31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini, penulis akan diuraikan tentang ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh Kinanthi dalam novel Galaksi Kinanthi dan bentuk perwujudan perjuangan tokoh Kinanthi dalam kesetaraan gender.
A. Ketidakadilan Gender pada Novel Galaksi Kinanthi Novel Galaksi Kinanthi merupakan sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata tentang perjalanan hidup seorang gadis bernama Kinanthi. Terdapat ketidakadilan gender yang diterima oleh Kinanthi. Ketidakadilan gender tersebut dikategorikan dalam lima kategori, yaitu:(1) Marginalisasi, (2) Subordinasi, (3) Stereotip, (4) Kekerasan fisik dan psikis, dan (5) Beban kerja. 1. Marginalisasi Perempuanpada Novel Galaksi Kinanthi Bentuk ketidakadilan gender yang pertama yang terdapat pada novel Galaksi Kinanthi adalah bentuk marginalisasi yang diterima oleh Kinanthi. Bentuk marginalisasi adalah pemiskinan jenis kelamin tertentu, dalam hal ini adalah perempuan. Marginalisasi yang terdapat pada novel Galaksi Kinanthi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, tradisi dan asumsi ilmu pengetahuan, seperti pada kutipan berikut. Saepul cukup sering turun ke kebun, ikut memanen. Lebih sering dia menggelar timbangan besar di depan rumahnya, mencegat para penduduk yang hendak menjual gaplek, kacang, sayuran, dan hasil kebun lainnya ke pasar. Sang Rois tidak menawarkan harga terlalu tinggi sebenarnya. Namun, penduduk memilih menjual gapleknya ke dia karena jarak tempuh ke pasar kecamatan cukup jauh. Menjual ke commit tenaga to user juga bernilai politis. Siapa yang Saepul selain menghemat 31
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak ingin didoakan Pak Rois setiap menjual hasil kebunnya? (Tasaro GK, 2009:26-27). Kutipan di atas menunjukkan bentuk marginalisasi. Saepul adalah seorang Rois di kampungnya atau orang yang disegani dan dihormati serta orang yang dipercaya untuk memimpin upacara adat. Adapun hal tersebut membuat para penjual sayur menjual dagangannya pada Saepul untuk dijual kembali, dengan kata lain Saepul adalah penadah, meskipun Saepul membeli dengan harga yang murah. Akibatnya para penadah lain tidak memperoleh hasil kebun dari penjual yang menjualnyapadahal kebanyakan dari penadah adalah
perempuan.
Akibatnya
para
perempuan
di
kampung
itu
termarginalisasi, yakni semakin miskin karena tidak bisa menjual kembali sayur hasil dari kebun. Adapun hal tersebut merupakan bukti dari bentuk marginalisasi dalam faktor pekerjaan dan asumsi masyarakat terhadap pemuka agama. Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, tetapi juga terjadi di dalam masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan tafsir keagamaan. Akibatnya pihak perempuanlah yang dirugikan. “Jenazah Mbah kakung dibawa ke makam oleh empat orang. Tiga lelaki itu dan simbah sendiri. Orang-orang menganggap Mbah Kakung berkeyakinan melenceng. Islamnya tidak benar, sebab, tidak sama dengan apa yang dikatakan Pak Rois, Mbahmu juga Bapakmu” (Tasaro GK, 2009:57). Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan tentang seorang nenek yang harus menanggung beban penderitaan akibat suaminya yang berbeda pandangan keagamaan dengan Rois kampung. Akibat yang diperoleh nenek yang bernama Mbah Gogoh tersebut menjadi seorang yang terpinggirkan commit to user keberadaannya sehingga membuat kehidupannya semakin miskin. Para warga
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak mempedulikan kehidupan Mbah Gogoh yang dianggap menentang ajaran agama di kampung tersebut. Kutipan tersebut menjadi bukti wujud bagaimana perempuan termarjinalisasi oleh perbedaan tafsiran agama. Selain masalah perbedaan tafsiran agama, marginalisasi perempuan dalam novel Galaksi Kinanthi terjadi di bidang ekonomi. Perempuan menjadi korban dari tindakan ketidakadilan gender sehingga harus menanggung beban ekonomi.
Berikut
ini
adalah
kutipan
mengenai
perempuan
yang
termarjinalisasi di bidang ekonomi di dalam novel Galaksi Kinanthi. “Bapak sudah bersemedi. Eyang Suryo Singodimejo, kakek buyutmu menemui bapak. Beliau mengatakan, bapak harus melepaskanmu agar memperoleh kehidupan lebih baik” “Nanti, kalau kamu sudah jadi orang berhasil, kamu pulang ke rumah ini. Kalau kamu punya banyak uang, orang-orang tidak akan berani lagi menyepelekan keluarga kita (Tasaro GK, 2009:79). Kutipan di atas menggambarkan tentang tokoh Kinanthi yang akan ditukar oleh ayahnya dengan 50 kilogram beras. Ayah Kinanthi berharap kehidupan Kinanthi akan lebih baik lagi. Marginalisasi kaum perempuan yang tergambar dari kutipan di atas cukup jelas. Ayah Kinanthi yang bernama Mangun yang memiliki satu anak laki-laki dan satu anak perempuan lebih memilih melepaskan anak perempuannya yaitu Kinanthi daripada anak lakilakinya, Hasto. Perempuan seringkali dianggap tidak penting, karena keberadaan anak laki-laki dinilai lebih dibutuhkan dalam segala kegiatan. Di dalam masyarakat terdapat anggapan bahwa anak laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan. Anggapan ini mengakibatkan perempuan mengalami marginalisasi dalam lingkup keluarga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
“50 kilogram beras itu bisa buat makan tiga bulan, Pak,” ujarnya kepada suaminya beberapa malam lalu, ketika dua anak mereka sudah tertidur. “Iya, tetapi Kinanthi tidak bisa dibeli, Mbokne.” “Bapak ini bagaimana. Kinanthi tidak dibeli. Kinanthi mau disekolahkan tinggi. Kalau Mas Edi memberi kita beras itu hanya ucapan terima kasih. Lha wong, dia ndak punya anak. Dikasih Kinanthi, yo, senang. Anak nurut, pinter, seperti Kinanthi itu, kan, menguntungkan Mas Edi” “Mbokne ini membicarakan anak seperti barang saja.” “Ya ndak begitu, Pak. Kita melakukan ini, kan, untuk kebaikan Kinanthi. Justru karena kita memikirkan masa depan dia. Kalau Kinanthi tetap bersama kita, makan aja susah, apalagi sekolah. Sayang, to, Pak. Kinanthi anak pinter. Kalau ndak sekolah, sayang otaknya yang pinter itu.” “iya… iya… sudah tahu. Mbokne ngomong seperti itu sudah dari tahun lalu, to?” “Iya, tapi Bapak ndak pernah mau mendengarkan.” “Tapi ingat, lho, Bu. Kita tidak menjual anak kita. Apalagi hanya seharga 50 kilogram beras. Kita menitipkan Kinanthi kepada Mas Edi supaya disekolahkan. Bukan dijual. Kalau kita menerima beras yang diberikan Mas Edi, itu karena kita ndak mau mengecewakan dia saja”(Tasaro GK, 2009:80-81). Kutipan di atas menunjukkan marginalisasi yang dialami tokoh Kinanthi. Kinanthi ditukar oleh ayah dan ibunya dengan 50 kilogram beras. Keluarga Kinanthi adalah keluarga yang sangat miskin. Ayah dan ibunya rela menukar anak perempuannya dan bukan anak laki-lakinya dengan 50 kilogram beras. Anggapan bahwa perempuan merupakan mahluk lemah, lembut, halus, sensitif, dan sifat feminin lainnya membuatnya tidak memiliki kesempatan sama dengan laki-laki. Hak-haknya untuk diperlakukan sama dengan laki-laki dipinggirkan, bahkan diabaikan. Perempuan dianggap warga kelas dua. Perempuan dianggap tidak penting dan bahkan dianggap menjadi penyebab kemiskinan. Adapun hal tersebut yang menjadi dasar terjadinya commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
marginalisasi
sehingga
membuat
perempuanmenjadi
tersingkir
dan
termiskiankan oleh kekuasaan yang mengendalikannya. Proses marginalisasi yang terjadi pada perempuan di dalam novel, terdapat pada kutipan berikut. “Jadi gajimu, teh, sabaraha, Thi? Berapa? Kinanthi mengeleng “Nggak tahu? Atau nggak mau ngasih tahu?” buru Euis “Aku ndak digaji, Is” “Hah?Yang bener?” Kinanthi mengangguk sambail menunduk. “Wah, keterlaluan itu namanya.” “Ndak apa-apa, Is. Aku, kan numpang hidup di rumah Pak Edi. Disekolahin lagi “Ya nggak bisa gitu dong. Kamu dikadalin itu namanya “Ap, Is? Kadal?” “Maksudku diakalin, Gusti Ayu Bendoro Kinanthi ingkag lugu.” Kinanthi tidak menganggap celetukan Euis sebagai sesuatu yang lucu “Barangkali Pak Edi menghitung biaya sekolah dan sehari-hari sebagai gaji, Is” (Tasaro GK, 2009:97). Kutipan
di
atas
menggambarkan
proses
marginalisasi
yang
mengakibatkan kemiskinan. Secara tidak langsung Kinanthi dipaksa untuk bekerja tanpa menerima gaji kerena Kinanthi disekolahkan dan diberi tempat yang layak. Seharusnya hal demikian tidak dibenarkan dan termasuk dalam ketidakadilan gender. Kinanthi yang mengalami proses marginalisasi secara terpaksa harus menerima keadaan tersebut. Pada hakikatnya hal tersebut tidak dibenarkan karena hak Kinanthi harus dipenuhi karena ia telah menjalankan kewajibannya. Salah satu bentuk kemiskinan atas perempuan atau marginalisasi berasal dari peraturan dan kebijakan pemerintah. Peraturan dan kebijakan tersebut seakan tidak peduli dengan nasib perempuan. Adapun hal tersebut ditunjukkan pada kutipan berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
“Miranda merasa perih ketika menyadari bahwa Kinanthi adalah anak negeri bernama Indonesia. Kisah pilunya tidak sekedar disebabkan oleh nasib buruk. Segalanya bermula ketika negeri tempatnya lahir tidak mampu memberi kesejahteraan yang mencukupi kebutuhan warganya. Zaman seperti mundur berabadabad ketika Miranda mendengar kisah Kinanthi yang ditukar dengan sekarung beras seberat 50 kilogram. Sekarang, cerita hidup Kinanthi kian jauh dari episode happy ending karena negerinya tidak mampu memberi perlindungan hukum yang baik. Bahkan, setelah gadis itu melangkah jauh ke negeri padang pasir, bangsanya tidak memiliki tangan yang merentang memberikan kepastian keamanan. Nasibnya seperti dandelion yang mengambang di udara sesuai keinginan angin. Bagi Miranda, wajah Kinanthi memaparkan nasib ribuan atau bahkan jutaan perempuan belia lain dari negeri yang konon gemah ripah loh jinawi itu. Gadis-gadis rapuh yang melangkah menyeberang samudra dengan mimpi menutup serial kemiskinan keluarga mereka. Mimpi yang bertemu dengan kenyataan pahit. Bekerja keras tanpa gaji justru disiksa tanpa henti. Kenyataan yang membuktikan bahwa perbudakan belum mati. Perbudakan lestari dengan pakaian baru.” (Tasaro GK, 2009:191). Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa secara hukum perempuan yang bekerja di luar negeri, khususnya TKW di Arab Saudi kurang mendapat perlindungan hukum dari pemerintah. Dewasa ini peraturan pemerintah kurang berpihak kepada tenaga kerja di luar negeri. Pada kenyataannya tenaga kerja yang bekerja di luar negeri sebagian besar adalah perempuan. Dengan tidak adanya peraturan yang berpihak kepada tenaga kerja tersebut sampai saat ini kekerasan dan perbudakan masih terjadi dan menimpa kepada tenaga kerja Indonesia. Akibatnya banyak kaum perempuan semakin miskin karena kekerasan yang dilakukan tersebut dalam bentuk tidak terpenuhinya hak berupa gaji. Berarti peraturan dan kebijakan pemerintah tersebut dibuat tanpa mempertimbangkan aspek gender akibatnya perempuan yang mendapatkan dampak buruk tersebut. Seperti halnya tokoh Kinanthi commit to user dalam kutipan di atas Kinanthi tidak memperoleh gaji dan bahkan justru
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
