BAB III TAHAP EKSPERIMEN
III.1. Tahap Pembuatan Mainan Egrang Pembuatan egrang menggunakan jenis bambu tali yang bentuknya lurus, berumur tua dan sudah kering, dengan ukuran panjangnya 2,5 – 3 meter sebanyak 2 (dua) batang. Kedua bambu di ukur sama panjang dan diusahakan setiap ruas – ruasnya tepat satu dengan yang lainnya bila ditegakkan. Kemudian bagi bambu yang pendek dan agak besar diameternya, ditujukan untuk tempat tapak kaki yang panjangnya disesuaikan dengan tapak kaki si pemakai. Pada kedua bambu yang berukuran pendek dan salah satu ujungnya masih memiliki ruas (buku), dilubangi sebesar bambu yang panjang tadi. Pada saat melubangi bambu tidak boleh terlalu besar, agar dapat tersangkut pada ruas (buku) bambu panjang dengan ukuran kurang lebih ½-¼ meter atau lebih, dari bagian pangkalnya. Bambu yang panjang ini berfungsi sebagai kaki egrang, sedangkan bambu pendek sebagai dudukan tapak kaki. Setelah kedua bambu pendek dilubangi, kemudian pangkal bambu panjang dimasukan ke lubang bambu pendek secara perlahan – lahan, hal ini dilakukan dalam posisi tegak, sampai terasa sesak pada bagian ruas (buku), sesuai kehendak pemakai yang ditentukan sejak awal.
Tahapan proses pembuatan egrang :
1
2
6
7
3
8
4
9
5
10
Gambar 3.1. Tahapan proses pembuatan egrang. (Sumber : Dokumen Pribadi)
18
Tahap proses pembuatan egrang sebagai berikut : 1) Bambu diukur
antara 2,5 – 3 meter sesuai keinginan.2) Bambu
dipotong sehingga didapatkan 2 buah bambu yang sama panjang.3) Kemudian bambu yang panjang dijejerkan dan diusahakan ruas – ruasnya tepat satu dengan yang lainnya bila ditegakkan.4) Sediakan pula bambu yang agak besar lebih kurang sama panjang dengan tapak kaki pemakai sekitar 25-30 cm, kemudian dipotong antara bukunya.5) Bambu pendek tadi diukur untuk posisi lubang. 6) Bambu pendek diberi lubang dengan menggunakan pahat atau bor. 7) Pembuatan lubang disesuaikan dengan diameter bambu panjang. 8) Agar bambu pendek yang sudah dilubangi dapat tersangkut pada ruas(buku) bambu panjang, secara perlahan – lahan dan dimasukan pada posisi tegak. 9) Setelah kedua bambu pendek dipasang, maka bambu pendek diberi lubang untuk memasang pasak agar dudukan kaki lebih kuat. 10) Egrang sudah selesai.
III.2. Tahap Penerapan Eksperimen III.2.1. Aspek Pengguna Dalam aspek ini ditentukan target dan kriteria pemain untuk menentukan pengguna pada produk egrang ini nantinya. (Lihat tabel 3.1).
Tabel 3.1. Kriteria dan Nilai pada Pengguna No
Kriteria
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9
SARA Kelompok Masyarakat Jenis Kelamin Umur Profesi Kebiasaan/perilaku/habit Kondisi ekonomi social budaya Kondisi Fisik Religi dan Kepercayaan
Bebas Bebas Bebas 10 tahun keatas Bebas Bebas Bebas Bebas Bebas
19
III.2.2. Eksperimen Penggunaan Egrang.
1
2
3 4 Gambar 3.2. Eksperimen Penggunaan Egrang. (Sumber : Dokumen pribadi)
Eksperimen penggunaan egrang sebagai berikut : 1) Kaki harus diletakan diatas bambu pendek sedangkan ibu jari kaki dan jari yang lain menjepit bambu panjang.2) Tangan berpegangan pada bambu panjang.3) Apabila sudah seimbang maka jari menjepit dan tangan ikut menentukan kekuatan untuk memegang.4) Setelah menguasai keseimbangannya maka angkat kaki dan melangkah layaknya orang berjalan. III.3. Sampel Dalam eksperimen ini akan menggunakan 1 contoh sampel egrang untuk diterapkan pada pengembangan desain sebagai mainan yang disesuaikan dengan tradisi masyarakat Sunda.
Jenis sampel
Gambar 3.3. Jenis Sampel Egrang. (Sumber : Dokumen Pribadi) 20
Tabel 3.2. Jumlah Sampel. no
Nama egrang
Jenis
Jumlah
1.
