BAB III PEMBAHASAN 3.1
Kepemimpinan 3.1.1 Defenisi Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan aspek inti dari manajemen-manajemen melalui
kepemimpinan dan menjadi posisi kunci dalam kegiatan organisasional, sebab kepemimpinan merupakan penyelaras dalam kegiatan kerjasama dalam organisasi. Bahwa kepemimpinan yang efektif membawa pengaruh yang positif terhadap motivasi kerja dan juga unjuk kerja. Menurut Silalahi (2002:302) kepemimpinan definisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain, baik seseorang atau kelompok orang, agar berperilaku untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi ini menunjukkan yang pertama, ada kegiatan mempengaruhi ialah usahausaha untuk membuat orang lain bertindak atau berperilaku. Dalam konteks ini ada orang yang mempengaruhi yang disebut pemimpin (leader), dan ada orangorang lain (seorang atau kelompok) yang dipengaruhi yang disebut pengikut (follower). Kedua, ada sasaran yang ingin dicapai yang terdiri atas saaran antara dan sasaran akhir. Sasaran antara ialah agar pengikut menampilkan perilaku tertentu atau memberi kontribusi sesuai dengan yang diinginkan atau yang dibutuhkan yang merupakan tujuan kepemimpinan(leadership goals), sedangkan sasaran akhir ialah tercapainya tujuan organisasi(organization goals) sebagai hasil (outcome). Dan ketiga, ada situasi yaitu: berhubungan dengan latarbelakang
36
Universitas Sumatera Utara
pemimpin, pengikut dan lingkungannya. Yang terakhir ini sangat ditekankan oleh para teorisi situasional atau kontingensi.
3.1.2
Teori Kepemimpinan
Sifat, perilaku dan situasi kepemimpinan yang menentukan tingkat kepengikutan atau mengapa orang menerima pengaruh dari seorang pemimpin dapat dijelaskan melalui toeri kepemimpinan. Menurut Veithzal (2004:11) ada beberapa teori kepemimpinan, yaitu: 1. Teori Sifat Teori yang berusaha mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental,
kepribadian)
yang
dikaitkan
dengan
keberhasilan
kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin.Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti energi yang tiada habishabisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif yang tidak tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
37
Universitas Sumatera Utara
a. Inteligensia Perbedaan inteligensia yang ekstrim antara pemimpin dan pengikut yang dapat menimbulkan gangguan. Sebagai contoh, seorang pemimpin dengan IQ yang cukup tinggi berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang anggotanya memilki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa anggota-anggotanya tidak memahami persoalannya. b. Kepribadian Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian, keaslian, integritas pribadi dan percaya diri diasosiasikan dengan kepemimpinann yang efektif.
c.
Karakteristik Fisik Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan seperti usia, tinggi badan, berat badan dan penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang.
2. Teori Kepribadian Perilaku Di akhir tahun 1940-an antara para peneliti mulai mengeksplorasi pikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan kefektifan kepemimpinan seseorang. Dan mereka menemukan sifatsifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. 38
Universitas Sumatera Utara
3. Teori Kepemimpinan Situasional Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
memasyarakatkan
pemimpin
untuk
memiliki
keterampilan
diagnostik dalam perilaku manusia. 4. Pendekatan Terbaru Dalam Kepemimpinan Menutup tinjauan mengenai teori kepemimpinan yaitu dengan menyajikan tiga pendekatan lebih baru terhadap persoalan: suatu teori atribusi kepemimpinan, kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan transaksional lawan transformasional. a. Teori Atribusi Kepemimpinan Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat orang mengenai individu-individu lain. b. Teori Kepemimpinan Karismatik Teori kepemimpinan karismatik merupakan suatu perpanjangan dari teori-teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu. Telaah mengenai kepemimpinan karismatik sebagian besar telah
diarahkan
pada
mengidentifikasi
perilaku-perilaku
yang
39
Universitas Sumatera Utara
membedakan pemimpin karismatik dari padanan mereka yang nonkarismatik. c. Kepemimpinan Transaksional Lawan Tranformasional 1. Pemimpin yang transaksional, pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. 2. Pemimpin tranformasional, pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma.
