BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN GAMES PUZZLE UNTUK MELATIH DAYA INGAT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Setelah data hasil penelitian lapangan terkumpul yaitu tentang penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak berkebutuhan khusus, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. A. Analisis pengunaan games puzzle pada anak berkebutuhan khusus di PAUD Teddy Bear Banyurip Alit Kec. Pekalongan Selatan. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kelainankelainan khusus. Untuk itu mereka perlu adanya pendidikan yang khusus pula. Anak berkebutuhan khusus perlu mendapatkan pendidikan sedini mungkin agar mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus adalah dengan permainan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan anak-anak atas keinginan sendiri dengan memanfaatkan kelebihan energi yang ada pada dirinya dan tanpa disadari memberi manfaat pada tahap perkembangan yang sedang dan akan dilaluinya. Sedangkan bentuk bermain tersebut pada anak-anak berkebutuhan khusus digunakan untuk meningkatkan beberapa kemampuan mereka yaitu untuk meningkatkan kemampuan fisik, kemampuan akademik, mengembangkan daya abstraksi dan fantasi, mengembangkan sosialisasi, dan meningkatkan intelektual. 83
84
Hal-hal yang diperlukan untuk kegiatan anak usia dini bukan seperti anak usia sekolah. Akan tetapi hal yang diperlukan adalah pemberian stimulasi atau rangsangan agar anak mampu mengetahui keadaan disekelilingnya. Penggunaan metode harus melihat kondisi anak, karena daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, ada juga yang lambat. Guru dapat mengenalkan angka, huruf, nama-nama binatang, dan alat transportasi dengan menggunakan games puzzle pada anak berkebutuhan khusus, karena melalui permainan ini anak akan merasa senang, selain itu untuk melatih daya ingat dan konsentrasi pada anak berkebutuhan khusus. Dalam permainan ini selain menyenangkan juga untuk mempermudah anakanak dalam mengingat sesuatu (seperti angka, huruf, nama-nama binatang, dan alat transportasi) melalui kegiatan belajar sambil bermain. Perlahan dengan tuntunan dan bantuan dari guru serta orang tua, tentunya dengan proses belajar sambil bermain akan mencapai hasil yang diinginkan, karena banyaknya anak masing-masing mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu semuanya butuh proses dan waktu untuk mencapai keberhasilan dalam melatih ingatan anak. Berikut ini akan dipaparkan mengenai analisis penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak berkebutuhan khusus berdasarkan dari jenis ketunaannya:
85
1. Analisis Penggunaan Games Puzzle pada anak Tunarungu Anak tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam pendengaran. Dengan memiliki keterbatasan pendengaran tersebut, mereka memiliki keterbatasan dan kelemahan dalam pengucapan kata dan dalam berbicara atau mengeluarkan kata-kata. Hal yang dipersiapkan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran adalah mengkondisikan anak – anak agar duduk tenang, berdo’a sebelum memulai pembelajaran. Pembelajaran pada anak tunarungu lebih banyak menggunakan komunikasi dengan gerak bibir dari pada menggunakan bahasa isyarat, karena apabila dilakukan dengan bahasa isyarat saja dikhawatirkan mereka hanya akan bisa berkomunikasi dengan sesama anak tunarungu saja. Penggunaan games puzzle pada anak tunarungu diberikan hanya beberapa hari dalam seminggu dan dilaksanakan setelah pembelajaran atau materi selesai diajarkan dengan tujuan agar anak tidak bosan. Selain games puzzle yang juga ikut berperan dalam rangka untuk melatih daya ingat anak adalah melalui permainan tebak-tebakan gambar dan nyanyian. Metode lain yang juga berperan dalam membantu ingatan anak diantaranya adalah metode menulis dan mewarnai. Mengenai perkembangan ingatan anak tentang materi yang telah diajarkan, ada yang sudah mampu mengingatnya dan ada juga yang belum bisa, yaitu dalam materi bina diri rata-rata anak sudah bisa, hanya ada 1 anak yang belum bisa. Untuk materi motorik halus dan kasar dari 4 anak, 3
86