Egrang 1
Kaki-2
1
Jumlah
1
III.4. Alternatif Sampel Desain Egrang Berikut ini macam – macam modul desain Egrang :
Alternatif-1
Alternatif-2
Alternatif-3
Alternatif-4
Alternatif-5 Alternatif-6 Alternatif-7 Gambar 3.4. Alternatif Desain Egrang (Sumber : Dokumen Pribadi)
III.5. Spesifikasi Sampel Desain Egrang Di bawah ini merupakan 7 spesifikasi dari sampel desain Egrang (lihat tabel 3.3). Di halaman 22.
III.5.1. Hasil Eksperimen pada Sampel Desain Egrang Dari hasil pengujian 7 buah egrang yang sudah dimainkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut (lihat tabel 3.4). Di halaman 23. 21
III.5.2. Kriteria Pengujian dari Sampel Desain Egrang Pada pengujian desain egrang ini akan dilakukan studi mulai dari kestabilan, kekuatan jointing, kekuatan pasak step, kekuatan pasak stick, kemudahan produksi, kemudahan operasional, kebiasaan berdiri dan kebiasaan melangkah pada saat menggunakan egrang.
Tabel 3.5. Kriteria Pengujian Aspek dari Sampel Egrang. No Parameter E-1 E-2 E-3 E-4 1. Kestabilan 3 3 1 3 2. Kekuatan 3 1 1 2 Jointing 3. Kekuatan 1 3 2 3 Pasak Kaki 4. Kekuatan 3 1 1 2 Pasak Stick 5 Kemudahan 3 1 1 3 Produksi 6. Kemudahan 3 3 3 3 Operasional 7. Kebiasaan 3 1 1 3 Berdiri 8. Kebiasaan 3 1 1 3 melangkah 9. Jumlah Total 22 14 11 22 10. Nilai Rata 2.75 1.75 1.37 2.75 rata
E-5 3 3
E-6 1 3
E-7 3 3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
1
3
3
1
3
24 3
16 2
24 3
Ket
Kriteria pengujian aspek dari sampel egrang sebagai berikut: 1. Sistem nilai pada tabel 3.5, angka 1 adalah buruk, angka 2 adalah cukup, angka 3 adalah baik. 2. Dasar penilaian pada tabel 3.5 sebagai berikut : a.Kestabilan, bahwa egrang dapat menunjang kestabilan langkah pada saat dimainkan. b.Kekuatan Jointing, bahwa egrang menggunakan jointing yang tidak terlalu banyak agar menunjang aspek kestabilan. c.Kekuatan pasak step, bahwa bagian pasak harus dapat menahan beban seberat 75 kg.
24
d.Kekuatan pasak stick, bahwa egrang harus sekuat pilar yang tinggi agar menunjang aspek kekutan jointing. e.Kemudahan Produksi, bahwa egrang dapat diproduksi semudah mungkin dan tidak rumit pada proses pengerjaannya. f.Kebiasaan berdiri, bahwa pada saat egrang dimainkan si pemain dapat beriri dengan mudah. g.Kebiasaan melangkah, bahwa egrang harus mudah dikuasai keseimbangan dan melangkah layaknya orang berjalan dengan kaki telanjang dan menunjang kestabilan melangkah. 3. Yang termasuk dalam kriteria layaknya nilai rata – rata adalah angka 3. 4. Pada kolom nilai yang berwarna menunujukan aspek utama yang masuk kriteria kelayakan untuk pengembangan desain egrang lebih lanjut.
III.6. Data Antropometri Untuk pengumpulan data antropometri di lingkungan masyarakat Sunda maka dilakukan studi mulai dari ukuran tinggi badan, ukuran jangkauan handle, tinggi mata, tinggi pundak, tinggi siku, tinggi kaki, berat badan dan panjang telapak kaki pada saat memainkan egrang. (Lihat Tabel 3.6). Tabel 3.6. Ukuran Tubuh Manusia pada Posisi Berdiri yang Sesuai dengan Data Antropometri. Pendek Rata Tinggi Berdiri (cm) 1 Tinggi 146.0 164.0 170.0 2 Jangkauan Handle 30.0 30.0 35.0 3 Tinggi Mata 140.0 145.0 164.0 4 Tinggi Pundak 116.0 130.0 145.0 5 Tinggi Siku 92.0 100.0 110.0 6 Tinggi Kaki (step) 66.0 73.8 82.5 7 Berat Badan 40.0 62.0 70.0 8 Panjang Telapak Kaki 24.0 24.0 25.0
Dari eksperimen Egrang yang dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1) Berdasarkan permainan Egrang yang di uji,maka Egrang dengan eksperimen E-5 dan E-7 dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan pada tahap pengembangan desain. 2) Ukuran tinggi ideal pada egrang sekitar 220 – 250 - 300 cm. 3) Berat badan si pengguna (user) dibatasi antara 75 – 80 kg. 4) Step 25
bisa di setting (diatur) sesuai dengan ukuran yang diinginkan. 5) Pasak dan sambungan yang terlalu banyak pada egrang akan mengakibatkan goyang dan patah pada saat dimainkan, sehingga kestabilan akan sangat terganggu. 6) Pada ketinggian step (kaki-kaki) dengan ukuran 60-100 cm bambu tidak mengalami keretakan pada lubang pasak kaki.
