[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Transportasi di Indonesia dan Permasalahannya 3.1.1 Gambaran Transportasi di Indonesia Sistem transportasi di Indonesia dipengaruhi oleh sistem aktifitas dan sistem jaringan. Sistem aktifitas diantaranya adalah pertambahan penduduk yang disebabkan oleh arus urbanisasi dan aktifitas sosial penduduk. Sistem jaringan yang mempengaruhi sistem transportasi adalah jalan, kendaraan, rek kereta, pelabuhan, teminal dan bandara. Adanya sistem aktifitas yang didukung dengan sistem jaringan sehingga menimbulkan pergerakan atau ternasportasi. Jenis transportasi di Indonesia adalah transportasi darat berupa oriebtasi pada jalan raya dan rel kereta api, transportasi udara, dan transportasi laut. Pengguna jasa angkutas kereta api saat ini semakin maningkat. Peningkatan penumpang kereta api tidak diimbangi dengan peningkatan pengembangan jaringan danteknologi perkeretaapian yang sesuai dan sumber daya manusia yang memadai, sehingga
mengakitkan
terjadinya
kecelakaan.
Menurut
Ditjen
Perkeretaapian
Kementerian Perhubungan, setiap tahun terjadi kecelakaan kereta api 90 hingga 150 kasus. Penyebab kecelakaan utama adalah faktor manusia (human eror) yaitu sebanyak 35% dan faktor sarana sebanyak 25 % sisanya adalah karena faktor prasarana, alam dan eksternal.(http://berita.liputan6.com/daerah/201010/299324/Jumlah.Kecelakaan.KA.Mas ih.Tinggi. diakses 18 Novemebr 2010). Pemerintah saat ini masih dalam tahap pengembangan kualitas pelayanan perkeretaapian dengan penerapan sistem kereta api dengan teknologi yang lebih baik. Skala pelayanan kereta api saat ini juga masih terbatas di Pulau Jawa dan Sumatera padahal kereta api merupakan angkutan yang istimewa dengan jalur khusus bebas hambatan. Pelayanan angkutan penyeberangan saat ini telah semakin diperluas. Peran kapal laut sebagai alat penyebrangan saat ini telah digantikan oleh adanya jembatan penyebrangan. Jembatan penyebrangan telah melayani dan menghubungkan antar pulau dengn jarak yang relatif jauh. Semakin jauhnya jarak angkutan penyeberangan ini harus diiimbangi dengan peningkatan kualitas khususnya keselamatan pengguna. Jembatan III - 1 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Sura Madu yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura merupakan contoh perkembangan jaringan penyebrangan yang mampu menggantikan peran kapal penyebrangan. Daya saing angkutan laut Indoneisa masih lemah dibandingkan angkutan laut dari negara lain. Lemahnya daya saing pelayaran nasional disebabkan karena ukuran armada yang relatif kecil, umur armada tergolong lebih tua dibanding armada asing, dan lemahnya dukungan finansial untuk usaha pelayaran. Pelayanan udara pada saat krisis moneter menyebabkan biaya operasional perusahaan penerbangan cukup tinggi karena biaya operasional perusahaan penerbangan sangat dipengaruhi kurs dolar. Kenaikan kurs dolar mengakibatkan pengurangan jumlah pesawat yang beroperasi. Angkutan udara mulai naik kembali pada saat pasca krisi ekonomi tapi persaingan tarif yang ketat menyebabkan perusahaan penerbangan menurunkan kualitas pelayanan. Penurunan kualitas pelayanan ini menyebabkan penurunan tingkat keamanan dan keselamatan penumpang. Pergerakan ekonomi, jaringan distribusi dan sistem logistik dan jasa di Indonesia masih sangat tergantung pada sistem jalan raya. Sistem jalan raya juga sangat dibutuhkan untuk pergerakan penumpang intra dan antar wilayah. Mobilitas ekonomi tergambar dari tingkat prasarana transportasi seperti jalan. Kerusakan jalan akan menyebabkan timbulnya biaya ekonomi dan biaya sosial yang besar. Kondisi jaringan jalan nasional pada saat ini dalam keadaan kritis akibat sistem pengelolaan yang kurang baik dan faktor pembiayaan. Pelayanan jalan masih tergolong kurang karena inefisisensi manajemen, kurangnya kualitas pengawasan dan pelaksanaan serta