Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan B AB I V ANALISA FASIES PENGENDAPAN
4.1
Data Sampel Intibor
Data utama yang digunakan dalam penfasiran lingkungan pengendapan dan analisa fasies ialah data intibor (Foto 4.1), data intibor merupakan data geologi bawah permukaan yang paling komprehensif untuk digunakan sebagai data primer dalam analisa fasies sebab data intibor mewakili litologi suatu lapisan di bawah permukaan secara langsung maka data intibor hampir sama akuratnya dengan data suatu singkapan di permukaan.
Foto 4.1 Data Intibor Yang Terdapat Pada Ruang Penyimpanan Intibor Yang Telah Siap Untuk Dianalisa
Namun dalam melakukan penafsiran fasies dan lingkungan pengendapan dengan menggunakan data intibor maka perlu disadari adanya beberapa kekurangan dan keterbatasan yang ada.
Beberapa kendala dalam melakukan analisa intibor ialah: keterbatasan lebar intibor yang dapat dianalisa, karena keterbatasan ini maka dapat terjadi kesalahan dalam melakukan penafsiran struktur sedimen yang ada (Gbr 4.1). Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
21
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan
Intibor
Singkapan
Dapat ditafsirkan sebagai batupasir masif
Dapat ditafsirkan sebagai bidang kontak erosional 1 meter
Gbr 4.1 Contoh Kemungkinan Kesalahan Penafsiran Struktur Sedimen Pada Analisa Intibor Akibat Dari Keterbatasan Lebar Dan Panjang Intibor
Selain itu, kondisi intibor yang kurang baik juga dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan penafsiran struktur sedimen yang ada, atau bahkan jika kondisi intibor yang ada sangat lapuk dan rusak kita tidak dapat lagi melihat struktur sedimen yang ada (Foto 4.2). Sehingga ada kemungkinan data yang hilang yang dapat menggangu proses interpretasi fasies berikutnya
Foto 4.2 Contoh Data Intibor Yang Telah Sangat Lapuk
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
22
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan Selain itu ada bioturbasi yang sangat intensif pada suatu interval juga dapat merusak struktur sedimen primer yang ada sehingga menyebabkan kesulitan dalam melakukan analisa lingkungan pengendapan (Foto 4.3).
Foto 4.3 Contoh Data Intibor Pada Nu-3 Yang Menunjukan Kelimpahan Bioturbasi Yang Merusak Struktur Primer
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
23
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2
Analisa Litofasies
Fasies adalah suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi khusus antara litologi, sifat fisik dan biologi dimana kombinasi tersebut dapat berbeda dengan kombinasi-kombinasi fasies diatasnya dan dibawahnya (Walker dan James, 1992). Dalam pengertian tersebut maka suatu fasies memiliki suatu karekteristik khusus yang dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa apa yang terjadi selama proses pembentukan batuan tersebut.
Karena proses fisika yang sama, dapat muncul pada lingkungan pengendapan yang berbeda, maka sangat penting untuk membedakan antara lingkungan pengendapan dan prosesnya. Struktur sedimen adalah kunci utama untuk membedakan lingkungan pengendapan yang ada. Struktur sedimen dapat menjelaskan geometri lapisan yang terbentuk dari proses transportasi sedimen dan proses pengendapannya.
Analisis
litofasies
dilakukan
dengan
menentukan
karakteristik,
mengelompokan dan menamakan litofasies dengan mengacu pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Miall 1978 op.cit. Walker dan James, 1992. Serta dengan menambah beberapa litofasies yang teramati.
Dari hasil analisa sampel intibor dari tiga sumur di lapangan IBNU, yaitu: Nu-2, Nu-3, dan Nu-4 didapatkan 19 (sembilan belas) jenis litofasies yang masing-masing diendapkan pada suatu proses sedimentasi, menghasilkan 5 asosiasi fasies yang menunjukan lingkungan pengendapan delta (tabel 4.2).
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
24
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2.1
Litofasies Batupasir Lapisan Silang Siur Mangkuk (St) Litofasies ini hanya ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-3, berupa batupasir berukuran butir pasir sedang-kasar, pemilahan baik, porositas baik, struktur sedimen berupa lapisan silang-siur mangkuk (trough cross bed) dengan tebal bedset antara 10-15 cm, mineral yang teramati didominasi oleh mineral Kuarsa dan Plagioklas. Litofasies St diendapkan dengan melibatkan arus traksi satu arah.
