Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
BAB III PEMETAAN KUALITAS PENDIDIKAN
III.1.
Uji Kompetensi Guru
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi perintisan pembentukan Badan Akreditasi dan Sertifikasi mengajar di daerah. Untuk menindaklanjuti ketentuan tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional akan mengupayakan sistem standardisasi profesi tenaga kependidikan termasuk standar kompetensi guru pada setiap satuan pendidikan dasar, menengah, dan atas. Standardisasi kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan bagi seorang guru. Standardisasi ini menjadi ukuran kelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional guru, sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kompetensi yang dimaksud adalah penguasaan proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. Penguasaan proses belajar mengajar diuji melalui uji kompetensi pengelolaan pembelajaran (PP), sedangkan penguasaan pengetahuan melalui uji kompetensi wawasan pendidikan(WP) dan kajian akademik (KA). Komponen standardisasi yang tidak dapat diukur melalui ujian tertulis adalah potensi kepribadian. Pelaksaanaan standardisasi kompetensi guru diatur dalam suatu sistem penyelenggaraan standardisasi kompetensi guru. Pelaksanaan ini dilakukan secara terstruktur dalam suatu kerangka kerja yang sistematik. Pelaksanaan sistem ini akan diatur dalam suatu pedoman sistem penyelenggaraan berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas. Komponen penyelengara standardisasi kompetensi guru terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut, dan evaluasi sistem secara keseluruhan. Sistem yang dikembangkan berorientasi kepada perolehan hasil yang optimal terhadap diketahuinya berbagai informasi tentang kemampuan guru yang nantinya akan dijadikan dasar bagi perumusan
15
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
kebijakan program pembinaan dan peningkatan mutu guru secara berkesinambungan. Analisis yang dilakukan dalam tulisan ini memberikan masukan pada tahap pelaksanaan. Dengan dilakukannya pengelompokkan terhadap guru diharapkan diperoleh informasi yang optimal mengenai kemampuan guru. Pengembangan Standardisasi Kompetensi Guru akan dilakukan secara bertahap. Mulai dari penyusunan dan pengembangan, uji coba, penyempurnaan, sosialisasi, dan penerapan. Standar Kompetensi Guru disusun dan dikembangkan dalam empat bentuk tingkatan pada setiap jenjang pendidikan. Empat tingkatan yang dimaksud adalah (1) Standar Kompetensi Minimal (Micro Competences), (2) Standar Kompetensi Menengah (Mezo Competences), (3) Standar Kompetensi Lanjutan (Macro Competences), dan (4) Standar Kompetensi Tinggi (Hight Competences). Untuk pengembangan dan peningkatan kompetensi tenaga pendidik inilah dibuat empat tingkatan dikat. Tingkatan diklat ini sesuai dengan jumlah nilai total yang diperoleh guru pada saat mengikuti uji kompetensi. Yaitu nilai < 40 untuk diklat tingkat dasar, 40 ≤ nilai < 60 untuk diklat tingkat lanjutan, 60 ≤ nilai < 80 untuk diklat tingkat menengah, dan nilai ≥ 80 untuk diklat tingkat tinggi. Pada tahap awal penerapan standardisasi kompetensi guru akan diarahkan untuk menyusun peta kemampuan guru secara keseluruhan. Pada tahapan ini, hasil pemetaan kemampuan guru digunakan sebagai bahan untuk penyusun program pelatihan peningkatan kemampuan guru yang didasarkan pada kebutuhan (training need assessment).
III.2.
Mengenai Data
Uji kompetensi guru SMA kota Dumai dilaksanakan oleh LPMP di Dinas Pendidikan kota Dumai yang diikuti oleh guru SMA dari empat bidang ilmu (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ekonomi Akutansi). Uji ini dilaksanakan secara formal untuk kompetensi PP, WP, dan KA pada hari yang sama. Berdasarkan data ini dilakukan pengelompokkan dengan menggunakan Agglomeratif Ward.
