BAB III PERANCANGAN PROGRAM
3.1 Dasar Perancangan Program PLC Dalam perancangan program PLC perlu diperhatikan beberapa hal penting agar suatu sistem yang dirancang dapat berfungsi dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Mempelajari sampai mengerti betul urutan kerja sistem yang akan dibuat programnya. b. Membuat flowchart atau diagram alir dari sistem. c. Menterjemahkan blok flowchart ke dalam diagram fungsi. d. Menentukan parameter yang akan digunakan pada CPU PLC dan parameter untuk Q64DAN e. Membuat diagram ladder setelah diagram fungsi selesai. f. Memasukan program ke dalam memory CPU untuk diproses g. Melakukan test pada mesin untuk menyesuaikan program yang telah dibuat (running test). Dari hal – hal di atas maka dalam perancangan program PLC digunakan suatu metode untuk mempermudah perancangannya, yaitu: 1. Flowchart (diagram alir) Setelah mempelajari deskripsi kerja mesin yang akan dibuat programnya maka sebaiknya dibuat flowchart atau diagram alir dari mesin tersebut.. Flowchart ini berisi urutan kerja mesin yang digambarkan ke dalam bentuk yang sistematis sesuai dengan kaidah – kaidah penggambaran flowchart. 2. Diagram fungsi Setelah pembuatan flowchart maka dapat dibuat diagram fungsi. Diagram fungsi adalah sistem penggambaran urutan kerja dan
46
47
parameter yang digunakan dalam pemrograman PLC secara lengkap dan sistematis. Pada diagram fungsi dapat dilihat parameter input dan output yang akan digunakan dalam program. Selain itu jumlah parameter input dan output yang akan digunakan dapat dilihat di diagram ini. Pada diagram ini juga digambarkan urutan kerja dari tiap parameter sesuai dengan flowchart yang telah dibuat sebelumnya. 3. Diagram ladder Setelah mengetahui parameter – parameter yang akan digunakan pada pemrograman dan juga urutan kerja dari tiap parameter yang digunakan, maka kita dapat memulai untuk membuat diagram ladder. Pembuatan diagram ladder dilakukan dengan penggambaran simbol simbol instruksi pemrograman. Simbol instruksi yang digambarkan akan diolah oleh PLC sebagai sistem kontrol. Diagram ladder inilah yang biasanya disebut sebagai program kontrol. Setelah rancangan dari suatu program kontrol selesai dibuat maka selanjutnya program tersebut harus dimasukkan ke dalam memori PLC sehingga dapat diproses oleh PLC . Ada dua cara memasukkan program ke PLC, yaitu: 1. Menggunakan konsol PLC. PLC biasanya dilengkapi dengan sebuah konsol untuk memasukkan program. Program yang dimasukkan ke PLC melalui konsol biasanya sudah dalam bentuk data Mneumonic. 2. Menggunakan komputer yang sudah dilengkapi dengan software untuk memasukkan
program PLC. Program yang dimasukkan ke PLC
melalui komputer dapat berupa diagram ladder ataupun yang sudah berupa data Mneumonic. Setelah program dimasukkan ke dalam PLC maka PLC sudah siap untuk dioperasikan sebagai pengontrol sistem.
3.2 Perancangan Program PLC untuk Mesin Conveyor Line ATE-4 Pada perancangan program untuk proyek “Pemrograman Mesin Conveyor Line Ate-4 dengan Mitsubishi PLC Q Series dan Intelligence Module Q64DAN di
48
Plant A PT Gajah Tunggal Tbk. Tangerang” perlu diperhatikan beberapa hal penting, yaitu : 1. Mempelajari sampai mengerti betul urutan kerja dan kontrol proses dari sistem conveyor line yang akan dibuat programnya 2. Membuat flowchart atau diagram alir dari sistem conveyor line ATE-4 3. Memperjelas detail dari blok flowchart 4. Membuat diagram ladder program control untuk start up mesin dan untuk proses pengaturan speed conveyor line 5. Membuat parameter autorefresh untuk Q64DAN di software GX Configurator DA 6. Membuat parameter untuk Q64DAN di CPU Parameter 7. Memasukan (downloading) program ke dalam memori PLC sehingga bisa diproses oleh PLC 8. Melakukan test terhadap sistem yang sudah dibuat programnya dan melakukan beberapa penyesuaian jika diperlukan. Untuk penggunaan inverter Sumitomo HF 430 akan dibahas sedikit disini, karena sebisa mungkin parameter inverter dibuat sesuai “factory default” sehingga memudahkan jika terjadi kerusakan pada inverter (tidak perlu banyak melakukan setting parameter).
3.2.1 Flowchart Sistem control pada extruder conveyor line ini lebih bersifat continuous (tidak
memiliki
banyak
step
-
step
dalam
pengoperasiannya),
pada
pemrogramannya banyak digunakan kontrol data untuk proses pengaturan kecepatan conveyor
dan juga terdapat suatu proses external feedback untuk
pengaturan kecepatan pada tiap conveyor menggunakan potensiometer (variable resistor). Karena itu dibuatlah tiga flowchart untuk menggambarkan sistem conveyor line pada extruder ini, yaitu : 1. Flowchart start up conveyor line 2. Flowchart kontrol speed conveyor 3. Flowchart feedback menggunakan potensiometer (variable resistor)
49
3.2.1.1 Flowchart Start Up Conveyor Line Setelah mempelajari deskripsi sistem control mesin, sebaiknya dibuat sebuah flowchart untuk mempermudah pemrogramannya. Flowchart untuk urutan start up conveyor ini berisi urutan kerja mesin mulai dari persiapan start up mesin sampai dengan mesin beroperasi dan sistem control prosesnya bekerja. Gambar flowchart untuk urutan start up dapat dilihat pada halaman berikut (halaman 50).
3.2.1.2 Flowchart Kontrol Speed Conveyor Line Sistem
conveyor
line
banyak
melibatkan
register
data
pada
pemrogramannya, terutama guna mendapatkan nilai analog yang sesuai untuk tiap bagian conveyor line. Untuk memperjelas sistem pengontrolan kecepatan pada conveyor line maka digunakan sebuah flowchart (Gambar flowchart untuk sistem kontrol speed conveyor line ada di halaman 51).
50
Gambar 3.1 Flowchart Proses Start Up
51
Gambar 3.2 Flowchart Kontrol Speed
52
3.2.1.3 Flowchart Feedback Menggunakan Potensiometer Pada conveyor line, tegangan referensi utama yang digunakan adalah tegangan output untuk conveyor pullout, tegangan pada conveyor pullout ini kemudian diproses oleh PLC untuk menghasilkan tegangan untuk conveyor lainnya. Tetapi pada aktualnya conveyor tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak digunakan feedback untuk mengetahui hasil speed yang sesuai untuk masing – masing conveyor. Oleh sebab itu pada setiap conveyor dipasanglah sebuah feedback menggunakan potensiometer dan bandul mekanik.