3.1.2
Keterbatasan Kepemimpinan
Pemimpin sebagai manusia tidak berbeda dengan orang yang dipimpinnya, tidak terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan yang bersifat universal dan kodrati manusia sebagai makhluk. Sehingga bila dijumpai ada kekurangan ataupun kelemahan dalam perilaku seseorang dalam kepemimpinannya dapat dipandang sebagai keterbatasan dalam keepemimpinan. Idealnya seorang pemimpin harus berusaha membantu orang yang dipimpinnya agar mempunyai kemampuan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahannya, sehingga dapat terhindar dari kemungkinan gagal dalam melaksanakan tugasnya. Semakin mampu mengurangi berbagai kelemahan yang ada pada dirinya, berarti sebagai manusia akan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
40
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Veithzal
(2004:60)
ada
beberapa
bentuk
keterbatasan
kepemimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu: 1. Keterbatasan Manusiawi Manusia yang berhasil memperoleh kesempatan sebagai pemimpin tidak dapat lepas dari kelemahan yang bersifat universal dan kodrati. Kelemahan-kelemahan
itu
mengakibatkan
keterbatasan
dalam
merealisasikan kepemimpinannya, keterbatasan dalam merealisasikan kepemimpinannya, keterbatasan itu meliputi: 2. Keterbatasan Norma Spiritual Harkat kemanusiaan yang tinggi merupakan pembatas perilaku setiap
manusia,
termasuk
dalam
melaksanakan
fungsi
kepemimpinannya. Harkat manusia memikul tanggung jawab dalam arti tingkah laku dibatasi oleh nilai-nilai tertentu di antaranya norma sosial dan norma sipritual/ agama atau kepercayaan yang dipeluk oleh seorang pemimpin. 1. Keterbatasan norma spiritual yaitu keterbatasan karena manusia sebagai pemimpin memiliki kewajiban dan sekaligus melekat pada dirinya berupa larangan yang harus dipatuhi. 2. Keterbasan normatif yaitu keterbatasan karena adanya normanorma yang berlaku dalam masyarakat dan negara, seperti hukum adat maupun hukum positif yang berlaku.
41
Universitas Sumatera Utara
3. Keterbatasan Fisik/ Jasmaniah Keterbatasan kepemimpinan karena unsur fisik/ jasmaniah antara lain meliputi: 1. Usia Sebagai pemimpin pada usia muda, setiap orang memilki energi (tenaga) fisik yang bersifat maksimal untuk berprestasi, untuk mewujudkan kreativitas dan inisiatif yang positif dibandingkan dengan pemimpin yang sudah lanjut usianya. 2. Fisik yang sehat Fisik manusia dapat letih dan sakit untuk itu perlu istirahat serta tidur yang cukup, memerlukan makanan yang bersih dan bergizi dengan maksud mewujudkan kepemimpinan yang efektif. 3. Fisik yang bervariasi/ jenis kelamin Pengaruh jenis kelamin hanya dipengaruhi oleh norma-norma sosial dan agama.
4. Keterbatasan karena waktu
42
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang berusaha atau mampu mengatasi keterbatasan waktu, karena pemimpin tidak dapat hadir dalam acara/ waktu yang sama dalam dua acara. 5. Keterbatasan Psikis (Rohani) Keterbatasan dibatasi oleh kemampuan psikis berupa kemampuan berpikir, mengingat, mengkhayal ,perasaan, maupun kehendak. Dan karena dibatasi oleh keterbatasan lain seperti bakat, minat, intelegensi/ kecerdasan dan berbagai sifat kepribadian. 6.
Keterbatasan Administratif Dalam kebersamaan itu tidak semua kemauan, kehendak, gagasan,
pendapat,
rencana,
dilaksanakan
secara
kreativitas
dari
seorang
bebas.
Dengan
kata
pemimpin lain
dapat
keterbatasan
kepemimpinan dibatasi oleh kondisi yang terdapat di dalam pengendalian proses kerja sama untuk mencapai yang disebut keterbatasan administatif. Beberapa keterbatasan administratif, yaitu: Setiap pemimpin dibatasi oleh visi dan misi organisasi, setiap pemimpin dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin tidak boleh keluar dari upaya mewujudkan kerja sama yang terarah pada pencapaian misi organisasi. Setiap pemimpin dibatasi oleh posisi, sebagai wujud pembidangan tugas horinzontal pada jenjang yang sama sebagai pembatas yang mengharuskan pemimpin hanya boleh melakukan kegiatan di bidangnya.