16
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-1 Tabel nilai uji kompetensi guru SMA kota Dumai. Asal Sekolah
Bidang Ilmu
Pengelolaan Pembelajaran
Wawasan Pendidikan
Kajian akademik
Nilai total
1 2 3 4 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 6 7 8
BI BI BI BI BI BI BIng BIng BIng BIng BIng BIng BIng BIng Mtk Mtk Mtk Mtk Mtk Mtk Mtk Mtk EkAk EkAk EkAk EkAk EkAk EkAk EkAk
52.50 65.00 27.50 47.50 37.50 42.50 52.50 40.00 15.00 55.00 5.00 7.50 52.50 10.00 45.00 2.50 2.50 17.50 55.00 10.00 60.00 0.00 47.50 20.00 32.50 10.00 42.50 40.00 30.00
46.67 53.33 30.00 46.67 13.33 36.67 60.00 26.67 17.39 43.33 19.23 0.00 50.00 0.00 46.67 10.00 10.00 4.67 60.00 13.04 50.00 0.00 51.72 11.45 16.67 0.00 23.33 35.00 26.09
63.64 54.55 5.45 70.91 58.18 50.91 66.67 65.00 65.00 65.00 73.33 71.67 78.33 55.00 2.50 30.61 32.00 18.75 5.00 36.00 34.00 20.83 61.43 15.56 44.29 50.75 62.86 0.00 75.71
49.3465 49.9640 13.5775 50.8680 39.9725 39.6180 51.3765 44.5835 35.3695 50.6665 35.7100 34.8765 56.1235 28.2500 19.2085 15.1495 15.7750 14.7960 24.5000 20.3520 38.8000 9.3735 46.8545 14.5745 32.1390 26.3375 44.3285 15.7500 45.8740
Keterangan: 1 = SMAN Binaan Khusus
5 = SMAN 4 Dumai
BI
= Bahasa Indonesia
2 = SMAN 1 Dumai
6 = SMA YKPP Dumai
BIng = Bahasa Inggris
3 = SMAN 2 Dumai
7 = SMA Lancang Kuning
Mtk = Matematika
4 = SMAN 3 Dumai
8 = SMA Budi Dharma
EkAk = Ekonomi dan Akutansi
Total Nilai = 35% PP + 5% WP + 45% KA
17
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-2 Tabel deskripsi data uji kompetensi guru. Bahasa Indonesia Pengelolaan Wawasan Pembelajaran Pendidikan N
Bahasa Inggris
Kajian Pengelolaan Wawasan Akademik Pembelajaran Pendidikan
Matematika Kajian Pengelolaan Wawasan Akademik Pembelajaran Pendidikan
Ekonomi Akutansi Kajian Pengelolaan Wawasan Akademik Pembelajaran Pendidikan
Kajian Akademik
Valid
6
6
6
8
8
8
8
8
8
7
7
7
Missing
2
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
1
45.4167
37.7783
50.6067
29.6875
27.0775
67.5000
24.0625
24.2975
22.4613
31.7857
23.4657
44.3714
5.2606
5.9426
9.4767
7.8977
7.9006
2.4798
8.9010
8.3954
4.6168
4.9915
6.3235
10.2986
45
40.0033
56.365
27.5
22.95
66.2525
13.75
12.0267
25.72
32.5
23.33
50.75
12.8857
14.5563
23.2130
22.3382
22.3462
7.0138
25.1757
23.7457
13.0582
13.2062
16.7305
27.2475
166.0417
211.8859
538.8430
498.9955
499.3507
49.1937
633.8170
563.8559
170.5159
174.4048
279.9081
742.4238
Skewness
0.2247
-0.9647
-1.9428
0.0733
0.1865
-0.2538
0.5748
0.6332
-0.6763
-0.6400
0.4553
-0.7954
Std. Error of Skewness
0.8452
0.8452
0.8452
0.7521
0.7521
0.7521
0.7521
0.7521
0.7521
0.7937
0.7937
0.7937
Range
37.5
40
65.46
50
60
23.33
60
60
33.5
37.5
51.72
75.71
Minimum
27.5
13.33
5.45
5
0
55
0
0
2.5
10
0
0
Maximum
65
53.33
70.91
55
60
78.33
60
60
36
47.5
51.72
75.71
25
37.5
30
50.91
8.75
11.5933
62.5
2.5
6.4467
11.875
22.5
12.755
22.7425
50
45
40.0033
56.365
27.5
22.95
66.2525
13.75
12.0267
25.72
32.5
23.33
50.75
75
52.5
48.89
63.64