Gambar 3.3 Bandul Mekanik Untuk Feedback
Secara sederhana, cara kerjanya adalah jika tread yang melalui sambungan antara dua conveyor (misal : conveyor marking dan net) terlalu kencang, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan conveyor net lebih cepat dari kecepatan pada conveyor marking sehingga conveyor net akan menarik tread dari conveyor marking. Jika hal itu terjadi bandul akan terdorong (secara mekanis) dan akan memutar potensiometer yang akan memperlambat speed conveyor net (sistem feedback tegangan). Dengan adanya feedback ini maka dapat dipastikan sistem conveyor ini dapat selalu berada pada range speed yang sesuai sehingga tread tidak akan terlalu tertarik atau kendor selama melalui conveyor line ini.
53
.Gambar 3.4 Ilustrasi Kerja Bandul Untuk Feedback
Untuk lebih memahami tentang sistem feedback pada conveyor line ATE-4, dapat dilihat pada flowchart pada halaman berikut.
54
Gambar 3.5 Flowchart untuk Sistem Feedback
55
3.2.2 Parameter Input & Output Setelah pembuatan flowchart maka daftar variable yang akan digunakan dalam pemrograman dapat dibuat, misalnya : input dan output. Bagian ini memberikan informasi berapa banyak variable pemrograman yang digunakan misalnya : jumlah input dan output yang digunakan, jumlah timer dan counter yang digunakan. Pada pemrograman secara umum, penggunaan diagram fungsi untuk menggambarkan urutan kerja variable pemrograman dapat digunakan tetapi untuk control speed conveyor line yang merupakan sebuah sistem kontrol proses, diagram fungsi tidak dapat menggambarkan atau mendeskripsikan sistem dengan baik, oleh karena itu hanya flowchart yang akan digunakan sebagai panduan dasar dalam pemrograman mesin conveyor line ATE-4.
3.2.2.1 Parameter Input ( Module : QX40, Slot : 0, Address : X000 – X00F ) 1. X000 digunakan sebagai parameter input dari tombol operasi “READY”. Pada saat mesin dalam posisi READY semua sistem kontrol siap untuk melakukan fungsinya. Pada saat READY dalam kondisi ON maka kontaktor utama untuk menyalakan inverter menyala, begitu pula dengan semua blower yang ada pada sistem conveyor line ini. 2. X001 sebagai parameter input dari tombol “OFF”. Fungsi tombol ini adalah untuk mengembalikan posisi READY mesin menjadi OFF. Pada kondisi OFF maka seluruh sistem conveyor line tidak dapat beroperasi. 3. X002 sebagai parameter input dari selector switch “LINE START ON” dan “LINE START OFF”. Jika selector switch pada posisi “LINE START OFF” maka X002 akan menyala sehingga conveyor – conveyor selain conveyor pullout dalam kondisi no operation. Sebaliknya jika selector switch dalam posisi “LINE START ON” maka X002 menjadi OFF dan dalam kondisi ini seluruh conveyor pada sistem conveyor akan beroperasi. Tombol ini digunakan operator dalam proses penggantian die atau cetakan tread.
56
4. X003 sebagai parameter input “SPEED UP (PAB)” dan X004 sebagai parameter input “SPEED DOWN (PAB)”. Digunakan untuk memberikan speed referensi pullout PAB. Jika X003 ditekan maka speed pullout akan naik secara perlahan begitu pula dengan X004, jika ditekan maka speed pullout akan turun secara perlahan. Kombinasi penggunaan kedua tombol ini diperlukan untuk memperoleh kecepatan yang sesuai untuk conveyor pullout PAB yang nantinya akan digunakan sebagai referensi kecepatan untuk conveyor yang lainnya. 5. X005 sebagai parameter input untuk selector switch “SINGLE / PAB”. Digunakan untuk memilih mode kerja SINGLE atau PAB. Jika selector switch dalam posisi SINGLE maka X005 OFF dan conveyor line berada dalam mode SINGLE dimana referensi kecepatan diambil dari kecepatan pullout SINGLE. Begitu pula jika selector switch dalam posisi PAB maka X005 ON dan conveyor line bekerja dalam mode PAB dimana referensi kecepatan untuk sistem conveyor diambil dari kecepatan conveyor Pullout PAB. 6. X006 dan X007 sebagai parameter input dari tombol “SPEED UP (SINGLE)” dan “SPEED DOWN ( SINGLE)”. Digunakan untuk mengatur kecepatan conveyor Pullout Single. Jika dalam mode single maka, kecepatan conveyor pullout Single yang akan menjadi kecepatan referensi dan apabila conveyor line dalam mode PAB maka kecepatan referensi adalah kecepatan conveyor Pullout PAB dan kecepatan conveyor Pullout Single diatur secara manual oleh operator melalui tombol “SPEED UP (SINGLE)” dan “SPEED DOWN ( SINGLE)”. 7. X00A sebagai parameter input untuk “INVERTER OVERLOAD”. Digunakan sebagai pengaman sistem jika terdapat salah satu inverter yang mengalami overload. Setiap inverter dilengkapi dengan kontak NC (Normally Close) dan NO (Normally Close) dimana jika terjadi overload (alarm) maka kontak tersebut akan bekerja. Terminl pada inverter yang akan digunakan sebagai kontak alarm ini adalah FC dan FB (Kontak NC). Kontak FC dan FB pada setiap inverter dihubungkan secara seri dengan
57
X00A sebagai “end terminal” dan -24V DC sebagai “common source”. Jika salah satu inverter mengalami overload (alarm) maka X00A menjadi OFF, akibatnya seluruh sistem conveyor line akan mati.
3.2.2.2 Parameter Output ( Module QY10, Slot : 1, Address : Y010 – Y01F ) 1. Y010 sebagai parameter output untuk mengaktifkan relay R0 (Main Contactor ON). R0 (Main Contactor On) berfungsi untuk menyalakan kontaktor sumber tegangan inverter, jika kontaktor utama ON maka semua inverter akan menyala. 2. Y011 sebagai parameter output untuk memberikan sinyal “ENABLE FORWARD RUN” ke inverter Pullout PAB melalui relay R1 pada panel dan terminal FR (Forward Run) pada terminal input inverter. Walaupun tegangan referensi sudah masuk melalui terminal VRF2 pada inverter tetapi jika sinyal FR belum diberikan dari PLC, nverter masih belum beroperasi. 3. Y012 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Transfer melalui relay R2. 4. Y013 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Marking melalui relay R3 5. Y014 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Net melalui relay R4. 6. Y015 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Upper Cooling melalui relay R5. 7. Y016 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Lower Cooling melalui relay R6. 8. Y017 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Accumulator melalui relay R7. 9. Y018 sebagai parameter output sinyal “ENABLE FORWARD RUN” untuk inverter conveyor Pull Out Single melalui relay R8.
