sebagai sumber utama penghasilan
berlangsung di atas sungai dengan mengguna-
keluarga, berarti mereka tidak memiliki usaha
kan perahu kecil yang disebut dengan jukung
yang lain, selain dari berjualan; sedangkan
(tidak bermesin) dan kelotok (perahu bermesin).
sebagai sumber penghasilan tambahan, berarti
Menurut cerita, pasar terapung merupakan
di antara mereka ada yang memiliki usaha
pasar tradisional yang sudah ada sejak masa
ekonomi yang lain, seperti bertani, berkebun
dahulu. Seiring perkembangan, pasar ini masih
buah (rambutan atau jeruk), dan lain-lain.
bertahan sampai sekarang karena adanya
pasar terapung, mereka
Latar belakang pendidikan mereka umumnya
dukungan kondisi alam, berupa sungai,
tamatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
masyarakat Banjar yang berbasis budaya sungai,
Pertama
dan pemerintah setempat.
(SMP)
sederajat
atau
Pondok
Pesantren (PP), sehingga tidak ada yang buta
Di Banjarmasin, selain dikenal pasar terapung
huruf atau tidak bisa baca tulis dan berhitung
yang terletak di Muara Sungai Kuin, dikenal pula
di antara mereka. Menurut mereka, untuk
Pasar Terapung Lok Baintan yang terletak di
menambah pengetahuan, di samping dengan
aliran Sungai Martapura Kabupaten Banjar,
cara membaca, mereka terbiasa pula mengikuti
tepatnya di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai
pengajian agama yang disampaikan di mushalla,
Tabuk, terletak lebih kurang 25 Km dari Kota
masjid, atau majelis taklim.
Banjarmasin. Aktivitas dagang di Pasar Terapung Lok Baintan dimulai oleh penduduk setempat, terutama kaum perempuan yang tinggal di kampung-kampung sekitar muara Sungai Martapura seperti: Lok Baintan Pantai, Taluk
104
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Masjid, Sungai Bakung, Sungai Tandipah, Sungai
dari kemampuan mereka dalam memanfaatkan
Madang, Sungai Pinang, maupun oleh mereka
sungai. Sungai tidak hanya sebagai sarana
yang berada di anak sungai Martapura dan yang
transportasi, tetapi juga sebagai tempat untuk
masuk lebih ke dalam yaitu Sungai Bujur, Sungai
melakukan jual beli. Perahu yang menjadi alat
Bunut, Sungai Lengi, Sungai Lok Baintan Dalam.
transportasi, mereka gunakan sebagai tempat
Pasar terapung merupakan salah satu pusat
untuk berjualan. Tradisi berjualan di atas sungai
perekonomian masyarakat Banjar yang mendiami
dengan menggunakan perahu inilah yang disebut
kawasan pinggiran atau sepanjang sungai.
dengan pasar terapung yang
Sungai yang merupakan sarana transportasi
hingga sekarang memiliki peran penting dan
pelayaran
menjadi pusat perekonomian masyarakat Banjar
sekaligus
berfungsi
sebagai
penghubung arus mobilitas barang dan jasa
sejak dahulu
yang mendiami kawasan pinggiran sungai.
termasuk di dalamnya komoditas perdagangan, perkebunan, pertanian, dan keperluan rumah
METODE
tangga.
barang-barang
Penelitian ini berlokasi di Pasar Terapung Lok
keperluan rumah tangga yang diperlukan dibawa
Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten
oleh para pedagang untuk dijual kepada
Banjar. Subjek penelitian adalah para pedagang
masyarakat pinggiran sungai dengan menggu-
perempuan yang melakukan aktivitas jual beli
nakan perahu, kemudian barang-barang
di pasar terapung Lok Baintan yang berdomisili
produksi pertanian, perkebunan dari masyarakat
di Desa Lok Baintan, Desa Paku Alam, Desa
pinggiran sungai dibeli dan dibawa lagi oleh para
Sungai Pinang, dan desa-desa lain yang ada di
pedagang untuk dijual kepada masyarakat
sekitarnya.
Melalui
sungai,
perkotaan. Melalui arus jual beli yang demikian,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat pinggiran sungai maupun masya-
pedagang perempuan yang melakukan aktivitas
rakat perkotaan saling memenuhi kebutuhan
jual beli di Pasar Terapung Lok Baintan yang
hidup mereka.
berjumlah lebih kurang 80 orang pedagang
Sebagai pusat perekonomian masyarakat
setiap harinya. Mengingat banyaknya populasi
sungai, Pasar terapung Lok Baintan sudah ada
yang ada, dalam penelitian ini menggunakan
sejak zaman Belanda (sekitar tahun 1890-an),
sampel secara purposive sampling, yaitu
walaupun sempat terhenti pada masa revolusi
pengambilan sampel yang ditentukan sesuai
fisik kemerdekaan Republik Indonesia hingga
keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan
tahun 1949. Namun, setelah masa revolusi fisik
tertentu (Asyari, 1983).
Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan
Dalam penelitian ini digunakan metode
Selatan berakhir, daerah ini berangsur-angsur
penelitian lapangan (field research method)
menjadi aman bagi segala aktivitas kehidupan
yaitu mengadakan pengamatan langsung di
termasuk kegiatan ekonomi rakyat dengan pasar
lokasi penelitian untuk menggali data yang
terapungnya. Sehingga, dalam perkembangan
diperlukan. Dalam pengumpulan data digunakan
selanjutnya pasar ini kemudian kembali menjadi
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
pasar rakyat tradisional, untuk masyarakat yang
Waktu yang digunakan dalam penelitian di
tinggal di sepanjang aliran sungai
lapangan selama satu minggu, dari tanggal 10
dan anak
sungai sekitarnya.