overloading. Sistem transportasi penduduk di Indonesia disebabkan oleh aktifitas penduduk yang bergerak secara commuter, jenis pergerakan inilah yang mendominasi pergerakan penduduk di kota-kota besar Indonesia. Commuter merupakan pergerakan bolak-balik penduduk pada saat menuju pusat aktifitas dan kembali saat aktifitas telah selesai dan harus kembali ke rumah. Pergerakan yang terus-menerus seperti ini myang mengakibatkan tingkat pergerakan semain tinggi. Penduduk yang berorientasi kegiatan di kota-kota besar lebih memilih pergerakan secara commuting karena mereka lebih memilih bertempat tinggal di daerah pinggiran karena harga tanah yang lebih terjangkau dibanding di dekat pusat aktifitas. Pergerakan ini juga didukung dengan kemudahan untuk memiliki kendaraan pribadi, sehingga semakin banyak penduduk yang berIII - 2 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
commuting maka semakin tinggi pergerakan dan semakin banyak kuantitas kendaraan di jalan raya. Pergerakan semakin tidak terkendali akibat tidak terkenadalinya pertambahan dan persebaran penduduk. Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar Indoensia diakibatkan oleh arus urnanisasi yang tidak dapat dikendalikan dan juga karena faktor fertilitas penduduk atau kelahiran. Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan
permasalahan kompleks. Pemerintah semakin sulit untuk
mengawasi dan mengendalikan kondisi tersebut. Lemahanya pengawasan pemerintah dan tindak tegas oleh pemerintah menjadikan penduduk bergerak bebas tanpa ada batasan. Kesadaran penduduk yang masih kurang mengenai dampak dari urbanisasi juga semakin memperparah kondisi kehidupan di kota. Pertambahan penduduk yang tidak berorientasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan transportasi memadai menimbulkan akan menimbulkan masalah. Penduduk lebih memilih memnggunakan kendaraan pribadi dibanding angkutan publik. Sikap penduduk seperti ini akibat minimnya tingkat keamanan dan kenyamanan angkutan publik dan angkutan publik masih dinilai tidak efektif dan efisien. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya jumlah pemilik kendaraan pribadi yang berorientasi pada prasarana jalan raya. Tingginya jumlah pemiliki kendaraan pribadi ini didukung oleh kemudahan untuk mendapatkan kendaraan pribadi dengan sistem kredit. Tidak ada tindakan dari pemerintah untuk membatasi kepemilikan kendaraan pribadi. Trasnportasi jalan raya merupakan prasarana yang banyak dimanfaatkan oleh pemiliki kendaraan pribadi. Apabila kapasitas jalan raya sudah tidak dapat menampung volume kendaraan, maka akan terjadi permasalahan lalu lintas seperti kemacatan. Kemacatan lalu lintas di Kota Jakarta contohnya. Kemacatan di Jakarta mengakibatkan sistem transportasi tidak teratur serta berdampak negatif pada kondisi sikologis pengguna jalan. Penduduk Jakarta memiliki tingkat stres dan ketegangan sangat tinggi dan salah satu penyebabnya adalah kemacatan lalul lintas. Pemerintah saat ini telah menerapkan sistem transportasi terpadu pada jalur darat yang mampu mengintegrasi multi moda dan aksesbilitas tinggi salah satunya adalah TransJakarta. Penerapan TransJakarta juga memiliki hambtan yaitu tingkat kseadaran
III - 3 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
masyarakat tergolong masih rendah tentang pentingnya mendukung progran pemerintah ini. 3.1.2 Permasalahan Transportasi Masalah trasnportasi pada umumnya diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin tidak terkendali. Ledakan penduduk terjadi akibat kegiatan urbanisasi yang tidak terkendali. Menurut Hariyono:2001, urbanisasi adalah proses terbentuknya ciri-ciri kota yang kompleks yang disebabkan oleh perpindahan penduduk dari suatu daerah non urban manuju daerah urban. Faktor-faktor terjadinya urbanisasi adalah adanya faktor penarik (pull factors) dan faktor pendorong (push factors). Faktor penarik merupakan faktor penyebab yang berasal dari daya tarik kota yang menyebabkan penduduk desa tertarik datang ke kota. Faktor penarik diantaranya adalah kegiatan industrialisasi yang membuka peluang tenaga kerja dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, tersedianya fasilitas penunjang kenyamanan hidup serta mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya dengan tingkat kemakmuran tinggi pula. Faktor pendorong merupakan faktor penyebab yang berasal dari daerah asal dan mendorong penduduk untuk berurbanisasi ke kota. Faktor pendorong tersebut diantaranya adalah minimnya peluang kerja atau pencaharian di Desa dan terbatasnya fasilitas pendukung untuk kenyamanan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi berdampak pada seluruh aspek di perkotaan dan salah satunya adalah pada sistem transportasi kota. Masalah transportasi yang sering terjadi di daerah perkotaan adalah tentang cara pemenuhan permintaan perangkutan yang semakin meningkat dan tanpa menimbulkan kemacatan lalu lintas. Kemacatan terjadi akibat ketidakseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan volume lalu lintas. Kemacatan lalu lintas merupakan dasar dari adanya masalah lainnya seperti kesemerawutan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas, ketegangan psikis pengguna jalan. Ciri dari kemacatan lalu lintas adalah laju kendaraan tidak dapat mencapai kecepatan yang sesuai dengan rancangan jaringan jalan. Kemacatan lalu lintas mempengaruhi kondisi psikis pengguna jalan yaitu tingkat stres dan kejenuhan yang tinggi. Kecelakaan lalu lintas akibat kemacatan di Indonesia telah menjadikan Indonesia negara dengan kecelakaan peringkat 1 di ASEAN dan kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 2 di Indonesia. Presentase kecelakaan di Indonesia telah mecapai III - 4 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
presentase lebih dari 67% menurut Dirjen Kementerian Perhubungan Darat. (http://www.poskota.co.id/berita-terkini diakses tanggal 19 November 2010) Padatnya volume kendaraan bermotor juga berdampak pada kondisi lingkungan. Bahan bakar dan teknologi kendaraan yang digunakan tidak ramah lingkungan seperti bahan bakar solar dari jenis mesin disel dapat menghasilkan gas buang berupa kuarbon. Gas polutas dari pembakaran bahan bakar fosil ini dapat menjadi polusi udara. Gas karbon monoksida (CO) merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pemanasan global saat ini menjadi salah satu isu global yang gempar dibicarakan dan penyebabnya adalah karena kegiatan manusia. Kegiatan manusia penyebab pemanasan global adalah kegiatan industri dengan limbahnya yang menghasilkan gas rumah kaca dan akibat pembakaran bahan bakar fosil. Kualitas lingkungan di perkotaan saat ini semakin mengalami degradasi. Daya dukung lingkungan yang semakin rendah akibat kegiatan manusia tersebut dapat menimbulkan dampak yang dapat merugikan. Kerugian tersebut adalah banyak munculnya bencana alam dan pola kehidupan makhluk hidup. Terhambatnya aktifitas akibat kemacatan lalu lintas dapat mengakibatkan hilangnya oportunity cost, sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Kegiatan penduduk pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masing-masing masyarakat. Penduduk bepergian untuk menjalankan pekerjaannya adalah demi mendapatkan uang. Kemacatan lalu lintas di Kota Jakarta telah bearada pada kondisi yang sangat kritis. Jumlah kecelakaan lalu lintas di Jakrta pada tahun 2009 mencapai 6.896 kasus dan meningkat
7,51
persen
dari
6393
kasus
pada
tahun
sebelumnya.(
http://kabar.in/2009/jawa/dki-jakarta/12/30/news-kecelakaan-lalin-di-jakarta-naik-75persen.html, diakses tanggal 18 November 2010). Penanganan masalah kemacatan perlu direncanakan sistem transportasi secara terpadu dan komprehensif agar menjadi efektif dan efisisien.
