BAB IV ANALISIS KEPENGIKUTAN DALAM HADITS NABI A. Kepengikutan Kepada Rosulullah Secara Konformis Pada masa pemerintahan Rosulullah, banyak sekali sahabat yang taat terhadap Rosulullah. Ketaatan sahabat yang luar biasa terhadap Rosulullah ini seringkali ditandai dengan tulusnya sahabat sahabat Rosul dalam mengemban perintah. Pengikut dengan model konformis cenderung memiliki kepribadian mengabdi dan menghindari konflik antara atasan dan bawahan, sehingga seringkali pengikut konformis tidak bersifat kreatif dalam melaksanakan tugasnya.1 Sikap konformis ini ditunjukkan dalam beberapa kisah Rosulullah bersama sahabatnya, salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 151. Ketika salah seorang sahabat Rosul bernama Abu Hurairah pernah mengikuti Rosulullah yang hendak buang hajat. Ketika Rosulullah melihatnya berjalan dibelakang Rosulullah, Rosul menyuruhnya mencarikan batu untuk digunakan istinjak. Pada saat itu juga, Abu Hurairah segera pergi mencari batu seperti yang telah diperintahkan oleh Rosulullah. Ketaatan yang dimiliki Abu Hurairah tersebut menunjukkan, bahwa Abu Hurairah adalah contoh dari pengikut konformis.
1
Yohanes Budiarto, 2005, “Followership: Sisi Lain Kepemimpinan Yang Terlupakan”, Jurnal PsikologiUniversitas Indonesi Esa Tunggal Jakarta, Vol. 3, No. 1, Hal. 20-21
11 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Pengikut konformis dalam beberapa kisah Rosulullah seringkali ditandai dengan ketaatan sahabat Rosul yang luar biasa kepada Rsulullah. Hal ini juga ditunjukkan dalam kesiapan dan kesigapan pengikut Rosul dalam melaksanakan perintah meskipun terkadang perintah yang diberikan Rosulullah sangat berat,2 seperti perintah perang melawan kaum kafir dengan jumlah yang tidak seimbang terjadi pada perang badar dan perang mut’ah. Akan tetapi, memang begitulah cara Rosulullah memanage pengikutnya. Sesuai dengan teori manajemen yang diungkapka Haiman yang telah dikutip oleh M. Manullang yang mengatakan, bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.3 Hal tersebut juga memberikan pelajaran bagi pengikut Rosulullah untuk tidak takut pada bahaya, karena Allah selalu bersama dengan hambanya. Sahabat sahabat yang termasuk dalam pengikut konformis adalah Ahmad bin Abu Bakr Abu Mush’ab, Ahmad bin Muhammad Al Makki, Abdullah bin Yusuf, Anas, Aisyah, Abdullah Abbas, Ubaidillah, Ali bin Abi Tholib, Hafshah, Suwa’id bin Annu’man, Quthaibah bin Sa’id, Musa bin Ismail, Ishaq bin Ibrahim, Umamah, Ibnu Abbas. Rosulullah pernah memerintahkan pengikutnya yang konformis dalam beberapa tempat diantaranya adalah di rumah Rosulullah, di Shahbah pada tahun pendudukan Khaibar, dan Madinah.