52.5
46.665
72.5
50
48.335
33
41.875
32.7725
62.5025
Mean Std. Error of Mean Median Std. Deviation Variance
Percentiles
18
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Dari data Tabel 3-1, diperoleh deskripsi statistik untuk setiap bidang ilmu (perhatikan Tabel 3-2). Deskripsi ini memberikan gambaran penyebaran data pada setiap kompetensi. Delapan sekolah kota Dumai yang mengikuti uji kompetensi guru ini terdiri dari lima sekolah negeri (SMA Binaan Khusus, SMAN 1, 2, 3, dan 4) dan tiga sekolah yang dilaksanakan oleh swasta/yayasan (SMA YKPP, Lancang Kuning, dan Budi Darma). Dua sekolah yang menjadi favorit kota Dumai adalah SMA Binaan Khusus dan SMAN 2 Dumai. Dua sekolah ini terletak dipusat kota Dumai. Sedangkan sekolah yang paling minim fasilitasnya adalah SMAN 4 (SIPP Dinas Pendidikan Provinsi Riau, 2004). Deskripsi data Tabel 3 – 2 menjelaskan: 1. Dari delapan sekolah yang ada di Dumai, masing-masing sekolah mengirimkan satu orang guru untuk setiap bidang ilmu yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ekonomi Akutansi). Kecuali untuk bidang ilmu Bahasa Indonesia yang hanya diikuti oleh enam sekolah (guru SMAN 4 dan SMA Budi Darma tidak mengikuti ujian) dan Ekonomi Akutansi yang diikuti oleh tujuh sekolah (guru SMAN 4 tidak mengikuti ujian). Data empat bidang ilmu ini berdistribusi normal (lampiran 3). 2. Untuk bidang ilmu Bahasa Indonesia, nilai kompetensi kajian akademik (KA) memiliki penyebaran terlebar, hampir dua kali penyebaran dua kompetensi lainnya pengelolaan pembelajaran (PP) dan wawasan pendidikan (WP). Hal ini wajar karena guru dari SMAN 2 dan 3 yang memperoleh nilai 5,45 dan 70,91. 3. Untuk bidang ilmu Bahasa Inggris, kompetensi PP dan WP yang memiliki nilai keragaman terlebar, lebih dari tiga kali penyebaran kompetensi KA. Hal ini wajar karena guru SMAN 4 dan 3 yang memperoleh nilai 5,00 dan 55,00 untuk kompetensi PP; dan guru SMA YKPP dan Binaan Khusus yang memperoleh nilai 0,00 dan 60,00 untuk kompetensi WP. 4. Untuk bidang ilmu Matematika, kompetensi PP dan WP juga memiliki nilai keragaman terlebar, hampir dua kali penyebaran kompetensi KA. Hal ini wajar
19
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
karena guru SMA Budi Darma dan Lancang Kuning memperoleh nilai 0,00 dan 60,00 untuk kompetensi PP; dan guru SMA Budi Darma dan SMAN 4 memperoleh nilai 0,00 dan 60,00 untuk kompetensi WP. 5. Untuk bidang Ilmu Ekonomi Akutansi, kompetensi KA memiliki keragaman terlebar, lebih dari dua kali penyebaran kompetensi PP dan hampir dua kali penyebaran kompetensi WP. Hal ini karena guru SMA Lancang Kuning dan Budi Darma yang memperoleh nilai 0,00 dan 75,71. Lima kesimpulan dari deskripsi data memperlihatkan adanya keragaman untuk kompetensi tertentu. Hal ini dapat dilihat pada setiap bidang ilmu. Untuk itu dalam tulisan ini dilakukan pengelompokkan agar diperoleh kelompok-kelompok guru yang lebih homogen. III.2. 