Mei sampai 17 Mei 2013.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami
Setelah data terkumpul, langkah yang
bahwa etos kerja adalah sikap atau semangat
dilakukan selanjutnya adalah menganalisis data.
bekerja yang dimiliki oleh seseorang. Etos kerja
Data yang terkumpul disajikan dalam uraian-
bisa dimiliki oleh siapa saja, tidak terkecuali
uraian secara deskriptif, kemudian dianalisis
masyarakat Banjar yang banyak berdiam di
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
daerah pinggiran sungai. Hal tersebut tampak
interpretatif, yaitu analisis berdasarkan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
105
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
pandangan dan pendapat sendiri sesuai dengan
keranjang berbentuk bundar terbuat dari rotan
ketentuan umum yang berlaku dalam analisis
atau batang bambu) bentuknya besar, tetapi
deskriptif interpretatif.
pada bagian bawah wadah sebagian buah bentuknya kecil. Akan tetapi hal tersebut dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimaklumi oleh para pembeli, sehingga mereka
Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar
mesti berhati-hati dan pandai memperkirakan”
Terapung Lok Baintan
(Wawancara dengan Kepala Desa Lok Baintan
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa
Luar).
nilai-nilai utama yang terkandung dalam etos
Menurut pengakuan dari para responden
kerja meliputi segala aspek kehidupan seperti
(pedagang), mereka mengatakan bahwa
sosial, ekonomi, dan budaya yang tercermin
kejujuran yang mereka alami selama berdagang
dalam nilai-nilai karakter kepribadiannya. Nilai-
di pasar terapung ketika ada penyambangan
nilai yang dimaksud antara lain nilai kejujuran,
(pengepul atau pembeli) yang menawar buah-
menghargai waktu, kerja keras, mandiri, dan
buahan atau sayur-sayuran dengan mengatakan
bertanggungjawab. Berkenaan dengan etos
harga buah yang mereka tawar di pasar lain
kerja yang dimiliki oleh para pedagang perem-
(pasar darat) lebih murah dari yang ada di pasar
puan Pasar Lok Baintan dapat dilihat dari
terapung. Hal demikian bagi pedagang sudah
aktivitas kerja, karaktersitik, dan semangat kerja
menjadi kebiasaan dan tidak ingin meniru hal
yang mereka tunjukkan ketika beraktivitas di
seperti itu dengan mengatakan hal yang sama,
pasar terapung sebagai berikut.
misalnya mengatakan kepada penyambangan yang menawar buah-buahan mereka sudah
Kejujuran
ditawar penyambangan lain dengan harga yang
Kejujuran dalam bekerja merupakan hal yang
lebih tinggi.
harus selalu dijaga dalam melakukan sesuatu
Pernyataan pedagang N dari Desa Paku
yang wajib dilakukan dalam penyelesaian
Alam: “Aku kada mau kaya payambangan si
pekerjaan tersebut, seperti bersikap terbuka,
anu yang mewada dan manyambati buahku
menyampaikan kondisi barang dagangan sesuai
kada bagus lawan mamadahkan harga tukaran
kenyataan, dan jujur dalam takaran, timbangan,
buah inya tadahulu tamurah pada ampun aku,
dan ukuran. Dari hasil observasi dan wawancara,
lalu turun harganya. Amun aku saadanya ja,
diketahui kejujuran para pedagang sebagaimana
kada kaya inya. Paling buahku ini kaena kubawa
pernyataan informan berikut:
ke pasar yang lain atawa kujual lawan siapakah.
“Masalah jujur atau tidak jujur sifatnya
Kaena payu haja, biar harganya seribu sabiji”.
subjektif, bisa dilihat dari segi angsulan (uang
Maksudnya: ‘Saya tidak ingin seperti pengepul
kembalian). Jika mereka meng-angsul-nya sesuai
barang orang yang menyebut buah-buahanku
dengan yang seharusnya, maka bisa dikatakan
tidak bagus dan harga beli buah-buahan dari
jujur. Dalam hal timbangan apabila mereka
pedagang yang lain lebih murah daripada buah-
menimbangnya sesuai takaran maka dapat
buahanku, sehingga harganya jadi jatuh. Aku
dikatakan jujur. Dalam hal pembelian buah dalam
seadanya saja, tidak seperti dia. Bisa saja aku
segi hitungan jumlah mereka bersikap jujur
jual nanti ke pasar yang lain atau kujual dengan
bahkan terkadang ada yang dilebihkan
siapa saja, dan laku saja, walaupun harganya
hitungannya untuk mengganti jika ada buah
(jeruk besar) seribu per biji’.
yang rusak ketika dibawa ke pasar. Akan tetapi
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
ada hal di mana pedagang biasanya kurang
dilihat dari segi kejujuran, pemahaman tentang
terbuka dalam menjelaskan kondisi buah,
jual beli dalam ajaran Islam diketahui oleh para
misalnya buah-buahan yang diletakkan pada
pedagang, yaitu apabila melakukan transaksi
bagian atas wadah atau bungkalan (wadah atau
dagang mengucapkan akad jual beli, juga
106
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
berbuat dan berkata jujur dalam berdagang
hanyar aku ka sambangan bakayuh jukung”.
ketika melakukan aktivitas jual beli. Memberitahu
Maksudnya: ‘Setelah salat Subuh aku pergi ke
hitungan jumlah buah dan sayur sesuai dengan
pasar terapung dengan mendayung perahu’.
jumlah yang ada merupakan bentuk kejujuran
Hal yang senada juga diungkapkan oleh
yang dilakukan para pedagang yang berjualan
kepala Desa Lok Baintan Luar. Beliau menuturkan
di pasar terapung. Bahkan, ada beberapa
bahwa para pedagang yang ia amati di wilayah
pedagang yang melebihkan jumlah buah yang
Desa Lok Baitan Luar sangat menghargai waktu.