2
Ibid, hal. 20-21 M. Manullang. 2001. Dasar Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 3 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Keunggulan dari pengikut konformis bagi Rosul adalah para pengikut yang telah diberikan perintah oleh Rosulullah langsung melakukan perintahnya tanpa berfikir dua kali. Hal ini akan sangat memudahkan seorang pemimpin dalam memimpin organisasinya. Hal ini sesuai denan teori manajemen yang diungkapkan oleh George R. Terry yang dikutip oleh M. Manullang yang mengungkapkan, bahwa manajemen adalah pencapaian suatu tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu oleh seorang pemimpin dengan menggunakan kegiatan orang lain. 4 Kelemahan dari konformis bagi Rosul adalah pengikut Rosulullah tidak dapat berfikir kreatif, menelaah lebih jauh tentang perintah yang Rosulullah berikan, berbahaya atau tidak, sanggup atau tidak mengembanperintah itu. Hal ini mengakibatkan pengikut tidak dapat bebas mengutarakan pendapatnya. Bukan karena tidak diizinkan oleh pemimpin, akan tetapi karena pengikut yang tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapatnya yang bertentangan dengan perintah Rosul.5 Relevansi kepengikutan konformis pada zaman Rosulullah dengan organisasi pada saat ini adalah pengikut dengan tipe konformis atau hanya menerima perintah dari atasan masih seringkali diterapkan dalam organisasi organisasi kecil atau instansi kecil, selain itu kepengikutan konformis juga seringkali terjadi pada kepemimpinan yang
4
M. Manullang. 2001. Dasar Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 3 5 Ibid, hal 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
otoriter sehingga pengikut tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapatnya dam cenderung memilik menerima perintah. Pada perusahaan perusahaan yang sudah besar tentu berbeda dengan organisasi yang masih kecil. Perusahaan yang sudah besar seringkali karyawannya sudah memiliki pemikiran yang jauh lebih kreatif dan inovatif. Pengikut juga memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapatnya terhadap atasan, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan. Perusahaan yang sudah tidak lagi menerapkan sistem konformis dalam kepengikutannya adalah perusahaan indosat yang mana setiap karyawan indosat bebas mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi, tidak seluruh perusahaan besar pengikutnya selalu bebas mengutarakan pendapat dan perusahaan kecil selalu bergantung pada pemimpin. Penulis hanya menjabarkan yang telah penulis ketahui perihal model kepengikutan di era modern ini. Pengikut Rosulullah memiliki berberapa model kepengikutan, seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya. Setiap model kepengikutan Rosulullah memiliki alasan masing masing. Pertama, alianated followers. Kepengikutan tipe seperti ini biasnya terjadi dalam suatu kondisi ketika sahabat Rosul tidak dalam pendapat yang sama. Ketika Rosulullah memerintahkan
suatu
hal,
pengikutnya
tidak
langsung
mentaati
perintahnya. Hal ini menunjukkan sikap pasif dari seorang pengikut. Salah satu hadits yang menceritakan tentang tipe pengikut seperti ini telah diriwayatkan
oleh
Imam
Bukhori
nomor
4078.
Hadit
tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
menceritakan tentang peristiwa Rosulullah ketika sedang sakit keras dan para sahabat sahabatnya berselisih pendapat di sebelah Rosulullah, meskipun para sahabat memperdebatkankan kondisi Rosulullah, akan tetapi sungguh tidak pantas ada yang berselisih di dekat seorang Nabi. Nabi menyuruh para sahabat keluar ketika Nabi mendengar perselisihan itu dan para sahabat mengikuti perintah Rosulullah. Kedua, conformist followers, Model kepengikutan seperti ini biasanya terjadi ketika Rosulullah memberikan perintah pada pengikutnya dan tanpa membantah pengikutnya selalu melaksanakan perintah Rosu, meskipun perintah ini kadangkala sulit dilakukan oleh para pengikut. Teori conformist followers telah menjelaskan, bahwa kepengikutan denan model ini memiliki kepribadian mengabdi dan menghindari konflik yang akan terjadi.6 Hadits yang menjelaskan tentang kepengikutan konformis salah satunya telah di riwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 116. Hadits ini menceritakan tentang sahabat Nabi bernama Muhammad bin Ibrahim yang seringkali lupa banyak hadts yang telah didengar. Rosulullah segera memerintahkan
Muhammad
bin
Ibrahim
untuk
menghemparkan
selendangnya dan Muhammad bin Ibrahim segera menghemparkannya. Ketiga, pragmatis follower . Model kepengikutan ini biasanya terjadi pada pengikut yang hanya mau bekerja tegantung situasi, sebab pengikut dengan tipe seperti ini tidak memiliki komitmen dalam mengikuti pemimpinnya. Pengikut pragmatis hanya bekerja sesuai dengan kondisi 6
Ibid, hal. 20-21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