III - 5 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
3.2 Sistem Transportasi Busway “Transjakarta” di Kota Jakarta Kota Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar dan terpadat di Asia Tenggara. Karakteristik kota metropolitan yaitu memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi dengan jumlah penduduk yang tinggi juga. Tingginya jumlah penduduk di Kota Jakarta mengakibatkan semakin beragamnya moda transportasi yang digunakan. Penduduk Kota Jakarta lebih memilih penggunaan kendaraan pribadi dibanding untuk menggunakan moda transportasi publik, sehingga kapasitas jalan semakin tidak mampu menampung kuantitas kendaraan. Pilihan penduduk Kota Jakarta terhadap kendaraan pribadi dibanding moda transportasi publik karena kuantitas angkutan publik lebih kecil dibanding dengan kuantitas pengguna. Selain itu kualitas pelayanan, keamanan dan kenyamanan
transportasi
publik
masih
minim.
Problematika
tersebut
yang
mengakibatkan terjadinya masalah kemacatan di Kota Jakarta , sehingga perlu adanya moda transportasi terpadu dan berkelanjutan. 3.2.1 Sistem Jaringan dan Manajemen TransJakarta Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi tingginya tingkat kemacetan dengan menerapkan sistem transportasi terpadu, sehingga terciptanya sistem transportasi yang efisien dan efektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengadakan alat transportasi publik adalah Busway atau TransJakarta. TransJakarta merupakan sarana transportasi makro bagi penduduk Jakarta dengan jalur khusus bebas hambatan dan sebuah sistem transportasi bus cepat. Sistem TransJakarta didasarkan pada sistem Transmilenio di Bogota-Kolombia dan keberhasilan Bus Rapid Transit di Kota Curitiba-Brazil. Berdasarkan SK. Gubernur No. 84 Tahun 2004, secara umum kebijakan Pemda tentang penerapan sistem BRT tersebut meliputi dua sistem yang menjadi tulang punggung pengembangan wilayah perkotaan, yaitu : a. Sistem angkutan umum dengan melakukan promosi terhadap pengguna angkutan umum, meliputi : 1) Mengembangkan tingkat dan jenis pelayanan yang diberikan angkutan umum. 2) Mengintegrasi sistem transportasi meliputi-moda untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan. III - 6 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
3) Memanfaatkan sistem angkutan umum yang ada. b. Sistem jaringan jalan dengan melakukan pengurangan tingkat kemacetan lalu lintas, meliputi : a. Mengembangkan sistem jalan arteri. b. Meningkatkan efesiensi penggunaan kapasitas jalan. c. Menekan demand lalu lintas yang berlebihan dengan penerapan manajemen kebutuhan transportasi. Harga tiket TransJakarta telah disubsidi oleh pemerintah agar dapat terjangkau oleh masyarakat. Dalam sistem busway ini terdapat persyaratan pelayanan bagi penumpang yang didasar pada kondisi-kondisi sebagai berikut : a. Kemudahan skases untuk angkutan umum. b. Keamanan. c. Ruang tunggu yang nyaman bagi penumpang dan terlindungi dari cuaca. d. Waktu tunggu yang nyaman bagi penumpang dan terlindungi dari cuaca. e. Kualitas pelayanan yang cukup tinggi selama perjalanan. f. Stasiun atau halte pemberangkatan maupun perhentian yang aman. g. Ketersediaan informasi. Trans Jakarta mulai dioperasikan sejak awal tahun 2004. TransJakarta merupakan penerapan dari sistem Bus Rapid Transit (BRT). Secara umum pengembangan sistem jaringan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kesetaraan pelayanan terhadap seluruh masyarakat. Sistem transportasi umum yang efisien dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan mampu memberikan alternatif terpisah masyarakat, khususnya di wilayah DKI Jakarta. Visi dalam penerapan TransJakarta adalah untuk terwujudnya Jakarta sebagai ibukota yang manusiawi, efisien dan berbudaya saing global dan sejajar dengan kota-kota lain di dunia serta menciptakan trasnportasi umum yang efisien dan mampu memberikan alternatif terbaik bagi masyarakat dalam melakukan perjalanan. Misi TransJakarta untuk menunjang visi tersebut. Misi TransJakarta yaitu : a. Mempromosikan dan meningkatkan penggunaan angkutan umum oleh warga Jakarta b. Mengembangkan dan memberikan tingkat pelayanan angkutan umum modern yang prima sebagaimana layaknya kota-kota besar di dunia III - 7 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