4.2.2
Litofasies Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar (Sp) Litofasies Sp (Gbr 4.1) ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-3 dan Nu-4, berupa batupasir berwarna kuning terang-kuning kecoklatan, berukuran butir pasir halus-sedang, kompak-getas, struktur sedimen berupa lapisan silang-siur sejajar (planar cross bed), mineral yang teramati didominasi oleh mineral Kuarsa dan Plagioklas dengan tebal bedset antara 10-15 cm.
Gbr 4.2 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Sp Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2159.50 m
4.2.3
Litofasies Batupasir Laminasi Sejajar (Sh) Litofasies Sh (Gbr 4.3) ditemukan di pada sampel intibor yang berasal dari sumur Nu-4, berupa batupasir berwarna abu-abu terang, berukuran butir pasir halus, kompak, struktur sedimen berupa laminasi sejajar (pararel laminae) dengan tebal litofasies antara 10-15 cm. (foto 4.2). Litofasies
ini
diendapkan
dengan
melibatkan
arus
tinggi
saat
pengendapan.
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
25
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan
Gbr 4.3 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Spb, Ml, Dan Sh Pada Sumur Nu-4 Dengan Kedalaman + 2242.00 m
4.2.4
Litofasies Batupasir Laminasi Bersilang (Sr) Litofasies Sr ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-4, berupa batupasir berwarna kuning terang, berukuran butir pasir halus-sedang, kompak–getas, struktur sedimen berupa laminasi bersilang (cross laminae), Laminasi bersilang dibentuk oleh ripple melibatkan arus traksi dengan tebal litofasies antara 10-15 cm (Gbr 4.4).
Gbr 4.4 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Sr, dan Ml Pada Sumur Nu-4 Dengan Kedalaman + 2241.00 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
26
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2.5
Litofasies Batupasir Kelimpahan Sisa Fragmen Tumbuhan (Slf) Litofasies Slf ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-4, berupa batupasir berwarna kuning terang-kuning kecoklatan, berukuran butir pasir halus-sedang, kompak-getas, struktur sedimen yang terlihat berupa laminasi acak yang disebabkan oleh kelimpahan sisa fragmen tumbuhan tingkat tinggi (seperti sisa akar dan daun), mineral yang teramati didominasi oleh mineral Kuarsa, Biotit, dan Plagioklas (Gbr 4.5).
Gbr 4.5 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Slf Pada Sumur Nu-4 Dengan Kedalaman + 2251.00 m
4.2.6
Litofasies Batupasir Bernodul Siderit (Sns)
Gbr 4.6 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Sns Pada Sumur Nu-4 Dengan Kedalaman + 2185.00 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
27
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan Litofasies Sns ditemukan pada semua sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batupasir berwarna abu-abu terang, berukuran butir pasir sangat halus-halus, kompak, mengandung nodul siderit, dengan tebal litofasies antara 15 – 15 cm. Nodul siderit (Gbr 4.6) berwarna coklat kemerahan, sangat keras, kadang dijumpai fosil didalamnya sebagai inti nodul, dan kadang dijumpai membentuk lapisan. Nodul siderit terbentuk akibat presipitasi dan pengendapan cepat pada lingkungan laut (Pettijohn, 1956).
4.2.7
Litofasies Batupasir Berbioturbasi Intensif (Sb) Litofasies Srb ditemukan hampir disemua sampel intibor dari sumur Nu2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batupasir berwarna kuning terang, berukuran butir pasir halus-sedang, kompak-getas, struktur sedimen primer yang ada tidak dapat lagi teramati akibat dari bioturbasi yang sangat intensif, sekitar 70% dari total tebal litofasies terbioturbasi, (Gbr 4.7). kehadiran bioturbasi yang sangat intensif ini dapat mengindikasikan kondisi arus yang relatif tenang pada saat proses pengendapan terjadi atau setelah pengendapan terjadi.
Gbr 4.7 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Sb Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2273.50-2273.75 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
28
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2.8
Litofasies Batupasir Flaser (Sf) Litofasies Sf ditemukan di semua sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batupasir berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kekuningan, berukuran butir pasir halus, kompak-getas, struktur sedimen berupa flaser batulanau, tebal litofasies antara 10 – 15 cm (Gbr 4.8).