yang dibutuhkan saja. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 226 menceritakan tentang sekelompok kaum dari Ukl atau Ukrainah yang dalam perjalanan ke Madinah, akan tetapi kaum tersebut tidak tahan dengan panasnya terik matahari hingga Rosulullah memerintahkan untuk meminum air seni dan air susu unta Rosul. Kaum Ukl ini bersedia mengikuti perintah Rosul karena dalam kondisi kehausan dan kepanasan, sehingga ketika kaum Ukl telah sembuh dari sakitnya, kaum ini berencana untuk membunuh pengembala unta Nabi dan mengambil unta tersebut. Hal ini menunjukkan sikap kaum Ukl yang hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan hal lain. Keempat, effective followers. Model kepengikutan efektif terjadi karena efektifnya seorang pengikut dalam menerima perintah dari pemimpinnya. Pengikut efektif memiliki kualitas yang baik bagi sebuah organisasi. Model kepengikutan efektif mengerti cara bekerja kelompok atau bekerja dengan tim sehingga suatu organisasi akan menjadi lebih kokoh. Sikap kritis yang dimiliki pengikut efektif dapat memberikan benefit bagi organisasi. pengikut efektif memiliki semangat kerja yang luar biasa sehingga seringkali menghadapi konflik dan menghadapi keadaan yang penuh dengan resiko. Akan tetapi, pengikut efektif memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasi. Hal ini berdampak pada meningkatnya
benefit
bagi
organisasi.7
Salah
satu
hadits
yang
menceritakan tentang pengikut efektif diriwayatkan oleh Imam Muslim 7
Ibid, hal. 20-21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
nomor 42. Hadits ini menceritakan tentang seorang laki laki dari penduduk Nejd yang mendatangi Rosulullah dan menanyakan perihal agama Islam, kemudian laki laki tersebut bersaksi akan melakukan segala yang Rosululullah katakan mengenai perintah perintah dalam Islam. Laki laki ini tidak hanya bertanya sekali pada Rosulullah, akan tetapi berkali kali. Hal ini menunjukkan sikap kritis yang dimiliki laki laki tersebut, pertanyaannya pada Rosulullah terus di tambah seiring dengan jawaban yang diberikan Rosul. Kelima, passive follower.Pengikut dengan tipe seperti ini adalah pengikut yang memiliki sikap malas dan merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas, sehingga pengikut yang pasiv sama sekali tidak memiliki motivasi untuk bekerja dan tidak aktif dalam organisasi. 8 Hadits yang menceritakan tentang pengikut yang pasiv telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 4436 yang mengisahkan tentang kaum kafir yang suka sekali berzina dan membunuh, sama sekali tidak seperti ajaran yang telah dibawa oleh Rosulullah. Pada beberapa hadits yang telah dijelaskan di atas, tidak semua pengikut Rosulullah taat dan patuh terhadap perintah Rosulullah. Beberapa sahabat ada yang membantah Rosulullah dengan alasan tertentu. Hadits Bukhari nomor 624, 637, 638, 641 adalah salah satu hadits menceritakan tentang Aisyah istri Rosulullah yang membantah akan perintah Rosulullah dan reaksi Rosulullah terhadap Asiyah. Kala itu, Rosulullah sedang sakit 8
Ibid, hal. 20-21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
keras dan tidak sanggup menjadi imam sholat. Rosulullah memerintahkan Asiyah untuk mengatakan pada Abu Bakar supaya menggantikannya menjadi imam, akan tetapi Aisyah menolak perintah Rosulullah dengan Alasan Abu Bakar adalah orang yang lemah dan mudah sekali menangis. Rosulullah masih memerintahkan Aisyah dengan tenang dan Aisyah selalu menolak perintah Rosullah hingga tiga kali berturut turut. Hal ini membuat Rosulullah jengkel dan berkata “kalian ini seperti istri istri Yusuf!! Perintahkanlah Abu Bakar untuk memimpin Sholat”. Aisyah yang diceritakan dalam hadits tersebut adalah sosok pengikut yang membantah perintah Rosulullah hingga mengakibatkan Rosulullah jengkel. B. Model komunikasi organisasi oleh Rosulullah Komunikasi antar manusia hanya terjadi apabila seseorang menyampaikan pesannya pada orang lain dengan tujuan tertentu. Model komunikasi
adalah
gambaran
tentang
proses
komunikasi
yang
menjelaskan keterkaitan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain.9 Rosulullah menggunakan beberapa model komunikasi dalam organisasi yang di pimpinnya. Model model tersebut adalah model komunikasi satu arah, model komunikasi dua arah, dan model komunikasi empat arah. Teward El Tubbs yang dikutip oleh Nurdin mengemukakan tiga model komunikasi dalam teori yang dicetuskannya. Pertama, model komunikasi organisasi satu arah. Schramm yang dikutip oleh Muhammad 9
Arni Muhammad, 1995,“Komunikasi Organisasi”, Bumi Aksara, jakarta, hal. 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
mengemukakan, model komunikasi organisasi satu arah biasanya diberikan oleh atasan langsung kepada bawahan dan bawahan tidak membantah atas perintah atasan. Model komunikasi tersebut biasanya disebut dengan model komunikasi searah. Model komunikasi demikian biasanya dapat ditemui dalam suatu organisasi pada saat pemimpin mendelegasikan suatu tugas pada bawahannya secara langsung tanpa ada timbal balik dari bawahan. Hal ini lebih mengarah pada intruksi intruksi seorang atasan terhadap bawahannya.10 Berikut adalah gambar model komunikasi satu arah: Gambar 1.2 Model Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah juga dijelaskan oleh Aristotles yang dikutip oleh Nurdin dan Moefad, ahli filsafat Yunani kuno menyebutkan, bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya.