mendapat kekerasan fisik dari majikannya berupa penyiksaan terhadap dirinya. Ironisnya Kinanthi justru mendapatkan perlindungan hukum dari negara lain yaitu Amerika. Adapun hal tersebut dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut. “Atas nama negara Amerika, kami putuskan Kinanthi diberi hak untuk bersekolah dengan biaya Negara, pekerjaan dengan gaji minimum, mendapat tempat tinggal, diberi jaminan pelayanan kesehatan seumur hidup, dan kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.” Palu diketuk. Ruang sidang hening seketika sampai kemudian terdengar suara hakim yang menanyai Kinanthi dengan suara malaikatnya. ”Apakah kamu menerima keputusan ini?” Kinanthi mengangguk berkali-kali sambil mengataka “Ya” dan “terimakasih” (Tasaro GK, 2009:197). Wujud marginalisasi perempuan bukan hanya terjadi di lingkungan sosial masyarakat. Namun terjadi juga di dalam hubungan rumah tangga antara suami dan istri seperti kutipan berikut. “Lalu bapak masih bisa menemui Sumingkem di rumahnya tadi dan berzina?” Simboknya Ajuj diam saja. Malah, tangisnya yang menggema. “Bapakmu sudah janji ndak akan mengulang lagi.” Ajuj diam sebentar. “Kenapa ndak mengajukan cerai saja Mbok?” Simboknya Ajuj menatap anaknya dengan wajah air mata. “Simbok sudah tua, Juj. Kalau cerai dengan bapakmu, Simbok mau kemana?” (Tasaro GK, 2009:375-376). Kutipan di atas menunjukkan bagaimana seorang istri mengalami marginalisasi oleh suami. Simbok tidak dapat berbuat apa-apa saat mengetahui suaminya berselingkuh dengan tetangganya yaitu Sumingkem. Bentuk marginalisasi terjadi yaitu saat Simbok takut dengan kenyataan apabila bercerai dengan suaminya. Simbok merasa apabila hal tersebut yaitu perceraian benar terjadiSimbok tidak bisa bertahan hidup. Karena kekuasaan sepenuhnya dikendalikan oleh suami, yaitu dari segi materi. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Subordinasi Perempuan pada Novel Galaksi Kinanthi Subordinasi terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda. Pada beberapa praktiknya perempuan dianggap tidak penting atau the second sex karena beranggapan bahwa perempuan pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga sehingga terbatas geraknya dalam segala hal. Anggapan tidak penting kepada perempuan atau subordinasi dalam novel Galaksi Kinanthi ditunjukkan pada kutipan berikut. Penduduk laki-laki dusun sudah berkumpul pagi itu. Kebanyakan mruput, datang pagi-pagi sekali ke Tlogo Tirto Anyep. Hampir semua mengenakan setelan khas kenduri, sarung, baju koko. Dan peci hitam. Masing-masing membawa tampah yang berisi ubo rampe Srabi Kocor lengkap: Srabi dari tepung beras berwarna putih yang konon melambangkan payudara dan susu. Maksudnya, lewat susu ibulah seorang anak, komunitas manusia, bisa tetap lestari. Ada juga yang mendampingkan juruh gula kelapa di samping srabi sebagai kiasan tanah pertanian yang dikucuri air hujan. Para lelaki duduk melingkari ringin besar di pinggir tlogo yang sulur-sulurnya menusuk tanah. Jumlahnya tidak terhitung. Tlogo hijau lumut kecoklatan itu airnya sudah banyak berkurang. Sudah membuat gelisah penduduk dusun, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan air jika kemarau tidak kunjung berakhir. Itulah mengapa ada ritual serabi kocor. Upacara meminta air hujan kepada Tuhan dengan perantara Eyang Tirta Anyep, penunggu tlogo itu. Kediamannya adalah ringin lebat, besar dan beraura magis itu (Tasaro GK, 2009:30). Kutipan di atas menunjukkan bentuk subordinasi, bahwa yang diperbolehkan untuk mengikuti ritual Srabi Kocor hanya laki-laki saja karena perempuan dianggap tidak berperan di dalamnya. Laki-laki dianggap lebih penting peranannya dalam ritual Srabi Kocor tersebut. Ritual Srabi Kocor yang terdapat pada kutipan di atas menujukkan dengan jelas adanya subordinasi terhadap kaum perempuan. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk subordinasi pada novel Galaksi Kinanthi,selain pada kutipan di atas juga terdapat pada saat Kinanthi menjadi pembicara dalam sebuah seminar mengenai human trafficking yang terjadi di Arab Saudi. Kinanthi diminta berbagi pengalaman hidupnya. Pada seminar tersebut, sang moderator membuka halaman buku Sold lalu membaca salah satu paragrafnya seperti pada kutipan berikut. “Mereka tidak pernah mengajak perempuan, baik dewasa maupun remaja, saat berbincang; seolah-olah mereka menganggap kami tidak ada” (Tasaro GK, 2009:231-232). Mereka dalam kutipan di atas menunjuk pada orang laki-laki di Arab Saudi. Kutipan di atas menunjukkan adanya bukti dari subordinasi terhadap perempuan. Di dalam kebudayaan Arab, orang laki-laki menganggap bahwa perempuan hanyalah pelengkap dalam kehidupan berumah tangga dan bukan menjadi pendamping laki-laki.Keputusan yang dibuat dan diputuskan dalam suatu keluarga atau rumah tangga hanya berdasarkan dari pihak laki-laki saja, karena perempuan menurut laki-laki Arab tidak perlu mengetahui urusan yang menurut mereka adalah urusan laki-laki. Keadaan disaatperempuan dianggap tidak penting oleh kaum laki-laki sehingga menyebabkan ketidakadilan gender, juga terdapat pada kutipan berikut. “Kedua alis Kinanthi terangkat, bibirnya tersenyum satire. Kalimat yang dibaca moderator menguatkan apa yang dikatakan sebelumnya. “Dalam budaya Jawa, tempat lahir saya, perempuan didentikan dengan dapur, sumur, dan kasur. Jika anda membaca sold, anda akan menemukan praktik itu dieksekusi dalam aktivitas yang lebih memprihatinkan.” (Tasaro GK, 2009:232). commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan tersebut menjadi bukti bahwa subordinasi tidak hanya terjadi di Arab tetapi juga terjadi di Jawa tempat lahir Kinanthi. Perempuan hanya menjadi dapur, sumur, dan kasur yang berarti perempuan hanya dijadikan sebagai pelayan untuk anak dan suaminya di keluarga, dan menjadi penyalur hasrat seksual suaminya. Dalam budaya Jawa, terdapat suatu konsep mengenai perempuan, yaitu konsep perempuan sebagai konco wingking. Pemaknaan dari perempuan sebagi konco wingking adalah orang yang hanya ada di belakang laki-laki. Jadi, disadari atau tidak presepsi konco wingking membuat peran perempuan menjadi dinomorduakan dan dipandang lebih rendah daripada laki-laki. Kaitan dengan kutipan di atas, Kinanthi yang merupakan orang Jawa mengatakan bahwa pada praktiknya atau pada kenyataan yang dialami Kinanthi, hal tersebut dilakukan lebih memprihatinkan. Kenyataan bahwa Kinanthi mendapat kekerasan. 3. Stereotip Perempuan pada Novel Galaksi Kinanthi Pada novel Galaksi Kinanthi terdapat beberapa stereotip atau pelabelan
negatifterhadap
perempuan
yang
tentunya
menimbulkan
ketidakadilan pada perempuan. Pandangan negatif masyarakat yang dilekatkan terhadap kaum perempuanberakibat merugikan kaum perempuan. Kinanthi merupakan tokoh yang selalu dipandang negatif oleh masyarakat disekitarnya. Terang saja bapaknya Ajuj yang rois kampung tokoh agama yang didengar omongannya, tidak mau anak tunggalnya bergaul dekat dengan Kinanthi yang berasal dari keluarga ora nggenah, carut marut tidak karuan (Tasaro GK, 2009:23). commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wujud stereotip yang terdapat pada kutipan di atas adalah pelabelan negatif yang diterima Kinanthi. Kinanthi dianggap sebagai momok oleh Ayah Ajuj, Saepul. Saepul merasa keluarganya adalah keluarga terpandang sehingga tidak pantas anaknya bergaul dengan anak orang miskin dan “ora nggenah”(tidak jelas). Pelebelan atau pandangan negatif yang diterima Kinanthi tersebut terjadi karena Kinanthi adalah anak dari keluarga miskin dan dianggap tidak benar, meskipun sebenarnya Kinanthi hanyalah seorang gadis biasa yang ingin berteman dengan siapa saja. Pelabelan negatif terhadap perempuan yang terdapat dalam novel Galaksi Kinanthi terjadi dalam budaya Jawa, yang merupakan tempat lahir, tempat tinggal Kinanthi. Pelabelan negatif yang disematkan pada perempuan membuat perempuan terpojokkan. “Nah, itu kowe sudah tahu. Kalau anak-anak lain ndak mau main sama Kinanthi, kok, kowe mau? Seperti ndak ada teman yang lain saja. Kinanthi itu anak penjudi, ibunya baulawean, mbak dan masnya nakal.” (Tasaro GK, 2009:28) Pada kutipan tersebut mengisyaratkan cara pandang negatif mengenai sosok perempuan karena Kinanthi anak seorang penjudi sehingga Ajuj dilarang berteman dengannya. Ayah Ajuj menganggap anak seorang penjudi tidak boleh berteman dengan anaknya karena dia adalah orang terpandang dikampungnya, meskipun Kinanthi adalah seorang gadis biasa yang berperilaku baik. Stereotip selalu merugikan dan memunculkan ketidakadilan, pada hal ini pihak yang dirugikan adalah perempuan. Pelabelan ini biasanya berawal dari sebuah asumsi yang dikaitkan dengan berbagai faktor, misalnya aturan commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keagamaan, kultur budaya, kebiasaan masyarakat, dan lain sebagainya. Berikut ini pelebelan negatif yang terdapat dalam novel Galaksi Kinanthi. “Kinanthi!” suara Saepul akan pelan, tetapi nadanya masih ketus dan emosional. “Kamu pulang sana. Ora elok (tidak pantas) anak perempuan main sama anak laki-laki” (Tasaro GK, 2009:34). Kata “Ora elok” atau tidak pantas serta merta diberikan kepada Kinanthi, dan bukan Ajuj. Padahal dalam kutipan di atas terdapat dua pihak yang terlibat yaitu Ajuj (laki-laki) dan Kinanthi (perempuan), namun yang mendapat julukan “Ora elok” hanya Kinanthi. Adapun hal tersebut menunjukkan apapun yang dilakukan mereka berdua (Ajuj dan Kinanthi) tetap saja yang terkena atau mendapat pelabelan negatif adalah pihak perempuan yaitu Kinanthi. Banyak ketidakadilan terhadap perempuan yang bersumber dari penandaan (stereotip) yang diletakkan terhadap perempuan. Bukti adanya ketidakadilan gender terdapat pada kutipan berikut. Mangun memiringkan kepalanya, memberi pesan kepada Kinanthi bahwa siap mendengarkan keluh kesah apapun dari bibr anaknya. “Ada apa lagi cah ayu? “Perempuan baulawean itu apa, to Pak?” Air muka Mangun sontak berubah. Sedikit keruh. Namun, dia tersenyum lagi. “Kamu dengar dari siapa, Nduk?” “Yu Sumingkem. Katanya, Simbok perempuan baulawean.” Mangun mengempas napas. Rasanya berat. “Itu ndak benar, Nduk. Ndak usah didengarkan.” Ujar Mangun separuh berbisik. Tentu dia tidak mau, istrinya, Simboknya Kinanthi yang sedang menidurkan Hasto di kamar mendengar obrolan itu. “Kata Yu Sumingkem, simbok suaminya banyak. Semua Mati” “Bapak ndak mati, “ potong Mangun (Tasaro GK, 2009:37). Baulawean adalah istilah Jawa yang berarti seorang perempuan yang menikah beberapa kali dengan seorang laki-laki namun semua laki-laki yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
dinikahinya meninggal. Istilah tersebut disematkan hanya kepada pihak perempuan saja. Perempuan dianggap sebagai penyebab dari meninggalnya sang suami. Pelabelan baulawean muncul dalam percakapan di novel tersebut. Adapun hal tersebut dialami oleh ibuKinanthi yang mendapat pelebelan tersebut. Baulaweyan umumnya dipandang negatif oleh masyarakat Jawa. Pada kutipan di atas ibu Kinanthi dipandang negatif oleh masyarakat sekitar, akibatnya Kinanthi tidak dapat leluasa berteman dengan semua orang karena pandangan negatif mengenai ibunya tersebut. Adapun hal tersebut dalam stereotip termasuk dalam kultur budaya. Baulawean merupakan pelabelan karena ada di dalam masyarakat Jawa saja. Kultur budaya Jawa mengenai baulawean sudah sangat dikenal dikalangan masyarakat Jawa. Selain pelabelan mengenai baulawean, perempuan juga mendapat beberapa pandangan yang sudah melekat dan dianggap menjadi karakteristik dari seorang perempuan. Beberapa pandangan tersebut sebenarnya adalah sisi feminin yang ditunjukkan dari seorang perempuan, dan sebenarnya tidak semua perempuan memiliki sisi tersebut, seperti pandangan bahwa perempuan itu sensitif, lembut, halus, dan lain sebagainya. Adapun hal tersebut, tidak ada kaitannya dengan gender, tetapi seringkali dikaitkan dengan sifat yang dimiliki perempuan. Adapun hal tersebut hanyalah pandangan atau asumsi kebanyakan orang mengenai perempuan. “Ini urusan gawat, Mbokne. Ajuj itu calon penerus keluarga rois. Kalau dia terus-terusan bergaul dengan keluarga ndak bener itu, bisa rusak dia. Dosa besar kita. Mbokne mau kalau nanti di akhirat Gusti commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Allah menanyakan kok bisa Ajuj jadi bajingan? Mau nanggung dosanya?” Mboknya Ajuj menggeleng. Saepul tambah geram. “Perempuan! Bisanya menangis saja. Sudah, panggil Ajuj kesini. Bapak mau bicara. Kita kirim saja ke pesantren. Biar tau rasanya jauh dari orang tua!” Meski tidak setuju, mboknya Ajuj tidak punya daya untuk menolak keinginan suaminya. Dia bangkit lalu berjalan agak sempoyongan sambil menahan isak, menuju kamar Ajuj (Tasaro GK, 2009:43). Pada kutipan tersebut diasumsikan atau dilabelkan bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang hanya bisa berpasrah dan menangis menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya. Kutipan di atas termasuk dalam bentuk stereotip mengenai aturan agama. Dalam pengetahuan agama Islam yang dimiliki Saepul, Saepul menganggap
tindakan
Ajuj
yang
berteman
dengan
Kinanthi
akan
memberatkannya di akhirat nanti. Pelabelan negatif yang ditujukan kepada perempuan, ditunjukkan lagi pada kutipan berikut: “cah wadon kok seperti itu. Malu-maluin.” Mboknya Kinanthi membalut dua telapak kaki anak perempuannya dengan kain sobekan sarung. Mulutnya tidak berhenti mengomel” (Tasaro GK, 2009:63). Kutipan di atas terlihat sangat menyudutkan perempuan. Kinanthi yang saat itu menyusul ke kaki gunung karena khawatir dengan keadaan bapaknya yang terkena longsor justru dipandang memalukan karena menganggap tindakan Kinanthi tersebut sudah “kelewat batas”. Pandangan sebagian besar masyarakat mengenai tindakan yang dilakukan Kinanthi adalah tindakan tidak pantas. Seorang perempuan menurut pandangan mboknya dan masyarakat haruslah orang yang berkepribadian lemah lembut dan tidak nekat seperti itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
4. Kekerasan Perempuan pada Novel Galaksi Kinanthi Terdapat bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender yang terdapat dalan novel Galaksi Kinanthi, diantaranya bentuk kekerasan fisik baik seksual maupun non seksual dan kekerasan psikis atau kekerasan yang belum sampai mengarah pada pukulan atau hantaman namun kekerasan yang berupa menjatuhkan mental seseoraang, biasanya berupa penghinaan dalam bentuk kata-kata. a.