Gbr 4.8 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Sf Pada Sumur Nu-2 Dengan Kedalaman + 2208.50 m
4.2.9
Litofasies Batupasir Kelimpahan Pecahan Cangkang (Ssf)
Gbr 4.9 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Ssf Pada Sumur Nu-2 Dengan Kedalaman + 2209.00 m
Litofasies ini ditemukan melimpah secara setempat di semua sampel intibor dari Nu-2 (Gbr 4.9), Nu-3 dan Nu-4 terdiri dari batupasir abu-abu terang, berukuran butir pasir halus, kompak -getas dengan fragmen klastik berupa pecahan-pecahan cangkang yang diduga berasal dari foraminifera Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
29
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan besar. Pada beberapa bagian litofasies ini pecahan cangkang yang ada terdapat melimpah secara setempat mengindikasikan perubahan arus yang ada saat pecahan cangkang tersebut ditransportasi dan diendapkan di lingkungan pengendapan yang ada.
4.2.10 Litofasies Batupasir Berlapis Buruk (Spb) Litofasies Spb hanya ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-4, berupa batupasir berwarna abu-abu, berukuran butir halus–sedang tidak dijumpai struktur sedimen, dengan tebal litofasies sekitar 10 cm. Menurut boggs (1987) kondisi seperti ini disebabkan karena litofasies ini diendapkan dalam kondisi sedimen berkonsentrasi tinggi secara cepat dalam keadaan plastis dan tidak diikuti oleh proses-proses sedimentasi lanjut.
4.2.11 Litofasies Batulanau Lentikular (Fl) dan berbioturbasi (Flb) Litofasies Fl (Gbr 4.10) ditemukan melimpah secara setempat di seluruh sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batulanau berwarna abu-abu, kompak, struktur sedimen berupa lentikular batupasir halus, dengan tebal litofasies antara
10-20 cm. Di beberapa tempat
ditemukan litofasies ini berbioturbasi cukup intensif (Flb) sekitar 60% dari total tebal litofasies terbioturbasi.
Gbr 4.10 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Fl dan Flb Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2192.00 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
30
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2.12 Litofasies Batulanau Bernodul Siderit (Fns) Litofasies Fns ditemukan melimpah secara setempat di seluruh sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batulanau berwarna abuabu gelap, kompak, mengandung nodul siderit, dengan tebal litofasies antara 10 – 25 cm. Nodul siderit (Gbr 4.11) berwarna coklat kemerahan, sangat keras, kadang dijumpai fosil didalamnya sebagai inti nodul, kadang dijumpai membentuk lapisan. Nodul siderit terbentuk akibat presipitasi dan pengendapan cepat pada lingkungan laut (Pettijohn, 1956).
Gbr 4.11 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Fns Pada Sumur Nu-2 Dengan Kedalaman + 2222.00 m
4.2.13 Litofasies Batulanau Kelimpahan Pecahan Cangkang (Fsf) Litofasies ini ditemukan melimpah secara setempat di seluruh sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4. terdiri dari batulanau berwarna abu-abu gelap, kompak-getas di beberapa tempat ditemukan dalam kondisi sangat lapuk dengan fragmen klastik berupa pecahan-pecahan cangkang (Gbr 4.12) dan kadang dijumpai pecahan utuh dari cangkang yang diduga berasal dari foraminifera besar hal ini menunjukan bahwa pengendapan litofasies ini masih dipengaruhi oleh arus yang berasal dari laut dengan kondisi arus yang relatif tenang umumnya ditemukan berasosiasi dengan litofasies Fns dengan fragmen cangkang sebagai inti nodul siderit tersebut.
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
31
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan
Gbr 4.12 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Fsf Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2229.60 m
4.2.14 Litofasies Batulanau Berbioturbasi Intensif (Fb) Litofasies Frb ditemukan secara setempat hampir disemua sampel intibor dari sumur Nu-2, Nu-3 dan Nu-4, berupa batulanau berwarna abu-abu gelap, kompak-getas di beberapa tempat ditemukan dalam kondisi sangat lapuk, struktur sedimen primer yang ada tidak dapat lagi teramati akibat dari bioturbasi yang sangat intensif pada litofasies ini, sekitar 60% dari total tebal litofasies terbioturbasi.