akan mereka jual kepada para pembeli untuk
Berikut pernyataan beliau ketika diwawancarai
mengganti jika ada buah yang rusak.
mengenai hal ini: “Ada beberapa pedagang yang
Dalam hal penyampaian bentuk buah ada
rumahnya parak wan rumahku, sambahyang
yang kecil dan besar pedagang kurang trans-
Subuh aja, kebetulan aku imamnya jadi aku
paran dan tidak menceritakan secara langsung
melihat. Bubuhan pedagang itu umpat
kepada para pembeli (panyambangan atau
sambahyang bajamaah di masjid sabalum tulak
pengepul buah dan sayuran untuk dijual
ke pasar terapung. Kada tahu pang pedagang
kembali). Ada juga beberapa pedagang yang
yang lainnya, bisa haja ada yang sambahyang
ketika ada pembeli menawar buah dan sayuran
di rumah atau di masjid yang lain”. atau di
mengatakan sudah ditawar pembeli lain dengan
masjid yang lain”. Maksudnya: ‘Ada beberapa
harga yang lebih tinggi untuk menaikkan harga.
orang dari pedagang pasar terapung yang
Padahal, apa yang dikatakannya ini tidak sesuai
rumahnya berdekatan dengan saya mengerjakan
dengan keadaan yang sebenarnya. Pedagang
salat Subuh, kebetulan saya yang jadi imam,
tersebut berbohong hanya untuk mendapatkan
jadi saya tahu. Mereka ikut salat berjamaah
keuntungan yang lebih besar.
sebelum berangka ke pasar terapung, kurang
Di sinilah dapat tercermin bahwa implementasi dari nilai ajaran agama tentang
tahu pedagang yang lain, barangkali mereka salat di rumah atau di masjid yang lain’.
kejujuran dalam berdagang masih belum
Melakukan aktivitas dagang di pasar
dilaksanakan dengan baik oleh sebagian
terapung sama sekali tidak mengganggu ibadah
pedagang. Jadi, perlu ditumbuhkan keinsafan
salat Subuh mereka karena aktivitas dagang di
kepada sebagian pedagang yang masih kurang
Pasar Terapung Lok Baintan dimulai pada pukul
jujur tentang kerugian bagi mereka yang curang
05.30 atau 06.00 sampai pukul 11.00,
di dalam bekerja.
bergantung pada barang dagangan yang dijual apabila cepat dibeli oleh para pembeli atau
Menghargai Waktu
pengepul barang (penyambangan) maka akan
Pedagang yang memiliki etos kerja islami
semakin cepat bula habis barang dagangan,
menyatakan bahwa waktu baginya adalah
sehingga pedagang juga bisa pulang ke rumah
rahmat yang tiada terhitung nilainya. Ia
dengan cepat. Hal inilah yang membuat
menjadikan waktu sebagai sarana untuk terus
pedagang bisa memanfaatkan waktu dengan
melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi
sebaik mungkin. Para pedagang yang di-
dirinya dan orang lain.Menurut hasil penelitian
wawancarai mengatakan bahwa mereka
dan observasi dalam hal menghargai waktu para
berangkat untuk membawa dagangannya ke
pedagang mengakui bahwa aktivitas di pasar
pasar terapung sekitar pukul 06.00 pagi dan
terapung yang dimulai sekitar pukul 06.00 pagi
hal ini sudah terbiasa mereka lakukan, membagi
sama sekali tidak menyurutkan semangat
waktu antara pekerjaan dan ibadah. Menurut
mereka untuk pergi ke pasar dengan meng-
seorang responden, dirinya terbiasa bangun pada
gunakan perahu untuk mencari rezeki. Hal ini
pukul 04.00 subuh. Dengan demikian, ia
dikuatkan oleh salah seorang pedagang yang
memanfaatkan waktu tersebut dengan sebaik-
mengatakan: “Jadi imbah sambayang Subuh
baiknya, yakni melaksanakan kewajiban
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
107
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
melaksanakan ajaran agama dan memasak
Dari hasil observasi yang dilakukan, kerja
untuk sarapan suami dan anaknya sebelum
keras pedagang juga terlihat dari perjuangan
dirinya berangkat ke pasar terapung untuk
para pedagang yang berada di anak sungai
berjualan. Menurut penuturan anak dari salah
Martapura seperti Sungai Lengi, Sungai Bunut,
seorang pedagang, ibunya tidak terbiasa di
Sungai Bujur, dan Sungai Tandipah. Jarak para
rumah berdiam diri. Setelah melakukan aktivitas
pedagang yang berdomisili di anak sungai
dagang di pasar terapung, sang ibu kembali pergi
tersebut cukup jauh dan apabila ditempuh
ke kebun untuk memetik sayur dan pulang sekitar
dengan menggunakan perahu dan melawan arus
pukul 12.00 yang kemudian melaksanakan
hal tersebut tentu menjadi sangat berat. Akan
perannya sebagai seorang ibu dan istri untuk
tetapi dari sini dapat dilihat bahwa jarak tempuh
menyiapkan makan keluarga.
yang jauh tidak menyurutkan semangat mereka
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan para pedagang sangat menghargai
untuk berdagang menuju lokasi pasar terapung Lok Baintan.
waktu. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka
Nilai etos kerja pedagang perempuan pasar
mampu membagi waktu antara kerja dan ibadah,
terapung dapat dilihat dari semangat kerja
mempersiapkan barang dagangan dan me-
mereka. Ajaran Islam cukup tertanam dalam diri
laksanakan kewajiban mereka sehari-hari dalam
para
mengurus keluarga. Waktu bagi mereka adalah
pemahaman mereka yaitu
rahmat yang perlu dimanfaatkan sebaik mungkin,
merupakan kewajiban yang harus ditunaikan
pedagang
yang
tercermin
dalam
bahwa kerja keras
dan menjadikan waktu sebagai wadah produk-
oleh setiap orang yang mengaku dirinya beriman
tivitas. Sikap ini mencerminkan bahwa para
kepada Allah SWT.