c. Mengintegasikan sistem transportasi multi-moda untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan perjalanan penduduk d. Melalui tranportasi yang baik, akan menumbuhkan budaya disiplin TransJakarta yang dikenal dengan sebutan “TiJe” ini menggunakan jalur khusus yang berada di jalan arteri dan memisahkan 2 jalur yang berbeda arah. Jalur transjakarta merupakan jalur khusus yang tidak boleh dilewati kendaraan lainnya termasuk bus selain TransJakarta. Terdapat halte tempat pemberhentian bis yang berfungsi sebagai lokasi keluar masuknya penumpang yang dinamakan Shalter. Pos pemberhentian (Shalter) tersebut juga berfungsi sebagai lokasi transit untuk menggunakan bis yang mengarah pada tujuan yang berbeda. Halte TransJakarta ini berbeda dengan halte bus biasa karena terletak di tengah jalan arteri. Terdapat fasilitas lift pada halte tertentu. Untuk mencapai halte bus, dilengkapi dengan jembatan penyebrangan yang berada di atas jalan arteri Kota Jakarta. Fasilitas jembatan penyebrangan yang menuju halte busway memberikan kemudahan pengguna untuk menuju halte tersebut. Hal ini terlihat bahwa fasilitas pejalan kaki juga menjadi pendukung dari pelayanan bus TransJakarta. TransJakarta diterapkan untuk menciptakan suatu sistem jaringan yang terpadu, efisien dan efektif dari operasional dan ekonomi. Bus “priority” ini didukung dengan pelayanan jaringan trayek pengumpan (feeder lines service) yang saling terintegrasi satu dengan lainnya. Terdapat 8 koridor pada awal penerapannya di Jakarta dan setiap bus memiliki rute berbeda. Koridor dibagi dalam 2 jenis yaitu koridor dengan jalur 2 arah dan lingkaran 1 arah serta dilengkapi dengan halte di Kota Jakarta yang berjumlah 20 titik Halte dengan jarak antar halte adalah 650 m. Koridor busway tersebut yang masingmasing saling berhubungan dan memiliki lokasi tujuan yang berbeda. Koridor tersebut adalah :
Koridor 1
: Tujuan Stasiun Kota
Koridor 2
: Tujuan Terminal Pulo Gadung
Koridor 3
: Tujuan Terminal Kali Deres
Koridor 4
: Tujuan Terminal Pulo Gadung
Koridor 5
: Tujuan Ancol
Koridor 6
: Tujuan Ragunan
III - 8 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Koridor 7
: Tujuan Terminal Kampung Rambutan
Koridor 8
: Tujuan Terminal Lebak Bulus
Sustainable Transportation
Gambar 3.1 Rute Busway Trans Jakarta Sumber : http://www.rutebusway.com/data/rutebusway.com.pdf iaks s tan al op m r 21:50:20
Berdasarkan gambar rute busway di atas dapat diketahui, TransJakarta memiliki jalur yang saling berhubungan dan memiliki rute yang spesifik untuk setiap jenis bus pada setiap koridor. Jalur-jalur tersebut dihubungkan dengan shalter (halte khusus busway) yang akan menghubungkan dengan jalur lainnya. Terlihat sistem jaringan Trans Jakarta cukup terpadu, karena langsung menghubungkan ke koridor-koridor dengan III - 9 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