43
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan mewujudkan kepemimpinan yang efektif dibatasi juga secara admisnistratif oleh jumlah orang-orang yang dipimpinnya. Semakin besar jumlah orang yang dipimpin, maka semakin sulit untuk mengadakan koordinasi dan pengawasan dan perlu adanya pemimpin pembantu. Jumlah pemimpin pembatu dan anggota di dalam unit yang dipimpinnya masing-masing perlu dibatasi, agar kontrol (pengawasan) dapat dilaksanakan secara efektif sebagai bagian dari perwujudan kepemimpinan. Rentang kontrol sangat berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan. 3.1.4 Hak-hak Asasi Manusia dalam Kepemimpinan Menurut Veithzal (2004:91) tentang Hak Asasi Manusia bahwa hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Disamping itu dalam deklarasi PBB yang bersifat universal tenang hak asasi manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang ditakdirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akda dan budi dan kehendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Selanjutnya dalam ketiga puluh pasal-pasalnya, deklarasi PBB ini memuat berbagai komponen HAM, yang antara lain adalah hak hidup, hak bebas dari perbudakan,
hak
sama
terhadap
undang-undang,
hak
berkumpul
dan
mengeluarkan pendapat. Masalah hak asasi manusia sering muncul ke permukaan di berbagai negara. Setiap masalah hak asasi manusia muncul, selalu terlihat hubungannya 44
Universitas Sumatera Utara
dengan pemerintah atau penguasa di negara masing-masing. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa masalah hak asasi manusia berhubungan erat dengan kepemimpinan. Masalah pokoknya selalu berkisar pada dua dimensi sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan para pemimpin menghormati hak asasi oraqng-orang yang dipimpinnya. 2. Kematangan dan ketidakmampuan orang-orang yang dipimpin dalam mempergunakan hak asasinya sebagai manusia bertanggung jawab. Hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu dalm mengaktualisasi diri dengan harkatnya sebagai manusia. Harkat manusia tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu: 1. Harkat Manusia sebagai Makhluk Individu. Hak asasi manusia yang utama adalah hak hidup dan keselamatan diri. Setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan diri secara jasmani dari ancaman dan perilaku manusia lain. Untuk itulah dalam kehidupan bernegara sebagai organisasi kemasyarakatan yang terbesar, pemerintah sebagai pemimpin berkewajiban mencegah dan menghukum tindakan pembunuhan serta berbagai macam tindakan kejahatan lainnya. Disamping itu juga berkewajiban mengatur tindakan keselamatan dan kesehatan bagi warga negaranya yang bekerja di lingkungan berbagai organisasi kerja, termasuk juga di bidang industri dan perusahaan lainnya. 2. Harkat Manusia sebagai Makhluk Sosial 45
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan dalam bentuk kebersamaan merupakan kodrat manusiawi. Manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang saling membutuhkan dan harus tolong menolong dalam memnuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah kehidupan masing-masing. Hak asasi manusia yang utama dan bersifat prinsipil adalah kebebasan untuk beragama, berupa kemerdekaan sesesorang atau sekelompok oang untuk memeluk dan menjalankan syariat agamanya dengan tidak saling mengejek antaragama yang satu dengan yang lainnya atau memaksakan orang yang sudah beragama untuk menganut agama yang lain. Dalam kepemimpinannya berarti seorang pemimpin dalam urusan keagamaan, tidak boleh berlaku tidak adil atau memihak untuk kepentingan suatu agama, dengan merugikan agam yang lain. Dan di samping itu juga ada hak asasi manusia mengenai kebebasan beripikir dan mengeluarkan pendapat , hak asasi untuk bekerja dan memperoleh hasil dari pekerjaannya yang juga perlu dilindungi. 3. Harkat Manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa Dari segi kepemimpinannya, yang terpenting diwujudkan adalah usaha menciptakan dan membina kerja sama, agar setiap anggota orgnasasi terpenuhi hak asasinya sebagai manusia yang memiliki harkat yang mulia. Dengan kata lain kepemimpinan yang efektif diwujudkan dengan selalu mengajak dan mendorong anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam berbuat kebaikan, sesuai norma-norma sosial yang berlaku dan sesuai pula dengan norma-norma agama dari Tuhan Yang Maha Esa 46
Universitas Sumatera Utara
3.1.5. Tipe-tipe Kepemimpinan dan Jenis Pemimpin Dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinan, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklarifikasikan tipe kepemimpinan. Menurut Veithzal ( 2004:56 ) gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu : 1. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas. 2. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama. 3. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut maka terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada beberapa tipe kepemimpinan. Dan dari beberapa tipe kepemimpinan ini juga dapat dilihat klarifikasi dari jenis-jenis pemimpin dalam organisasi. Adapun kategori tipe kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tipe Kepemimpinan Otoriter Tipe Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan bawahannya. 47
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin mengfungsikan dirinya sebagai penasihat. 3. Tipe Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok / organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Setiap perusahaan pasti memilki tipe-tipe kepemimpinannya masingmasing. Begitu juga dengan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
memilki tipe kepemimpinannya sendiri yang menerapkan Tipe Kepemimpinan yang menjadi pedoman berperilaku dalam memimpin pegawai pada FE USU.