III.7. Penggabungan Alat Bunyi dan Gerakan dalam Permainan Egrang Pada tahap eksperimen selanjutnya akan di uji gabungan antara bunyi nada dan permainan Egrang. Sampel yang akan digunakan yang
diambil dari permainan kokoprak yang bisa
dimainkan dengan teknik digoyang-goyang (lihat gambar 3.5). Hal ini bertujuan untuk mencari nada yang berirama pada penggabungan teknik permainan egrang.
III.7.1. Jenis sampel
A B Gambar 3.5. Jenis Sampel Kokoprak (Sumber : Mohamad Zaini Alif,2003) Tabel 3.7. Jumlah Sampel. No
Nama egrang
Jenis
Jumlah
1.
Kokoprak “A”
10 stick
1
2.
Kokoprak “B”
1 stik
1
Jumlah
2
26
Pada pelaksanaan eksperimen tahap lanjut untuk mencari nada, penulis membutuhkan orang yang bergerak dibidang bunyi-bunyian dari bambu seperti, para pengrajin Angklung. Hal ini untuk menghasilkan nada yang akan diperoleh pada eksperimen penggabungan permainan menjadi sebuah kesenian. III.7.2. Teknik Mencari Nada pada Bambu Bambu memiliki ukuran yang berbeda – beda, sehingga mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda pula. Bambu bisa mengeluarkan bunyi mulai dari rendah, sedang dan tinggi, dibawah ini akan di jelaskan tahapan eksperimen mencari nada pada bambu. Tahap – tahap dalam teknik mencari nada dengan bambu, antara lain:
1
3
2
4
5 6 Gambar 3.6. Tahap – tahap dalam teknik mencari nada dengan bambu. (Sumber : Dokumentasi pribadi)
27
Tahap – tahap pencarian nada sebagai berikut :1) Pada saat pencarian nada, pegang ¼ bagian atas dari bambu kemudian pukul ¼ bambu bagian bawah
untuk mendapatkan nada yang seimbang. 2) Pada
bambu terdapat 2 buah suara, pertama suara bambu dan suara udara. Sehingga untuk menggabungkan nada maka suara bambu dan suara udara harus menjadi satu, agar bisa menghasilkan nada yang seimbang. 3) Cocokan bunyi bambu dengan gambang atau piano untuk mendapatkan yang diinginkan seperti, Do-Re-Mi-Fa-So-La-Si-Do.4) Setelah itu toreh bambu untuk mengurangi bagian ujung atas pada bambu dengan cara dipotong. Setiap melakukan mencari nada pada bambu, bambu harus selalu dipukul-pukul ¼ bagiannya untuk mencari bunyi nada yang sesuai dengan suara pada gambang atau piano. 5) Raut bambu sampai mendapatkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada yang ada digambang atau piano.6) Bambu yang sudah memiliki nada.
III.7.3. Jenis – jenis Modul Bunyi yang Jadikan Sumber Bunyi Eksperimen ini akan menggunakan 3 jenis modul bunyi yang akan dicoba sebagai sumber bunyi. Bunyi-bunyi tersebut akan digabungkan pada mainan egrang . (Lihat Gambar 3.7).
1 2 3 Gambar 3.7. Jenis – jenis modul yang jadikan sumber bunyi (Sumber : Dokumen pribadi)
28
Tabel dibawah ini adalah jenis sampel yang disesuaikan dengan bentuk dan suara yang dihasilkannya. (Lihat tabel 3.8). Tabel 3.8. Jenis modul yang sesuai bentuk dan suara yang dihasilkan. No. Jenis Modul Suara yang dihasilkan 1
Tok….tok….tok
2
Kling…..Klong
3
Tuk…Tak…tuk…Tak
4.