58
10. Y019 sebagai parameter output untuk lampu indicator “SINGLE MODE”. Lampu ini menyala jika selector “SINGLE / PAB” (X005) diposisi SINGLE. 11. Y01A sebagai parameter output untuk mengaktifkan kipas pendingin tread pada conveyor line dan juga blower angin. Y01A dihubungkan dengan relay R10 yang berfungsi untuk mengontrol dua kontaktor untuk kipas dan satu kontaktor untuk blower. 12. Y01B sebagai parameter output untuk lampu indicator “INVERTER OVERLOAD”.
3.2.2.3 Parameter I/O Signal (Module : Q64DAN, Slot 2 – 3, Address : X/Y020 – X/Y 04F) Berikut adalah parameter input dan output dari Q64DAN yang digunakan pada program untuk mesin ATE-4 conveyor line.
Tabel 3.1 Input Output Q64DAN Signal
Q64DAN → CPU
Direction Device No. X020
Device
Signal Direction
CPU → Q64DAN
Signal Name
Device No.
Device Comment
DA1 READY
Q64DAN
Y021 - Y024
DA1-CH1(CH4) READY
CH1- CH4 Output
Y041 - Y044
Comment
Signal Name
X040
DA2 READY
Module Ready
DA2-CH1(CH4) READY
enable/disable flag
X02F
DA1 Err.
Q64DAN Error
Y029
DA1 ENABLE VALID
Operation setting
X04F
DA2 Err.
Flag
Y049
DA2 ENABLE VALID
request
Y02F
DA1 Err.RESET
Y04F
DA2 Err.RESET
Error clear request
3.2.3 Tipe dan Konfigurasi PLC Mitsubishi Untuk Mesin Conveyor Line ATE-4 Pada perancangan program PLC untuk mesin conveyor line ATE - 4 digunakan PLC Mitsubishi Q Series dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Base Unit
59
Digunakan base unit tipe Q35B dengan satu slot untuk Power Supply Module, satu slot untuk CPU Module, lima slot untuk I/O module (slot nomor “0” sampai “4”) dan satu slot untuk QBUS - Link (menghubungkan base unit dengan base unit yang lainnya). 2. Power Supply Module Digunakan tipe Q62P dengan masukan 100-240 V AC, 50/60 Hz dengan keluaran 5 V DC 3A, 24 V DC 0.6A. 3.CPU Module Untuk unit pengolah pusat digunakan tipe Q01CPU. 4. Input Module Dilihat dari parameter input yang digunakan pada perancangan program, maka digunakan satu buah Input Module tipe QX40 dengan 16 terminal input. Input Module ini diletakan pada slot nomor “0” pada base unit. Alamat untuk input module ini pada pemrograman adalah dimulai dari X000 sampai dengan X00F. 5. Output Module Dilihat dari parameter output yang digunakan pada perancangan program, maka digunakan satu buah Output Module tipe QY10 dengan 16 terminal output. Output Module ini diletakkan pada slot nomor “1” pada base unit. Alamat output pada module ini dimulai dari Y010 sampai dengan Y01F 6. Intelligence Module Digunakan Intelligence Module Q64DAN sebagai converter sinyal digital menjadi analog. Jumlah channel aalog output yang akan digunakan pada mesin conveyor line ATE – 4 adalah sebanyak delapan buah untuk mengendalikan delapan conveyor, sehingga dibutuhkan dua buah Q64DAN dimana masing – masing memiliki 4 buah channel analog output. Pada Q64DAN pertama, diletakkan pada slot “2” base unit dengan Start I/O No. 0020H (X/Y). Sedangkan untuk Q64DAN yang kedua diletakkan pada slot “3” base unit dengan Start I/O No. 0040H (X/Y).
60
Gambar 3.6 Konfigurasi PLC
3.2.4 Diagram Ladder Diagram ladder atau Ladder Logic Diagram adalah bahasa pemrograman yang lazim digunakan pada pemrograman PLC. Pada dasarnya pemrograman pada PLC diproses menggunakan mneumonic code yang bentuknya lebih mirip ke dalam bahasa “assembly” dalam pemrograman komputer, tetapi karena penggunaan mneumonic yang cukup rumit maka developer dari PLC menggunakan software dengan bahasa yang lebih dimengerti oleh masyarakat teknik elektro pada umumnya. Digunakanlah diagram ladder yang berupa symbol – symbol elektrik atau diagram rangkaian (circuit diagram) sehingga diagram ladder ini sebisa mungkin dibuat mirip dengan gambar rangkaian listrik secara konvensional. Dengan diagram ladder yang lebih “user friendly” ini, maka pengguna dapat lebih mudah melakukan fungsi – fungsi pemrograman. Pada pembuatan diagram ladder, software PLC akan otomatis mengubah (convert) simbol – simbol ladder tersebut menjadi mneumonic code yang kemudian akan diproses pada PLC. Setiap PLC memiliki aturan penulisan atau bentuk ladder diagram yang mirip tetapi tetap memiliki perbedaan. Pada mesin conveyor line ATE – 4 diagram ladder disusun berdasarkan beberapa bagian program, tiap bagian program diberi keterangan sesuai dengan fungsinya
untuk
memudahkan
re-programming
ataupun
perbaikan
(troubleshooting). Berikut ini adalah diagram ladder untuk pemrograman mesin conveyor line ATE – 4.
61
Gambar 3.7 Q64DAN Error Indicator Program
Gambar 3.8 Q64DAN Conversion Enable Program
62
Gambar 3.9 Start Up (Machine Ready) Program
Gambar 3.10 Single Speed Adjustment Program
63
Gambar 3.11 PAB Speed Adjustment Program
Gambar 3.12 Pullout Single/PAB Start Program
64
Gambar 3.13 Line Start Program
Gambar 3.14 Speed Reference Data Selection (PAB / Single) Program
65
Gambar 3.15 Conveyor Line Digital Value Program
Gambar 3.16 Line Start OFF Reset Digital Value Program
66
Gambar 3.17 Conveyor Line OFF Reset Digital Value Program
3.2.5 Membuat Parameter Auto Refresh Pada Q64DAN Setelah dibuat diagram ladder, pada program kontrol proses untuk kecepatan conveyor line akan diperoleh hasil nilai digital yang akan dikonversikan menjadi nilai analog oleh Intelligence module Q64DAN. Nilai digital yang diproses pada CPU PLC harus diberikan ke Intelligence module melalui operasi buffer memory, dimana nilai yang ada pada buffer itulah yang akan dikonversikan oleh Q64DAN menjadi nilai analog yang akan digunakan oleh inverter melalui terminal VRF2.