Kekerasan Fisik pada Novel Galaksi Kinanthi Kekerasan fisik dalam novel Galaksi Kinanthi terjadi pada tokoh Kinanthi. Kinanthi adalah seorang perempuan yang beberapa kali mendapat perlakuan kasar hingga kekerasan fisik. Awal mula kekerasan fisik yang diterima Kinanthi adalah ketika Kinanthi di Bandung tinggal bersama keluarga Edi. Kinanthi menjadi korban pelampiasan kemarahan Edi dan Eli istri Edi. Adapun hal tersebut disebabkan karena Kinanthi yang hampir diperkosa justru dianggap perempuan yang tidak benar. “Ternyata, selama ini kita memelihara sundal, Pa. Perempuan tidak bener.” Eli melampiaskan amarahnya sesampainya di rumah, sepulang dari sekolah Kinanthi dan kantor polisi.”Sudah disekolahkan gratis. Diberi makan enak. Kamu benar-benar tidak tahu diri, Thi!” Tamparan keras Eli memanaskan pipi Kinanthi. Gadis itu menahannya dalam isak tertahan. Dia tidak berkata apa-apa. Percuma. “Sepertinya bakat mbokmu menurun, Thi.” Komentar Edi tidak kalah sengit (Tasaro GK, 2009:121-122). Sikap yang dilakukan Eli merupakan tindakan kekerasan fisik. Seharusnya Kinanthi mendapat pembelaan dari Eli karena dialah yang menjadi korban, tetapi justru Edi dan Eli melakukan tindakan kekerasan commit user terhadap Kinanthi. Tindakan yangtodilakukan Edi dan Eli tersebut menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
bukti ketidakadilan gender yang diterima Kinanthi dengan mendapat kekerasan fisik. Bentuk kekerasan yang diterima Kinanthi dalam bentuk fisik seperti pada kutipan di atas adalah dengan ditampar. Tindakan Eli yang menampar Kinanthi termasuk jenis kekerasan fisik non seksual. Akibat kekerasan yang tamparan yang dilakukan Eli, pipi Kinanthi merah dan memanas. Kinanthi hanya bisa menangis. Kekerasan fisik yang diperoleh oleh Kinanthi terjadi lagi saat Kinanthi bekerja menjadi TKW di Arab Saudi. Kinanthi bekerja menjadi TKW karena disalurkan secara illegal oleh Edi. Akibatnya saat di Arab Saudi Kinanthi tidak mendapatkan perlindungan hukum dan justru mendapat kekerasan fisik. “Pak, tolong saya,” bisik Kinanthi yang kini menahan isak. “Kamu mau kabur?” Kinanthi mngangguk. “Kamu belum dapat gaji. Nggak punya uang.” “Yang penting keluar dari rumah ini, Pak.” “Mau kemana?” “KBRI” Yusman menggeleng.” Jangan, di sana banyak tentara Arab. Percuma. Lebih baik kamu ke SIR (Sekolah Indonesia Riyadh). Cari bantuan kesana, baru minta diantar ke KBRI.” Kinanthi mengangguk penuh harapan “ Tidak bisa sekarang,” ujar Yusman mematahkan harapan Kinanthi. “Kenapa?” Kamu sedang diawasi, Thi. Tunggu beberapa minggu lagi, setelah mereka lengah. Lebih baik lagi kalau kamu sudah menerima gaji.” Kinanthi lemas seketika setelah menerima gaji? Ini sudah lewat bulan kedua dan dia belum kunjung menerima gaji. Lalu, kapan bisa pergi dari neraka berbentuk kubus ini?” (Tasaro GK, 2009:140-141) Terdapat kata neraka pada kutipan di atas. Adapun hal tersebut commit user merupakan bentuk kekerasan dan to kekejaman yang diterima oleh Kinanthi.
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Kekerasan yang diterima Kinanthi dari majikannya di Arab membuat Kinanthi merencanakan untuk melarikan diri dengan meminta bantuan supir yang bernama Yusman. Di Arab kekerasan yang diterima oleh para pembantu perempuan asal Indonesia memang sering terjadi. Kekerasan tersebut terjadi disebabkan karena adanya persamaan pemahaman orang Arab mengenai pembantu dan budak. Pada zaman dahulu di Arab Saudi terdapat budaya yang apabila melahirkan seorang anak perempuan, maka harus dibunuh karena dianggap tidak dapat membantu ayahnya sebagai pemimpin keluarga dalam rangka berperang. Sebaliknya, jika yang lahir anak laki-laki mereka sangat bergembira atas hal tersebut. Selain budaya tersebut pada zaman dahulu di Arab juga mengalami masa perbudakan, dimana budak boleh diperlakukan apa saja (Siti Mika, 2013:<www.google.com/n-jahiliyahdan-perkembangan-islam.html_kompasiana-sejarah> diakses pada tanggal 02 Juni Pukul 01.30 WIB) Kebudayaan tersebut masih menyisakan kebiasaan buruk bagi orang Arab hingga saat ini. Kebanyakan orang Arab menganggap pembantu rumah tangga mereka adalah budak yang dapat diperlakukan sesuka hati. Padahal pembantu rumah tangga di Arab Saudi sebagian besar adalah seorang perempuan yang berasal dari Indonesia. Pada novel Galaksi Kinanthi tokoh Kinanthi menjadi korban dari kekejaman orang Arab dan perbudakan yang masih tersisa. “Hei! Apa yang kamu lakukan? Ayo cepat bekerja!Saya sudah mahal membeli kamu dari agen. Majikan perempuan itu terlihat marah betul. Dia lalu meraih alat commit to userdi dekat lemari. Dia memburu pengepel berbatang panjang
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Kinanthi, tak sabar untuk mengempaskan batang besi itu ke tubuh perempuan yang hak hidupnya baru saja dia beli itu. Kinanthi menghindari amukan majikannya dengan berlari mengitari meja di ruangan itu. Sesuatu yang membuat majikannya semakin kesetanan dan terus mengejar. Kinanthi menghampiri porselen China berukuran raksasa dan mencoba mengangkatnya. Ternyata berat. Majikan perempuannya terjerit tertahan. Tidak terbayangkan apa yang hendak dilakukan Kinanthi dengan barang mahal itu. Dia segera menghambur, memukulkan batang besi ke punggung Kinanthi. Kinanthi menjerit karena sakit. Namun, dia sudah terlanjur gila. Maka, dia harus melanjutkan kegilaan itu. Dia menangkap batang besi itu sebelum dihajarkan ke tubuhnya untuk kesekian kali dengan tangan kiri. Selanjutnya tangan satunya melayang, meninju muka majikan perempuannya, tepat kena jidatnya. Duh Gusti, saya sudah muak dengan segala penghinaan ini!”(Tasaro GK, 2009:161). Kutipan di atas menunjukkan masih banyak terjadi perbudakan. Majikan Kinanthi menganggap Kinanthi layaknya budak yang bisa diperjualbelikan. Majikan merasa telah membeli Kinanthi sehingga ia merasa berhak atas hidup Kinanthi, artinya dapat memperlakukan Kinanthi dengan sesuka hati. Majikan tersebut memukul Kinanthi dengan batang besi. Hal ini sangat tidak manusiawi. Kekerasan fisik yang dialami Kinanthi ini merupakan bentuk adanya pebudakan yang masih kental di Arab meskipun sudah dilarang karena melanggar hak asasi manusia. Setelah kejadian itu Kinanthi berhasil melarikan diri dari rumah majikan tersebut dengan bantuan supir. Kinanthi diantar ke SIR (Sekolah Indonesia Riyadh) untuk meminta perlindungan. Akan tetapi ternyata kekerasan yang dialami Kinanthi belum usai. Di SIR dia bertemu dengan seseorang yang menipunya hingga terjadi kembali kekerasan pada tokoh Kinanthi. Dia hanya sempat meronta sedikit karena kekuatannya dua lakicommit to user laki asing itu jauh melebihi yang ia miliki. Sekejap, Kinanthi
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah dipaksa duduk di dalam van yang langsung bergerak dengan kecepatan tinggi. Marwan membanting pintu dari dalam. Dia duduk disamping pengemudi. Kinanthi duduk diapit dua lelaki yang terus memeganginya. Salah seorang diantara keduanya lalu membekapnya dengan kapas basah beraroma khas. Aroma yang membuat bumi berputar bagi Kinanthi. Sesaat sebelum dia kehilangan kesadaran (Tasaro GK, 2009:151). Pada kutipan di atas menggambarkan kekerasan yang dialami Kinanthi saat meminta perlindungan hukum di SIR (Sekolah Indonesia Riyadh), namun ternyata Kinanthi justru ditipu oleh seorang yang ingin memanfaatkan keluguannya. Orang itu bernama Marwan. Marwan mengatakan
kepada
Kinanthi
akan
membantunya
memperoleh
perlindungan hukum. Kenyataannya Kinanthi justru dibawa ke Kuwait dan dijual kepada majikan lain bernama Layla. Setelah mendapat kekerasan fisik sebelumnya, penderitaan Kinanthi belum selesai. Pada saat itu dia berhasil melarikan diri dari rumah Zaskia dan bekerja dengan kelurga yang baik bernama Layla. Layla harus pindah ke Amerika karena Azzam, suaminya harus melanjutkan studinya di Amerika. Oleh karena itu, Kinanthi ikut serta berangkat ke Amerika. Kinanthi terlebih dulu dibawa ke rumah keluarga itu di pinggiran kota rumahnya menyenangkan. Tidak terlalu berbeda dengan rumah-rumah mewah warga Kwait lainnya. Hanya, di rumah majikan Kinanthi yang baru ini tidak teralu banyak barang mewah tak berguna. Segalanya terasa lebih etnik karena melibatkan kayu dan segala macam bahan alami. Berselang beberapa hari setelahny, keluarga itu berangkat ke Amerika kinanthi mulai berpikir, sampai di sana dia akan bertemu dengan Donald Duck, Mickey Mouse, Putri Salju, atau Superman. Bagi Kinanthi, ke mana pun layak dicoba selain padang pasir panas dan para majikan ringan tangan (Tasaro GK, 2009:172) Di Amerika ternyata Kinanthi mendapat perlakuan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan di Arab Saudi. Ternyata kepergian Kinanthi ke commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Amerika merupakan bagian dari rencana Zazkia (kakak Layla). Zazkia berniat
membalaskan
dendam
adiknya.