1 Analisis Kelompok Uji Kompetensi Guru Bahasa Indonesia Melalui algoritma aglomerative metode ward dapat dilihat bahwa guru Bahasa Indonesia ini memiliki kedekatan yang bertingkat. Pengelompokkan guru terjadi secara bertahap (dalam lima langkah), dimana setiap guru bergabung kedalam kelompok yang sama (membentuk nested) seperti pada Tabel 3-3 dan Gambar 3-1. Jika pengelompokkan dihentikan pada langkah ketiga dengan jumlah galat kuadrat didalam kelompok 665.862, maka diperoleh tiga kelompok guru yang ditandai dengan sekolahnya. Kelompok pertama adalah guru SMA Binaan Khusus (= 1), SMAN 3 (= 4), SMA Lancang Kuning (= 7), dan SMAN 1(= 2); kelompok kedua adalah guru SMA YKPP (= 6); dan kelompok ketiga adalah guru SMAN 2 (= 3). Gambar 3-2 memperlihatkan bahwa kelompok dua memiliki nilai rata-rata terkecil pada kompetensi wawasan pendidikan dibandingkan dua kelompok lainnya (lebih dari tiga kali kelompok pertama), sedangkan kelompok ketiga memiliki nilai rata-rata terkecil pada kompetensi kajian akademik (lebih dari sebelas kali kelompok pertama).
20
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-3
Tahap pengelompokkan guru Bahasa Indonesia berdasarkan nilai uji kompetensi. Agglomeration Schedule Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 1 4 1 7 1 2 1 6 1 3
Stage 1 2 3 4 5
Coefficients 38.926 321.635 665.862 1679.092 4583.853
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 1 0 2 0 3 0 4 0
Next Stage 2 3 4 5 0
Gambar 3 - 1 Dendogram nilai uji kompetensi guru Bahasa Indonesia. Rata-rata Kelompok Guru Bahasa Indonesia 70 60
Rata-rata
50 40
Kelompok 1
30
Kelompok 2 Kelompok 3
20 10 0
PP
WP
KA
Kompetensi
Gambar 3 - 2 Plot rata-rata kelompok guru Bahasa Indonesia.
21
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.2. 2 Analisis Kelompok Uji Kompetensi Guru Bahasa Inggris Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru Bahasa Inggris ini dilakukan analisis kelompok, untuk melihat pengelompokkan yang terbentuk dari hasil uji ketiga kompetensi. Dari Tabel 3 – 4 dapat dilihat pengelompokkan terjadi dalam lima langkah. Jika pengelompokkan ini dihentikan pada langkah keenam dengan jumlah galat kuadrat dalam kelompok 1449,770, maka akan terbentuk dua kelompok. Gambar 3 - 3 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil uji kompetensi guru Bahasa Inggris terbentuk dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok guru SMAN 2 (= 3), SMAN 4 (= 5), SMA YKPP (= 6), dan SMA Budi Darma (= 8); kelompok kedua adalah guru SMAN 3 (= 4), SMA Lancang Kuning (= 7), SMA Binaan Khusus (= 1) dan SMAN 1 (= 2). Dari Gambar 3-4, pengelompokkan terbentuk berdasarkan perbedaan nilai kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan. Kelompok kedua memiliki ratarata kompetensi PP lebih besar dari lima kali kelompok pertama, sedangkan untuk kompetensi WP hampir lima kalinya. Dalam hal ini kelompok pertama membutuhkan pembinaan pada kedua kompetensi ini, berbeda dengan kelompok kedua.