Gambar 3.18 Tahap Konversi Nilai Digital Æ Analog
67
Proses pemberian nilai analog dari PLC CPU ke Buffer memory disebut juga sebagai “transfer function”. Ada 2 macam metode transfer function yang dapat digunakan pada PLC Mitsubishi Q Series, yaitu : 1. Via GX Configurator DA Yaitu proses transfer nilai digital ke buffer memory melalui perantara GX configurator DA, sehingga tidak diperlukan untuk membuat program transfer secara langsung ke buffer memory. DA configurator ini sudah dilengkapi dengan autorefresh setting, dimana Q64DAN akan secara berkala membaca nilai data digital pada CPU PLC. Data yang akan di autorefresh dapat kita pilih dan nilai dari data tersebut akan diperbaharui pada setiap scan time PLC. Setting autorefresh ini dilakukan melalui GX Configurator DA dan Q64DAN bertindak sebagai pelaksana autorefresh dengan PLC CPU. Selain memiliki fungsi auto refresh, GX Configurator DA juga dapat digunakan sebagai fungsi monitoring misal : nilai digital value, error code, conversion enable flag. Dan yang terpenting dari penggunaan GX Configurator DA adalah adanya fungsi kalibrasi (nilai offset dan gain) yang lebih sederhana daripada kalibrasi secara manual melalui program (ladder diagram).
Gambar 3.19 Auto Refresh Setting pada GX Configurator DA
68
2. Via direct transfer Pada proses transfer nilai digital value ke buffer memory Q64DAN yang menggunakan metode via direct transfer, maka programmer harus membuat program untuk memberikan atau mengirimkan data register (dilambangkan dengan D) yang berisi nilai digital value ke buffer memory dari Q64DAN (dilambangkan dengan Uxx \ Gxx ). Transfer manual ini melibatkan instruksi – instruksi transfer pada pemrograman PLC seperti : MOV dan juga TO - FROM (instruksi transfer khusus untuk buffer memory). Sebagai informasi, pada penggunaan PLC Mitsubishi A series untuk mengakses buffer memory hanya bisa melalui perintah TO - FROM sedangkan pada Q Series perintah MOV dapat digunakan secara langsung untuk mengakses buffer memory sehingga mempermudah pembuatan program. Kekurangan dari metode direct transfer ini adalah pada proses kalibrasi yang cukup rumit karena melibatkan banyak instruksi – instruksi pemrograman. Penggunaan instruksi yang dibutuhkan untuk metode direct transfer ini juga menambah jumlah step program yang harus diproses oleh CPU PLC sehingga memperbesar nilai scan time (waktu proses) yang dibutuhkan oleh CPU PLC. Parameter autorefresh dapat kita buat menggunakan GX Configurator DA yang merupakan software tambahan pada software programming Mitsubishi GX Developer. GX Configurator DA dapat diakses melalui menu “Tools” Æ “Intelligence Function Utility” Æ “Start” pada software GX Developer. Cara membuat parameter autorefresh pada intelligence module Q64DAN akan dijelaskan melalui diagram alir (flowchart) pada halaman berikut.
69
Gambar 3.20 Flowchart Pengaturan Auto Refresh
70
Tabel 3.2 Auto Refresh Register Conveyor Line ATE-4 Module
DA No.
1
Slot No.
3
Q64DAN
2
4
CH No.
Setting Item
PLC Side device
Ch.1
CH1 Digital value
D100
Ch.2
CH2 Digital value
D102
C/V Pullout PAB C/V Transfer
Ch.3
CH3 Digital value
D104
C/V Marking & Weighing
Ch.4
CH4 Digital value
D106
C/V Net
All
Error Code
D108
Ch.1
CH1 Digital value
D110
C/V Upper Cooling
Ch.2
CH2 Digital value
D112
C/V Lower Cooling
Ch.3
CH3 Digital value
D114
C/V Accumulator
Ch.4
CH4 Digital value
D116
C/V Pullout SINGLE
All
Error Code
D118
3.2.6 Membuat Parameter Q64DAN Pada PLC Parameter (Switch Setting) Untuk menentukan alamat dari Q64DAN diperlukan pengaturan I/O address pada “PLC Parameter”. PLC Parameter adalah parameter kerja yang dibutuhkan PLC untuk dapat memproses suatu program, misalnya : jumlah register data (D), internal relay (M), timer (T), counter (C) yang akan digunakan, pengaturan fungsi latch dari I/O dan juga terdapat konfigurasi dari tiap module yang digunakan, jenis module dan jumlah alamat module yang digunakan. Pada pengaturan parameter “I/O Assignment” yang berfungsi untuk mengatur konfigurasi module – module pada PLC terdapat pengaturan “switch setting” yang dikhususkan untuk intelligence module. Fungsi ini digunakan untuk pengaturan mode kerja dari intelligence module, misal : pada Q64DAN, switch setting digunakan untuk menentukan resolusi, jenis output dan jumlah channel yang akan digunakan.
71
Gambar 3.21 PLC Parameter dan Switch Setting Menu
Untuk lebih lengkapnya proses pembuatan PLC parameter akan diuraikan sebagai berikut : 1. Pada project ATE-4 CONVEYOR SKRIPSI, lihat pada window “Project Data List” di sebelah kiri, pilih Parameter Æ PLC parameter 2. Muncul pop up window “Qn(H) Parameter”, pilih tab “I/O assignment” 3. Isikan data I/O assignment sesuai dengan data pada gambar berikut :
72
Gambar 3.22 Pengaturan I/O Assignment Untuk C/V Line ATE-4
4. Klik “Switch setting” untuk menampilkan window “Switch setting for I/O and intelligent function module” . Masukan data Switch Setting seperti pada gambar pada halaman berikut.
73
Gambar 3.23 Data untuk Switch Setting C/V Line ATE-4
Tabel 3.3 Karakteristik Output Q64DAN C/V Line ATE-4 No. Slot PLC
Slot 2 CH1
CH2
CH3
Slot 3 CH4
CH1
CH2
CH3
Start I/O No.
0020H
0040H
Digital value
-4000 - 4000
-4000 - 4000
Analog Value
-10 - 10 V
-10 - 10 V
Ch4
Register Auto Refresh
D100
D102
D104
D106
D110
D112
D114
D116
5. Switch 1 untuk masing – masing Q64DAN diberi angka “4444” yang berarti untuk semua channel pada Q64DAN diset pada output range 10 – 10V (lihat gambar Switch Setting item pada halaman berikut).