4.2.15 Litofasies Batulempung Lentikular (Ml)
Gbr 4.13 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Ml Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2177.60 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
32
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan Litofasies Ml (Gbr 4.13) hanya ditemukan pada sampel intibor dari sumur Nu-4, berupa batulempung berwarna abu-abu gelap, kompak-getas, struktur sedimen yang ditemukan berupa lentikular yang terdiri dari batupasir sangat halus-halus, dengan tebal litofasies antara 10-20 cm.
4.2.16 Litofasies
Batulempung
Berbioturbasi,
Kelimpahan
Fragmen
Cangkang (Mbs)
Gbr 4.14 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Mbs Pada Sumur Nu-2 Dengan Kedalaman + 2061.50 m
Litofasies Mbs ditemukan pada sumur Nu-2, Nu-3, dan Nu-4 dengan ketebalan yang beragam. Litofasies ini berupa batulempung berwarna abu-abu gelap, kompak-getas, pada beberapa tempat ditemukan dalam kondisi sangat lapuk, struktur sedimen primer yang ada tidak dapat lagi teramati akibat dari bioturbasi yang sangat intensif (sekitar 70-80% dari total tebal litofasies terbioturbasi), terdapat kelimpahan dari fragmen fosil cangkang secara setempat. Kedua hal ini mengindikasikan lingkungan laut dangkal dengan energi arus lemah. (Gbr 4.14) 4.2.17 Litofasies Batulempung Bernodul Siderit (Mns) Litofasies Mns dapat ditemukan melimpah secara setempat pada sampel intibor dari sumur Nu-2 dan Nu-4, berupa batulempung berwarna abu-abu gelap, kompak, mengandung nodul siderit yang terbentuk akibat proses presipitasi pada lingkungan laut, dengan tebal litofasies antara 10 – 20
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
33
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan cm. Nodul siderit (Gbr 4.15) berwarna coklat kemerahan, sangat keras, kadang dijumpai fosil didalamnya sebagai inti nodul.
Gbr 4.15 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Mns Pada Sumur Nu-2 Dengan Kedalaman + 2060.50 m
4.2.18 Litofasies Batuserpih (Ms) Litofasies Ms (Gbr 4.16) ini ditemukan pada sampel intibor yang berasal dari sumur Nu-3 dan Nu-4 terdiri dari batuserpih berwarna abu-abu terang gelap – abu-abu kekuningan, terlaminasi dengan baik dan menyerpih, getas, sangat mudah hancur pada beberapa tempat ditemukan dalam kondisi rusak dan lapuk, menurut Boggs (1987) batuserpih merupakan penciri dari lingkungan laut yang berada didekat kontinen, dimana dasar laut (seafloor) yang ada terletak dibawah garis storm wave base sehingga energi arus yang ada sangat lemah dan memungkinkan material sedimen halus terendapkan secara suspensi. Sehingga dapat pula menjadi indikator dari kejadian puncak kenaikan air laut.
Gbr 4.16 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Ms Pada Sumur Nu-3 Dengan Kedalaman + 2227.50 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
34
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.2.19 Litofasies Batugamping Bioklastik (Lk) Litofasies Lk ditemukan pada sampel intibor yang berasal dari sumur Nu2 dan Nu-4, berupa batugamping berwarna abu-abu dengan bercak putih, kompak, dengan tebal litofasies sekitar 15 cm. Litofasies ini ditemukan terdiri dari batugamping dengan fragmen cangkang moluska pelecypoda dan pecahannya, litofasies ini memiliki batas tegas dengan litofasies lain dibagian atas dan bawahnya dan merupakan indikasi dari kejadian puncak kenaikan air laut (Gbr 4.17).
Gbr 4.17 Contoh Data Intibor Yang Menunjukan Litofasies Lk Pada Sumur Nu-4 Dengan Kedalaman + 2273.50 m
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
35
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3
Analisa Asosiasi Fasies Sampel Intibor
Dari hasil analisa total data intibor yang ada di tiga sumur yaitu: Nu-2, Nu-3 dan Nu-4 ketiga intibor yang ada berada pada kedalaman rata-rata 2000 – 2300 m, dengan rincian :
Tabel 4.1 Interval Intibor Yang Dianalisa Pada Sumur Nu-2, Nu-3, Dan Nu-4
Maka tebal total intibor yang dianalisis ialah 322.13 m, dari data intibor yang ada kemudian dilakukan deskripsi detail untuk kemudian dilakukan analisa fasies.