Tek….Tek….Tek….
5
Tek…tok…tek..tok…
29
III.7.4 Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada
Gambar 3.8. Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada (Sumber : Dokumen pribadi) Hasil eksperimen gabungan desain egrang dan bunyi nada pada Gambar 3.8, adalah sebagai berikut: 1. Pada saat pengujian antara egrang dan bunyi nada di setting sesuai tangga nada yang diinginkan. 2. Step disetting sesuai kemampuan si pemain (user). 3. Pastikan bunyi – bunyian tidak lepas dari gantungan bambu. 4. Bunyi nada akan muncul serentak dengan langkah egrang. 5. Tabung nada mengeluarkan bunyi dari hasil benturan dengan bambu kecil. 6. Gabungan egrang dan tabung nada mengeluarkan bunyi – bunyian yang tidak beraturan.
III.8. Studi Ergonomi Dilakukan pengukuran tinggi tubuh pada 2 (dua) kelompok orang dengan posisi berdiri saat menggunakan egrang, sebagai berikut: kelompok rendah dan kelompok tinggi. Berikut ini adalah studi mengenai tinggi badan si pemain (user) dan ukuran tinggi-rendahnya setiap step (kaki-kaki) pada egrang. (lihat gambar 3.9 dan 3.10).
30
1. Kelompok Rendah
Gambar 3.9. Kelompok rendah dengan ukuran badan 150 cm (ukuran step 30, 70, 100 cm) (Sumber : Dokumen pribadi)
2. Kelompok Tinggi
Gambar 3.10. Kelompok Tinggi dengan ukuran badan 175 cm (ukuran step 30, 50, 100 cm) (Sumber : Dokumen pribadi)
Studi ergonomi kelompok rendah dan kelompok tinggi sebagai berikut : 1. Ukuran Tinggi badan 150-175 cm nyaman menggunakan 1 buah stick dengan ketinggian kakikaki (step) dengan ukuran 30-50 cm. 2. Ukuran Tinggi badan 150-175 cm harus menggunakan stick tambahan untuk menggunakan ketinggian kaki-kaki (step) 70, 80, 90,100 cm.
31
III.8.1. Ukuran Kaki – kaki (step) pada Egrang. Studi ukuran tinggi step pada saat menggunakan egrang sebagai berikut :
a
b
c d Gambar 3.11. Ukuran kaki – kaki (step) pada egrang. (Sumber : Dokumen pribadi) Ukuran kaki – kaki (step pada egrang, antara lain : a) Tinggi step = 30 cm, b) Tinggi step = 50 cm, c) Tinggi step = 70 cm, d) Tinggi step = 100 cm. Uji pengukuran step membutuhkan orang yang mahir dalam memainkan egrang, hal tersebut membantu pencarian tinggi step yang akan diterapkan pada desain egrang nantinya.
32
III.8.2. Alternatif Desain Alas Kaki – kaki (step) Berikut ini adalah macam – macam desain alas kaki – kaki (step) egrang :
1
2
3
4
5 6 Gambar 3.12. Alternatif desain alas kaki pada egrang. (Sumber : Dokumen pribadi) III.8.3. Jenis Sambungan yang Digunakan pada Egrang Bambu sebagai batang bahan bangunan berbentuk pipa menuntut konstruksi sambungan yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan kayu. Melubangi bambu dengan menggunakan paku dapat membelah dan merusak bambu, kecuali jika dibor terlebih dahulu dengan garis tengah (diameter) 0,2 mm. Sistem sambungan yang cocok untuk bambu adalah diikat dengan menggunakan tali. Dibawah ini adalah berbagai macam sambungan yang digunakan untuk desain egrang. (Lihat gambar 3.13)
33
a
b
c Gambar 3.13. Sambungan yang digunakan pada egrang. Keterangan: (a) Sambungan sisipan, (b) Sambungan dengan bambu di dalam, (c) Sambungan purus berganda. (Sumber : Buku “Ilmu Konsturuksi Bambu oleh Heinz Frick) III.9. Jenis dan Bentuk Tutup Pasak yang digunakan pada Egrang Dalam pembuatan egrang penulis menggunakan beberapa jenis bentuk pasak berupa reng kayu bulat ukuran diameter 25 mm, 18 mm, 12 mm. Dibawah ini adalah jenis dan tutup pasak yang digunakan untuk eksperimen egrang. (Lihat Gambar 3.14)
34
1
3
2
4
5 Gambar 3.14. Jenis dan Bentuk Tutup Pasak yang Digunakan pada Egrang (jenis pasak No.1 dan 2, bentuk tutup pasak pada no. 3,4 dan 5). (Sumber : Dokumen pribadi)