pedagang tersebut telah mengimplemetasikan
sepenuhnya bahwa kerja keras dalam berusaha
ajaran agama Islam yang menekanan perlunya
sudah tertanam dalam diri pribadi, sehingga
menggunakan waktu sebaik-baiknya.
sikap malas dan pesimis dalam berusaha mereka
Para pedagang menyadari
anggap sebagai sesuatu yang memalukan. Salah satu ciri orang yang memiliki etos kerja yang
Kerja Keras Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan
dalam mengamati kehidupan para pedagang,
tinggi sehingga giat dalam berwirausaha adalah orang yang aktif dan bekerja keras.
ada hal yang perlu ditiru dari etos kerja mereka, yakni kerja keras. Menurut responden, untuk
Mandiri
mencapai sebuah kesuksesan mereka tidak
Hasil wawancara dengan salah seorang
boleh berdiam diri dan hanya mengharapkan
responden yang bertempat tinggal di Desa Lok
jatah dari suami. Mereka bekerja keras untuk
Baintan Luar menunjukkan bahwa ia tidak ingin
meraih kesuksesan. Para pedagang menyadari
berdiam diri dan lebih memilih menyibukkan diri
sepenuhnya bahwa kerja keras dalam berusaha
dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
sudah tertanam dalam diri pribadi, sehingga
Apabila sudah selesai berdagang di pasar
sikap malas dan pesimis dalam berusaha mereka
terapung ia kembali berangkat ke kebun untuk
anggap sebagai sesuatu yang memalukan.
membantu suaminya menggarap dan merawat
Seperti penuturan salah seorang pedagang yang
perkebunan mereka. Hasil panennya dapat dijual
menyatakan bahwa setiap pagi dirinya bangun
di pasar terapung untuk biaya hidup dan
pukul 04.00 subuh, ia mulai menyalakan api
pendidikan anak-anak mereka.
untuk memasak nasi, setelah tiba waktu subuh
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
ia melaksanakan salat subuh, setelah itu
pedagang (seorang pedagang di pasar terapung
menyusun barang dagangan di dalam perahu
yang berdomisili di Desa Lok Baintan Luar),
untuk kemudian dibawa ke pasar terapung.
bahwa selama beberapa tahun ini dirinya terbiasa hidup sendiri untuk menghidupi anak-
108
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
anaknya, karena suaminya sudah lama
kegairahan bekerja terhadap pemeluk ajaran
meninggal. Sehingga, selain berjualan di pasar
agama tersebut. Bentuk pengabdian keagamaan
terapung, dia juga menggarap sawah dan
yang dilaksanakan dengan bekerja juga
perkebunan sampai memanen hasilnya dan
menimbulkan proses rasionalisasi sebagai dasar
kemudian juga menjualnya.
kultural bagi tindakan-tindakan kalkulasi,
Menurut penuturan seorang responden,
pengukuran dan kontrol terhadap setiap tindakan
sejak ia kecil ayahnya sudah meninggal dunia.
ekonomi atau bekerja, sehingga berakibat pada
Hal ini secara otomatis menjadikan ibunya satu-
penghapusan usaha-usaha yang hanya bersifat
satunya tulang punggung keluarga. Akan tetapi
magis, misalnya melakukan manipulasi terhadap
hal tersebut tidak membuat ibunya patah
hal-hal yang supranatural, atau sikap untuk
semangat dan terus meratapi kesedihan. Dengan
menunggu keajaiban.
warisan tanah perkebunan dan persawahan dari
Toto Tasmara (2002) mengatakan bahwa
berusaha
indikator mereka yang memiliki etos kerja
menggarap lahan perkebunan dan persawahan
tampak dari pemaknaan dan proses mereka
tersebut sendiri. Hasil kerja keras dan
dalam bekerja, yakni kerja adalah segala
kemandiriannya telah mampu membiayai
kegiatan atau aktivitas yang memiliki tujuan
pendidikan ketujuh anak perempuannya. Bahkan
serta dilakukan melalui usaha (ikhtiar) yang
ia sendiri sekarang sudah bisa kuliah di salah
sangat bersungguh-sungguh untuk mewujud-
satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota
kannya, sehingga aktivitas tersebut mempunyai
Banjarmasin.
arti. Maknanya, bahwa dalam bekerja pada
almarhum
ayahnya
sang
ibu
Adanya keiginan untuk mandiri dan tidak
prinsipnya terkandung tiga aspek yang dipenuhi
bergantung pada orang lain merupakan nilai
secara nalar, yaitu: aktivitas kerja dilakukan
agama yang terkandung dalam etos kerja
karena adanya dorongan tanggung jawab
pedagang pasar terapung Lok Baintan. Mereka
(motivasi); kerja yang dilakukan merupakan
sudah terbiasa hidup mandiri melakukan berbagai
suatu kesengajaan dan direncanakan; dan kerja
kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dilakukan tersebut dikarenakan adanya
mereka. Bekerja secara produktif
arah dan tujuan yang luhur.