Sehingga pada akhirnya didapatkan 19 litofasies, yaitu: Batupasir Lapisan Silang Siur Mangkuk (St); Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar (Sp), Batupasir Laminasi Sejajar (Sh), Batupasir Laminasi Bersilang (Sr), Batupasir Kelimpahan Sisa Fragmen Tumbuhan (Slf), Batupasir Bernodul Siderit (Sns), Batupasir berbioturbasi intensif (Sb), Batupasir Flaser (Sf), Batupasir Kelimpahan Fragmen Cangkang (Ssf), Batupasir Berlapis Buruk (Spb), Batulanau Lentikuler (Fl) dan Berbioturbasi (Flb), Batulanau Bernodul Siderit (Fns),
Batulanau
Kelimpahan
Fragmen
Cangkang
(Fsf),
Batulanu
Berbioturbasi Intensif (Fb), Batulempung Lentikuler (Ml), Batulempung Berbioturbasi, Kelimpahan Fragmen Cangkang (Mbs), Batulempung Bernodul Siderit (Mns), Batuserpih (Ms), dan Batugamping Bioklastik (Lk). dan kemudian didapatkan 5 asosiasi fasies: Sidebar Channel, Distributary Mouthbar, Deltafront Mud (Distal Mouthbar), Endapan Prodelta, Endapan Luapan (Creevase Splay).
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
36
Tabel 4.2 Resume Hasil Analisa Lithofasies, Assosiasi Fasies Dan Interpretasi Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Hasil Deskripsi Intibor Nu-2, Nu-3, Dan Nu-4
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
37
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3.1 Asosiasi Fasies 1 Sidebar Channel (Distributary Channel)
Gbr 4.18. Contoh Fasies Sidebar channel Pada Intibor Nu-3 Pada Kedalaman 2138.5 – 2148 m
Gbr 4.19. Contoh Fasies Sidebar channel Pada Intibor Nu-4 Pada Kedalaman 2244 – 2252 m
DESKRIPSI INTIBOR: Sidebar channel teridentifikasi pada intibor Nu-3 (Gbr 4.18), Nu-4 (Gbr 4.19), dan pada ujung dari Nu-2 (kedalaman 2241 m – 2243 m) walaupun kemungkinan sidebar channel yang ada disini telah terpotong pada saat pengambilan intibor dilakukan.
Secara umum asosiasi fasies sidebar channel tersusun oleh litofasies Batupasir planar tabular cross bedding (Sp) dan batupasir trough cross Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
38
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan bedding (St), pada sidebar channel yang terdapat di intibor Nu-4 kita dapat menemukan adanya kelimpahan fosil daun (Slf) kemungkinan berasal dari tumbuhan tingkat tinggi yang banyak terdapat di daerah upper delta plain dan tertransport hingga ke daerah lower delta plain, selain itu juga banyak ditemukan adanya nodul siderit (Sns) terutama pada bagian atas dari endapan ini.
Asosiasi tersusun oleh batupasir sedang-halus berwarna kuning terang pada bagian bawah dan kemudian berubah secara perlahan-lahan menjadi batupasir halus-sangat halus berwarna abu-abu terang pada bagian atasnya, dengan tingat kekompakan butiran semakin meningkat ke arah atas, sebab batu pasir sedang-halus berwarna kuning terang cenderung menunjukan tingat kekompakan yang rendah (terlihat dari bentuk intibor-nya yang cenderung memiliki bagian tepi membulat yang menunjukan bahwa butiran di sekitarnya sangat mudah tergerus) namun batu pasir diatasnya yang memiliki butiran lebih halus cenderung memilki tingkat kekompakan yang lebih baik.