10
Ali Nurdin, 2014,“Komunikasi Kelompok dan organisasi”, CV Cahaya Intan, Surabaya, hal 54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Unsur tersebut adalah siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.11 Berikut juga gambar model komunikasi satu arah Gambar 1.2 Model Komunikasi Satu Arah
Komunikasi
Pesan
Komunikan
Teori komunikasi satu arah sesuai dengan teori pengikut konformis. Ketika pemimpin memberikan perintah terhadap pengikut, maka pengikut selalu mengikuti perintahnya tanpa mengkritisi terlebih dahulu. Pengikut konformis adalah pengikut dengan sifat mengabdi dan menghindari konflik.12Hal ini menunjukkan, bahwa pengikut konformis memiliki kesamaan dengan model komunikasi satu arah yang dilakukan oleh Rosulullah. HaditsBukhari nomor 116 dan 3375 menjelaskan tentang pengikut konformis yang juga termasuk dalam model komunikasi satu arah oleh Rosulullah terhadap sahabatnya. Pada hadits tersebut diceritakan tentang sahabat Rosul bernama Muhammad bin Ibrahim yang seringkali lupa ketika mendengar hadits dari Rosulullah, kemudian Rosulullah memerintahkannya untuk menghemparkan selendangnya dan Muhammad bin Ibrahim segera menghemparkan selendangnya. Hadits tersebut di atas
11
Ali Nurdin, Agus M. Moefad, dkk, 2013, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, CV Mitra Media Nusantara, Surabaya, hal. 100 12 Yohanes Budiarto, 2005, “Followership: Sisi Lain Kepemimpinan Yang Terlupakan”, Jurnal Psikologi Universitas Indonesia Esa Tunggal Jakarta, Vol. 3, No. 1, Hal. 20-21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
menjelaskan tentang komunikasi satu arah.Pemimpin memberikan komando pada pengikut dan pengikut mengikuti komando pemimpin tanpa membantah. Haits lain yang menjelaskan komunikasi satu arah juga telah di riwayatkan oleh Imam Muslim nomor 4224, 4425 dan Imam Bukhari nomor 164, 3308. Hadits tersebut menceritakan tentang sahabat Rosul bernama Anas bin Malik yang melihat secara langsung ketika Rosulullah memerintahkan pengikutnya untuk berwudhu dari sebuah bejana yang diletakkan tangan Rosulullah, kemudian serentak seluruh pengikut Rosulullah berwudhu dari bejana tersebut. Komunikasi organisasi satu arah juga digambarkan dalam cerita tersebut. Pemimpin memberikan komando atau perintah terhadap pengikut, dan serentak pengikut melakukan perintah pemimpinnya tanpa protes. Kedua, model komunikasi organisasi dua arah. Seiler yang dikutip oleh Nurdin mengungkapkan, model komunikasi dua arah dalam suatu organisasi adalahmodel timbal balik yang memungkinkan setiap lini dalam organisasi untuk melakukannya. Model komunikasi dua arah adalah model komunikasi yang efektif, sebab antara penyandi pesan yang berarti pemimpin dan penerima pesan yang berarti bawahan berinteraksi satu sama lain atau saling bertukar informasi. Pemimpin memberikan arahan terhadap bawahan, dan bawahan memberikan respon positif terhadap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
atasan, sehingga pemimpin dapat memberikan respon kembali terhadap komunikasi tersebut.13 Berikut gambar model komunikasi dua arah: Gambar 1.4 Model Komunikasi Dua Arah
Model
ini
menekankan
adanya
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi dalam proses komunikasi. Pada gambar 1.3 telah ditunjukkan latar belakang dari pengirim yang berarti hal hal yang memberikan pengaruh dalam diri pengirim dalam menyampaikan pesan terhadap
penerima,
misalnya
pengalamannya,
pengetahuannya,