mempertimbangkan tingkat mobilitas tertinggi penduduk dan menghubungkan dengan moda transportasi lainnya seperti pada jalur menuju Terminal Kampung Rambutan, Terminal Kalideres, Terminal Lebak Bulus dan Terminal Pulo Gadung. Jalur TransJakarta yang langsung menuju terminal-terminal tersebut dapat menghubungkan dengan moda transportasi bus antar kota dan antar provinsi. TransJakarta juga menuju Stasiun Kota pada koridor 1, sehingga dapat menghubungkan dengan moda transportasi kereta api. Dengan adanya TransJakarta, penduduk memiliki aksesbilitas yang tinggi dengan sistem transportasi terpadu dan mampu mengintegrasi antar jenis moda. Kemudahan aksesbilitas tresebut dapat berpotensi meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan kemudahan untuk mobilisasi. TransJakarta cukup efektif untuk mengatasi kemacetan karena fasilitasnya yang aman dan nyaman dapat menjadi daya tarik bagi penduduk untuk lebih menggunakan busway dari pada kendaraan pribadi. Penggunaan moda transportasi pribadi menjadi semakin tidak nyaman karena jumlahnya yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan kualitas prasarana yang menunjang. TransJakarta juga lebih efisien dibanding trasnportasi publik lainnya karena, harganya yang cukup terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dan hanya membutuhkan uang sebesar Rp 3.500,00 penduduk Jakarta dapat berkeliling kota tersebut. Hal inilah yang menjadikan Trans Jakarta sebagai moda transportasi publik yang terpadu, efektif dan efisisen untuk mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Jakarta. Berdasarkan SK. Gubernur No. 84 Tahun 2004, rencana sistem Tran Jakarta adalah dengan menyediakan 15 koridor bus hingga tahun 2010 dengan total panjang 160 Kilometer. Rencana koridor tersebut adalah : 1. Kota - Blok M 2. Pulo Gadung – Harmoni 3. Kalideres – Harmoni 4. Warung Jati- Imam Bonjol 5. Kampung Melayu – Ancol 6. Kampung Rambutan – Kampung Melayu 7. Pulo Gadung – HI 8. Pasar Minggu – Manggarani 9. Kampung Melayu – Roxy III - 10 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
10. Tomang – Harmoni – Pasar Baru 11. Senayan – Tanah Abang 12. Pulo Gebang – Kampung Melayu 13. Lebak Bulus – Kebayoran Lama 14. Kali Malang – Blok M 15. Cileduk – Blok M Pemda DKI Jakarta telah menyiapkan 82 unit armada bus dengan kapasitas sebesar 85 orang. Operator untuk menyediakan bus dan pramudi TransJakarta adalah PT. Jakarta Ekspress Trans (PT. JET). Kapasitas tampung bus adah 30 tempat duduk dan 55 untuk berdiri. Bus yang digunakan sebagai bus TransJakarta adalah bus Mercedes-Benz dan Hino yang berbahan bakar bio solar. Bio solar merupakan bahan bakar kendaraan yang cukup ramah lingkungan. Warna bus adalah merah dan kuning disertai dengan gambar elang bondol dan salak pada bagian eksterior. Bus berwarna biru dan putih berada pada koridor 2 dan koridor 3 menggunakan bus Daewoo berbahan bakar gas yang didatangkan dari Korea Selatan.(http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126797-S5699-Analisis%20perilaku Analisis.pdf, diakses tanggal 13 November 2010)
Gambar 3.2 Bus TransJakarta dan Halte
Bus TransJakarta dibangun menggunakan bahan-bahan tahan api, sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Kerangka bus menggunakan Galvanil, sejenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat. Bus TransJakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lainnya, sehingga untuk masuk ke dalam bus harus melalui Shalter. Pintu bus TransJakarta menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari panel pramudi. Mekanisme pembuka pintu di koridor 2 dan 3 adalah sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam III - 11 | P e m b a h a s a n
Sustainable Transportation
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
tertentu. Terdapat fasilitas informasi untuk penumpang berupa papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pramudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal. TransJakarta juga dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penumpang yaitu 8 palu pemecah kaca yng terpasang di beberapa bingkai jendela dan 3 pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk evakuasi cepat serta
dua
tabung
pemadam
api
di
bagian
depan
dan
belakang.