22
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-4
Tahap pengelompokkan guru Bahasa Inggris berdasarkan nilai uji kompetensi. Agglomeration Schedule
Stage 1 2 3 4 5 6 7
Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 3 5 4 7 1 4 6 8 3 6 1 2 1 3
Coefficients 86.387 200.601 336.824 478.894 849.701 1449.770 7332.779
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 0 0 0 2 0 0 1 4 3 0 6 5
Next Stage 5 3 6 5 7 7 0
Gambar 3 - 3 Dendogram nilai uji kompetensi guru Bahasa Inggris Rata-rata Kelompok Guru Bahasa Inggris 80 70
Rata-rata
60 50 Kelompok 1
40
Kelompok 2
30 20 10 0
PP
WP
KA
Kompetensi
Gambar 3 - 4 Plot rata-rata kelompok guru Bahasa Inggris.
23
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.2. 3 Analisis Kelompok Uji Kompetensi Guru Matematika Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru Matematika ini dilakukan analisis kelompok, untuk melihat pengelompokkan yang terbentuk dari hasil uji ketiga kompetensi ini. Tabel 3 – 5 memperlihatkan pengelompokkan terjadi dalam tujuh langkah dengan jumlah total kuadrat kesalahan didalam kelompok 9577,322. Berdasarkan Gambar 3-5 data hasil uji kompetensi guru Matematika membentuk dua kelompok (jika pengelompokkan dihentikan pada langkah keenam) dengan jumlah galat kuadrat dalam kelompoknya 1364,163. Kelompok pertama adalah guru SMAN 1 (= 2), SMAN 2 (= 3), SMA YKPP (= 6), SMAN 3 (= 4), dan SMA Budi Darma (= 8); dan kelompok dua adalah guru SMA Binaan Khusus (= 1), SMAN 4 (= 5), dan SMA Lancang Kuning (= 7). Pada Gambar 3-6 dapat dilihat bahwa kelompok-kelompok tersebut terbentuk karena perbedaan hasil uji kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan, sama halnya dengan pengelompokkan yang terjadi pada guru Bahasa Inggris.. Untuk dua kompetensi ini kedua kelompok memiliki rata-rata yang sangat berbeda (hampir tiga kali lipat) jika dibandingkan dengan rata-rata kompetensi kajian akademiknya. Pada kompetensi PP, rata-rata kelompok kedua hampir sembilan kali kelompok pertama begitu pula dengan kompetensi WP. Kelompok kedua membutuhkan pembinaan yang lebih untuk kedua kompetensi ini dibandingkan dengan kelompok pertama, sedangkan pada kompetensi kajian akademik dapat dilakukan pembinaan secara bersamaan pada kedua kelompok.
24
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tahap pengelompokkan guru Matematika berdasarkan nilai uji kompetensi. Agglomeration Schedule
Stage 1 2 3 4 5 6 7
Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 2 3 2 6 1 5 4 8 2 4 1 7 1 2
Coefficients .966 59.322 201.292 367.485 680.039 1364.163 9577.322
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 1 0 0 0 0 0 2 4 3 0 6 5
Next Stage 2 5 6 5 7 7 0
Gambar 3 - 5 Dendogram nilai uji kompetensi guru Matematika. Rata-rata Kelompok Guru Matematika 60 50
Rata-rata
Tabel 3-5
40 Kelompok 1
30
Kelompok 2
20 10 0 PP
WP
KA
Kompetensi
Gambar 3 - 6 Plot rata-rata kelompok guru Matematika.