48
Universitas Sumatera Utara
3.1.6 Fungsi dan Peran Pemimpin 3.1.6.1 Fungsi Pemimpin Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi pemimpin berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan suatu kelompok / organisasi. Fungsi pemimpin merupakan suatu hal yang paling berpengaruh bagi kelangsungan aktivitas suatu kelompok / organisasi, karena harus diwujudkan dalam interkasi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/ organisasi. Menurut Veithzal (2004:53) fungsi pemimpin secara operasional dibedakan atas lima fungsi pokok, yaitu: 1. Fungsi Intruksi
Fungsi ini bersifat berkomunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. 2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan,
pemimpin
kerapkali
memerlukan
bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
49
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orangorang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. 4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. 5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
Seluruh fungsi pemimpin tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut: 1. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja. 2. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas. 3. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat. 4. Pemimpin harus mengembangkan kerja sama yang harmonis.
50
Universitas Sumatera Utara
5. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab masing-masing. 3.1.6.2 Peran Pemimpin Peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Pemimpin dalam suatu organisasi mempunyai peranan, setiap pekerjaan membawa serta harapan bagaimana penanggung peran berperilaku. Peran pemimpin dapat diartikan sebagai perangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai keududukannya sebagai seorang pemimpin. Menurut Veithzal (2004:150) ada tiga peran penting yang ditanggung
seorang
pemimpin
dalam
melaksanakan
aktivitas
kepemimpinannya antara lain adalah: 1. Peran pemimpin dalam mengambil keputusan. Pemimpin memiliki peran yang sangat besar dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasil dari keputusan tersebut. Kepentingan mendasar dari pengambilan keputusan ini ditunjukkan dengan adanya pembahasan khusus tentang hal ini dalam berbagai disiplin ilmu. 2. Peran Pemimpin dalam mengendalikan konflik Dalam kehidupan berorganisasi, konflik antara pemimpin dan anggota yang dipimpinnya atau antara kelompok denga anggota lainnya bisa terjadi. Konflik tidak bisa dihindari, tetapi dapat dikendalikan. Oleh karena itu, pengendalian konflik merupakan salah satu tugas pemimpin dalam 51
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinannya. Efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dinilai dari bagaimana ia mampu mengendalikan dan mengelola konflik. 3. Peran pemimpin dalam membangun tim Peranan pemimpin dalam membangun tim adalah sebagai berikut: 1. Memperlihatkan gaya pribadi 2. Proaktif dalam sebagian hubungan 3. Mengilhami kerja tim 4. Memberikan dukungan timbal balik 5. Membuat orang terlibat dan terikat 6. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi 7. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara konstruktif 8. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja 9. Mengakui prestasi anggota tim 10. Berusaha mempertahankan komitmen 11. Menempatkan nilai yang tinggi pada kerja tim Selain itu, ada juga peranan pemimpin dalam tim menurut kepemimpinan yang berorientasi pada tugas adalah sebagai berikut: 1. Menstruktur proses 2. Menstimulasi komunikasi 3. Menjernihkan komunikasi 4. Meringkas 5. Menguji consensus. 52
Universitas Sumatera Utara