74
Tabel 3.4 Q64DAN Switch Setting Item
6. Klik “End” untuk menyimpan setting. 7. Kembali ke window utama GX Developer. Dengan pengaturan Switch Setting seperti diatas maka, karakteristik output analog terhadap frekuensi output inverter yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.24 Karakteristik Output Analog - Frekuensi Inverter
75
3.2.7 Kalibrasi Output Analog Q64DAN Kalibrasi output analog pada Q64DAN adalah proses penyesuaian output yang dihasilkan pada tiap channel Q64DAN agar diperoleh keakuratan dan ketepatan nilai digital dengan nilai analog yang dihasilkan, misal : untuk suatu nilai digital 0 - 4000 harus diperoleh nilai output analog 0 – 6V. Q64DAN memiliki beberapa range output yang dihasilkan, untuk resolusi 0-4000 digital value dapat dihasilkan beberapa jenis analog output (tergantung dari pengaturan switch setting pada PLC parameter) yaitu 0-20mA, 4-20mA, 1-5V, 0-5V, -10 – 10V dan “user range setting”. Kalibrasi terutama dilakukan pada mode “user range setting” yang berarti range output nilai analog yang dihasilkan dibuat sesuai kebutuhan misal : 1-4V, 6-8mA dan lain sebagainya. Untuk menghasilkan output analog tersebut Q64DAN harus dikalibrasi. Ada 2 langkah kalibrasi yang dilakukan: 1. Kalibrasi OFFSET’ Nilai offset adalah nilai analog output yang dihasilkan (berupa tegangan atau arus) pada saat nilai input digital PLC adalah sama dengan 0 (nol). Dengan kalibrasi offset dapat ditentukan batas bawah dari output analog yang dihasilkan. 2. Kalibrasi GAIN Nilai gain adalah nilai analog output (berupa tegangan atau arus) yang dihasilkan pada saat nilai digital PLC sama dengan : 4000 (untuk mode “normal resolution”) 12000 (untuk range 1-5V, 0-5V, 4-20mA, 0-20mA dan “user range setting” pada mode “high resolution”) 16000 (untuk range -10 – 10V pada mode “high resolution”)
76
Gambar 3.25 Contoh Pengaturan Offset – Gain Value
Pada contoh diatas dapat diketahui bahwa dari digital value 0 – 4000 akan dihasilkan nilai output analog value dengan range 2 – 6V, dengan nilai offset 2V (pada saat digital value = 0) dan nilai gain sebesar 6V (pada saat digital value = 4000). Untuk program mesin conveyor line ATE-4, digunakan oputput range -10 – 10V pada setting PLC parameter (Switch setting) sehingga tidak dibutuhkan kalibrasi pada Q64DAN. Kalibrasi dilakukan jika Output range setting diset pada mode “user range setting” (“FFFF” pada switch 1).
3.2.8 Downloading Program PLC Setelah rancangan dari suatu program control selesai dibuat maka selanjutnya program tersebut harus dimasukkan kedalam memori PLC sehingga dapat diproses oleh PLC. Pada PLC generasi awal digunakan sebuah konsol untuk memasukan program ke dalam PLC. Penggunaan konsol sangat tidak praktis karena setiap merek PLC memiliki konsol yang berbeda beda, selain itu programmer harus memasukan program satu persatu menggunakan mneumonic
77
code. Untuk penggunaan PLC saat ini digunakan software yang terintegrasi di dalam sistem operasi komputer yang ada sekarang. Pada PLC Mitsubishi untuk mengakses memori (read / write program) digunakan software GX Developer yang dapat di – install pada sistem operasi komputer. Untuk komunikasi antara PLC dan komputer, GX developer menyediakan berbagai pilihan mulai dari serial communication RS-232, USB communicaton sampai ke internet communication. Penulis menggunakan GX Developer seri 8 dengan komunikasi melalui kabel RS 232 QC30R2 yang diintegrasikan dengan ATEN RS-232 to USB Converter. Setelah program dimasukkan kedalam PLC maka PLC sudah siap untuk dioperasikan sebagai pengontrol sistem.
Gambar 3.26 Kabel RS 232 QC30R2
Berikut langkah – langkah downloading program pada PLC Mitsubishi Q series menggunakan GX Developer seri 8 : 1. Pada window utama GX Developer, pilih menu “Online” Æ “Transfer setup” 2. Muncul window Transfer setup. Pada keterangan “PC side I/F” klik “Serial USB”. 3. Muncul pop up window “P/C side IF Serial setting”.
78
Gambar 3.27 Pop-up Window P/C Side IF Serial setting
4. Terdapat pilihan “RS-232C” atau “USB. 5. Jika menggunakan mode RS-232C, pilih COM port yang akan digunakan dan juga kecepatan transmisi (Transmission Speed) yang sesuai. 6. Klik “OK” untuk kembali ke menu Transfer setup. Gunakan tombol “Connection Test” untuk mengecek kondisi komunikasi. Jika koneksi sudah benar maka akan muncul pop up window yang berisi keterangan jenis CPU PLC yang terhubung dan juga kecepatan transmisinya.
Gambar 3.28 Hasil Connection Test
79
7. Pada window Transfer setup klik “OK” 8. Muncul window baru berisi pilihan data program yang akan didownload ke dalam PLC (Program, Comment, Parameter dan lainnya)
Gambar 3.29 Pilihan Data Program Untuk Downloading
9. Pilih data program yang akan didownload, lalu klik “OK” untuk memulai.
80
3.3 Analisa Program PLC Untuk Mesin Conveyor Line ATE-4 Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisa dari rancangan program kontrol (ladder diagram) dan parameter yang digunakan untuk mesin Conveyor Line ATE-4 yang berbasiskan PLC Mitsubishi Q Series. Secara garis besar program kontrol dari mesin conveyor line ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Program inisialisasi Q64DAN 2. Program start up (machine ready) 3. Program pengaturan kecepatan referensi conveyor pullout PAB dan Single 4. Program conveyor line start signal 5. Program nilai digital conveyor selain conveyor pullout single dan pullout PAB 6. Program reset digital value pada data register Sedangkan untuk penjelasan tentang setting parameter, sesuai dengan keterangan pada bagian sebelumnya dibagi menjadi 2 bagian utama : 1.
Setting PLC Parameter
2.