Kinanthi
pun
kembali
mendapatkan perlakuan kasar berupa kekerasan fisik dari keluarga Zazkia. Tubuh Kinanthi ambruk berdebam. Dia berusaha memegangi perut dan kening sekaligus. Perut; karena terasa sesak oleh sodokan tongkat baseball di tangan Azzam, majikan laki-lakinya. Kening, untuk luka mencucurkan darah segar akibat pukulan hak sepatu Layla ; majikan perempuannya. Tangan yang memegangperut coba bergerak ke saku dalam gamis, namun terhenti seketika karena genggaman tangan Azzam mengunci pergelangan tangannya. Tangan Azzam yang lain bergerak cepat mengeluarkan pisau kecil dari saku gamis Kinanthi “Ini pisaumu yang legendaries itu?” Kinanthi tak mengerti. Dia hanya salah menghidangkan kopi karena terlalu banyak gula, sore itu, dan pukulan bertubi-tubi menyarang tubuh dan kepalanya. Kesalahan yang sama entengnya dengan alasan mengapa dua majikannya itu memukulinya beberapa hari terakhir. Kemarin karena lupa mematikan televise, kemarinlusa karena air meluber di kamar mandi, kemarinnya lagi karena terlambat bangun. Kesalahan-kesalahan sepele yang harus dibayar dengan remuk redam sekujur tubuh” (Tasaro GK, 2009:174). Kekerasan dalam ketidakadilan gender pelakunya bukan hanya laki-laki saja, namun perempuan juga bisa menjadi pelaku kekerasan dalam ketidakadilan gender. Pada novel Galaksi Kinanthi, tokoh Kianthi yang menjadi korban dari ketidakadilan melalui kekerasan yang diterimanya. Pada kutipan diatas pelaku kekerasan adalah seorang laki-laki bernama Azam dan istrinya, yang bernama Layla. Meskipun Layla juga seorang perempuan dia begitu tega menganiaya Kinanthi tanpa melihat persamaan jenis kelamin diantara mereka. Kekerasan yang dilakukan oleh Azzam dan Layla kepada Kinanthi dalam bentuk pukulan yang bertubi-tubi hingga mengenai tubuh dan kepala Kinanthi.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Suami Zazkia menatap Kinanthi dengan tatapan meruncing. Dia menghampiri gadis itu lalu mencengkeramkan tangan kokohnya ke rahang Kinanthi. “Ini baru permulaan. Kamu harus tahu itu!” Kinanthi tidak sanggup berkata-kata lagi. Dia tergagap-gagap dengan kedua mata yang berkunang-kunang dan berair. Suami Zazkia meninggalkan Kinanthi dalam keadaan seperti itu. Tubuh Kinanthi luruh. Batinnya, matanya, ruhnya, dan seluruh jiwanya menangis pad saat bersamaan. Dia tahu, keluarga ini sedang merancang sebuah scenario untuk membunuhnya perlahan-lahan. Benar janji suami Zazkia. Hari itu adalah permulaan. Setelahnya, setiap jam dalam sehari semalam, Kinanthi dihadiahi siksaan yang oleh majikannya diganti nama menjadi “pelajaran”. Memang, hanya pelajaran yang diulang-ulang. Tulang belulang Kinanthi mulai terbiasa dengan pukulan dan tendangan. Wajahnya berbilur bilur oleh cakaran dan tamparan. Untuk bagian ini menjadi spesialisasi Layla dan Zazkia. Lima anak Layla ditambah lima anak Ali dan humaira juga menyumbang kecil-kecilan. Mereka mulai belajar melempar sepatu dengan benar. Benar-benar mengenai tubuh Kinanthi dan meninggalkan memar. Azzam dan Layla pasangan yang sungguh kreatif. Segala macam benda yang ada di apartemen itu bisa dijadikan alat olahraga sempurna. Dilempar, dipukulkan, atau “sekadar” ditimpakan ke tubuh Kinanthi” (Tasaro GK, 2009:184). Kutipan tersebut menggambarkan pengalaman yang dialami Kinanthi
sebagai
TKW
yang
menjadi
korban
kekerasan.
Pada
kutipantersebut, digambarkan bahwa bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi pada tenaga kerja perempuan seperti ditampar, dipukul, ditendang, dan dilempar dengan barang-barang. Pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi ini diluar kendali pemerintah dan TKW hidup dan bekerja tanpa kepastian perlindungan. Kekerasan fisik yang dialami oleh kebanyakan TKW seperti Kinanthi tidak hanya dalam bentuk kekerasan fisik tetapi juga kekerasan psikis dan kekerasan seksual (sexual abuse). Seringkali, kekerasan fisik terkait dengan kekerasan psikis dan berujung pada kekerasan seksual. TKI commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mendapat kekerasan fisik biasanya dipastikan akan menderita tekanan jiwa seperti depresi, stress, bahkan berujung dengan bunuh diri, seperti pada kutipan berikut: “Sepekan berlalu, Kinanthi telah menjadi setengah mayat setengah manusia. Jalannya sempoyongan, pandangannya nanar, harapan hidupnya menggantung di awan. Dia tinggal berjarak sedikit lagi dari bunuh diri. Siang itu, ketika suasana begitu lengang, Kinanthi memandangi lanskap di luar apartemen dari jendela kaca di seberang dapur. Dia memang hanya bisa berlama-lama di seputaran kanan kiri dapur. Kinanthi mulai berpikir bagaimana caranya menghancurkan jendela kaca itu dan terjun dari ketinggian. Tak usah dipikirkan apa akibatnya. Mati tidak akan mengubah apa pun. Toh, Kinanthi merasa hidupnya tidak cukup ditukar dengan surga” (Tasaro GK, 2009:184-185). Kutipan diatas menunjukkan bahwa Kinanthi mengalami tekanan batin dan depresi akibat menerima tindak kekerasan fisik yang dilakukan oleh majikannya. Kinanthi yang sangat tertekan ditunjukkan dengan kalimat
“Kinanthi
telah
menjadi
setengah
mayat
setengah
manusia”.Kalimat tersebut digunakan untuk menggambarkan betapa berat penderitaan yang dialami TKW seperti Kinanthi yang menjadi korban kekerasan. Dampak yang ditimbulkan dari kekerasan fisik dan psikologis ini seringkali menimbulkan trauma mendalam bagi korban bahkan berujung dengan tindakan bunuh diri. Perlakuan kasar harus diterima kembali oleh Kinanthi. Di negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia seperti Amerika pun Kinanthi tetap mendapat penyiksaan. Dengan alas an balas dendam keluarga Zaskia merasa berhak atas hidup Kinanthi. Hingga pada suatu hari mantan majikan Kinanthi yang bernama Layla berkunjung ke Amerika menemui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Zaskia. Laylapun merasa Kinanthi patut mendapatkan kekerasan fisik dari nya, karena dahulu saat Kinanthi masih menjadi pembantu di rumah Zaskia berhasil melarikan diri. “Saya Muslim, Nyonya Muslim. Mengapa begini tega? Tangan Layla segera menghajar pipi Kinanthi. “Jangan membuat persamaan antara kita. Saya majikan, kamu pembantu!”. Keadaan semakin memburuk ketika Kinanthi yang dipaksa untuk bekerja setiap hari tanpa henti, mendapatkan siksaan secara fisik danharus menerima kekerasan yang bertubi-tubi yang dilakukan oleh majikan (Tasaro GK, 2009:) Pada kutipan di atas digambarkan dengan jelas bagaimana bentuk kekerasan yang dialami oleh Kinanthi. Kata-kata yang secara jelas merepresentasi bentuk kekerasan tersebut dan ingin memberikan pesan yang secara mudah dipahami bahwa para pekerja di luar negeri dengan gampang mengalami kekerasan saat bekerja. Perlakuan kasar yang dilakukan Layla kepada Kinanthi bahkan melebihi saat dahulu Kinanthi masih menjadi pembantu untuk Zazkia. Seperti pada kutipan berikut: Seperti pada kutipan berikut: “Azzam dan Layla pasangan yang sungguh kreatif. Segala macam benda yang ada di apartemen itu bisa dijadikan alat olahraga sempurna. Dilempar, dipukulkan, atau “sekadar” ditimpakan ke tubuh Kinanthi” (Tasaro GK, 2009:184). Pada novel Galaksi Kinanthi ini terdapat dua jenis bentuk kekerasan fisik, yaitu bentuk pemerkosaan dan pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga. Pada novel Galaksi Kinanthii muncul persoalan mengenai commit todalam user bentuk pemerkosaan. Bentuk kekerasan terhadap perempuan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerkosaan dikategorikan dalam wujud kekerasan fisik, seperti pada kutipan berikut: “Nama majikanmu siapa, Nak?” “Habdul Aziz.” “Alamat?” Kinanthi menyebut sebuah alamat yang susah payah ia ingat. “Kenapa kamu kabur dari rumah majikanmu?” “Tidak digaji,” kalimat Kinanthi tersendat, “berkali-kali mau diperkosa.” (Tasaro GK, 2009:147). Kutipan di atas menunjukkan kekerasan yang dialami Kinanthi saat melaporkan kejadian yang dialaminya kepada KBRI dalam rangka meminta perlindungan hukum atas apa yang telah dilakukan oleh majikannya saat ia bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Kekerasan
dalam
bentuk
percobaan
pemerkosaan
dan
pemerkosaan termasuk ke dalam kategori kekerasan fisik. “Dia..dia mau memperkosa saya pak.” Kalimat Kinanthi dihujani isak terbata-bata. Neni dan Ivan menahan napas. Tidak menyangka hubungan Kinanthi dan Gesit sejauh itu. Tidak menyangka Kinanthi yang bintang kelas dan terkenal enggan berdekatan dengan siapa pun bisa berada dalam situasi seperti itu. “Mau diperkosa? Lalu kenapa Dik Kinanthi mau diajak ke Lembang?” “Waktu itu…kami pulang dari Tangkuban Perahu. Gesit memaksa saya mampir ke vila yang katanya milik saudaranya. Di Villa itu, dia mau memerkosa saya. Saya melawan. Saya pukul di pakai botol minuman.” (Tasaro GK, 2009:121) Kutipan di atas menunjukkan tindakan percobaan pemerkosaan yang dilakukan Gesit kepada Kinanthi. Jika kutipan diatas merupakan contoh bentuk percobaan pemerkosaan, berikut ini pemerkosaan yang terjadi di dalam novel Galaksi Kinanthi. Pemerkosaan terjadi jika seseorang melakukan paksaan untuk user kerelaan dari yang bersangkutan, mendapatkan pelampiasancommit seksualtotanpa
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di
dalam
novel
terdapat
kutipan
berikut:
“Mereka
memerkosa
saya…bergantian…Azzam,Ali, dan suami Zazkia. Sama-sama pura-pura tidak tahu satu sama lain. Saya sempat hamil…dan keguguran” (Tasaro GK, 2009:196). Wujud nyata kekerasan yang dialami Kinanthi merupakan salah satu bukti adanya ketidakadilan gender yang diterima Kinanthi, sebagai tokoh sentral yang juga mejadi korban dari ketidakadilan gender. Didalam sebuah keluarga, terdapat beberapa anggota keluarga. Kekerasan yang terjadi pada anggota keluarga bisa terjadi pada ibu, anak ataupun kerabat yang tinggal dalam satu rumah tersebut, bahkan orang dekat yang sudah dianggap menjadi keluarga juga merupakan bagian dari anggota keluarga. Di dalam keluarga Edi, pada mulanya Kinanthi dianggap seperti anak sendiri karena keluarga Edi tidak memiliki anak. Keluarga Edi mengambil Kinanthi karena masih ada hubungan kerabat dengan dirinya. Seperti pada kutipan berikut: “Bapak ini bagaimana. Kinanthi tidak dibeli. Kinanthi mau disekolahkan tinggi. Kalau Mas Edi memberi kita beras itu hanya ucapan terima kasih. Lha wong, dia ndak punya anak. Dikasih Kinanthi, yo, senang. Anak nurut, pinter, seperti Kinanthi itu, kan, menguntungkan Mas Edi” (Tasaro GK, 2009:80). Seiring berjalannya waktu ternyata Kinanthi mendapat kekerasan fisik dari keluarga Edi. Kekerasan yang terjadiberwujud pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga yang dialami Kinanthi. Seperti pada kutipan berikut: “Ternyata, selama ini kita memelihara sundal, Pa. Perempuan tidak bener.” Eli melampiaskan amarahnya sesampainya di rumah, sepulang dari sekolah Kinanthi dan kantor polisi.”Sudah commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disekolahkan gratis. Diberi makan enak. Kamu benar-benar tidak tahu diri, Thi!” Tamparan keras Eli memanaskan pipi Kinanthi. Gadis itu menahannya dalam isak tertahan. Dia tidak berkata apa-apa. Percuma. “Sepertinya bakat mbokmu menurun, Thi.” Komentar Edi tidak kalah sengit. (Tasaro GK, 2009:121-122) b. Kekerasan Psikologis pada Novel Galaksi Kinanthi Kekerasan psikis adalah kekerasan yang dilakukan lewat bahasa tubuh. Biasanya dalam bentuk cemoohan, hinaan, mengucilkan, dan lain sebagainya yang mengakibatkan terganggunya mental seseorang. Pada novel