3.1.7 Kepribadian Pimpinan Kepribadian adalah organisasi dinamis pada tiap-tiap sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian unik pada lingkungannya dan kepribadian merupakan total jumlah dari seorang individu dalam beraksi dan berinteraksi dengan orang lain atau dapat pula dikatakan bahwa kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang. Sedangkan pimpinan adalah suatu kedudukan atau posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok/ organisasi, yang berfungsi untuk memimpin, mengatur, mengarahkan serta bertanggung jawab atas orang-orang yang dipimpinnya. Maka kepribadian pimpinan adalah suatu himpunan karakteristik yang stabil serta menentukan sefat umum dan perbedaan perilaku setiap orang yang melakukan aktivitasnya sebagai pimpinan dari sekelompok orang-orang/ organisasi yang dipimpinnya. Menurut Veithzal (2004:229) ada beberapa faktor yang mendeterminasi kepribadian seseorang termasuk pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu: 1. Keturunan
Keturunan
merujuk ke faktor-faktor yangg ditentukan pada saat
pembuahan. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, konposisi otot dan refleks serta tingkat energi merupakan karakteristik yang umumnya dianggap sebagai atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi oleh siapa kedua orang tuanya 2. Lingkungan
53
Universitas Sumatera Utara
Di antara faktor-faktor yang menentukan pada pembentukan keperibadian seseorang terdapat budaya di mana kita dibesarkan, norma-norma di antara keluarga, teman-teman dan kelompok-kelompok sosial serta pengaruhpengaruh lain yang kita alami. Lingkungan yang dipaparkan pada seseorang memainkan suatu peran yang cukup besar dalam membentuk kepribadian seseorang tersebut. 3. Situasi
Situasi, memperngaruhi damapak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun pada umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam situasi berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang.
3.1.8 Pimpinan yang Sukses dan Efektif Suksesnya pimpinan ditentukan oleh berapa cepat ia dipromosikan dalam jenjang karir, sedangkan keefektifan pimpinan diukur melalui evaluasi kepuasan dan komitmen bawahan dan kinerjanya dalam organisasi. Suksesnya pimpinan juga
dipengaruhi
dari
bagaimana
ia
mengarahkan
bawahannya
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan yang telah ditugaskan kepadanya. Menurut Azhar (2002:143) pimpinan yang sukses adalah pimpinan yang cepat naik ke atas menduduki kursi-kursi yang sering menjadi target atau impian orang banyak, berhasil dalam melakukan “networking” (jejaring). Secara politis, mereka cerdas dan sangat pandai dan mengerti bagaimana “memainkan 54
Universitas Sumatera Utara
permainan”. Aktivitas manajemen sumber daya manusia merupakan prioritas tingkat bawah bagi pimpinan yang sukses dan waktu dialokasikan untuk itu hanyalah sedikit. Pimpinan yang efektif memanfaatkan sebagian besar waktunya buat tugastugas yang berhubungan dengan komunikasi, seperti saling tukar informasi dan memproses pekerjaan surat menyurat. Hal-hal yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia menjadi pusat perhatian pimpinan tipe ini. Oleh karena itu, untuk menjadi pimpinan yang sukses dan sekaligus efektif, sesesorang harus mampu menyeimbangkan aktivitas-aktivitasnya. Penekanan tentunya harus diberikan pada aktivitas sumber daya manusia. Terasa sulit untuk menawarkan suatu rumus yang pasti untuk menjadi pimpinan yang sukses dan efektif buat suatu jabatan pimpinan tertentu. Namun, Soejoeti mengemukakan sedikitnya tiga prakondisi umum untuk mencapai jabatan pimpinan yang sukses dan efektif. Pertama, kemampuan (ability = A); kedua movitasi untuk memanaj (motivation = M); dan ketiga, kesempatan (opportunity = O). Jadi rumus dasar yang dikemukakannya adalah SE = A x M x O. Kesuksesan dan keefektifan tergantung pada adanya keseimbangan kombinasi dari A, M dan O. Kemampuan yang hebat dan adanya motivasi yang tinggi misalnya untuk berkinerja akan sia-sia belaka kalau tidak ada peluang atau kesempatan.