25
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.2. 4 Analisis Kelompok Uji Kompetensi Guru Ekonomi dan Akutansi Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru Ekonomi dan Akutansi ini dilakukan analisis kelompok, untuk melihat pengelompokkan yang terbentuk dari hasil uji ketiga kompetensi ini. Melalui algoritma agglomerative metode Ward dengan menggunakan program SPSS pengelompokkan terjadi dalam enam langkah dengan total jumlah kesalahan didalam kelompok 7180,420 seperti pada Tabel 3 – 6 dan Gambar 3 – 7. Jika pengelompokkan ini dihentikan pada langkah keempat dengan jumlah galat kuadrat dalam kelompok sebesar 1787,657, maka terbentuk tiga kelompok. Kelompok pertama adalah guru SMA YKPP (= 6), Budi Darma (= 8), dan Binaan Khusus (= 1); kelompok kedua adalah guru SMAN 2 (= 3) dan 3 (= 4); dan kelompok ketiga adalah guru SMA Negeri 1 (= 2) dan Lancang Kuning (= 7). Berdasarkan Gambar 3-8 dapat dikatakan tipelogi kelompok ketiga memiliki nilai ratarata paling rendah pada kompetensi kajian akademik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kompetensi KA kelompok kedua lebih dari enam kalinya dan kelompok pertama lebih dari sembilan kalinya. Karena hal ini kelompok ketiga membutuhkan pembinaan pada kompetensi kajian akademik. Sedangkan untuk dua kompetensi lainnya (pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan) pembinaan tiga kelompok ini dapat dilakukan secara bersamaan, karena rata-rata dari tiga kelompok ini ≤ 40.
26
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-6
Tahap pengelompokkan guru Ekonomi Akutansi berdasarkan nilai uji kompetensi. Agglomeration Schedule
Stage 1 2 3 4 5 6
Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 6 8 3 4 2 7 1 6 1 3 1 2
Coefficients 164.495 577.430 1175.788 1787.657 3422.318 7180.420
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 0 0 0 0 0 1 4 2 5 3
Next Stage 4 5 6 5 6 0
Gambar 3 - 7 Dendogram nilai uji kompetensi guru Ekonomi Akutansi. Rata-rata Kelompok Guru Ekonomi dan Akutansi 80 70
Rata-rata
60 50 Kelompok 1
40
Kelompok 2
30
Kelompok 3
20 10 0 PP
WP
KA
Kompetensi
Gambar 3 - 8 Plot rata-rata kelompok guru Ekonomi Akutansi.
27
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.2. 5 Analisis Kelompok Nilai Total Uji Kompetensi Guru Uji kompetensi guru yang dilaksanakan di Dumai dan diikuti oleh 29 peserta dari delapan SMA yang ada di Dumai ini disusun berdasarkan sekolahnya. Dari delapan sekolah ini masing-masing mengirim satu orang guru bidang ilmu yang diujikan. Tetapi karena ada guru SMA (SMAN 4 dan SMA Budi Darma) yang tidak mengikuti uji ini, maka hanya enam SMA yang mempunyai data lengkap untuk keempat bidang ilmu. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 1, nilai total ini diperoleh dengan memberikan bobot pada setiap kompetensi yang diujikan. Berbeda dengan analisis pada setiap bidang ilmu, analisis pada nilai total ini dilakukan terhadap sekolah sebagai obyek dan nilai total guru setiap bidang ilmu sebagai variabelnya. Tabel 3 7
Tabel deskripsi data uji kompetensi guru berdasarkan bidang ilmu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ekonomi Akutansi. Statistics N Mean Median Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Percentiles
Valid Missing
25 50 75
BIna.ts 6 2 40.5581 44.6595 14.15045 200.235 -1.804 .845 3.440 1.741 37.29 13.58 50.87 33.1094 44.6595 50.1900
BIng.ts
Mtk.ts
8 0 42.1195 40.1468 9.94553 98.914 .108 .752 -1.582 1.481 27.87 28.25 56.12 34.9998 40.1468 51.1990
8 0 19.7443 17.4918 8.90665 79.328 1.518 .752 3.012 1.481 29.43 9.37 38.80 14.8844 17.4918 23.4630
EkoAk.ts 7 1 32.2654 32.1390 13.93100 194.073 -.248 .794 -2.001 1.587 32.28 14.57 46.85 15.7500 32.1390 45.8740
Tabel 3-7 memberikan gambaran bahwa keragaman nilai guru bidang ilmu Bahasa Indonesia dan Ekonomi Akutansi (200,235 dan 194,073) lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai guru bidang ilmu Bahasa Inggris dan Matematika (98,914 dan 79,328). Hal ini dipengaruhi nilai guru SMAN 2 (13,5775) dan guru SMAN 3 (50,8680) untuk bidang ilmu Bahasa Indonesia; dan nilai guru SMAN 1 (14,5745) dan guru SMA Binaan Khusus (46,8545) untuk bidang ilmu Ekonomi Akutansi.