anak sudah bisa, dan 1 anak mulai bisa artinya masih butuh bimbingan dan arahan dari guru. Dalam materi identitas diri dari 4 anak, 3 anak sudah mampu untuk mengingat bentuk tulisan namanya sendiri, sedangkan 1 anak belum mampu. Untuk vokal, dari 4 anak, 1 anak sudah bisa keluar vokal tetapi bicaranya kurang jelas, 1 anak belum bisa keluar, 1 anak sudah bisa untuk menyebut namanya sendiri, dan 1 anak lagi masih butuh bimbingan. Sedangkan untuk komunikasi, semuanya sudah faham untuk mengikuti intruksi/perintah dari guru. 2. Analisis Penggunaan Games Puzzle pada Anak Tunagrahita Perkembangan fungsi intelektual anak tunagrahita yang rendah dan disertai dengan perkembangan perilaku dalam menyesuaikan keadaan yang rendah pula akan berakibat langsung pada kehidupan mereka sehari-hari, sehingga ia banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Anak tunagrahita lamban dalam menerima respon pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan berulang-ulang dan menyita waktu meskipun materi yang diberikan tergolong ringan. Sehingga sering ditemukan anak kurang serius memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi. Ketidakstabilan emosional siswa dan situasi lingkungan belajar yang kurang kondusif juga penghambat proses belajar mereka. Tidak jarang
guru
menuruti
keinginan
bermain
anak
dan
melakukan
pembelajaran secara personal untuk menjaga mood anak. Mereka tidak
87
senang dikekang dan dilarang ketika melakukan sesuatu, selalu ingin bebas dengan dunianya sendiri. Dalam penggunaan games puzzle perlu adanya dorongan dari guru dalam mengingat puzzle yang telah diberikan. Penggunaan games puzzle pada anak tunagrahita diberikan 4 hari dalam seminggu atau sesuai kebutuhan. Diperlukan kesabaran guru untuk memotivasi anak agar puzzle yang diberikan dapat diingat dan dipahami sehingga mampu diselesaikan dengan baik dan benar. Selain games puzzle yang juga ikut berperan dalam rangka untuk melatih daya ingat anak, antara lain: melalui bongkar pasang balok, tebak gambar, lagu, mewarnai gambar, melempar bola, mengelompokkan benda sesuai warna, contohnya yaitu dapat berupa bola kecil-kecil bisa sebagai sarana belajar berhitung dan belajar warna. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk melatih motorik dan ingatan anak. Mengenai perkembangan ingatan anak tentang materi yang telah diajarkan, ada yang sudah mampu mengingatnya dan ada juga yang belum bisa, yaitu dalam materi bina diri: dari 15 anak, 5 anak sudah bisa, 7 anak belum bisa, dan 3 anak mulai bisa. Untuk motorik halus: dari 15 anak, 4 anak sudah bisa, 3 anak belum bisa, dan 8 anak mulai bisa, sedangkan untuk motorik kasarnya: dari 15 anak, 8 anak sudah bisa, 2 anak belum, dan 5 anak mulai bisa. Pengenalan lingkungan (warna, nama-nama benda, dan angka). Warna dari 15 anak, 8 anak sudah bisa, 6 anak belum bisa, dan
88
1 anak mulai bisa. Nama-nama benda: dari 15 anak, 12 anak sudah bisa, 2 anak belum bisa, dan 1 anak mulai bisa. Angka: dari 15 anak, 9 anak sudah bisa (1-20), dan 5 anak belum bisa. Dalam materi identitas diri: dari 15 anak, 8 anak sudah bisa, 4 anak belum bisa, dan 1 anak mulai bisa. Komunikasi: dari 15 anak, 7 anak sudah bisa, 4 anak belum bisa, dan 4 anak mulai bisa. Sedangkan pasang puzzle: dari 15 anak, 7 anak sudah bisa, 5 anak belum bisa, dan 3 anak mulai bisa. Sebagian anak-anak tunagrahita ada yang mengalami kesulitan dalam melakukan bina diri, motorik halus, identitas diri, serta dalam hal komunikasi, dan sebagian yang lain sudah bisa. Sedangkan untuk motorik kasar dan pengenalan lingkungan rata-rata anak-anak sudah bisa. Untuk pasang puzzlenya sebagian sudah bisa dan sebagian lagi ada yang mulai bisa dan ada yang belum bisa. 3. Analisis Penggunaan Games Puzzle pada Anak Autis Bentuk perilaku anak autis menunjukkan keberadaan yang mencolok dibanding dengan anak-anak pada umumnya. Perbedaan perilaku anak autis nyata berbeda berkaitan dengan perkembangan perilaku anak-anak seusianya. Anak penyandang autis mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensori, pola bermain, perilaku, dan emosi. Sehingga anak autis hidup dalam dunianya sendiri.