Galaksi
Kinanthi
kekerasan
yang
terjadi
tidak
hanya
berupakekerasan fisik, akan tetapi juga terdapat kekerasan yang berupa kekerasan psikis atau emosional. Berikut ini akan dijelaskan kekerasan psikis atau emosional yang terjadi dalam novel Galaksi Kinanthi. Jawaban “mengapa harus tahun depan” akhirnya Kinanthi dapatkan kemudian. Setelah dua belas bulan dalam impitan, usia Kinanthi telah mendekati lima belas tahun, Dengan tinggi tubuhnya yang diatas rata-rata, tidak sulit untuk memanipulasi usianya menjadi tujuh belas tahun. Terjawab juga mengapa dulu Eli mendaftarkannya ke kursus bahasa Arab. Kursus yang tidak pernah diikuti Kinanthi dengan sungguh-sungguh Kinanthi sedang dipesiapkan untuk menjadi tenaga kerja perempuan di Arab Saudi. Agak sukar untuk menemukan perempuan muda sepintar Kinanthi. Dipoles sedikit, harga jualnya menjadi lebih tinggi. Majikan Arab tentu akan lebih menghargai pembantu yang pandai disbanding yang kosong melompong.” (Tasaro GK, 2009:122-123) Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa pasangan Edi dan Eli yang sebelumnya sepakat dengan orangtua Kinanthi untuk menukarnya dengan beras ternyata mempersiapkan Kinanthi untuk menjadi tenaga kerja. Menyekolahkannya serta memberikan les tambahan kepada Kinanthi to userprofesional. Pada kutipan di atas agar bisa menjadi tenagacommit kerja yang
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digambarkan bentuk trafficking yaitu perekrutan tenaga kerja illegal. Perekrutan tenaga
kerja illegal
tersebut
dilakukan
dengan cara
menggelembungkan usia calon tenaga kerja menjadi 17 tahun atau usia legal untuk menjadi tenaga kerja. Padakutipan di atas, dipiih kata “impitan” untuk menggambarkan bagaimana tekanan psikologis yang dialami Kinanthi selama berada di rumah keluarga Edi. Pada kutipan tersebut juga terdapat pemilihan kalimat “Dipoles sedikit, harga jualnya menjadi lebih tinggi” merupakan bentuk ekspresi penggambaran bagaimana seorang diperlakukan seperti benda, sehingga dapat merusak mental Kinanthi. Gambaran tersebut seakan-akan manusia adalah benda mati yang dapat diperjualbelikan. Kinanthi tak peduli. Dia memalingkan muka kemudian. Terjadi transaksi di depan mata Kinanthi. Sang calon majikan berbicara ini itu dengan lelaki pemilik agen tenaga kerja yang tampaknya tidak resmi ini. Kinanthi sudah maklum benar, dia terlanjur menjadi barang dagangan. Berpindah dari satu tangan ke tangan lain, sesuai permintaan. Proses transaksi selesai. Kinanthi mendapat tanda dari orang agen untuk mengikuti pasangan suami istri itu. Dia menurut. (Tasaro GK, 2009:159). Kutipan di atas menceritakan tentang pengalaman Kinanthi yang kembali menjadi korban trafficking ketika dia menjadi TKW. Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana proses transaksi illegal yang dilakukan pelaku trafficking dalam melakukan aksinya. Kutipan di atas menggambarkan situasi frustasi yang dialami Kinanthi dengan pemilihan kata-kata yang cenderung satir untuk memberikan gambaran bahwa Kinanthi telah jemu dan frustasi dengan kondisi seperti itu dan terbiasa menjadi korban.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Isu
trafficking
dalam
pemaknaannya
merupakan
kejahatan
terorganisir yang perkembangannya sulit diketahui dan merugikan masyarakat karena menjadi korban kejahatan. Sehingga tanpa mereka sadari karena iming-iming peningkatan taraf hidup yang lebih baik jika anggota keluarga mereka menjadi bagian dari human traffickingatau perdagangan manusia. Masyarakat, terutama orang-orang yang tinggal di desa tidak mendapatkan pembelajaran yang baik dan jelas tentang apa itu trafficking sehingga mereka mudah menjadi korban. “Hei! Apa yang kamu lakukan? Ayo cepat bekerja!Saya sudah mahal membeli kamu dari agen. Majikan perempuan itu terlihat marah betul. Dia lalu meraih alat pengepel berbatang panjang di dekat lemari. Dia memburu Kinanthi, tak sabar untuk mengempaskan batang besi itu ke tubuh perempuan yang hak hidupnya baru saja dia beli itu. Kinanthi menghindari amukan majikannya dengan berlari mengitari meja di ruangan itu. Sesuatu yang membuat majikannya semakin kesetanan dan terus mengejar. Kinanthi menghampiri porselen China berukuran raksasa dan mencoba mengangkatnya. Ternyata berat. Majikan perempuannya terjerit tertahan. Tidak terbayangkan apa yang hendak dilakukan Kinanthi dengan barang mahal itu (Tasaro GK, 2009:161) Kutipan diatas menunjukkan merupakan bentuk atau wujud dari kekerasan psikis yang menimpa Kinanthi. Kekerasan psikis biasanya erat kaitannya dengan kekerasan fisik baik seksual maupun non seksual. Kutipan di atas merupakan kekerasan psikis karena kekerasan dilakukan tidak dengan tindakan atau perbuatan sehingga tidak menyakiti badan atau fisik seseorang, namun menyakiti perasaan bahkan mengakibatkan terganggunya mental seseorang. Kinanthi melihat dengan jelas bahwa tubuhnya diibaratkan to user layaknya benda mati yangcommit dapat dijual dan berpindah tangan. Adapun hal
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut
menyebabkan
terganggunya
mental
Kinanthi,
sehinggamenyebabkan tidak lagi peduli dengan tubuhnya. 5. Beban Kerja Perempuan pada Novel Galaksi Kinanthi Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat yang rajin dan tidak cocok untuk menjadi pemimpin rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan rumah tangga dibebankan kepada perempuan. Adanya anggapan masyarakat mengenai pekerjaan perempuan adalah lebih rendah daripada pekerjaan laki-laki. Adapun hal tersebut membuat pihak perempuan memikul beban kerja lebih banyak meskipun sebenarnya merupakan tanggung jawab suami dan istri atau laki-laki dan perempuan. Adapun hal tersebut mencakup urusan dalam merawat anak, memberi pendidikan, membersihkan rumah seakan menjadi pekerjaan dan ditanggung oleh pihak perempuan saja. Pada novel Galaksi Kinanthi terdapat beberapa persoalan mengenai beban kerja yang harus dibebankan kepada perempuan. “Mbokne bisa mendidik anak kita tidak?” Bapak ini urusannya banyak. Tidak bisa mengawasi anak mbeling(nakal) itu setiap hari.” Mboknya Ajuj menunduk. Hatinya tertusuk-tusuk. Oleh kenyataan bahwa Ajuj berani malawan bapaknya, juga kata-kata suaminya yang terus saja menyalahkan dirinya seorang. “Kalau mbokne sudah ndak sanggup mendidik Ajuj, sudah, kirim saja anak itu ke pesantren. Jadi ndak pusing lagi kita (Tasaro GK, 2009: 41). Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa tugas mendidik seorang anak hanya dibebankan pada perempuan saja, yaitu ibu. Laki-laki seakan hanya berkewajiban untuk mencari nafkah. Padahal tugas mendidik anak merupakan tanggung jawab ayah atupun ibu. Ketika Ajuj dianggap oleh commit sudah to userberani melawan, Mangun justru bapaknya yang bernama Mangun
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyalahkan ibunya karena dinilai tidak bisa mendidik anak. Adapun hal tersebut membuat perempuan menjadi sosok yang disalahkan.
B. Wujud Perjuangan Tokoh Kinanthi dalam Menyetarakan Gender Kinanthi sebagai tokoh utama, juga sebagai tokoh perempuan yang melakukan perjuangan melawan adanya ketidakadilan gender melakukan perlawanan untuk menyetarakan gender. Perjuangan Kinanthi dalam menyetarakan gender dapat diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, maupuan gerakan sossial budaya pada umumnya. Selain itu juga diwujudkan dengan meningkatkan kualitas Kinanthi sebagai seorang perempuan, yaitu dengan cara meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan sehingga Kinanthi mampu bersaing dalam dunia yang penuh persaingan bebas. Perjuangan Kinanthi terjadi akibat perlakuan tidak adil yang diterimanya. Kinanthi mendapatkan banyak perlakuan tidak adil dari beberapa orang disekelilingnya. Perlakuan tidak adil yang pertama didapat Kinanthi dari Saepul, ayah Ajuj. Pada novel Galaksi Kinanthi, Saepul adalah ayah dari Ajuj. Saepul adalah tokoh masyarakat di dusun Gunung Kidul tempat Kinanthi kecil tinggal. Hubungan yang terjalin antara Saepul dan Kinanthi adalah ayah dari teman dekat yang juga cinta sejati Kinanthi, yaitu Ajuj. Saepul adalah tipe orang yang sangat menjunjung tinggi kehormatannya dimata orang lain. Saepul melarang commitanaknya, to user Ajuj untuk berteman dengan
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kinanthi hanya karena Kinanthi adalah anak orang miskin dan berasal dari keturunan yang tidak baik, sedangkan Saepul adalah pemuka agama dikampungnya yang sangat dihormati dan selalu menjadi pemimpin dalam segala upacara keagamaan yang diadakan di kampungnya. Wajah Ajuj menunduk lagi, bicaranya agak lirih, tapi bulat. Tidak merengek, “Kinanthi ndak punya teman, Pak. Kasihan.” “Nah, itu kowe sudah tahu. Kalau anak-anak lain ndak mau main sama Kinanthi, kk, kowe mau? Seperti ndak ada ada teman lain saja. Kinanthiitu anak penjudi, ibunya baulaweyan, mbak dan masnya nakal” (Tasaro GK, 2009:27-28). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Saepul adalah salah satu tokoh pelaku ketidakadilan gender kepada Kinanthi. Saepul adalah tokoh yang berlaku sewenang-wenang terhadap
perempuan
dan
juga
mereendahkan
derajat
perempuan, dalam hal ini adalah Kinanthi. Saepul merupakan contoh seorang pemuka agama yang sangat dihormati di kampungnya namun tingkah lakunya, justru tidak mencerminkan sosok seorang pemuka agama. “Nah, itu kowe sudah tahu. Kalau anak-anak lain ndak mau main sama Kinanthi, kok, kowe mau? Seperti ndak ada teman yang lain saja. Kinanthi itu anak penjudi, ibunya baulawean, mbak dan masnya nakal.” (Tasaro GK, 2009:28) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Saepul adalah memberi label baulawean kepada ibu Kinanthi. Baulawean adalah pandangan negatif yang hanya diberikan kepada perempuan karena menganggap setiap perempuan yang menikah dan suaminya selalu meninggal adalah sosok seorang wanita yang negatif seperti pandangan Saepul terhadap Kinanthi dan ibunya. Wujud perjuangan Kinanthi yang pertama adalah saat Kinanthi di tukar oleh bapaknya dengan harga 50 kilogram beras kepada kerabat nya dari bandung. Meskipun bapaknya tidak mau menyebut bahwa Kinanthi dijual namun pada commit to user kenyataannya Kinanthi ditukarkan dengan 50 kilogram beras. Kinanthi saat itu
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