ketrampilannya, dan sikapnya. Dengan demikian, komponen dasar komunikasi ada lima, pertama, pengirim pesan adalah individu atau pemimpin yang mengirimkan pesan kepada bawahannya. Pemimpin mengirimkan pesan sesuai dengan yang ada dalam pikirannya. 13
Ali Nurdin, Agus M. Moefad, dkk, 2013, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, CV Mitra Media Nusantara, Surabaya, hal. 56
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Kedua,pesan adalah informasi yang akan dikirmkan kepada si penerima baik secara verbal maupun non verbal. Ketiga, saluran adalah jalan yang dilalui oleh pesan. Saluran berupa channel yang mengirimkan pesan dari pengirim kepada penerima, apabila pengirim dan penerima berbicara secara langsung maka channel yang digunakan adalah gelombang suara yang dapat didengar. Keempat, penerima pesan adalah individu yang menerima dan menganalisis pesan dari pengirim dan menginterpretasikan isi pesan tersebut. Kelima, balikan adalah respon terhadap pesan yang diterima oleh penerima pesan dari pengirim pesan bentuk dari timbal balik komunikasi meskipun seringkali respon tidak sesuai yang diharapkan oleh pengirim pesan.14 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 125 merupakan salah satu contoh dari komunikasi dua arah yang dilakukan oleh pemimpin dan pengikut. Hadits tersebut menjelaskan, bahwa pemimpin memberikan memberikan materi kepada pengikutnya mengenai seorang Muslim yang bersedia bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah akan diharamkannya neraka bagi mereka. Mu’adz salah seorang sahabar Rosul memberikan imbal balik dari perkataan Rosul berupa sebuah pertanyaan boleh tidaknya jika perkataan Rosulullah tersebut diberitahukan kepada seluruh umat dan Rosulullah menolaknya.
14
Arni Muhammad, 1995,” komunikasi organisasi” Bumi Aksara, Jakarta, hal 16-17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Weick yang dikutip oleh Morissan mengungkankan, ada empat model komunikasi atau pada siklus perilaku, yaitu aksi (act), respon (interact), penyesuaian (adjusment), dan interaksi ganda (double interact). 1. Aksi yaitu pernyataan atau perilaku seorang individu. Aksi individu mengacu pada pernyataan komunikasi dan perilaku yang menunjukkan ketidak pastian karena tidak mendapatkan respon dari orang lain. 2. Interaksi atau respon yaitu reaksi terhadap aksi. Jika aksi adalah memberikan arahan atau perintah terhadap bawahan, maka interaksi adalah timbal balik dari pengikut. Respon bertujuan untuk memberikan klarifikasi terhadap informasi yang disampaikan.sebelumnya. 3. Penyesuaian yaitu tanggapan terhadap respon yang merupakan penyesuaian atau imbal balik terhadap aksi yang sebelumnya telah diterima. 4. Interaksi ganda yaitu siklus dari aksi, respon, dan penyesuaian dalam berbagai pertukaran pendapat. Interaksi ganda mengacu pada jumlah pada sejumlah siklus komunikasi yang digunakan untuk membantu anggota organisasi dalam ketidakpastian informasi.15 Teward L. Tubbs dan Silvia Moss yang dikutip oleh Hayati menguraikan tiga model komunkasi. Pertama, model komunikasi linier (one way communication) yaitu komunikator memberikan suatu stimulai atau komando terhadap komunikan atau pengikut, akan tetapi komunikan bersifat monolog atau tidak memberikan respon terhadap pemimpin. 15
Morissan, 2013,“Teori Komunikasi: Individu Hingga Masa”, Prenata Media Grup, Jakarta, hal 402-403