Setting Q64DAN parameter
3.3.1 Program Inisialisasi Q64DAN Ada beberapa setting yang harus dibuat secara manual melalui program PLC selain setting lainnya yang dapat diakses mealui penggunaan GX Configurator DA. Program untuk inisialisasi ini diantaranya : 1. Q64DAN error indicator program 2. Q64DAN conversion enable program
81
3.3.1.1 Q64DAN Error Indicator Program
Program ini dibuat untuk “auto reset error” dan juga sebagai indikator jika terjadi write error (minor error) pada Q64DA. X2F adalah error flag contact untuk Q64DA pada slot 2 dengan I/O Address 0020H sedangkan X4F adalah error flag untuk Q64DA pada slot 3 dengan I/O Address 0040H. Error flag ini akan aktif jika Q64DA mendeteksi adanya error. Keterangan error ini akan diperjelas oleh address 13H pada buffer memory Q64DA. Address 13H berisi Error Code untuk error yang terjadi pada Q64DA. Sedangkan untuk penjelasan lebih detail error code yang diindikasikan oleh address 13H ini dapat dilihat pada Error Code List yang ada di User’s Manual Digital-Analog Converter Module Q64DA(N) (manual no : SW2D5C-QDAU-E) Y2F adalah “error clear request” untuk Q64DA slot 2 (0020H) dan Y4F adalah “error clear request” untuk Q64DA slot 3 (0040H). Y2F dan Y4F digunakan untuk mereset error pada Q64DA. Digunakan system auto-reset, dimana jika terjadi error, maka program akan mereset error flag secara otomatis. Auto-reset dapat digunakan sebab write error disini sifatnya hanya berupa warning dan biasanya merupakan indicator error pada proses kalibrasi offset gain dan juga error jika nilai digital melebihi setting range. Jika error terjadi dan
82
menyebabkan proses konversi berhenti, maka error tersebut bersifat mayor (major error). Untuk error lainnya pada Q64DA ditunjukan melalui dua indikator lampu yaitu lampu “RUN” dan “ERROR”. Keterangan dua lampu indikator ini dapat dilihat di bagian Troubleshooting pada User’s Manual Digital-Analog Converter Module Q64DA(N) (manual no : SW2D5C-QDAU-E).
3.3.1.2 Q64DAN Conversion Enable Program
Program ini digunakan untuk mengaktifkan proses konversi digital ke analog untuk masing – masing channel. Ada dua step yang diperlukan agar Q64DAN dapat melakukan konversi dari nilai digital ke nilai analog yaitu : 1. Mengaktifkan “Output Enable Flag” pada Q64DAN I/O signal
83
2. Mengaktifkan “D/A conversion enable” pada Q64DAN buffer memory Secara “default” Q64DA conversion setting diset disable untuk semua channel. Pada program diatas (step 20) pada saat X20 ON (DA1 READY) angka H0F (Hexadesimal) ditransfer ke alamat Y21 – Y24 sebanyak 4 bit sebagai CH1 – CH4 Output enable flag. Ketika Y21 – Y24 terisi dengan “1” (ON) maka output dari Q64DA akan menjadi enable.
Gambar 3.30 Skema Transfer untuk Y21 – Y24 (Output Enable Flag)
Pada step 37 adalah program “output enable flag” untuk Q64DAN yang ada di slot 3 dengan alamat I/O 0040H (X/Y). Untuk langkah selanjutnya yaitu step 41 (untuk Q64DAN slot 2, I/O No. 0020H) dan step 47 (untuk Q64DA(N) slot 3, I/O No. 0040H), buffer memory Q64DAN yang berfungsi untuk setting “D/A Conversion enable” harus dibuat bernilai nol. Pada kondisi awal (default), Address 0 pada buffer terisi dengan nilai H00F yang berarti keempat channel (CH1-CH4) menjadi D/A Conversion disable. Untuk mengaktifkan keempat channel, maka nilai H000 harus ditransfer ke buffer memory 0H pada Q64DAN.
84
Gambar 3.31 Skema Transfer untuk D/A Conversion Enable
3.3.2
Program Start Up (Machine Ready) Program ini digunakan untuk mengontrol proses start up pada mesin
conveyor line ATE-4, dimana langkah start up mesin sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. X0 adalah parameter input untuk tombol “READY” pada panel operator, digunakan untuk menghidupkan internal relay M0 (READY O.K). Step 53 pada program adalah fungsi holding untuk Y1A (BLOWER ON) dan Y10 (MAIN CONTACTOR ON). Y1A dihubungkan dengan relay R10 yang berfungsi untuk mengontrol dua kontaktor untuk kipas dan satu kontaktor untuk blower. Y10 adalah kontaktur utama untuk sumber daya (power supply) 380 V (3 phase) pada inverter conveyor line. Sedangkan X5 (
) dalam bentuk falling edge contact
(memberi input pada perubahan dari kondisi ON Æ OFF) digunakan untuk proses start up pada mode “SINGLE”.
85
Program pada step 72 merupakan program untuk indicator overload inverter dengan input X0A (INVERTER OVERLOAD) dan output Y1B (OVERLOAD LAMP) yang dihubungkan ke pilot lamp. Jika X0A dalam keadaan OFF maka Y1B akan menyalakan lampu untuk indikator overload. Program pada step 74 digunakan untuk menyalakan lampu indikator “Single Mode”. X5 adalah selector switch pada panel operator untuk memilih mode SINGLE atau PAB pada conveyor line.
86
3.3.3
Program Pengaturan Kecepatan Referensi Conveyor Pullout PAB dan Single Program ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Single speed adjustment, digunakan untuk pengaturan referensi kecepatan untuk mode single, dimana nilai referensi untuk conveyor line diambil dari conveyor pull out single. 2. PAB speed adjustment, digunakan untuk pengaturan referensi kecepatan pada mode PAB, dimana nilai referensi untuk conveyor line diambil dari nilai kecepatan pada conveyor pull out PAB.
3.3.3.1 Single Speed Adjustment Program Pada program ini dugunakan internal clock pada PLC yaitu SM410, dimana SM410 adalah internal relay yang khusus digunakan untuk memberikan pulsa clock 0.1 s. SM410 diset oleh system, pada saat PLC ON maka SM410 akan mulai bekerja.