merupakan
ciri dan karakteristik seorang Muslim yang baik
Sikap dan karakteristik dalam berjualan
sesuai dengan implementasi hadis Nabi yang
yang ditunjukkan oleh pedagang perempuan di
menyatakan bahwa tangan di atas (yang
Pasar Terapung Lok Baintan, seperti meng-
memberi) adalah jauh lebih baik daripada tangan
utamakan kejujuran, menghargai waktu, kerja
di bawah (yang menerima). Pada hadis yang
keras, kemandirian sejalan dengan delapan
lain dinyatakan pula bahwa seandainya
prinsip utama etos kerja profesional menurut
seseorang bekerja dengan mencari kayu bakar
Jansen Sinamo (2002). Prinsip utama etos kerja
dan dipikulkan di atas punggungnya, hal itu jauh
profesional menurut sinamo adalah: 1) Kerja
lebih baik daripada ia meminta-meminta kepada
merupakan rahmat, sehingga perilaku positif
orang lain.
yang dihasilkannya adalah bekerja tulus penuh
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah
perhatian; 2) Kerja adalah amanah, sehingga
bahwa pedagang perempuan di Pasar Terapung
pemahamannya akan menimbulkan perilaku
Lok Baintan memiliki etos kerja yang baik dan
bekerja tuntas dan merasa bahwa apapun yang
selaras dengan teori etos kerja yang dilontarkan
dikerjakannya adalah sesuatu yang harus
oleh para ahli. Dikatakan bahwa, etos kerja
diselesaikan (mastery work) dengan penuh
sebagai dorongan praktis untuk berbuat sesuatu
tanggung jawab; 3) Kerja adalah panggilan,
sangat dipengaruhi oleh sistem nilai suatu ajaran
sehingga menyebabkan seseorang bekerja
agama karena ajaran agama mempunyai
tuntas, benar dan penuh integritas; 4) Kerja
hubungan langsung (fungsional) dengan
sebagai aktualisasi, sehingga perilaku kerja
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
109
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
positif yang dihasilkan adalah bekerja keras
tidak sempat menamatkannya. Hanya beberapa
penuh semangat; 5) Kerja merupakan ibadah,
dari mereka yang lulusan Madrasah Tsanawiyah
sehingga menimbulkan etos bekerja serius penuh
(MTs) atau Madrasah Aliyah (MA). Namun,
pengabdian; 6) Kerja adalah seni, sehingga
semangat dan pendidikan yang pernah diterima
perilaku positif yang dihasilkan adalah bekerja
telah berhasil mendorong dan menambah
kreatif penuh suka cita dan melihatnya sebagai
semangat kerja mereka.
suatu keindahan yang harus dinikmati; 7) Kerja
Hasil wawancara dengan para responden
adalah suatu kehormatan, sehingga seseorang
menunjukkan bahwa walaupun mereka hanya
bekerja unggul penuh ketekunan, itulah dampak
lulusan madrasah, mereka tidak ingin melihat
yang dihasilkannya; 8) Kerja merupakan bentuk
anaknya mengikuti jejak mereka. Oleh sebab
dari pelayanan, sehingga menimbulkan etos
itu, mereka ingin lebih giat lagi bekerja untuk
bekerja sempurna penuh pelayanan.
membangun masa depan yang lebih baik dengan
Etos kerja pedagang perempuan Pasar Terapung Lok Baintan juga memenuhi indikator etos kerja sebagaimana dikemukakan oleh
berusaha menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak
dari
salah
seorang
pedagang
Asifudin (2008). Menurut Asifudin, mereka yang
menceritakan bahwa ibunya tidak ingin berdiam
memiliki etos kerja tinggi sehingga giat dalam
diri berpangku tangan hanya mengharap
berwirausaha antara lain terlihat dalam sikap
pemberian dari suami. Ibunya biasa melakukan
yang aktif dan suka bekerja keras, bersemangat
pekerjaan sendiri seperti memetik buah jeruk di
dan hemat, tekun dan profesional, efisien dan
perkebunan atau mengikat daun singkong.
efektif, jujur, disiplin dan bertanggung jawab,
Semua itu dilakukan secara ikhlas tanpa ada
mandiri, rasional, serta mempunyai visi yang jauh
keluh kesah dan paksaan. Hal ini menurut sang
ke depan, percaya diri, namun mampu bekerja
anak dilakukan oleh sang ibu karena sang ibu
sama dengan orang lain, sederhana, tabah, dan
menginginkan anaknya memiliki masa depan
ulet, sehat jasmani dan rohani.
yang sukses. Sang ibu tidak ingin anaknya kelak mengikuti jejaknya yang tidak sempat
Latar Belakang Tumbuhnya Etos Kerja
menamatkan pendidikan di tingkat MI.
Pedagang Perempuan Etos kerja tidak tumbuh secara serta merta
Keyakinan Agama
tanpa melalui proses, keyakinan, dan motivasi.
Hasil wawancara dan observasi menunjukkan
Hal ini juga terlihat dari latar belakang etos kerja
bahwa mereka mengatakan dengan bekerja
para pedagang perempuan yang berusaha di
dapat mendorong untuk mengerjakan ibadah
Pasar Terapung Lok Baintan. Latar belakang atau
kepada Allah dan tidak hidup bermalas-malasan
faktor-faktor yang menyebabkan tumbuhnya
dengan hanya mengharap jatah dari suami.
etos kerja di kalangan mereka bisa dilihat dari
Mereka bekerja dan berusaha tanpa ada
faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam
paksaan melainkan murni dari keinginan sendiri
yaitu pendidikan, keyakinan agama, kultur atau
untuk mandiri. Hal ini juga terlihat dari keseharian
budaya dan dampak kerja keras. Faktor dari
mereka ketika dilakukan observasi ke tempat
luar yaitu motivasi sesama pedagang dan
tinggal beberapa pedagang yang berdomisili di
pembinaan dari pemerintah dan aparat desa.