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Komunikan hanya menjalankan perintah dari komunikator. Hal ini sama halnya dengan pengikut konformis yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kedua, Model komunikasi interaksional yaitu komunikator atau pemimpin memberikan komando kepada komunikan dan komunikan memberikan feedback atas perintah dari pemimpin.16 Hadits Bukhari nomor 125 menceritakan tentang seorang pengikut Rosulullah bernama Anas bin Malik. Ketika itu Rosulullah memanggil Anas bin Malik untuk memberitahukan tentang seorang hamba yang mau mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah tidak akan merasakan neraka. Anas Bin Malik tidak hanya diam mendengar kalimat Rosulullah, akan tetapi bertanya kembali apakah ia boleh mengabarkan hal tersebut kepada seluruh umat muslim. Rosulullah menjawab jangan, karena ditakutkan orang orang akan menjadi malas beribadah kepada Allah. Hadits tersebut menjelaskan tentang komunikasi timbal balik antara seorang pemimpin dengan bawahannya seperti yang telah dijelaskan oleh model komunikasi interaksional. Terjadi feedback antara pemimpin dan pengikut meskipun itu hanya terjadi satu kali. Ketiga, model komunikasi transaksional, yaitu komunikasi yang terjadi dengan banyak orang, sehingga mendapatkan feedbackyang lebih banyak. Pandangan dalam komunikasi transaksional menekankan, bahwa semua perilaku adalah komunikatif, jadi semua orang akan memberikan 16
Nurul Hayati, 2014,“Komunikasi Dalam Organisasi Perpustakaan”,Jurnal Ilmu perpustakaan dan Kearsipan Khizanah Al-hikmah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta, Vol. 2, No. 1, hal. 53
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
timbal balik atau respon dari perintah pemimpin.17 Model komunikasi transaksional sama halnya dengan model komunikasi empat arah yang selalu mendapat respon dan timbal balik dari atasan maupun bawahan. Hadits yang sesuai dengan model komunikasi interaktif adalah hadits Imam Bukhari nomor 44. Hadits tersebut menceritakan tentang Thalhah bin Ubaidillah, seorang dari penduduk Nejd yang datang menemui Rosulullah untuk bertanya perihal Islam. Rosulullah menjawab, Islam adalah sholat lima waktu, kemudian Thalhah kembali bertanya lagi dan Rosulullah mennjawabnya lagi bahwa Islam adalah sunnah, Thalhah masih menanyakan lagi dan Rosulullah menjawab Zakat. Rosulullah sudah menjawabnya hingga tiga kali dan Thalhah kembali berbicara, ia berjanji akan melaksanakan semua yang telah Rosulullah katakan tersebut tanpa menambah dan menguranginya dan Rosulullah memujinya dengan suatu keberentungan jika Thalhah bersedia menepati janjinya. Hadits tersebut menceritakan tentang komunikasi seorang pengikut dan pemimpin yang tidak hanya terjadi satu atau dua kali, akan tetapi terjadi secara terus menerus. Hal ini juga sesuai dengan teori pengikut efektif yang menjelaskan tentang kritisnya seorang pengikut dalam menerima perintah dari pengikut. Pengikut yang efektif tidak akan langsung menerima komando tapi akan menanyakan kembali kepada pemimpinnya perihal perintah tersebut, meskipun pada akhirnya tetap akan dikerjakan. Pengikut yang efektif juga memiliki konsistensi yang tinggi 17
Ibid, hal 54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
terhadap
organisasi
dan
terhadap
pemimpinnya.18
Komunikasi
transaksional dan komunikasi merupakan model komunikasi ketiga yang digunakan oleh Rosulullah. Model komunikasi transaksional dan komunikasi adalah model komunikasi empat arah.
18
Yohannes Budiarto, 2005,“Followership: Sisi Lain Kepemimpinan Yang Terlupakan”,Jurnal Psikologi Universitas Indonesia Esa Tunggal Jakarta, Vol. 3, No. 1, hal 20.21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id