X6 adalah parameter input untuk tombol SPEED UP SINGLE dan X7 adalah parameter input untuk tombol SPEED DOWN SINGLE di panel operator single extruder. Nilai register D2 (SINGLE SPEED DATA ADJ) akan dikalikan dengan angka 15 (decimal) dan hasilnya disimpan pada register D116 (PULLOUT
87
C/V SINGLE). Nilai pada D116 akan dibaca oleh Q64DAN dan dikonversi menjadi nilai analog untuk menggerakan inverter conveyor pullout single. D116 merupakan register autorefresh untuk Q64DAN pada slot 3 channel 4 (CH4) (lihat Bagian 3.2.5 Membuat Parameter Auto Refresh pada Q64DAN). Pada
program
(comparation) berupa [<
speed
up
D116
single
digunakan
program
komparasi
K2750] yang berfungsi sebagai limiter
(pembatas) nilai digital pada register D116. Dilakukan pembatasan agar nilai aktual yang akan dikonversi ke nilai analog sebagai input untuk mengatur frekuensi inverter tidak melampaui batas keselamatan operasi mesin. Nilai maximum untuk kecepatan conveyor pullout single adalah 2750 digital value atau setara dengan 6.875 V sebagai output analog Q64DA(N). Nilai ini diperoleh dari fit and proper test pada saat pengujian mesin. Nilai output analog dari Q64DAN ini akan digunakan sebagi sinyal analog untuk terminal VRF2 pada inverter. Jika dilihat dari karakteristik input VRF2 terhadap frekuensi inverter maka nilai frekuensi yang akan dihasilkan pada saat tegangan VRF2 = 6.875 V adalah sebesar 41.25 Hz.
Gambar 3.32 Karakteristik Max. Value Untuk C/V Line ATE-4
88
3.3.3.2 PAB Speed Adjustment Program
Untuk program PAB Speed Adjustment digunakan parameter input berupa tombol X3 PAB SPEED UP dan X4 PAB SPEED DOWN dari panel operator. Register data yang digunakan untuk referensi nilai digital untuk conveyor pullout PAB adalah register D0 yang nilainya akan dikalikan dengan nilai 15 desimal dan hasilnya akan disimpan di D100 yang akan dikonversi oleh Q64DAN sebagai parameter autorefresh untuk CH1 Q64DA slot 2.
3.3.4
Program Conveyor Line Start Signal Pada operasi mesin conveyor line ATE-4, operator menggunakan dua
kondisi start mesin, yaitu : 1. Pullout Single/PAB Start 2. Line Start Penggunaan dua kondisi start ini dibuat sesuai dengan kondisi pengoperasian mesin yang membutuhkan partial start (hanya start untuk conveyor Pullout Single / PAB) yaitu pada saat penggantian size die (cetakan tread) saja, dimana tidak diperlukan untuk mengosongkan isi extruder seperti pada saat operator melakukan penggantian jenis kompon yang digunakan.
89
3.3.4.1 Pullout Single/PAB Start
Parameter output yang digunakan adalah Y11 untuk PULLOUT PAB START dan Y18 PULLOUT SINGLE START. Y11 dihubungkan dengan relay R1 pada rangkaian panel utama. R1 digunakan untuk memberikan masukan untuk terminal FR (Forward reverse) inverter Pullout PAB. Input FR diperlukan oleh inverter sama dengan input analog dari Q64DA pada terminal VRF2 sebagai sinyal start agar inverter dapat beroperasi. Sedangkan Y18 menggunakan relay R8 untuk memberikan input FR pada inverter Pullout Single. Y11 dan Y18 bekerja bila sinyal READY O.K pada parameter M0 aktif dan nilai digital value (autorefresh parameter D100 atau d116) untuk speed referensi pullout PAB / single tidak sama dengan nol. Y11 bekerja jika D100 tidak sama dengan nol dan Y18 bekerja jika D116 tidak sama dengan nol.
3.3.4.2 Line Start Pada operasi mesin conveyor line ATE-4, adakalanya operator hanya melakukan penggantian die saja untuk menghasilkan produk yang berbeda dengan jenis kompon yang digunakan sama. Oleh karena itu operator membutuhkan suatu kondisi partial start, dimana start hanya dilakukan untuk conveyor pullout baik single maupun PAB dan conveyor lainnya berada dalam posisi no start. Dengan kondisi ini operator dapat melakukan penyambungan dengan lebih mudah, tanpa harus menghabiskan tread pada seluruh line conveyor baru kemudian mengganti
90
dengan produk yang memiliki size berbeda. Selain mempermudah pekerjaan operator, kondisi ini juga menghemat waktu penggantian ukuran produk. Pada program line start digunakan satu selector switch pada panel operator yaitu X2 LINE START. Ada dua posisi pada selector X2 ini yaitu LINE START dan LINE STOP, kondisi NC (Normally Close) ataupun NO (Normally Open) pada program ditentukan oleh wiring pada selector tersebut. Pada mesin Conveyor Line ATE-4 ini, pada selector switch digunakan kontak NC untuk LINE START dan NO untuk LINE STOP. Jika X2 dalam posisi line start maka kontak selector akan berada pada posisi open, sehingga parameter input X2 akan menjadi OFF. Digunakan juga X0A untuk pengaman apabila terdapat inverter yang mengalami overload maka mesin tidak dapat di start.
91
Line start akan dimulai jika nilai referensi speed baik dari pullout single (D116) ataupun PAB (D100) tidak bernilai nol. Selain itu kondisi READY O.K pada internal relay M0 juga harus dalam keadaan ON. Y12 sampai dengan Y17 digunakan sebagai parameter output yang masing - masing dirangkai dengan relay yang terhubung pada setiap terminal FR inverter mulai dari inverter untuk conveyor transfer sampai conveyor accumulator.
3.3.5
Program Nilai Digital Conveyor Selain Conveyor Pullout Single dan Pullout PAB Bagian program ini digunakan untuk memberikan nilai digital untuk
masing – masing conveyor selain conveyor pullout. Dimana nilai tersebut akan dikonversi oleh Q64DAN menjadi nilai analog untuk kecepatan conveyor. Nilai digital pada setiap conveyor ini didasarkan pada nilai speed referensi conveyor pullout baik pullout single ataupun pullout PAB sesuai dengan mode operasi yang digunakan. Bagian ini terdiri dari dua program : 1. Speed reference data selection (PAB/Single) 2. Conveyor line digital value Pada bagian ini banyak melibatkan parameter register autorefresh sebagai register dimana nilai yang akan dikonversi oleh Q64DAN disimpan. Daftar register yang digunakan sebagai parameter autorefresh dapat dilihat di bagian “3.2.5 Membuat Parameter Autorefresh pada QD64DAN. Ada dua mode operasi yang digunakan pada operasi mesin conveyor line ATE-4 yaitu mode single atau mode PAB. Mode PAB digunakan jika proses extruding dilakukan pada extruder PAB (Main Extruder) sedangkan mode single digunakan jika dimensi produk (tread) yang dihasilkan besar sehingga diperlukan dua extruder dimana main extruder (PAB) digunakan untuk bagian tengah tread dan single extruder digunakan untuk bagian sisi (side) dari tread lalu kemudian kedua bagian tersebut digabungkan di conveyor transfer. Pemilihan mode ini berhubungan dengan referensi kecepatan yang akan digunakan pada conveyor line.