Suksesi vertikal ialah menghalus ke atas yang mana merupakan karakteristik umum dari suatu endapan sidebar channel yang mengindikasikan adanya perubahan
energi
keatas
yang
semakin
berkurang
pada
saat
pengendapannya. Kontak dengan lapisan/ litofasies dibawahnya adalah kontak erosional yang merupakan ciri dari suatu endapan channel sedangkan kontak dengan lapisan/ litofasies diatasnya ialah tegas
Ketebalan interval sidebar channel bervariasi pada intibor Nu-3 tebal endapan yang ada ialah 10.5 m (kedalaman 2138.5 m – 2148 m) dan 9 m (kedalaman 2151.5 m – 2160.5 m) sedangkan sidebar channel yang terdapat pada IBNU-4 memilki ketebalan 8 m (2244 m – 2252 m) dan 4 m (kedalaman 2256 m – 2260 m), dan pada Nu-2 (kedalaman 2241 m – 2243 m) walaupun sidebar channel yang ada tidak utuh (kemungkinan besar terpotong pada saat pengambilan intibor) Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
39
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan Pada data bawah permukaan sumur-sumur lapangan IBNU, asosiasi fasies ini dicirikan oleh pola log bell trend atau cylindrical trend atau kombinasi keduanya, dengan nilai gamma ray (GR) rendah (10 – 15 GAPI).
Adanya
butiran
berukuran
kasar
yang
terdapat
pada
singkapan
diterjemahkan kepada data log dengan nilai GR rendah dan pola perubahan tiba tiba dari GR tinggi ke GR rendah, diinterpretasikan sebagai batas erosi pada asosiasi fasies ini pada sampel intibor yang ada.
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
40
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3.2
Asosiasi Fasies 2 Distributary Mouthbar
Gbr 4.20. Contoh Fasies Distributary Mouthbar Yang Terdapat Pada Intibor Nu-2 pada kedalaman 2208 – 2211 m
Gbr 4.21. Contoh Fasies Distributary Mouthbar Yang Terdapat Pada Intibor Nu-3 pada kedalaman 2162 – 2164 m
Gbr 4.22. Contoh Fasies Distributary Mouthbar Yang Terdapat Pada Intibor Nu-4 pada kedalaman 2201 – 2202 m
DESKRIPSI INTIBOR: Dari hasil analisi dapat teridentifikasi pada Nu-2 (Gbr 4.20) teridentifikasi tujuh (7) Distributary Mouthbar, sepuluh (10) Distributary Mouthbar pada Nu-3 (Gbr 4.21), dan pada Nu-4 (Gbr 4.22) teridentifikasi sembilan (9) Distributary Mouthbar, dengan rincian:
Nama Sumur : No 1 2 3 4 5
NU‐2 Kedalaman (m) 2066 ‐ 2068.5 2075 ‐ 2077 2084 ‐ 2087 2208 ‐ 2211 2224 ‐ 2245.5
Ketebalan (m) 2.5 2 3 3 1.5
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
41
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 6 7
2231.5 ‐ 2233.5 2237 ‐ 2238.5
Nama Sumur :
2 1.5
NU‐3
No
Kedalaman (m)
Ketebalan (m)
1
2162 ‐ 2164
2
2
2169 ‐ 2172
3
3
2184 ‐ 2185.5
1.5
4
2185.5 ‐ 2189
3.5
5
2230 ‐ 2233.5
3.5
6
2233.5 ‐ 2236
2.5
7
2248.5 ‐ 2252
3.5
8
2257 ‐ 2260
3
9
2260 ‐ 2262.5
2.5
10
2272 ‐ 2273.5
1.5
Nama Sumur : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NU‐4 Kedalaman (m) 2183 ‐ 2186.5 2201‐2202 2204 ‐ 2206.25 2213 ‐ 2215 2228 ‐ 2231.5 2271 ‐ 2273 2273.5 ‐ 2275.5 2281 ‐ 2282 2286.5 ‐ 2288
Ketebalan (m) 3.5 1 2.25 2 3.5 2 2 1 1.5
Tabel 4.3 Posisi Kedalaman Dan Ketebalan Dari Tiap Distributary Mouthbar Yang Ada Pada Intibor Nu-2, Nu-3, Dan Nu-4
Ditemukan beberapa fasies ini sebagai bagian dari siklus prograding delta, dibentuk oleh litofasies batupasir flaser (Sf) dan batulanau lentikular (Fl) dan berbioturbasi (Flb), karakteristik lainnya ialah banyak ditemukan adanya bioturbasi (Sb & Fb) dan pecahan cangkang pada batupasir yang ada (Ssf) serta kadang dijumpai juga adanya nodul siderit (Sns) setempat pada beberapa endapan distributary mouthbar pada intibor Nu-4. Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
42
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan Endapan ini tersusun dari batu lanau berwarna abu-abu gelap yang menunjukan pola mengkasar ke atas menjadi batupasir halus-sangat halus berwarna abu-abu terang. Batu lanau pada bagian bawah umumnya didominasi oleh mineral lempung, yang semakin keatas dengan semakin meningkatnya ukuran butir yang ada maka mineral kuarsa menjadi semakin dominan. Kontak dengan lapisan diatasnya adalah tegas dan namun kontak dengan lapisan dibawahnya berupa kontak gradasional.