35
III.10. Hasil Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada Dari hasil eksperimen antara gabungan egrang dan bunyi nada, diperoleh: 1. Setiap langkah egrang mengeluarkan bunyi – bunyian nada yang tidak beraturan. 2. Ketinggian egrang 220 – 250 – 266 – 270 – 300 cm. 3.Karena keterbatasan si pemain (user) hasil eksperimen antara gabungan egrang masih belum maksimal. 4. Gabungan antara langkah dan bunyi masih belum maksimal. 5. Minimnya pemain (user) yang mahir memainkan egrang. 6. Banyaknya pasak mengakibatkan goyang pada egrang saat dimainkan. 7. Di bawah tumpuan kaki tidak boleh ada sambungan. 8. Sebaiknya sambungan dibuat di atas posisi genggaman tangan untuk menghindari keretakan pada sambungan stick egrang, hal tersebut disebabkan tumpuan tangan dan kaki sangat mempengaruhi saat memainkannya. 9. Angin mempengaruhi keseimbangan saat memainkan egrang. 10. Jointing bambu disesuaikan dengan data literatur yang sudah ada. 11. Ukuran pada kaki-kaki (step) disesuaikan dengan standar antropometri. 12. Sambungan-sambungan pada bambu secara tradisional dapat menggunakan lubang poros dan pasak kayu. 13. Pasak menggunakan reng persegi ukuran 1,5 x 2 cm dan menggunakan reng bulat dengan ukuran diameter 2,5 cm, 2 cm, 1,8 cm dan 1,5 cm.
III.11. Aplikasi Hasil Eksperimen pada Desain Egrang Pada dasarnya pertimbangan dalam aplikasi hasil eksperimen egrang memiliki tujuan dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat zaman dulu. Namun pada zaman sekarang, masyarakat pada umumnya melihat orang sebagai bentuk tradisi yang memiliki nilai – nilai budaya dan historis. Berikut ini merupakan pertimbangan desain egrang yang dapat diaplikasikan dalam bentuk produk. (Lihat Gambar.3.15.)
36
Ramai ramaian
Sifat Dan Jenis Bambu
Helaran
Sifat Dan Jenis Bahan Bentuk (Image) Egrang
Fungsi Mainan Ketangkasan
EGRANG Visual Egrang
Kompetisi
User
Sound (bunyi) Egrang
Unisex (10 +)
Gambar 3.15. Skema Pertimbangan Aplikasi pada Desain Egrang. Berdasarkan hasil eksperimen, dapat diperoleh beberapa spesifikasi produk bagi ukuran, image dan bunyi yang dihasilkan, antara lain : 1. Egrang harus menggunakan bambu tali, bambu ini dapat menahan beban seberat 75 kg. 2. Egrang menghasilkan bunyi yang tidak beraturan setiap langkahnya. 3. Egrang diperuntukan bagi anak usia 10 tahun keatas. 4. Beberapa modul egrang yang terpilih menjadi mainan adalah egrang E-5 dan E-7.
Pertimbangan aplikasi egrang dari hasil eksperimen yang dilakukan, antara lain: 1. Produk Hiburan, sebagai pendukung acara arak – arakan (helaran) dalam pesta rakyat. 2. Produk kompetisi, sebagai produk yang bisa dijadikan ajang lomba lari 100-200 m. 3.Produk Mainan Ketangkasan, sebagai mainan yang dapat melatih keberanian dan keseimbangan badan.
III.12. Studi Antropometri Dalam studi antropometri ini dibedakan berdasarkan tinggi badan pemain yang berukuran 150 cm dan 170 cm pada saat memainkan egrang. (Lihat gambar 3.16)
37
(A) (B) Gambar 3.16. Studi Antropometri dengan tinggi badan 150 cm (Gambar A) dan tinggi badan 170 cm (Gambar B). (Sumber : Dokumen pribadi) III.13. Analisis Eksperimen Dari beberapa alternatif produk egrang, dilakukan pemilihan produk yang akan dibuat dengan menggunakan tabel pemilihan berdasarkan penilaian terhadap peluang aplikasi fungsi yang dapat berinteraksi dengan masyarakat Sunda. Sesuai kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Dari 7 (tujuh) egrang yang dieksperimenkan, terdapat 2 (dua) egrang yang layak dilanjutkan pada tahap pengembangan desain. Dapat dilihat pada (tabel 3.9)
38