menolak saat akan dibawa kerabatnya yang bernama Edi ke Bandung. Kutipan dibawah ini merupakan wujud perjuangan Kinanthi menolak perdagangan manusia (Human trafficking) yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Tangis Kinanti semakin tidak tertahankan. Dia meronta sambil terus berteriak-teriak histeris. “Bapak jahat! Bapak ndaksayang aku! Bapak jahaaaaaaaat!!Ndak mau! Ndakmau! Ajuuuuuuuuuj!Tolong! Tolong!” mangun tidak mampu berpikir lagi. Dia menegakkan dirinya. Dia peluk Kinanthi dan diangkat paksa. Meskipun Kinanthi mulai memukul dan menendang sebisa-bisanya, mangun tetap mengangkat gadis cilik itu, lalu mengunci dalam dekapannya. Bukan hal mudahkarena tinggi tubuh Kinanthi mencapai setengah badan bapaknya. Rontanya begitu menyulitkan (Tasaro GK, 2009:84). Kutipan di atas menunjukkan bagaimana Kinanthi sekuat tenaga melawan orang tuanya, agar tidak dijual kepada kerabatnya dan agar tidak dibawa ke Bandung. Wujud dari perlawanan Kinanthi dengan cara sekuat tenaga meronta dan berteriak dengan harapan bapaknya tidak jadi membawa Kinanthi kepada kerabatnya untuk tinggal di Bandung. Namun, Mangun memaksa Kinanthi dengan cara menggendongnya kuat-kuat. Kinanthi berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkan rencana orang tuanya itu, namun usaha Kinanthi gagal. Mobil yang membawanya pergi terus melaju meskipun Kinanthi tetap tidak menyerah untuk meminta bantuan Ajuj agar melepaskan dari situasi tersebut “Kinanthi rupanya berdiri di jok mobil bagian belakang. Wajahnya menempel di kaca mobil, tinju kecilnya memukul-mukul. Tangis kerasnya menyelingi teriakan serak ketika dia memanggil nama Ajuj.” “Kinanthi!” Ajuj berlari dengan kecepatan melebihi kemampuannya sendiri. Sementara mobil kuning di depannya terus bergerak “Ajuj!” “Kinanthi!” (Tasaro GK, 2009:88). Usaha dan perjuangan Kinanthi akhirya sia-sia. Dia berhasil dibawa oleh user bersamanya. Kutipan diatas kerabatnya yang bernama Edicommit untuk totinggal
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan wujud perjuangan Kinanthi melawan marginalisasi yang dihadapinya. Kinanthi ditukar oleh orang tuanya dengan 50 kilogram beras kepada kerabatnya. Bentuk perlawanan tersebut ditunjukkan Kinanthi dengan berusaha keluar dari mobil yang membawanya pergi. Ditinju-tinju kaca mobil yang membawanya menuju Bandung. Meskipun usaha Kinanthi tidak berhasil menghentikan mobilnya. Kehidupan Kinanthi di Bandung pada mulanya baik-baik saja. Kinanthi disekolahkan, dirawat, dan diberi makan yang layak. Dia juga berteman dengan beberapa orang temannya. Salah satu temannya bernama Gesit. Gesit sangat menyukai Kinanthi. Gesit menjebak Kinanthi dan mencoba melakukan pemerkosaan. Namun Kinanthi berhasil melawan. “Mau diperkosa? Lalu kenapa Dik Kinanthi mau diajak ke Lembang?” “waktu itu…kami pulang dari Tangkuban Perahu. Gesit memaksa saya mampir ke vila yang katanya milik saudaranya. Di Villa itu, dia mau memerkosa saya” “Saya melawan. Saya pukul di pakai botol minuman.” Jadi itu penyebab dahi Gesit diplester waktu itu” sela Neni. Kinanthi mengangguk (Tasaro GK, 2009:121). Wujud perlawanan yang dilakukan Kinanthi ketika akan diperkosa Gesit dengan memukul Gesit menggunakan botol minuman dan Kinanthi berhasil melarikan diri. Adapun dalam hal ini Kinanthi berjuang melawan adanya kekerasan seksual yang hendak dilakukan oleh gesit kekerasan seksual dengan percobaan pemerkosaan. Kinanthi melawan sehingga perjuangannya berhasil. Kejadian percobaan pemerkosaan ini membuat Edi, kerabat bapaknya marah hingga terkuak apa yang sebenarnya telah direncanakan Edi kepada Kinanthi sedari dulu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Jawaban “mengapa harus tahun depan” akhirnya Kinanthi dapatkan kemudian. Setelah dua belas bulan dalam impitan, usia Kinanthi telah mendekati lima belas tahun, Dengan tinggi tubuhnya yang diatas ratarata, tidak sulit untuk memanipulasi usianya menjadi tujuh belas tahun. Terjawab juga mengapa dulu Eli mendaftarkannya ke kursus bahasa Arab. Kursus yang tidak pernah diikuti Kinanthi dengan sungguhsungguh (Tasaro GK, 2009:122-123) Setelah kejadian tersebut pada akhirnya diketahui maksud dan rencana Edi merawat Kinanthi adalah untuk di jadikan TKW di Arab. Padahal, awal mula Kinanthi dibawa paksa oleh Edi, Mangun, bapak Kinanthi berujar bahwa Edi akan merawat Kinanthi dengan baik seperti merwat anaknya sendiri. “Iya, tetapi Kinanthi tidak bisa dibeli, Mbokne.” “Bapak ini bagaimana. Kinanthi tidak dibeli. Kinanthi mau disekolahkan tinggi. Kalau Mas Edi memberi kita beras itu hanya ucapan terima kasih. Lha wong, dia ndak punya anak. Dikasih Kinanthi, yo, senang. Anak nurut, pinter, seperti Kinanthi itu, kan, menguntungkan Mas Edi” “Mbokne ini membicarakan anak seperti barang saja.” “Ya ndak begitu, Pak. Kita melakukan ini, kan, untuk kebaikan Kinanthi. Justru karena kita memikirkan masa depan dia. Kalau Kinanthi tetap bersama kita, makan aja susaj, apalagi sekolah. Sayang, to, Pak. Kinanthi anak pinter. Kalau ndak sekolah, sayang otaknya yang pinter itu.” (Tasaro GK, 2009:80). Edi merupakan tokoh kedua setelah Saepul yang termasuk dalam tokoh yang kontra dengan perjuangan yang dilakukan Kinanthi dalam kesetaraan gender. Edi adalah kerabat Kinanthi yang tinggal di Bandung. Orang tua Kinanthi menukar Kinanthi kepada Edi dengan 50 kilogram beras. Pada mulanya Edi adalah orang yang baik kepada Kinanthi, namun ternyata dia adalah seorang penyalur TKW illegal. Hari itu, setahun setelah kematian Gesit yang dramatis. Kinanthi akhirnya diperbolehkan keluar rumah. Menjinjing tas berisi sedikit pakaian, dia berjalan gontai menuju mobil VW kuning milik Edi yang akan mengantarkannya ke penampungan TKW di Jakarta, sebelum diterbangkan ke Arab Saudi. “jangan-jangan majikanmu itu penyalur pembantu rumah tangga?” commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata-kata Euis dua tahun sebelumnya masih basah ditlinga Kinanthi. Sesuatu yang hari ini terbukti, Benar, Is. Kamu benar (Tasaro GK, 2009:123). Kutipan di atas menggambarkan bahwa Edi merupakan salah satu tokoh yang
berlawanan
dengan
perjuangan
yang
dilakukan
Kinanthi
dalam
menyetarakan gender karena Edi adalah pelaku kekerasan kepada Kinanthi. Edi melakukan kekerasan kepada Kinanthi karena kesalahan yang dituduhkan kepada Kinanthi. Niat buruk Edi untuk menjadikan Kinanthi menjadi TKW ternyata sudah direncanakan dari awal. Pada akhirnya Edi mengirim Kinanthi menjadi TKW di Arab Saudi dan menjadi awal dari perjalanan penyiksaan yang dialami Kinanthi saat menjadi TKW. “Ternyata, selama ini kita memelihara sundal, Pa. Perempuan tidak bener.” Eli melampiaskan amarahnya sesampainya di rumah, sepulang dari sekolah Kinanthi dan kantor polisi.”Sudah disekolahkan gratis. Diberi makan enak. Kamu benar-benar tidak tahu diri, Thi!” Tamparan keras Eli memanaskan pipi Kinanthi. Gadis itu menahannya dalam isak tertahan. Dia tidak berkata apa-apa. Percuma. “Sepertinya bakat mbokmu menurun, Thi.” Komentar Edi tidak kalah sengit (Tasaro GK, 2009:121-122). Berdasarkan kutipan di atas Edi termasuk di dalam tokoh kontrafeminis karena Edi melakukan kekerasan pada perempuan. Tindakan kekerasan kepada perempuan yang dilakukan Edi merupakan bentuk ketidakadilan gender bagi perempuan di segi kekerasan fisik non seksual. Selain Edi, tokoh pelaku ketidakadilan gender adalah Gesit. Gesit adalah teman sekolah Kinanthi saat mereka tinggal di Bandung. Pada mulanya Gesit adalah teman yang baik. Hingga pada suatu hari Gesit mencoba memperkosa Kinanthi. Suara gaduh terdengar dari vila yang dimasuki Gesit dan Kinanthi sepuluh menit yang lalu. Teriakan Gesit yang melolong kesakitan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdengar jelas. Suara benda pecah. Kinanthi muncul di pintu dengan wajah marah besar. (Tasaro, 2009:112) “Dia …. .. dia mau memperkosa saya, Pak.” Kalimat Kinanthi dihujani dengan isak. Terbata-bata (Tasaro GK, 2009:121). Pada kutipan di atas ketidakadilan gender yang dilakukan oleh Gesit adalah ketika ia menjebak Kinanthi untuk dibawa ke tempat yang sepi dan merencanakan untuk memperkosa Kinanthi. Gesit menjebak Kinanthi dengan cara mengajak Kinanthi jalan-jalan. Di tengah perjalanan tersebut Gesit meminta Kinanthi untuk beristirahat sebentar di sebuah vila. Tindakan percobaan pemerkosaan ini merupakan wujud dari ketidakadilan gender dalam hal kekerasan fisik seksual. Ketika Gesit melakukan percobaan pemerkosaan kepada Kinanthi, Kinanthi berhasil melarikan diri. Beberapa hari setelah kejadian tersebut Gesit bunuh diri karena tertekan oleh rasa bersalahnya kepada Kinanthi dan rasa malu karena hampir memperkosa temannya sendiri. “Thi kamu sudah dengar kabar?” Nurma, teman sebangku Kinanthi tergopoh-gopoh dating dari luar kelas. Dia sibuk mengatur napas sebelum duduk di samping Kinanthi. Kinanthi menoleh, memasang ekspresi “aku sedang tak ingin dengar kabar apapun.” “sudah dengar belum?” “Kabar apa?” terpaksa akhirnya keluar suara juga. “Gesit bunuh diri tadi pagi.” Kinanthi terhenyak. Bibirnya gemetaran (Tasaro GK, 2009:120). Kutipan di atas menggambarkan bahwa perilaku adalah kekerasan fisik yang mengakibatkan psikis seseorang terganggu. Terlihat bukan hanya korban yang dihantui dengan baying-bayang pemerkosaan, sang pelaku pun juga terkena dampak psikologis karena percobaan pemerkosaan yang telah ia lakukan kepada Kinanthi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Kenyataannya ternyata dari awal sebenarnya Edi sudah berencana untuk menjadikan Kinanthi sebagai TKW di Arab. Akhirnya Kinanthi dikirim Edi ke Arab untuk menjadi TKW. Di Arab, Kinanthi memperoleh perlakuan kasar atau memperoleh kekerasan fisik maupun psikis dari majikannya. Kinanthi diperkosa oleh salah satu anak majikannya yang bernama Mustafa. Akan tetapi Kinanthi mampu melawan, seperti pada kutipan berikut: “ Kenapa Takut?” Mustafa memerhatikan Kinanthi yang menghampiri ranjang untuk merapikan sprei dan bantal-bantal. Kinanthi tak menjawab pertanyaan tuannya. Dia ingin buru-buru menyelesikan pekerjaannya. Gerakan berhenti kertika mendengar suara daun pintu berderit menutup. Kinanthi membalikkan badannya dengan gerakan mengejutkan. “Saya akan teriak. Ibu Tuan sedang ada di kamarnya,” ancamnya (Tasaro GK, 2009:141). Kutipan di atas menunjukkan Kinanthi dapat menjaga harga dirinya dan mampu melawan percobaan pemerkosaan yang akan dilakukan oleh Mustafa, sehingga tidak terjadi pemerkosaan terhadap dirinya. Bentuk perlawanan yang dilakukan Kinanthi dengan mengancam Mustafa. Kinanthi mengatakan bahwa ia akan berteriak sampai majikannya mendengar jika Mustafa tetap melanjutklan percobaan pemerkosaan tersebut Perjuangan Kinanthi dalam menyetarakan gender, diwujudkan dalam berbagai hal. Perlawanan yang dilakukan Kinanthi dalam melawan kekerasan yang menimpanya dilakukan Kinanthi dalam bentuk ancaman berupa teriakan yang merupakan wujud dari perjuangan tersebut. Kinanthi melakukan ancaman tersebut karena ia mengetahui bahwa hal yang ditakuti Mustafa adalah ibunya sendiri atau majikan Kinanthi. Setelah kejadian Mustafa, Kinanthi sekali lagi mengalami percobaan commit to user pemerkosaan. Selain dari Mustafa anak majikan, Kinanthi juga mengalami
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