RT 2 Desa Paku Alam. Setelah pedagang datang dari berjualan di pasar terapung, pedagang
Pendidikan
tersebut kembali bersiap-siap pergi ke kebun
Sebagian besar para pedagang perempuan pasar
untuk menggarap tanaman seperti buah jeruk
terapung memiliki latar pendidikan yang rendah.
dan pisang. Selepas bekerja dari kebun, pada
Mereka adalah lulusan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
waktu azan zuhur, ia bergegas membersihkan
atau Sekolah Dasar (SD) dan ada juga yang
badan dan segera menunaikan salat zuhur.
110
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Selepas melaksanakan salat zuhur, ia kembali
Pedagang yang lain mengakui bahwa kondisi
melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah
geografis, yakni jarak tempuh yang tidak terlalu
tangga seperti memasak nasi, sayur dan lauk
jauh untuk mendatangi pasar terapung juga
pauk untuk keluarga. Pedagang meyakini bahwa
menjadi alasan kuat ia bersemangat berjualan
bekerja itu merupakan salah satu wujud dari
di pasar terapung. Dengan memakai jukung ia
ibadah kepada Allah SWT.
setiap pagi membawa barang dagangannya ke
Penuturan yang sama juga diungkapkan
pasar terapung Lok Baintan.
pedagang lain, bahwa pemahamannya tentang
Menurut hasil wawancara dengan para
agama tidak semata-mata diaplikasikan dalam
pedagang mereka mengakui bahwa dengan
bentuk ibadah, tetapi juga harus diimbangi
keberadaan pasar terapung menimbulkan
dengan amal. Dengan bekerja mereka bisa
sebuah kebiasaan yang baik kepada mereka,
menghasikan materi yang selanjutnya bisa
yakni bangun pagi. Apabila mereka telat bangun
mereka gunakan untuk keperluan ibadah di jalan
tentu saja kesempatan mereka untuk mendapat
Allah. Seperti penuturan salah seorang pedagang
rezeki akan hilang.
bahwa apabila ia memiliki untung yang banyak
Salah seorang pedagang mengatakan
dalam berdagang ia menyisihkan sebagian
bahwa pasar terapung yang ada di Lok Baintan
hasilnya untuk disumbangkan ke masjid sebagai
tidak akan hilang begitu saja. Hal ini dikarenakan
bekal mereka di hari akhir kelak.
pasar terapung merupakan ladang usaha para
Dari hasil wawancara dan observasi yang
kaum perempuan untuk mencari penghasilan
dilakukan, para pedagang memiliki keyakinan
tambahan, sehingga faktor ketergantungan
agama yang baik. Hal ini terlihat dari bagaimana
antara masyarakat dengan pasar terapung
mereka memaknai kerja tersebut yaitu
sudah ada sejak dahulu dan berlangsung sampai
menghargai waktu dengan bangun pagi,
sekarang.
menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah salat Subuh, pergi bekerja sebagai pedagang,
Dampak kerja keras
dan menyempatkan mengikuti berbagai kegiatan
Setiap pekerjaan yang dilakukan yang dengan
agama lainnya.
bersungguh-sungguh tentu memberikan dampak dan hasil yang memuaskan terhadap orang yang
Kultur atau Budaya
melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini juga yang
Keberadaan pasar terapung yang sudah ada
dirasakan oleh para pedagang pasar terapung
sejak tahun 80-an menimbulkan sebuah kultur
Lok Baintan, sehingga memotivasi mereka untuk
budaya yang mereka pahami yakni kebiasaan
terus bekerja dengan baik. Dari segi ekonomi,
mereka untuk tepat waktu bangun pada pagi
pendapatan yang mereka dapatkan cukup
hari sebelum azan subuh untuk menyiapkan
memadai untuk menambah biaya kehidupan
segala keperluan berdagang. Kebiasaan ini
keluarga, bahkan ada yang menjadi sumber
membuat para pedagang bisa memanfaatkan
utama penghasilan mereka sebab mata
waktu dengan baik. Penuturan salah seorang
pencaharian sebagai pedagang pasar terapung
pedagang ketika ditanya mengenai hal yang
sudah mereka geluti bahkan ada yang melakukan
membuatnya semangat untuk bekerja adalah
pekerjaan ini dari sebelum ia berumah tangga.
adanya kebiasaan yang sudah tertanam dalam
Para pedagang bisa dikatakan cukup berhasil
dirinya bahwa apabila ia tidak melakukan
dan mapan dalam menekuni pekerjaannya. Hasil
sesuatu dan menggerakkan badannya untuk
dari berjualan di pasar terapung menurut
bekerja justru hal tersebut membuatnya sakit
pengakuan pedagang dirasakan cukup untuk
sehingga dengan bekerja ia merasa badannya
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari
lebih sehat.
dan membiayai sekolah anak mereka.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
111
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Menurut pengakuan para pedagang, hasil
Hasil penelitian yang dilakukan melalui
dari mereka berjualan selama ini dirasakan cukup
observasi dan wawancara langsung dengan
untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi
responden dan informan, para pedagang di
keluarga seperti membeli perabotan rumah
tengah kesibukannya sebagai pedagang, istri,
tangga yang ia inginkan. Bahkan, tak jarang
sekaligus ibu rumah tangga masih bisa
bila musim panen buah tiba ada beberapa
menyempatkan diri hadir ke majelis taklim.
pedagang yang berhasil membeli perhiasan emas
Bahkan, ada salah satu pedagang yang
untuk disimpan sebagai tabungan yang dapat
berdomisili di Desa Lok Baintan Luar menjadikan
dapat dijual untuk digunakan sesuai keperluan
rumahnya sebagai tempat untuk mengadakan
jika suatu ketika ada keperluan mendesak.
kegiatan yasinan wanita yang dilaksanakan setiap hari selasa sehabis dhuhur dan diisi dengan pengajian.