28
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Deskripsi data nilai total setiap bidang ilmu memperlihatkan bahwa nilai kompetensi kajian akademik sangat mempengaruhi keragaman data. Seperti yang telah diulas sebelumnya (halaman 19), bahwa untuk bidang ilmu Bahasa Indonesia dan Ekonomi Akutansi keragaman terlebar dapat dilihat pada kompetensi kajian akademik. Hal ini ternyata berdampak pada keragaman nilai totalnya. Sedangkan bidang ilmu Bahasa Inggris dan Matematika, dimana keragaman terlebar terletak pada nilai kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan, memperlihatkan keragaman total nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan dua bidang ilmu lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh bobot nilai yang diberikan pada masing-masing kompetensi, dimana kompetensi kajian akademik memiliki bobot yang paling besar (45%) dibandingkan dengan dua kompetensi lainnya (pengeloaan pembelajaran 35% dan wawasan pendidikan 5%). Jika pengelompokkan dihentikan pada langkah ketiga dengan jumlah galat kuadarat dalam kelompok 2815,017, maka diperoleh tiga kelompok. Kelompok pertama adalah guru SMA Negeri 1 (= 2), 3 (= 4), dan Lancang Kuning (= 7); Kelompok kedua adalah guru SMA Binaan Khusus (= 1) dan YKPP (= 6); Dan kelompok ketiga adalah guru SMAN 2. SMAN 2 yang merupakan kelompok ketiga, memiliki nilai yang sangat berbeda pada bidang ilmu Bahasa Indonesia (13,5775) jika dibandingkan dengan lima sekolah lainnya (diatas 39). Hal inilah yang mempengaruhi sekolah ini tidak dapat digabungkan dengan salah satu kelompok. Dari Gambar 3 – 10, terlihat bahwa tipelogi kelompok ketiga memiliki nilai guru Bahasa Indonesia hampir empat kali rata-rata kelompok pertama dan kedua. Sedangkan untuk rata-rata nilai guru Ekonomi Akutansi, kelompok dua hampir tiga kali kelompok pertama dan hampir dua kali kelompok ketiga. Berdasarkan tipelogi ini kelompok ketiga membutuhkan pembinaan yang berbeda pada bidang ilmu Bahasa Indonesia dari dua kelompok lainnya.
29
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
Tabel 3-8
Tahap pengelompokkan SMA berdasarkan nilai uji kompetensi guru. Agglomeration Schedule
Stage 1 2 3 4 5
Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 2 4 1 6 2 7 1 3 1 2
Coefficients 88.157 403.354 982.662 1771.229 2815.017
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 0 0 1 0 2 0 4 3
Next Stage 3 4 5 5 0
Gambar 3 - 9 Dendogram pengelompokkan SMA kota Dumai berdasarkan nilai uji kompetensi guru. Rata-rata Kelompok Setiap Bidang Ilmu 60
Rata-rata
50 40 Ke lo m po k 1
30
Ke lo m po k 2 Ke lo m po k 3
20 10 0 BI
Bing
Mtk
EkAk
Bidang Ilmu
Gambar 3 - 10 Plot Rata-rata kelompok guru setiap bidang ilmu.