percobaan pemerkosaan dari majikannya yang bernama Habdul Aziz. Kinanthi dapat melawan kekerasan seksual tersebut. Kinanthi bersikap waspada. Dia berjalan mundur menuju jendela. Ini lantai dua. Kinanthi melirik kebawah dan memastikan, melompat dari ketinggian itu bisa meremukkan kedua kakinya. “Mau kemana, Kinanthi?” “Saya akan teriak!” “Percuma” Habdul Aziz terus mendekat. “Mundur, Tuan!” Tangan Kinanthi bergerak cepat, merogoh saku gamisnya. Di situ selalu dia simpan pisau kecil untuk berjaga-jaga. Dia menempelkan ujung pisau itu ke lehernya. “Lebih baik mati. Mundur, Tuan! Atau saya bunuh diri di kamar ini!”(Tasaro GK, 2009:143) Kinanthi terselamatkan dengan usaha yang dilakukannya. Dengan keberanian yang dimiliki Kinanthi dia mampu bangkit dan melarikan diri dari Habdul Aziz. Bentuk perlawanan yang dilakaukan Kinanthi dengan mengeluarkan pisau kecil dari saku gamisnya. Kinanthi bukan hendak membunuh Habdul Aziz namun mengancam akan bunuh diri, dengan maksud lebih baik Kinanthi mati daripada harus mengalami pemerkosaan. Habdul Aziz menghentikan tindakan asusilanya dengan alasan, jika Kinanthi mati di hadapanya Habdul Azizlah yang akan dituduh membunuh Kinanthi. Oleh karena pemikiran Kinanthi dalam berjuang melawan tindak pemerkosaan tersebut, ia berhasil lolos dari Habdul Aziz. Habdul Aziz adalah majikan pertama Kinanthi setibanya di Arab Saudi. Berdasarkan pemahaman kebanyakan orang Arab, pembantu rumah tangga yang ia pekerjakan adalah budak. Kondisi perbudakan sangat terasa saat Kinanthi bekerja di rumah Habdul Aziz. Habdul Aziz adalah laki-laki yang kejam yang melakukan percobaan pemerkosaan terhadap Kinanthi. Selain perlakuan kejam Habdul Aziz tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
memberi gaji kepada Kinanthi, akhirnya Kinanthi melarikan diri dari rumah Habdul Aziz. “Nama majikanmu siapa, Nak?” “Habdul Aziz.” “Alamat?” Kinanthi menyebut sebuah alamat yang susah payah ia ingat. “Kenapa kamu kabur dari rumah majikanmu?” “Tidak digaji,” kalimat Kinanthi tersendat, “berkali-kali mau diperkosa” (Tasaro GK, 2009:147). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Habdul Aziz termasuk dalam tokoh kontrafeminis karena ia mencoba memperkosa Kinanthi. Percobaan pemerkosaan termasuk dalam bentuk kekerasan fisik seksual. Selain tidakan percobaan pemerkosaan Habdul Aziz tidak memberikan gaji kepada Kinanthi yang telah bekerja sebagai pembantunya. Adapun hal tersebut juga termasuk dalam bentuk kekerasan. Setelah kejadian yang hampir merenggut kesuciannya tersebut, Kinanthi berniat melarikan diri rumah Habdul Aziz. Keluarga Habdul Aziz memiliki supir yang juga berasal dari Indonesia bernama Yusman. Kinanthi berencana meminta bantuan kepada Yusman untuk membantu melarikan diri dari rumah Habdul Aziz. “Kita berangkat sekarang,” kata Yusman mantap. Kinanthi masih tidak bersuara. Dia ikut saja kemana langkah Yusman. Termasuk ketika perhatian para pekerja yang sibuk di ruang penjahitan. Yusman lebih dulu keluar gerbang, memastikan taksi yang ia panggil lewat telepon sudah menunggu di ujung jalan. Berikutnya, dia memanggil Kinanthi. Mereka berdua lantas bergegas masuk ke taksi, secepat-cepatnya pergi meninggalkan rumah Habdul Aziz” (Tasaro GK, 2009:144). Kutipan di atas membuktikan bahwa Kinanthi memperjuangkan hak atas dirinya agar terhindar dari orang-orang yang melakukan kekerasan dan percobaan pemerkosaan terhadap dirinya. Kinanthi melarikan diri dari rumah Habdul Aziz dengan bantuan Yusman. Kinanthi berniat meminta perlindungan hukum di commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KBRI. Proses melarikan diri Kinanthi dari rumah Habdul Aziz merupak wujud dari bentuk perjuangan dirinya melawan kekerasan fisik baik seksual ataupun non seksual yang diterima Kinanthi saat berada dirumah Habdul Aziz. Akhirnya usaha Kinanti berhasil. Setelah Kinanthi berhasil melarikan diri, Kinanthi mendapatkan majikan baru yang bernama Azam dan Layla. Azam dan Layla ternyata sama halnya dengan Habdul Aziz. Kekerasan fisik maupun psikis diterima oleh Kinanthi. Kinanthi tak mengerti. Dia hanya salah menghidangkan kopi karena terlalu banyak gula, sore itu, dan pukulan bertubi-tubi menyarang tubuh dan kepalanya. Kesalahan yang sama entengnya dengan alasan mengapa dua majikannya itu memukulinya beberapa hari terakhir. Kemarin karena lupa mematikan televise, kemarinlusa karena air meluber di kamar mandi, kemarinnya lagi karena terlambat bangun. Kesalahan-kesalahan sepele yang harus dibayar dengan remuk redam sekujur tubuh” (Tasaro, 2009:174). Pada kutipan di atas menunjukkan kekerasan yang menimpa Kinanthi di rumah majikan baru, Azzam dan Layla. Dengan adanya kekerasan tersebut Kinanthi melakukan perjuangan untuk melawan tindak kekerasan yang dilakukan Azam dan Layla seperti pada kutipan berikut: “Tubuh Kinanthi ambruk berdebam. Dia berusaha memegangi perut dan kening sekaligus. Perut; karena terasa sesak oleh sodokan tongkat baseball di tangan Azzam, majikan laki-lakinya. Kening, untuk luka mencucurkan darah segar akibat pukulan hak sepatu Layla ; majikan perempuannya” (Tasaro, 2009:174). Kutipan di atas menunjukkan kekerasan yang dilakukan oleh majikan baru Kinanthi yang bernama Azam dan Layla. Kinanthi berusaha menyelamatkan diri dari pukulan dan siksaan majikannya. Kekerasan yang merupakan wujud dari ketidakadilan gender dilawan oleh Kinanthi. Kinanthi menginginkan hak yang didapat setara dengan kaum laki-laki. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Usaha yang dilakukan Kinanthi dalam memerangi kekerasan yang menjadi perjuangannya belum berakhir. Setelah lolos dari Azam dan Layla, Kinanthi bekerja dengan seorang Arab lain bernama Zazkia. Tanpa diketahui Kinanthi ternyata Zazkia adalah kakak Layla. Zazkia berniat membalas dendam kepada Kinanthi. Akan tetapi Kinanthi terus berjuang melawan budaya Arab yang menganggap pembantu adalah budak. Seperti pada kutipan berikut. Sepekan berlalu, Kinanthi telah menjadi setengah mayat setengah manusia. Jalannya sempoyongan, pandangannya nanar, harapan hidupnya menggantung di awan. Dia tinggal berjarak sedikit lagi dari bunuh diri. Siang itu, ketika suasana begitu lengang, Kinanthi memandangi lanskap di luar apartemen dari jendela kaca di seberang dapur. Dia memang hanya bisa berlama-lama di seputaran kanan kiri dapur. Kinanthi mulai berpikir bagaimana caranya menghancurkan jendela kaca itu dan terjun dari ketinggian. Tak usah dipikirkan apa akibatnya. Mati tidak akan mengubah apa pun. Toh, Kinanthi merasa hidupnya tidak cukup ditukar dengan surga (Tasaro GK, 2009:184-185). Kekerasan fisik dan psikis berpengaruh besar pada kejiwaan seseorang, begitu pula Kinanthi. Setelah kekerasan yang dialami di Arab dan saat pindah ke Amerika, dia sudah tidak mampu lagi menahan penderitaan yang ditanggungnya. Kinanthi berjuang keras melarikan diri dari keluarga Zazkia. Kinanthi melarikan diri dengan cara melompat jendela rumah majikannya. Hal yang dilakukan Kinanthi dengan cara melompat merupakan bentuk perjuangan Kinanthi dalam kesetaraan gender. Kinanthi melarikan diri ke sebuah masjid di Amerika, dan memulai hidupnya yang baru. Beberapa orang yang melakukan ketidakadilan terhadap Kinanthi adalah Mustafa, Marwan, Zaskia dan Layla. Bentuk ketidakadilan yang mereka lakukan adalah bentuk kekerasan terhadap Kinanthi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Mustafa adalah anak laki-aki dari Habdul Aziz. Seperti tindakan yang dilakukan ayahnya, Mustafa juga melakukan tindakan percobaan pemerkosaan terhadap Kinanthi. “ Kenapa Takut?” Mustafa memerhatikan Kinanthi yang menghampiri ranjang untuk merapikan sprei dan bantal-bantal. Kinanthi tak menjawab pertanyaan tuannya. Dia ingin buru-buru menyelesikan pekerjaannya. Gerakan berhenti kertika mendengar suara daun pintu berderit menutup. Kinanthi membalikkan badannya dengan gerakan mengejutkan. “Saya akan teriak. Ibu Tuan sedang ada di kamarnya,” ancamnya (Tasaro GK, 2009:141). Pada kutipan di atas menunjukkan bentuk percobaan pemerkosaan yang terjadi pada Kinanthi. Seperti halnya Habdul Aziz, Mustafa juga melakukan hal yang sama dengan ayahnya. Adapun hal tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan seksual. Selain Mustafa adalah Marwan. Tokoh Marwan adalah orang Indonesia yang ditemui Kinanthi saat Kinanthi berhasil melarikan diri dari rumah Habdul Aziz. Marwan ketika bertemu Kinanthi seperti berniat membantu Kinanthi untuk mencarikan majikan baru yang lebih baik. Namun pada kenyataannya Marwan adalah makelar TKW yang kabur yang kemudian diiming-imingi tawaran gaji tinggi dan majikan yang baik. Dia hanya sempat meronta sedikit karena kekuatannya dua laki-laki asing itu jauh melebihi yang ia miliki. Sekejap, Kinanthi sudah dipaksa duduk di dalam van yang langsung bergerak dengan kecepatan tinggi. Marwan membanting pintu dari dalam. Dia duduk disamping pengemudi. Kinanthi duduk diapit dua lelaki yang terus memeganginya. Salah seorang diantara keduanya lalu membekapnya dengan kapas basah beraroma khas. Aroma yang membuat bumi berputar bagi Kinanthi. Sesaat sebelum dia kehilangan kesadaran (Tasaro GK, 2009: 151). Pada Kutipan diatas menunjukkan bahwa marwan hanya berpura-pura baik kepada Kinanthi. Marwan melakukan kekerasan fisik dalam bentuk bersekongkol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
untuk menculik dan membuat Kinanthi tidak sadar dengan cara membiusnya dengan kapas basah. Kinanthi berhasil dibawa oleh marwan dan kembali dijual kepada majikan yang lebih kejam dari yang sebelumnya. Marwan menganggap semua perempuan Indonesia yang bekerja menjadi TKW di Arab adalah orang bodoh yang dapat dimanfaatkan. Selain tokoh laki-laki, pelaku tindak kekerasan terhadap Kinanthi adalah tokoh perempuan. Terdapat dua tokoh perempuan yang begitu kejam terhadap Kinanthi. Yaitu Zazkia. Zazkia adalah majikan kinanthi saat bekerja di Arab Saudi. Meskipun Zazkia adalah seorang perempuan, namun dia tega melakukan tindakan kekerasan terhadap Kinanthi yang juga seorang perempuan. Tulang belulang Kinanthi mulai terbiasa dengan pukulan dan tendangan. Wajahnya berbilur bilur oleh cakaran dan tamparan. Untuk bagian ini menjadi spesialisasi Layla dan Zazkia. Lima anak Layla ditambah lima anak Ali dan humaira juga menyumbang kecil-kecilan. Mereka mulai belajar melempar sepatu dengan benar. Benar-benar mengenai tubuh Kinanthi dan meninggalkan memar. (Tasaro, 2009:184) Selain Zazkia, tokoh perempuan pelaku kekerasan terhadap Kinanthi adalah Layla. Layla juga merupakan majikan Kinanthi saat di Amerika, Laila adalah adik Zazkia yang ingin membalaskan dendam kakaknya terhadap Kinanthi. Layla tak henti-hentinya memukul Kinanthi dan melakukan apa yang ia inginkan sampai tubuh Kinanthi tak kuat lagi menahan rasa sakit dari pukulan Layla. Hingga pada akhirnya setelak kekerasan yang didapat Kinanthi tersebut Kinanthi berhasil berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya. Kinanthi bertemu dengan orang Indonesia saat melarikan diri ke masjid. Orang tersebut bernama Miranda. Miranda begitu iba melihat keadaan Kinanthi. Dia menolong commitakibat to userkekerasan yang diterimanya ke Kinanthi yang begitu mengenaskan
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengadilan di Amerika dan Kinanthi pun mendapat perlindungan hukum dari pemerintah Amerika “Atas nama negara Amerika, kami putuskan Kinanthi diberi hak untuk bersekolah dengan biaya Negara, pekerjaan dengan gaji minimum, mendapat tempat tinggal, diberi jaminan pelayanan kesehatan seumur hidup, dan kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.” Palu diketuk. Ruang siding hening seketika sampai kemudian terdengar suara hakim yang menanyai Kinanthi dengan suara malaikatnya. ”Apakah kamu menerima keputusan ini?” Kinanthi mengangguk berkalikali sambil mengataka “Ya” dan “terimakasih” (Tasaro, 2009:197). Dengan adanya perlindungan hukum dan pengakuan dari negara Amerika ini, membuktikan bahwa perjuangan Kinanthi dalam kesetaraan gender berhasil. Ia mampu menjadikan bergerak, berjuang, dan melawan ketidakadilan yang diterimanya selama ini, meskipun perlindungan hukum yang diperoleh Kinanthi bukan dari negaranya sendiri, Indonesia. Adapun hal tersebut diatas menjadi permulaan kesuksesan Kinanthi. Perjuangan