Motivasi Sesama Pedagang Kesadaran untuk bekerja tidak hanya di-
Kegiatan keagamaan tersebut melahirkan
tetapi juga
sebuah pemahaman bagi para pedagang tentang
dari dalam diri seseorang untuk semangat dalam
semangat seorang Muslim untuk bekerja, yaitu
bekerja. Menurut hasil wawancara dan observasi
untuk melaksanakan ibadah. Hal ini dapat dilihat
yang dilakukan sebagian pedagang mengakui
dari hasil observasi di lingkungan para pedagang
bahwa dengan pergi ke majelis taklim men-
bahwa mereka tidak melewatkan waktu begitu
dengarkan ceramah agama
membuat mereka
saja dengan hanya mengobrol di depan rumah
sadar akan pentingnya menjadi pribadi mandiri
tetapi mereka menggunakan waktunya untuk
yang tidak berpangku tangan mengharap
bekerja dan beribadah.
pengaruhi oleh faktor lingkungan,
bantuan orang lain. Mereka juga berpendapat bahwa daripada berdiam diri di rumah tidak
Pembinaan dari Pemerintah dan Aparat
melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk
Desa
kepentingan pribadi dan keluarganya, lebih baik
Disadari atau tidak oleh sebagian masyarakat
memilih untuk bekerja. Seperti yang diungkapkan
bahwa pada kenyataan yang terlihat di
oleh salah satu informan yang merupakan
lapangan, adanya kegiatan majelis taklim di
tetangga
desa mereka memberikan dampak yang sangat
responden
(pedagang
pasar
terapung). Menurut cerita orang sekitar rumah pedagang pasar terapung tersebut, mereka sering
positif bagi keberlangsungan hidup mereka. Hal ini juga yang terjadi pada para pedagang pasar terapung.
menyaksikan para pedagang di sekitar rumah
Pemerintah setempat juga turut serta dalam
mereka pergi ke majelis taklim. Bahkan, ada salah
membangun semangat kerja para pedagang
satu pedagang yang sengaja menjadikan
dengan membentuk sebuah perkumpulan
rumahnya sebagai tempat berkumpul untuk
koperasi bagi para pedagang Pasar Terapung
membaca surah Yasin (Yasinan) setiap satu
Lok Baintan yang dibentuk pada tanggal 1 April
minggu sekali sehabis zuhur yang disertai
2013. Anggota dari koperasi saat ini berjumlah
dengan pengajian agama. Menurut pengakuan
60 pedagang pasar terapung. Terbentuknya
para pedagang, mereka juga sering menyem-
koperasi ini atas anjuran dari Camat Sungai
patkan diri pergi ke majelis taklim yang
Tabuk untuk memperlancar usaha para
bertempat di Desa Sungai Bujur yang dilak-
pedagang.
sanakan setiap hari Sabtu selepas salat Asar
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami
karena waktu pengajian yang tidak mengganggu
bahwa faktor agama sangat menentukan etos
aktivitas mereka di pasar terapung dan jarak
kerja para pedagang perempuan pasar
yang dekat dari desa untuk pergi ke majelis
terapung. Dalam konteks ini, para ahli dan
taklim.
peneliti tentang etos kerja seperti Max Weber
112
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
(1992), Jansen Sinamo (2002), Toto Tasmara
untuk menaikkan harga dagangan mereka
(2002), dan Asifuddin (2008) sepakat bahwa
dengan mengatakan bahwa barang tersebut
nilai dan keyakinan agama sangat berpengaruh
sudah ada yang menawar dengan harga yang
terhadap munculnya dorongan, semangat, atau
lebih tinggi dari pembeli sebelumnya.
etos yang tinggi dalam bekerja sebagaimana
Dalam hal menghargai waktu, para
yang ditunjukkan oleh pedagang Pasar Terapung
pedagang menghargai waktu dengan sangat
Lok Baintan. Nilai-nilai agama telah memberikan
baik. Hal ini terlihat dari cara mereka menye-
kepada mereka pemahaman untuk bekerja
imbangkan antara melaksanakan kewajiban dan
dengan baik dan memenuhi prinsip-prinsip
keperluan, beriman dan beramal. Kerja keras
agama, seperti kejujuran, kemandirian, kerja
dan kemandirian mereka juga menunjukkan nilai-
keras,
dan
nilai agama (Islam) yang patut untuk ditiru. Dari
pengaturan waktu, dan sebagainya. Nilai dan
keseluruhan dapat dilihat bahwa etos kerja
dasar agama ini sendiri mereka dapatkan dari
pedagang perempuan pasar terapung Lok
bangku sekolah, pengajian agama, ataupun dari
Baintan hampir menunjukkan etos kerja Islam
sumber-sumber yang lain.
yang sesuai dengan syariat agama yang mereka
perencanaan,
perhitungan,
Di samping itu, faktor budaya juga
anut.
memberikan dampak yang signifikan terhadap
Adapun latar belakang tumbuhnya etos
etos kerja. Sebagaimana dikemukakan Daud
kerja pedagang Pasar Terapung Lok Baintan
(2008), bahwa secara kultural, orang Banjar
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tidak hanya
memiliki satu sikap atau karakteristik dalam
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
kegiatan ekonomi yang disebutnya dengan
pedagang, tetapi juga dipengaruhi pula oleh
istilah “watak dagang”. Watak dagang tersebut
faktor lain yang bersifat intern seperti nilai atau
memberikan dorongan kepada orang Banjar
keyakinan agama dan kultur atau budaya positif
untuk selalu membaca peluang, berusaha keras,
yang sudah ada sejak dahulu serta kemandirian
berkompetisi, dan memperhitungkan untung rugi
dan dampak (pengalaman) dari kerja keras yang
dalam berusaha. Mereka didorong untuk pandai
mereka telah rasakan. Selain itu, ada juga faktor
membaca kesempatan dalam mengusahakan
dari luar yaitu motivasi sesama pedagang itu
kegiatan-kegiatan yang bernilai ekonomis. Itulah
sendiri serta
sebabnya, peluang dagang merupakan peluang
setempat dan aparat desa.
pembinaan dari pemerintah
terbesar dan terbuka untuk siapa saja yang mau berusaha dan memanfaatkannya.