Endapan ini umumnya memilki tingkat kompaksitas yang lebih baik dibandingkan dengan endapan sidebar channel yang ada, namun dengan porositas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan endapan sidebar channel, secara umum porositas yang ada masih cukup tinggi sehingga endapan ini juga termasuk kedalam reservoir potensial yang terdapat pada lapangan IBNU.
Suksesi vertikal assosiasi fasies ini ialah mengkasar keatas, dengan karakteristik utama ialah banyaknya terdapat bioturbasi dan fosil pecahanpecahan cangkang yang mengindikasikan pengaruh dari lingkungan laut. Ketebalan asosiasi fasies sangat bervariasi mulai dari 1 hingga 3.5 meter tergantung dari jumlah suplai sedimen dan jenis distributary channel yang ada.
Pada data bawah permukaan sumur sumur lapangan IBNU, asosiasi fasies ini dicirikan oleh funnel trend dengan nilai GR sedang (60-75 GAPI), mewakili suksesi vertikal yang mengkasar keatas. Asosiasi fasies ini pada data bawah permukaan berhubungan dengan kehadiran distributary channel dalam sistem delta.
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
43
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3.3
Asosiasi Fasies 3 Delta front Mud (Distal Mouthbar)
Gbr 4.23. Contoh Fasies Delta Front Mud (Distal Mouthbar) Yang Terdapat Pada Intibor Nu-4
Gbr 4.24. Contoh Fasies Delta Front Mud (Distal Mouthbar) Yang Terdapat Pada Intibor Nu-3
Gbr 4.25. Contoh Fasies Delta Front Mud (Distal Mouthbar) Yang Terdapat Pada Intibor Nu-2
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
44
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan DESKRIPSI INTIBOR: Fasies ini merupakan fasies yang paling mendominasi intibor yang terdapat pada lapangan IBNU, pada Nu-4 (Gbr 4.23), pada Nu-3 (Gbr 4.24), dan pada Nu-2 (Gbr 4.25).
Fasies ini hampir seluruhnya terdiri dari batulanau berwarna abu-abu gelap sampai coklat kehitaman dengan tingkat kompaksitas yang sangat baik, didominasi oleh mineral lempungan, tingkat porositas yang ada sangat jelek dan tidak ekonomis. Namun memilki peran yang penting dalam sistem petroleum yang ada sebagai lapisan penyekat (sealing) karena umumnya ditemukan pada bagian atas dan bawah dari fasies sidebar channel dan distributary mouthbar maka fasies ini dapat bertindak sebagai penghambat transportasi vertikal dari fluida yang ada pada lapisan reservoir di bawahnya.
Pada beberapa sampel intibor yang ada struktur sedimen yang ada pada fasies ini terkadang sangat sulit untuk diamati karena banyaknya ditemukan bioturbasi pada lapisan ini, namun beberapa struktur utama yang masih dapat terlihat adalah struktur lentikuler (Fl) yang ditemukan melimpah secara setempat kadang berbioturbasi (Flb), juga dijumpai adanya kelimpahan fosil pecahan cangkang (Fsf) dan nodul siderit (Fns) secara setempat, kadang dijumpai juga adanya struktur laminasi sejajar yang dapat mengindikasikan keadaan lingkungan pengendapannya yang relatif tenang.
Asosoasi fasies ini memilki ketebalan lapisan yang sangat tebal > 5 meter. Kontak dengan asosiasi fasies dibawahnya umumnya ialah tegas dan di atasnya gradasional.