30
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.3.
Validitas Kelompok
Dengan menggunakan informasi tingkatan diklat yang direkomendasikan dan status sekolah (khusus untuk analisis kelompok berdasarkan total nilai uji kompetensi guru), dihitung nilai validitas eksternal dan internal dari kelompok. Tabel 3-9 Ukuran validitas internal kelompok. Kelompok berdasarkan uji Kompetensi Guru Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ekonomi Akutansi Empat Bidang Ilmu * Perhitungan terlampir
BSS* 3917.9905 5883.0093 8213.1590 5392.7628 1968.6442
WSS* 665.8625 1449.7698 1364.1626 1787.6574 791.1987
Berdasarkan ukuran internal dapat dilihat bahwa jumlah galat kuadrat di dalam kelompok (WSS) jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah galat kuadrat antar kelompok (BSS). Pada Tabel 3 – 9 terlihat bahwa BSS hampir tiga kali WSS pada kelompok yang terbentuk dari nilai total, sedangkan untuk kelompok pada setiap bidang ilmu perbandingan BSS dan WSS antara tiga sampai tujuh. Artinya performance (kompetensi PP, WP, dan KA) guru di dalam satu kelompok berbeda dengan guru pada kelompok lainnya. Tabel 3-10 Ukuran validitas eksternal kelompok. Kelompok berdasarkan uji Kompetensi Guru Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ekonomi Akutansi Empat Bidang Ilmu * Perhitungan terlampir
Entropy* 0.1628 0.0000 0.0000 0.0000 0.2386
F* 0.6786 1.0000 0.7692 0.8095 0.5476
Berdasarkan Tabel 3 – 10, nilai entropy setiap bidang ilmu dibawah 0,25. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru yang berada dalam satu kelompok cukup homogen, karena semakin mendekati nol nilai entropy akan menunjukkan kelompok yang terbentuk
31
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
semakin homogen. Sedangkan nilai F-hitung diatas 0,5 dapat dikatan bahwa pengelompokkan cukup efektif, hal ini karena semakin mendekati satu nilai F-hitung akan semakin baik keefektifan metodenya.
III.4.
Pemetaan Kualitas Pendidikan Kota Dumai
III.4. 1.
Pemetaan Kualitas Pendidikan Kota Dumai Berdasarkan Nilai Berbobot Uji Kompetensi Guru
Kelompok-kelompok sekolah berdasarkan nilai total setiap bidang ilmu (bidang ilmu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ekonomi Akutansi) ini, dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pemetaan kualitas pendidikan.
Gambar 3 - 11 Peta kualitas pendidikan kota Dumai tingkat SMA berdasarkan nilai uji kompetensi guru. Kelompok
dengan
tanda
persegi
adalah
kelompok
pertama.
Berdasarkan
pengelompokkan ini sekolah mengelompok pada lokasi yang berdekatan yaitu sekolah yang kira-kira berjarak 5 km (SIPP Dinas Pendidikan propinsi Riau).
32
Bab III Pemetaan Kualitas Pendidikan
III.4. 2.
Pemetaan Kualitas Pendidikan Kota Dumai Berdasarkan Nilai Uji Kompetensi Guru Bidang Ilmu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ekonomi Akutansi
Berdasarkan kelompok-kelompok yang terbentuk dari setiap bidang ilmu dibuatlah peta kualitas pendidikan berdasarkan lokasi sekolah tempat guru tersebut mengajar, peta berdasarkan SIPP Dinas Pendidikan propinsi Riau.
Gambar 3 - 12 Peta kualitas pendidikan kota Dumai tingkat SMA berdasarkan nilai uji kompetensi guru bidang ilmu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ekonomi Akutansi.
33