yang dilakukan Kinanthi dalam menyetarakan
gender pun
mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah keputusan dari pengadilan Amerika tersebut, Kinanthi mulai mengembangkan dirinya. Kinanthi mulai menata kembali hidupnya. Berbekal pengalaman yang ia miliki selama menjadi TKW dan kekerasan yang pernah didapat, ia tidak mau hal itu kembali lagi kepadanya. Kinanthi melanjutkan pendidikannyahingga kuliah dan lulus lalu melanjutkan s2, s3, dan bahkan sampai kepada jenjang profesor. Setelah mendapatkan kemerdekaannya Kinanthi mendapatkan kesuksesan untuk dirinya. Adapun hal ini didapatkan Kinanthi dengan bantuan orang-orang yang selalu membantunya dalam proses terbebasnya Kinanthi dari siksaan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
majikannya. Sosok yang berjuang atas kemerdekaan Kinanthi adalah Arsyi dan Miranda. Tokoh Arsy adalah orang yang pertama kali menemukan Kinanthi ketika Kinanthi menyelamatkan diri dari majikannya. Arsy yang saat itu melihat keadaan Kinanthi yang hampir mati merasa harus menyelamatkan hidup Kinanthi. Pertemuan Kinanthi dan Arsy terjadi saat Kinanthi melarikan diri ke masjid dan saat itu Arsy sedang menjalankan ibadah salat. “ Anda seperti orang Asia. Dari mana asal Anda?” Perempuan itu menatap Arsy dengan pandangan curiga, ketakutan. “Saya tidak akan menyakiti Anda. Katakana sesuatu. Saya akan menolong Anda.” Tatapan mata perempuan itu masih ragu. Namun, kemudian semakin hangat dan memelas. “tolong saya.” Matanya begitu memohon. “Saya akan menolong Anda, Sister. Katakana apa yang terjadi dengan Anda?” (Tasaro GK, 2009:187) Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa Arsy merupakan salah satu tokoh yang berjuang dan membantu Kinanthi terbebas dari kekerasan yang menimpanya. Arsy rela membantu orang yang tidak dikenalinya karena merasa tidak tega melihat kondisi Kinanthi. Setelah kejadian seperti pada Kutipan di atas, Arsy bersama Miranda membantu Kinanthi dalam proses pengadilan dalam rangka agar Kinanthi terbebas dari segala kekerasan yang menimpa dirinya. Proses mendapatkan kembali hak yang hilang dari Kinanthi, bukan hanya dibantu oleh Arsyi. Dalam hal ini peran Mirandapun penting dalam kemerdekaan dan kesuksesan Kinanthi. Miranda adalah orang yang menolong Kinanthi dalam memperjuangkan haknya sebagai perempuan. Miranthi adalah orang Indonesia yang tinggal di Amerika untuk sekolah. Miranda merupakan tokoh profeminis karena berjuang commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk membantu Kinanthi dalam proses pengadilan di Amerika saat Kinanthi melarikan diri dari rumah majikannya karena medapat siksaan. Miranda mengelus kepala Kinanthi dengan sayang yang lembut. Dia tidak bertanya apa-apa. Membiarkan Kinanthi menumpahkan beban benaknya yang menumpuk-numpuk. Seperti meracau. Kalimatkalimatnya melompat-lompat. Semuanya tentang kesakitan, derita, dan kesedihan. “ Mereka tidak akan menyakitimu lagi, Dik. Tidak akan. Kamu akan baik-baik saja” bisik Miranda setelah histeria Kinanthi sedikit mereda. Miranda lalu membanyu Kinanthi untuk berbaring lagi. Mengelus kepalanya lalu memastikan dua mata Kinanthi menutup. Tertidur dengan lelap dan nyaman. “setelah kondisi fisiknya fit, kita harus membawanya ke pengadilan imigrasi Miami. Cepat atau lambat pemerintahpun akan melakukannya (Tasaro GK, 2009:189) Kutipan di atas menunjukkan Miranda merupakan tokoh yang membuat Kinanthi mendapatkan hak nya dan tidak lagi mengalami kekerasan baik fisik ataupun psikis karena telah mendapatkan haknya dari pemerintah Amerika. Selain berhasil di segi pendidikan, Kinanthi juga mengembangkan dirinya di segi penulisan ilmiah hingga sastra. Kinanthi semakin popular dengan tulisannya yang dimuat diberbagai rubik majalah. Wajah asia Kinanthi kemudian rutin muncul di rubik tetap majalah women, membahas segala wacana seputar perempuan. Kinanthi Hope serta merta memiliki posisi yang mantap dalam pergaulan masyarakat kota dunia itu: New York. Profesor mudaberlatar pendidikan kedokteran, tapi menguasai segala bidang perbincangan. Hampir semua. Politik, fisika, filsafat. Biologi, komunikasi, dan tema apapun yang diobrolkan diruang seminar sampai coffee shop. Zhaxi dengan segenap kecenderungan pribadinya dan pertimbangan marketing menjuluki Kinanthi Hope sebagai Queen of New York. Sebuah provokasi yang segera disambar oleh media massa kota megapolitan itu. Dalam rentang dua tahun itu pula, Zhaxi menyodorkan banyak konsep buku lain yang dia yakini akan bertengger di New York Time best seller. Akan tetapi, apa yang dipilih Kinanthi justru jauh dari imajinasi Zhaxi. Hari ini, Prof. Kinanthi. Ph.D, menulis novel percintaan! (Tasaro GK, 2009:7). commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Kinanthi mampu mendapatkan hakhaknya sebagai seorang perempuan. Lebih dari itu Kinanthi berhasil memperoleh kepopuleran serta mendapat strata sosial di Amerika. Kutipan diatas menunjukkan perjuangan yang dilakukan Kinanthi sebagi seorang perempuan dalam meraih kesuksesannya di bidang sosial dan ekonomi. Pada bidang sosial kemasyarakatan Kinanthi menjadi orang yang diperhitungkan yang mampu bersaing dengan dunia di era globlalisasi dan mendapat pengakuan dari masyarakat akan eksistensi dirinya di kehidupan bermasyarakat. Pada bidang ekonomi, taraf hidup Kinanthi juga meningkat dengan adanya buku yang ia luncurkan, secara otomatis kehidupan ekonomi Kinanthi meningkat. Kinanthi berhasil menerbitkan buku yang mengisahkan tentang perjuangannya selama menjadi TKW di Arab. Ketika engkau menulis sebuah buku, adalah hal wajar jika pemacamu menderukan banyak pertanyaan. Menyangsikan riset yang engkau lakukan, mempertanyakan keabsahan teorimu, bahkan mempertanyakan kemampuanmu mengaitkan semua tema dalam sebuah bentangan cerita yang masuk akal. Kinanthi lolos ujian mala itu. Tidak semua penanya puas, namun tidak ada yang dipermalukan diatas panggung. Happy ending. Tinggal bagaimana media massa mengulas isi buku itu esok hari. Seratus orang undangan masing-masing membawa pulang buku hard cover berhalaman tebal dan setebal teori tentang cinta yang tidak harus memiliki. (Tasaro GK, 2009:426). Pada kutipan di atas, menunjukkan tentang keberhasilan Kinanthi yang keluar dari keterpurukan dan menjadi seorang bintang. Kinanthi membuat dirinya yang dipandang lemah dan tidak berdaya menjadi seseorang yang luar biasa yang mampu berhasil mencapai apa yang diinginkannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
Pada novel ini dimunculkan persoalan mengenai human trafficking sebagai sebuah bentuk kejahatan terorganisir yang korbannya berasal dari warga-warga desa yang miskin yang ingin meningkatkan taraf kesejahteraan keluarganya. Tapi ingat, lho, Bu. Kita tidak menjual anak kita. Apalagi hanya seharga 50 kilogram beras. Kita menitipkan Kinanthi kepada Mas Edi supaya disekolahkan. Bukan dijual. Kalau kita menerima beras yang diberikan Mas Edi, itu karena kita ndak mau mengecewakan dia saja (Tasaro GK, 2009:80-81). Kutipan di atas menunjukkan korban seringkali tidak menyadari bahwa mereka menjadi korban trafficking karena motif dan alasan para pelaku trafficking seringkali diterima akal. Diiming-imingi imbalan dan mimpi yang tinggi, masyarakat seringkali diperdaya untuk diambil para pelaku. “Kamu pengin jadi orang pinter to?” Kinanthi mengangguk mantap. “Kepingin jadi dokter?” Kinanthi mengangguk lagi. Sekali lebih mantap. “Kalau kamu tetap dengan bapak, kamu ndak akan pernah bisa menjadi dokter.”Mangun menahan geletar di dadanya, “Bapak punya seorang teman baik di kota. Namanya Pak Edi. Dia Ingin menyekolahkan kamu” (Tasaro GK, 2009:77-78) Pada kasus Kinanthi, orangtua Kinanthi diperdaya dengan janji Edi yang ingin menyekolahkan Kinanthi di Bandung serta iming-iming bantuan 50 kilogram beras. Dengan alasan seperti inilah, pelaku-pelaku trafficking menjerat korbannya. Orangtua Kinanthi pun merasa bahwa bantuan yang diberikan oleh Edi akan mempermudah hidup Kinanthi dan juga keluarganya. Kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya tindak trafficking di Indonesia terutama di desa-desa terpencil. Kekerasan seringkali menimpa TKI di luar negeri dan peristiwa tersebut luput dari perhatian pemerintah. Seorang perempuan yang bekerja sebagai TKW to user tidak berarti harus tunduk dan commit lemah atas perintah majikan. Sebaliknya, jika
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami bentuk kekerasan maka hendaknya melawan dan melindungi diri seperti yang dilakukan oleh Kinanthi “Satu hal yang dia syukuri hanyalah sebilah pisau pengupas buah yang tidak berpindah tempat sejak dia meninggalkan rumah Habdul Aziz. Masih tetap berada di saku dalam gamisnya. Pisau itu yang berkali-kali menyelamatkannya dari usaha para laki-laki penyekap yang berhasrat menganggunya (Tasaro GK, 2009:156) Kutipan di atas mengungkapkan mengungkapkan bahwa beberapa kali ia berhasil kabur dari majikannya yang ingin berbuat kasar karena ia mampu melawan dan mengancam. Pesan yang ingin disampaikan adalah, menjadi perempuan membuat mereka dipandang lemah dan tidak berdaya sehingga memperbesar peluang mereka yang menjadi TKW untuk menjadi korban kekerasan baik fisik ataupun psikis. Sehingga, perempuan-perempuan Indonesia harus menjadi perempuan yang kuat dan tegar. “Prof. Kinanthi Hope, P.h.D; Profesor muda berlatar pendidikan kedokteran. She is an American, Today. Ketika nama Kinanthi Hope kali pertama dipublikasikan terkait dengan bukunya”. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa setelah kesulitan yang dialami sejak kecil mulai dari menjadi korban trafficking, menjadi TKW dan menjadi korban kekerasan fisik dan psikis, Kinanthi mampu bangkit dan memperbaiki hidupnya dengan belajar sungguh-sungguh. Kinanthi mampu meningkatkan taraf hidupnya dan tidak dianggap rendah oleh orang lain dan dari usahanya tersebut ia berhasi menjadi seorang pengajar yang kini menetap di Amerika Serikat. Laki-laki itu wara-wiri di antara meja kerja dan printer. Sepatu kulit hitam Versace-nya berbunyi-bunyi ritmis di lantai kayu rumah Prof. Kinanthi Hope, Ph.D; penulis kontroversial, guru besar Universitas Draxel, sekaligus ilmuwan segala tahu yang dua tahun terakhir menjadi partnernya (Tasaro GK, 2009:3) commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Kinanthi dapat menyetarakan haknya dari segi pendidikan. Ia mampu bersaing. Seorang anak gadis dari Gunung Kidul yang mampu berjuang dari segala hal yang telah dialami dan akhirnya mampu bertahan hidup, mampu bejuang dalam menyetarakan hak-haknya di bidang pendidikan dan bahkan mendapat gelar profesor. Inilah yang menjadi ujung kesuksesan dan wujud dari perjuangan Kinanthi dalam menyetarakan gender dan mendapatkan keadilan untuk dirinya. Kinanthi membuktikan bahwa seorang perempuan mampu berjuang untuk kehidupannya dan menyetarakan gender dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan politik.
commit to user