89
Pembelajaran pada anak autis dilakukan secara personal. Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan games puzzle. Games puzzle akan berhasil digunakan tergantung dari keadaan anak itu sendiri. Bila memungkinkan untuk menggunakan puzzle maka akan diberikan games puzzle. Jadi penggunaan games puzzle pada anak autis adalah melihat kondisi dan keadaan anak tersebut. Pengunaan games puzzle pada anak autis ini, ada yang sudah bisa dan ada yang belum bisa. Seperti A. Imammudin sudah bisa pasang puzzle yang sederhana dalam waktu kurang lebih 5 menit, M. Dhanial dan nanda belum bisa, syifa masih butuh bimbingan dan arahan dari gurunya. Mengenai keadaan anak autis di PAUD Teddy Bear adalah sebagai berikut: 1. A. Imamudin sudah ada sedikit perubahan yaitu ketika diajak bicara sekarang sudah mulai untuk menatap mata. 2. Syifa, anaknya tidak bisa duduk tenang, sukanya melempar-lempar benda, ketika disuruh untuk mewarnai kadang mau kadang tidak, sesuai dengan moodnya. 3. Nanda juga sudah ada sedikit perubahan, awalnya nanda tidak mau untuk duduk sendiri, senangnya duduk dipelukan gurunya atau tantenya, tetapi sekarang sudah mulai bisa lepas dari pangkuan gurunya. Untuk bernyanyi sudah mulai mengikuti, sudah mau untuk bertepuk tangan, tetapi apabila nanda menginginkan sesuatu seringkali ia
90
memukul-mukul kepalanya dan menangis histeris. Hal ini dilakukan karena menginginkan sesuatu tetapi dirinya tidak bisa untuk mengungkapkannya. 4. M. Dhanial, egonya masih tinggi, apabila dia sedang pegang sesuatu misalkan mau di minta oleh guru atau temannya tidak boleh, ia akan menjadi marah dan teriak-teriak. Oleh karena itu pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru sering kali tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakannya. Jadi pembelajaran yang diberikan pada anak autis ini tergantung dari keadaan anaknya dan lebih menekankan pada aspek pembentukan
sikap
terlebih
dahulu,
agar
anak
autis
mampu
mengendalikan dirinya. Mengenai perkembangan ingatan anak tentang materi yang telah diajarkan, ada yang sudah mampu mengingatnya dan ada juga yang belum bisa, yaitu dalam materi bina diri rata-rata anak autis belum bisa melakukannya, hanya ada 1 anak yang sudah bisa. Untuk motorik halusnya dari 4 anak, 1 anak sudah bisa, 1 anak belum bisa, dan 2 anak mulai bisa (artinya anak sudah mulai bisa untuk pegang pensil/krayon). Sedangkan dalam motorik kasarnya (melempar bola) dari 4 anak, 2 anak sudah bisa, 1 anak belum bisa, dan 1 anak mulai bisa (artinya dalam melakukannya masih belum bisa fokus/masih asal lempar sembarangan). Dalam materi pengenalan lingkungan (warna, angka, nama-nama benda) dari 4 anak, 1 anak sudah bisa, dan 3 anak belum bisa. Untuk identitas diri dari 4 anak, 1
91
anak sudah bisa, dan 3 anak belum bisa. Untuk komunikasi sendiri dari 4 anak, 1 anak sudah bisa, 1 anak sudah lumayan bisa tetapi bicaranya masih susah, 1 anak mulai menatap mata, dan 1 anak belum bisa. Pasang puzzle dari 4 anak, 1 anak sudah bisa, 2 anak belum bisa, dan 1 anak mulai bisa (artinya dalam menyelesaikan puzzle tersebut masih butuh bimbingan/ arahan dari guru).