Saran Berdasarkan uraian di atas, etos kerja para
SIMPULAN DAN SARAN
pedagang perempuan yang sudah tertanam
Simpulan
dengan baik perlu untuk terus dibina dan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
ditingkatkan agar perekonomian dan kesejah-
etos kerja pedagang perempuan Pasar Terapung
teraan hidup mereka juga meningkat. Di samping
Lok Baintan terlihat pada sifat dan karakteristik
itu, berkaitan dengan pemahaman terhadap
mereka dalam berusaha, seperti sifat kejujuran,
kerja, serta memberdayakan kehidupan para
menghargai waktu, kerja keras, dan mandiri.
pedagang perempuan Pasar Terapung Lok
Dalam hal kejujuran para pedagang, terutama
Baintan, baik dari aspek ekonomi maupun aspek-
dalam hal
hitungan jumlah buah dan sayur
aspek sosial, budaya, dan pendidikan, perlu
mereka telah bersikap jujur. Namun, dalam segi
adanya program pembinaan, pendampingan,
ukuran dan keadaan barang yang diper-
atau pemberdayaan yang berkesinambungan
dagangkan mereka kurang terbuka. Ketika ada
dari pihak terkait (pemerintah), sehingga
pembeli yang menawar barang dagangan mereka
keberadaan dan keberdayaan para pedagang
ada beberapa pedagang yang berkata tidak jujur
perempuan Pasar Terapung Lok Baintan tetap
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
113
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
terjaga. Misalnya, program bantuan modal
menjaga kelestariannya, dukungan dari berbagai
dagang yang mudah prosesnya, ringan
pihak sangat diperlukan dalam memberi motivasi
persyaratannya, dan tanpa bunga bagi para
dan kesadaran kepada para pedagang agar
pedagang untuk meningkatkan kuantitas barang
tetap bersemangat, jujur, berlandaskan nilai-
dagangan dan pendapatan mereka.
nilai agama dan budaya dalam melakukan
Pasar Terapung Lok Baintan adalah salah satu khazanah dan icon budaya kebanggan
aktivitas jual-beli di pasar terapung dan terus berupaya untuk mengembangkannya.
masyarakat Banjar. Oleh karena itu, untuk
PUSTAKA ACUAN Abrar, A. 2011. Etos Kerja dalam Islam. https://pintania.wordpress. com/etos-kerja-dalamislam/, diakses 12 April 2013. Asyari , S. I. 1983. Suatu Petunjuk Praktis Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional. Apriati, Y. 2013. Strategi Berdagang Di Pasar Terapung Lok Baintan: Studi Kasus Perempuan Pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk. Tesis. Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sosiologi UGM Yogyakarta. Asifudin, A. J. 2008. Etos Kerja Islami. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press Surakarta. Bagus, D. 2010. Kerja: Defenisi, Fungsi dan Cara Menumbuhkan Etos Kerja. http://jurnalsdm.blogspot.co.id/2010/10/etos-kerja-definisi-fungsi-dan-cara.html, diakses 12 April 2013. Daud, A. 2008. Perilaku dan Watak Dagang Orang Banjar. Al-Banjari: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 1 (1), PPs IAIN Antasari Banjarmasin, hlm.15-44. Daud, A. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hasan. A. 2007. Adat Dagang Orang Banjar dan Prospek Ekonomi Syariah. Jurnal Kebudayaan Kandil, 5 (15), LK 3 Banjarmasin, hlm.23-33. https://id.wikipedia.org/wiki/etos, 2015 tentang Definisi Etos Kerja. Juhaidi, A. 2007. Transmisi Elan Wiraswasta Urang Banjar. Jurnal Kebudayaan Kandil, 5 (15), LK 3 Banjarmasin, hlm. 16-22. Maseri. F, 2006. Perempuan di Pasar Terapung. Jurnal Kebudayaan Kandil, 3 (11), LK 3 Banjarmasin, hlm.15-23. Mufidah, N. 2013. Etnolinguistik: Sebuah Kajian Antropologi Masyarakat Banjar Di Pasar Terapung Lok Baintan Kabupaten Banjar. Jurnal Al-Adzka, IV (1), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin, hlm.303-316. Muin, F. 2012. Pasar Terapung Lok Baintan dalam Tinjauan Antropologi Bahasa. Laporan Penelitian Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Murni. 2013. Perilaku Bisnis Para Pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi IAIN Antasari Banjarmasin. Natsir, M. 2010. Pasar Terapung: Suatu Kajian Terhadap Sistem Mata Pencaharian Tradisional Masyarakat di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Laporan Penelitian, Pontianak: BPNB. Radiansyah dan Jumadi. 2013. Tindak Tutur Dalam Transaksi Jual-Beli di Pasar Terapung Lok
114
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Baintan Martapura. Laporan Penelitian Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Ruslan dan Gazali, A. 2008. Pekerja Wanita pada Sektor Home Industry di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jurnal Studi Gender Mu’adalah, 1 (1), PSG IAIN Antasari Banjarmasin, hlm.51-76. Sinamo, J. 2 September 2002. Delapan Prinsip Etos Kerja. Surat Kabar Harian Republika. Saleh, M. I. 1986. Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai dengan Akhir Abad-19. Banjarbaru: Museum Lambung Mangkurat. Tasmara, T. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Weber, M. 1992. The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism. New York: Charles Scribner’s.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
115
Hendraswati, Etos Kerja Pedagang Perempuan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
116
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016