55
Universitas Sumatera Utara
3.1.9 Kewajiban Pimpinan Setiap pimpinan memiliki peran dan fungsinya sendiri dalam suatu struktur organisasi. Peran dan fungsi tersebut adalah suatu tanggung jawab dan kewajiban yang harus dijalankan dan dilakukan pimpinan dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam suatu kelompok/ organisasi yang dipimpinnya. Setiap perusahaan memiliki prosedur-prosedur kepemimpinannya masing-masing. Adapun kewajiban pemimpin/ pimpinan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab atas terwujudnya penerapan pedoman perilaku dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan yang menyadarkan pegawai atas tugas dan tanggung jawabnya. 2. Mendorong terbangunnya perilaku etis dalam melaksanakan pekerjaan agar tercapai kinerja individu dan kinerja perusahaan yang terbaik. 3. Mencegah terjadinya masalah kepatuhan: 1. Sosialisasikan kebijakan yang berlaku 2. Sediakan fasilitas informasi untuk memahami semua kebijakan yang berlaku. 4. Mendeteksi permasalahan, 1. Mengembangkan sistem pengaduan yang efektif. 2. Mengaontrol secara berkala untuk meminimalkan pelanggaran.
56
Universitas Sumatera Utara
3.2 Kinerja 3.2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan output yang dihasilkan dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang. Setiap orang selalu mengharapkan kinerja yang maksimal dalam sebuah pekerjaannya. Menurut Simanjuntak ( 2005 : 1 ) kinerja adalah tingkat pencapaian hasil akan pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja setiap organisasi adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan visi dan misi sebuah organisasi. Untuk dapat meningkatkan kinerja para pegawai sebuah organisasi harus merancang sistem dan strategi yang nantinya akan menjadi pedoman dalam beraktifitas. Sistem dan strategi itu dirancang dalam manajemen kinerja. Menurut Dharma Surya ( 2010 : 25 ) Manajemen Kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu yang memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standard an persyaratan kompetensi yang telah dikemukakan. Dengan demikian, manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka panjang waktu tertentu baik pendek maupun panjang. Mangkunegara ( 2004 : 67 ) mendefinisikan kenerja adalah hasil kerja yang secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 57
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat melihat hasil kerja tersebut pihak manajemen atau pemimpin berperan
memberikan
penilaian
terhadap
kinerja
setiap
pegawai
yang
dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin yang dimaksud adalah Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja menurut Dharma ( 2010 : 207 ) adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas ( performance ) seseorang atau sekelompok orang atau unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kerja atau tujuan yang sudah dirancang terlebih dahulu. Dari berbagai pengertian kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yan dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan evaluasi oleh orang orang tertentu atasan pegawai yang bersangkutan. Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar mengetahuai manfaat yang mereka harapkan. Menurut Rivai ( 2004 : 55 ) pihak yang berkepentingan dalam penilaian kinerja adalah : 1. Orang yang dinilai, dalam hal ini adalah karyawan, 2. Orang yang menilai, dalam hal ini adalah Dekan, dan 3. Organisasi, dalam hal ini adalah Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Menurut Rivai ( 2004 : 58 ) ada beberapa keuntungan bagi pegawai atas adanya penilaian kinerja adalah : 1. Meningkatkan motivasi karyawan, 58
Universitas Sumatera Utara
2. Meningkatkan kepuasan hidup, 3. Adanya kejelasan standar hasil yangt ditetapkan, 4. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar, 5. Pengembangan tentang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih besar, membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin, 6. Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atasan 7. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi, 8. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan bagaimana cara mengatasinya, 9. Adanya pandangan yang jelas tentang konteks pekerjaan, 10. Kesempatan untuk mendiskusikan cita – cita dan bimbingan apapun dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita – cita karyawan 11. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan. Ukuran penilaian kinerja pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terlihat dari : a. Daftar Hadir Pegawai: Keterangan hadir pegawai pada waktu yang telah ditentukan dan diketahui oleh Dekan, dari adanya daftar hadir yang dibuat dapat diketahui kedisiplinan waktu para pegawai untuk melaksanakan tanggung jawab yan diembannya.