Pada data bawah permukaan sumur lapangan IBNU, asosiasi fasies ini memiliki pola log yang tidak beraturan (irregular trend) dengan nilai gamma ray (GR) tinggi (GR 75-80 GAPI), nilai resistivitas rendah dan nilai densitas sonic rendah (80-85 US/F)
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
45
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3.4
Asosiasi Fasies 4 Prodelta
Gbr 4.26. Contoh Fasies Prodelta Yang Terdapat Pada Intibor Nu-2
Gbr 4.27. Contoh Fasies Prodelta Yang Terdapat Pada Intibor Nu-3
Gbr 4.28. Contoh Fasies Prodelta Yang Terdapat Pada Intibor Nu-4
DESKRIPSI INTIBOR: Diidentifikasi sebagai prodelta oleh litofasies batulempung masif yang mengandung banyak nodul siderit (Mns) dan bioturbasi (Mbs). Serta dari kehadiran batuserpih (Ms) yang mengandung banyak struktur laminasi sejajar, sangat getas sehingga pada sampel intibor yang ada sebagian besar sudah rusak dan sulit untuk diamati struktur sedimennya. Di beberapa tempat ditemukan adanya sisipan tipis batugamping bioklastik (Lk).
Litofasies batulempung berwarna abu-abu kehitaman, mengandung nodul siderit yang berwarna coklat kemerahan dengan fosil moluska sebagai intinya. Menurut Pettijhon, 1956, nodul siderit terbentuk akibat presipitasi dan pengendapan cepat pada lingkungan laut.
Ketebalan litofasies ini bervariasi antara 4 m pada intibor Nu-2 (Gbr 4.26), 3 m pada intibor Nu-3 (Gbr 4.27), dan 1 – 2 m pada intibor Nu-4 (Gbr 4.28). pada data bawah permukaan sumur sumur lapangan IBNU, asosiasi fasies ini dicirikan oleh irregular trend dengan nilai GR tinggi (80-85 GAPI).
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
46
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan 4.3.5
Asosiasi Fasies 5 Endapan Luapan (Creevase Splay)
Gbr 4.29. Contoh Fasies Endapan Luapan (Creevase Splay)Yang Terdapat Pada Intibor Nu-4 Kedalaman 2240.00 m – 2244.00 m
DESKRIPSI INTIBOR: Fasies ini tersusun oleh perselingan antara batupasir berlapis buruk (Spb), batupasir dengan laminasi sejajar (Sh) dan batupasir dengan laminasi silang (Sr) dan batulempung lentikuler (Ml), dengan pola batulempung lentikuler semakin menipis ke atas.
Ketebalan dari lapisan ini ialah 4 meter dan hanya teridentifikasi pada data intibor dari Nu-4 pada kedalaman 2240 – 2244 m (Gbr 4.29), suksesi vertikal yang ditunjukan ialah menebal dan mengkasar ke atas, pada bagian bawah kita temukan litofasies batupasir berlapis buruk (Spb) yang kearah atas berubah menjadi batupasir laminasi sejajar (Sh) dan kemudian berubah kembali menjadi batupasir laminasi silang (Sr). Fasies ini memilki kontak tegas dengan fasies sidebar channel di bawahnya dan kontak tegas juga dengan fasies distal mouthbar diatasnya.
Asosiasi fasies ini diinterpretasi sebagai crevasse splay, berdasarkan asosiasi litofasies dan terletak di atas asosiasi fasies sidebar channel
Menurut Boggs (1987) adanya lapisan batupasir berlapis buruk (Spb) dapat menjadi indikasi dari absennya transport sedimen secara traksi serta merupakan hasil dari pengendapan sedimen yang sangat cepat dari suatu sistem suspensi, atau dapat pula merupakan hasil dari pengendapan sangat cepat dari suatu sedimen dengan konsentrasi tinggi (yang umum terjadi pada Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
47
Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan saat banjir) pada saat terjadi proses arus gravitasi (during sediment gravity flow) sehingga suplai sedimen yang ada dapat terendapkan secara cepat pada kondisi yang relatif homogen.
Sedangkan kehadiran litofasies Sh mengindikasikan arus tinggi yang terjadi saat banjir sungai dan mengendapkan material sedimen yang cepat diatas material yang plastis. Setelah itu, arus traksi suspensi mengendapkan sedimen pada saat banjir sungai ditunjukkan litofasies Sr.
Pada data bawah permukaan sumur Lapangan IBNU, asosiasi fasies ini memiliki pola log yang berbentuk funnel trend, terletak diatas elektrofasies sidebar channel, dan nilai GR rendah-sedang (60-75 GAPI).
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU, Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056.
48