B. Analisis faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak berkebutuhan khusus di PAUD Teddy BearBanyuurip Alit Kec. Pekalongan Selatan. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru PAUD Teddy Bear tentang penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak berkebutuhan khusus mempunyai faktor penghambat dan pendukung. Berikut ini faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat berdasarkan ketunaanya. a. Analisis faktor-faktor yang menghambat dan mendukung penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak tunarungu. Faktor – faktor yang menghambat dalam penggunaan games puzzle pada anak tunarungu adalah ada 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternalnya adalah terbatasnya jenis puzzle yang sama. Sedangkan
92
dari faktor intenalnya seperti anak tidak mood, anak kurang konsentrasi sehingga dalam memasangnya kadang posisi puzzlenya terbalik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Erna Fathuliana yang menyatakan bahwa faktor penghambatnya adalah jumlah puzzle yang terbatas dengan jenis yang sama, sehingga terkadang terjadi rebutan antar anak yang menyebabkan salah satunya menjadi menangis. Selain itu juga anak dalam menerapkan puzzle terkadang masih ada yang posisi puzzlenya terbalik, dan keliru menempatkan gambar puzzle pada lubangnya. Kemudian untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan pengarahan kepada anak agar bermain puzzle secara bergantian”.1 Sedangkan untuk faktor pendukungnya menurut ibu Erna Fathuliana, adalah tersedianya puzzle. Selain itu juga dari faktor situasi, penggunaan games puzzle akan berjalan dengan baik jika situasi yang mendukung, situasi mendukung tersebut bisa dilihat dari keadaan siswanya”.2 Faktor yang mendukung dalam penggunaan games puzzle adalah adanya dukungan dan kerjasama dari Kepala Sekolah dan guru. Dalam hal ini Kepala Sekolah berperan dalam memfasilitasi berbagai jenis games puzzle. Sedangkan guru jelas sebagai peran utama dalam penggunaan games puzzle di dalam kelas, serta situasi yang mendukung untuk digunakannya games puzzle yaitu dapat dilihat dari keadaan anaknya.
1
Fathuliana, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan, 15 September 2014. Erna Fathuliana, Guru PAUD Teddy Bear, Wawancara, Pekalongan, 1 September 2014.
2
93
b. Analisis faktor-faktor yang menghambat dan mendukung penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak tunagrahita Faktor – faktor yang menghambat dalam penggunaan games puzzle pada anak tunagrahita adalah ada 2 faktor yaitu faktor internl (dari dalam diri anak) dan faktor eksternal (dari luar diri anak). Untuk faktor internalnya yaitu kondisi anak yang belum siap untuk menerima pelajaran, tergantung dari mood anak, anak kurang konsentrasi, anak-anak malas, dan anak-anak lamban dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Sedangkan faktor ekternalnya adalah lingkungan belajar yang kurang kondusif, karena kadang ada anak yang tidak bisa duduk dengan tenang, kemudian ada anak yang suka teriak-teriak dan juga ada yang senang bermain seenaknya sendiri. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan bimbingan/pengarahan kepada anak dalam memasang puzzle, berusaha menarik perhatian dan konsentrasi anak melalui lagu-lagu atau tepuk bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat ibu Muhafillah, bahwa faktor penghambatnya adalah kadang kondisi anak yang belum siap untuk menerima pelajaran, tergantung mood dari anak-anak itu sendiri, anak kurang konsentrasi, dan ada anak yang malu.3 Senada dengan pendapat diatas, menurut ibu Siti Patimah tentang faktor-faktor yang menghambat adalah kondisi anak yang kadang susah
3
Muhafillah, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan, 11 September 2014.