59
Universitas Sumatera Utara
b. Disipin Waktu ; Bekerja dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pimpinan Fakultas Ekonomi USU dengan jam masuk pagi pukul 08.00 – 14.00 WIB dan dilanjutkan pada sore hari yakni untuk layanan mahasiswa atau mahasiswi program ekstensi pukul 17.00 – 19.00 WIB. c. Pekerjaan yang diselesaikan; Dari pekerjaan yang diselesaikan maka dari hasil ini dapat dievaluasi bagaimana seorang pegawai Fakultas Ekonomi USU bertanggung jawab sepenuhnya atas tanggung jawab yang menjadi tugasnya. d. Kerajinan dan keterampilan pegawai; Kerajinan ini tercermin tanggung jawab dan menyelesaikan pekerjaan secara baik dan dapat diserahkan pada waktunya. e. Kontribusi yang diberikan untuk Fakultas Ekonomi USU Dengan bekerja sepenuhnya dan melakukan yang memberikan
kontribusi
yang
baik
kepada
terbaik dapat
Fakultas
Ekonomi
Universitas Sumatera Utara dan meningkatkan pelayanan terhadap para Dosen, Mahasiswa dan alumni. Penilaian kinerja tidak terlepas dari jenis yang dilakukan pegawai yang dalam
pelaksanaannya
didukung
oleh
sistem
perencanaan,
sistem
pengorganisasian, sistem pergerakan, dan sistem pengendalian manajemen.
60
Universitas Sumatera Utara
3.3 Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Fakultas Ekonomi USU Dalam setiap organisasi atau perusahaan baik berorientasi pada profit maupun nonprofit pastinya ada yang memimpin untuk menjalanakan aktivitas sebuah organisasi . Peranan pimpinan dalam menjalanakan operasi
tentunya
berpengaruh besar terhadap sebuah organisasi. Dalam hal ini peranan Dekan berpengaruh besar untuk meningkatkan aktivitas Fakultas Ekonomi Universitas Sumateta Utara. Untuk dapat mewujudkan tujuan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tentunya tidak terlepas pada sumber daya manusia yang berada didalam Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Sumber daya manusia adalah hal yang fundanmental dalam setiap organisasi, karena sumber daya manusia adalah orang – orang yang menjalankan aktivitas dalam setiap organisasi. Semakin baik sumber daya manusia yang menjalankan operasi maka hasil yang dicapai juga semakin baik, karena adanya kemungkinan tingkat kesalahan yang rendah pada saat melakukan tanggung jawabnya. Dalam hal ini kontribusi para pegawai sangat diharapkan untuk mewujudkan tujuan, visi, dan misi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dengan adanya kehadiran Dekan Fakultas Ekonomi USU para pegawai dapat menjalankan tanggung jawab yang menjadi tugas dengan baik. hal ini dikarenakan adanya informasi yang jelas dari pemimpin tentang ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh pegawai yang , selain itu adanya batasan tanggung jawab yang diketahui para pegawai membuat pegawai untuk fokus
61
Universitas Sumatera Utara
terhadap sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak harus melakukan yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Peran Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara meningkatkan kinerja pegawai lainnya adalah
dalam
semakin meningkatkan
kedisiplinan pegawai dalam bekerja, disiplin ini dapat berupa kehadiran yang tepat waktu, kemampuan untuk menyelesaikan tugas, dan lain- lain. Kehadiran pegawai yang dengan tepat waktu merupakan referensi bagi pimpinan untuk menaikkan jabatan seorang pegawai yang dipimpinnya, maka hal ini dapat dijadikan motivasi pegawai untuk disiplin waktu dalam bekerja. Kedisplinan yang diterapkan oleh pegawai pada akhirnya dapat membuat kerja yang dilakukan dapat mencapai standar yang ditetapkan oleh Fakultas Ekonomi USU. Dari ketiga indikator untuk menyatakan pemimpin yang sukses dan efektif yakni ability, motivation, dan opportunity maka dapat dijelaskan pada Dekan Fakultas Ekonomi USU sebagai berikut : 1. Kemampuan( ability ) Dekan Fakultas Ekonomi USU untuk memimpin pegawai Fakultas Ekonomi USU, hal ini dapat dibuktikan adanya kedisiplinan yang diterapkan pegawai tentang disiplin waktu untuk mulai bekerja, waktu istirahat dan waktu pulang kerja setelah adanya instruksi yang jelas dari Dekan tentang hal tersebut. 2. Adanya tujuan( motivation ) Dekan Fakultas Ekonomi untuk memimpin pegawai sebagai bawahannya para pegawai turut mewujudkan visi dan misi Fakultas Ekonomi USU. Sebagai contoh upaya yang dilakukan oleh 62