92
3.3.5.1 Speed Reference Data Selection (PAB/Single) Jika conveyor line menggunakan mode PAB, maka referensi kecepatan conveyor line diperoleh dari kecepatan conveyor pullout PAB. Begitu pula jika digunakan mode single, maka referensi kecepatan untuk conveyor line diperoleh dari kecepatan conveyor pullout single. Program speed reference ini secara umum adalah sebuah program untuk memilih data kecepatan referensi yang akan digunakan pada conveyor line.
Selector X5 PAB/SINGLE digunakan untuk memilih mode PAB atau single, jika X5 dalam kondisi ON maka operasi mesin berada dalam mode PAB dimana digunakan kecepatan referensi dari D100 PULLOUT C/V PAB yang akan dijumlahkan dengan nilai 300 desimal dan hasilnya disimpan di register autorefresh D102 sebagai data kecepatan untuk conveyor transfer (Q64DAN Slot 2 CH 2). Apabila digunakan mode PAB maka nilai kecepatan referensi D116 PULLOUT C/V SINGLE akan dijumlahkan dengan nilai 300 desimal dan hasilnya pada register D102 akan digunakan sebagai nilai kecepatan conveyor transfer. Operasi pada program diatas dimulai jika internal relay M0 ON, LINE START signal X2 aktif dan nilai D100 untuk mode PAB dan D116 untuk mode SINGLE nilainya tidak sama dengan nol. Nilai 300 desimal sebagai penjumlah diperoleh dari ujicoba bandul mekanik dengan potensiometer pada conveyor transfer sebagai feedback kecepatan transfer. Nilai dirasa cukup pada pengujian jika hasil yang diperoleh berupa dimensi tread sesuai dengan spesifikasi produksi.
93
3.3.5.2 Conveyor Line Digital Value
Program diatas digunakan untuk pengaturan nilai digital conveyor lainnya selain pullout dan transfer. Untuk tabel hubungan reference speed antar conveyor dapat dilihat pada Tabel 3.5 Reference Speed. Tabel 3.5 Reference Speed REFERENCE SPEED D102
OUTPUT +
K300
=
TRANSFER D104
+
K300
=
MARKING D106
+
K100
=
LOWER COOLING
D110 UPPER COOLING
+
K100
=
UPPER COOLING D112
D106 NET
NET D110
D104 MARKING
D112 LOWER COOLING
+
K100
=
D114 ACCUMULATOR
94
Untuk conveyor marking (Q64DAN slot 2 CH3) nilai digital untuk kecepatan disimpan di register autorefresh D104 (C/V MARKING) yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai register D102 (C/V TRANSFER) dengan nilai 300 desimal. Kecepatan conveyor net (D106 C/V NET) diperoleh melalui penambahan nilai kecepatan conveyor marking (D104) dengan nilai 300 desimal. Begitu pula dengan kecepatan untuk tiap conveyor selanjutnya yang merupakan hasil dari penambahan kecepatan conveyor sebelumnya dengan suatu nilai toleransi feedback dalam bentuk desimal. Atau dengan kata lain, kecepatan conveyor sebelumnya digunakan sebagai referensi semu untuk conveyor berikutnya. Dikatakan referensi semu karena referensi asli (master) adalah dari kecepatan conveyor line ada di conveyor pullout. Karena bentuk control kecepatan seperti ini maka jika ada perubahan kecepatan pada salah satu conveyor pendahulunya yang dikarenakan adanya feedback melalui bandul (potensiometer), maka kecepatan conveyor lain sesudahnya akan mengikuti (follow) perubahan kecepatan yang terjadi pada sistem tersebut.
3.3.6
Program Reset Digital Value Pada Data Register Pada mesin conveyor line ATE-4 ada dua kondisi yang mengharuskan
register – register yang digunakan dalam program kembali ke nilai nol terutama untuk register – register yang berhubungan dengan kontrol kecepatan conveyor. Kedua kondisi tersebut adalah pada saat nilai referensi dari pullout (baik single ataupun PAB) bernilai nol dan pada saat main contactor (Y10) dalam posisi OFF.
3.3.6.1 Line Start OFF Reset Digital Value Pada saat nilai kecepatan referensi dari conveyor pullout single ataupun PAB (tergantung mode operasi) bernilai nol, maka nilai digital untuk conveyor – conveyor sesudahnya harus direset sehingga bernilai nol. Hal ini disebabkan jika nilai register – register tersebut tidak di reset maka pada saat D100 ataupun D116 bernilai nol maka conveyor lainnya tidak bernilai nol akibat adanya penambahan nilai decimal sebagai kompensator feedback dari bandul (lihat bagian 4.5).
95
Sebagai contoh, jika nilai digital pullout PAB (D100) sama dengan nol maka nilai digital conveyor transfer (D102) sama dengan 300 digital value karena adanya program [ + D100
K300
D102], hal ini menyebabkan conveyor
Transfer (D102) akan berjalan sesuai dengan nilai 300 desimal pada register autorefreshnya sedangkan conveyor referensi pullout dalam kondisi diam (D100 = 0). Jika hal ini terjadi maka produk (tread akan tertarik) dan kondisi ini juga tidak sesuai dengan prosedur keselamatan yang berlaku.
Karena alasan diatas maka pada saat nilai kecepatan referensi baik dari conveyor pullout single ataupun PAB (D100 ataupun D116) sama dengan nol maka nilai digital value untuk semua register autorefresh mulai dari D102 sampai dengan D114 (conveyor transfer sampai dengan conveyor accumulator) harus direset sehingga bernilai nol. Untuk penjelasan mengenai penggunaan instruksi FMOV pada pemrograman dapat dilihat pada bagian “2.6.3 FMOV Instruction” pada Bab II.
96
3.3.6.2 Conveyor Line OFF Reset
Hal kedua yang memerlukan fungsi reset untuk register – register program adalah pada saat kontaktor utama (Y10) berada dalam kondisi OFF. Kontaktor utama berada dalam posisi off jika tombol input X1 OFF pada panel operator ditekan untuk mematikan operasi mesin. Jika nilai register – register yang berhubungan dengan kecepatan pada program conveyor line tidak direset menjadi nol maka apabila mesin di start kembali, conveyor line akan kembali ke kecepatan operasi terakhir, sesuai dengan nilai digital yang ada sebelumnya pada register – register tersebut. Hal tersebut menyebabkan mesin akan beroperasi dengan kecepatan tertentu pada saat distart tanpa harus disetting terlebih dahulu melalui tombol speed up atau speed down pada panel operator. Kondisi ini tidak sesuai dengan prosedur keselamatan mesin yang ada. Untuk mencegah kejadian tersebut dibuatlah program yang berfungsi untuk mereset semua nilai register yang digunakan dalam pemrograman. Program ini bekerja jika parameter Y10 berada dalam kondisi OFF.