94
untuk dikondisikan, anak-anak lamban dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru, meskipun ada sebagian yang sudah mampu. Kemudian kadang anak-anak kurang bisa konsentrasi sehingga dalam memasangnya masih suka terbalik-balik, anak-anak malas, atau tidak mood.”4 Adapun menurut Ibu Siti Patimah tentang faktor yang mendukung dalam penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak tunagrahita adalah materi yang akan diajarkan sesuai dengan tema puzzle, memenuhi kebutuhan anak untuk bermain, guna untuk mendukung motorik dan ingatan anak.”5 Selain itu juga, menurut ibu Kharisatul Husna tentang faktor yang mendukung adalah puzzle merupakan gambar yang menarik dan memiliki warna yang menyolok sehingga anak-anak senang untuk memainkannya.6 Faktor-faktor yang mendukung dalam penggunaan games puzzle pada anak tunagrahita adalah materi yang akan diajarkan sesuai dengan tema puzzle, memenuhi kebutuhan anak untuk bermain, guna untuk mendukung motorik dan ingatan anak, puzzle merupakan gambar yang menarik dan memiliki warna yang menyolok sehingga anak-anak senang untuk memainkannya. Selain itu juga penggunaan games puzzle akan berjalan dengan baik jika situasinya mendukung, situasi mendukung tersebut bisa dilihat dari keadaan dan mood anak.
4
Siti Patimah, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan 17 September 2014. Siti Patimah, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan 17 September 2014. 6 Kharisatul Husna, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan, 8 September 2014. 5
95
c. Analisis faktor-faktor yang menghambat dan mendukung penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak autis Faktor – faktor yang menghambat dalam penggunaan games puzzle pada anak autis adalah dari faktor internal yaitu hambatan dalam komunikasi seperti berbicara dan memahami bahasa, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, anak-anak yang belum pernah ikut terapi, kondisi anak yang susah untuk dikondisikan, ada anak yang tidak bisa duduk tenang, kemudian anak-anak kurang konsentrasi sehingga dalam memasangnya masih terbalik-balik, anak-anak malas, atau tidak mood. Hal ini sesuai dengan pendapat ibu Erna Fathuliana, yaitu faktor – faktor yang menghambat dalam penggunaan games puzzle pada anak autis hambatan dalam komunikasi seperti berbicara dan memahami bahasa, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, serta anak-anak yang belum pernah ikut terapi”.7 Selain itu, menurut ibu Siti Patimah faktor-faktor yang menghambat adalah kondisi anak yang susah untuk dikondisikan, ada anak yang tidak bisa duduk tenang, meskipun ada juga yang sudah mampu. Kemudian kadang anak-anak ada yang tidak bisa konsentrasi sehingga dalam memasangnya masih butuh bimbingan dan arahan, anak-anak malas, atau tidak mood.”8 Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan pendidikan dan pengajaran dengan menggunakan 7
Erna Fathuliana, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan, 6 Oktober 2014. Siti Patimah, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan 17 September 2014.
8
96
pendekatan individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah menyesuaikan kondisi dan kemampuan anak. Begitu juga dengan materi yang diberikan menyesuaikan kondisi dan kemampuan anak. Adapun tentang faktor yang mendukung dalam penggunaan games puzzle untuk melatih daya ingat pada anak autis menurut ibu Erna Fathuliana adalah tersedianya games puzzle, dan pembelajaran yang dilakukan secara personal”.9 Sedangkan faktor pendukung menurut Ibu Siti Patimah adalah memenuhi kebutuhan anak untuk bermain, guna untuk mendukung motorik dan ingatan anak”.10 Faktor-faktor yang mendukung dalam penggunaan games puzzle pada anak autis adalah pembelajaran yang dilakukan secara personal, untuk memenuhi kebutuhan anak dalam bermain guna untuk mendukung motorik dan ingatan anak, karena puzzle merupakan salah satu jenis permainan yang bersifat mendidik.
9
Erna Fathuliana, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan, 15 September
2014.
10
Siti Patimah, guru PAUD Teddy Bear, wawancara, Pekalongan 15 September 2014.