Universitas Sumatera Utara
pegawai adalah selalu berusaha untuk ikut serta menjadikan Fakultas Ekonomi USU menjadi salah satu Fakultas yang terkemuka yang unggul melalui kedisiplinan waktu untuk bekerja dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. 3. Adanya kesempatan( opportunity ) Dekan untuk memimpin para pegawai Fakultas Ekonomi sebagai pimpinan puncak dalam organisasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari masa jabatan yang diberikan kepada Dekan untuk memimpin Fakultas Ekonomi USU. Adanya informasi yang berasal dari satu sumber dapat membuat pegawai berfokus pada informasi yang diterimanya dengan jelas. Dalam Fakultas Ekonomi Dekan selaku pimpinan tertinggi akan memberikan informasi yang jelas terkait adanya ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan oleh pegawai, juga tentang harapan visi dan misi yang akan dicapai. Informasi yang berasal dari satu sumber ini membuat setiap individu pegawai Fakultas Ekonomi USU melakukan dan berusahan untuk mewujudkan visi dan misi yang seragam yang akan sudah ditetapkan sebelumnya. Dari pemaparan tentang peranan pimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai penulis dapat mengambil inti pemaparan diatas adalah bahwa peranan Dekan Fakultas Ekonomi untuk meningkatkan kinerja pegawai Fakultas Ekonomi sangat berpengaruh besar terhadap kinerja pegawai, dengan adanya kehadiran Dekan maka informasi tentang kerja yang akan dilakukan pegawai akan semakin jelas karena berasal dari satu sumber informasi.
63
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan penulis pada objek yang diteliti yaitu kinerja pegawai Fakultas Ekonomi sudah berjalan sesuai standar yang ditatapkan oleh pimpinan teratas atau Dekan.
64
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari pengamatan dan pembahasan diatas maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan : 1. Peranan pimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara merupakan faktor yang sangat memengaruhi peningkatan kinerja para pegawai yang berdampak pada peningkatan kinerja dan loyalitas pagawai terhadap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Peranan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dalam meningkatkan kinerja pegawai telah dilakukan dengan sangat baik sesuai dengan pedoman yang harus dilaksankan oleh seorang Dekan dalam memimpin pegawai. Hal ini dapat dilihat dari pembahasan mengenai hal – hal yang diusahakan oleh Dekan dalam memotivasi para pegawai untuk dapat melakukan tugasnya masing – masing dengan semangat serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya. Dengan demikian loyalitas yang tinggi, para pegawai dapat melakukan aktivitasnya masing – masing dengan disiplin dan sesuai dengan apa yang diinginkan Dekan juga Fakultas.
65
Universitas Sumatera Utara
3. Dekan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara juga melakukan peranannya dengan baik dalam menghadapi berbagai kendala – kendala dalam meningkatkan kinerja pegawai Fakultas Ekonomi USU. Dalam hal ini dapat dilihat dengan cara yang telah dilakukan pimpinan tersebut berkomunikasi dengan pegawai yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, selain itu adanya aliran komunikasi yanag satu arah membuat pegawai melakukan tugasnya berdasarkan informasi yang jelas yang berasal dari satu sumber. 4. Dengan adanya kehadiran Dekan pada Fakultas Ekonomi adalah adanya saluran informasi yang jelas terkait masalah pekerjaan dari satu sumber.
4.2 Saran Dari pembahasan masalah dan kesimpulan yang telah didapat, penulis menajukan saran untuk Dekan
yang nantinya akan bermanfaat untuk
mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 1. Dekan harus selalu menjaga kestabilan kinerja pegawai. 2. Dekan harus dapat menjaga komunikasi yang baik terhadap bawahan. 3. Sebaiknya Dekan menganggap atau memperlakukan pegawai adalah rekan kerja yang saling membutuhkan , dengan hal ini diharapkan pegawai bekerja tidak merasa tegang apabila berkomunikasi atau berurusan dengan Dekan.
66
Universitas Sumatera Utara