(http://wartaglobal.com/latest/106-transjakarta-busway.pdf, diakses 13 November 2010). TransJakarta memiliki pelayanan untuk operasional perangkutannya mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 22.00 WIB. Pemberangkatan operasi TransJakarta pada jam sibuk adalah selama 2 menit dan pada jam normal adalah selama 3 menit. Terjadi Lay Over Time di terminal Blok M dan terminal Kota selama 5 menit. Trans Jakarta memiliki waktu tempuh (one-way) rata-rata selama 45 menit dan ritase per hari sebesar 420 rit. Kecepatan maksimum busway ini adalah 50 km/jam dengan sistem headway (pengaturan interval keberangkatan bus). 3.2.2 Keunggulan TransJakarta TransJakarta merupakan moda angkutan publik yang berbeda dengan moda angkutan publik lainnya. Sistem pelayanan dan fasilitasnya yang lebih lengkap dan lebih bersahabat menjadikan TransJakarta memiliki tingkat kenyamanan yang lebih dibanding dengan moda lainnya. Pelayanan transportasi makro ini memiliki keunggulan pada aspek sosial ekonomi dengan fasilitas pendukungnya untuk kemudahan akses pergerakan masyarakat.
Keunggulan-keunggulan
tersebut
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Busway TransJakarta memiliki keunggulan dibanding moda transportasi lainnya seperti bus kopaja yang memiliki skala pelayanan tidak jauh berbeda dengan Trans Jakarta. Keunggulan Trans Jakarta dibanding bus Kopaja dapat dijelaskan pada tabel 3.1 berikut.
III - 12 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Tabel 3.1 Tabel Keunggulan TransJakarta Dibanding Kopaja Berdasarkan Fasilitas Fasilitas
Halte
Fisik Moda
Jalur Lintasan
III - 13 | P e m b a h a s a n
Kopaja
Trans Jakarta
Halte atau tempat pemberhentian bus kopaja sangat tidak nyaman untuk para penumpang karena halte tidak dapat menampung banyak orang dan letaknyaa tidak aman yang berada di trotoar. Kenyamanan di halte bus tersebut sangat rendah karena tidak memiliki standar pelayanan yang memadai untuk calom penumpang bus. Kopaja tidak memiliki halte khusus untuk calon penumpang sehingga tidak hanya calon penumpang kopaja saja yang berada di halte tapi juga moda angkutan lainnya.
TransJakarta memiliki Halte khusus untuk calon penumpang. Halte (Shalter) ini dilengkapi dengan fasilitas publik seperti ruang tunggu yang nyaman dan informasi arah tujuan untuk pengguna. Letaknya yang berada di tengah jalan arteri ini terdapat fasilitas pendukung berupa jembatan penyebrangan yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki.
Bus kopaja memiliki fisik yang sudah tidak layak guna karena bodi yang sudah tidak kokoh dan masih digunakan dengan kapasitas penumpang yang berlebihan. Penumpang harus berdesak-desakan untuk mendapatkan kursi dan harus berdiri tanpa ada fasilitas pendukung bagi penumpang.
TransJakarta dirancang dengan bahan yang anti api dan mampu menampung hingga 50 orang. Busway dilengkapi dengan kursi yang nyaman dan pegangan gantung untuk para penumpang yang berdiri, sehingga penumpang dapat merasa nyaman dan aman dalam perjalanan.
Kopaja tidak memiliki jalur khusus. pengemudi kopaja yang tergolong melanggar peraturan karena kebutkebutan, sehingga bus ini banyak memakan jalan. Kopaja bebas untuk memotong jalan dan kebut-kebutan karena jalurnya yang menjadi satu dengan kendaraan lainnya, sehingga kopaja banyak merugikan pengguna jalan lainnya. Kopaja merupakan angkutan yang tidak taat peraturan lalu lintas karena kopaja terbiasa berhenti di sembarang tempat untuk mengangkut dab menurunkan penumpang. Kecepatan kemudi dari kopaja cenderung di melebihi batas maksimal.
TransJakarta dengan sistem terpadunya memiliki jalur khusus yang terorganisir dengan baik. Jalur khusus busway berada di tengah jalan arteri dan terdapat pembatas untuk jalur kendaraan umum lainnya. Busway merupakan angkutan publik yang bebas hambatan dan tidak mengganggu pergerakan moda transportasi lainnya. Dengan adanya jalur khusus, busway memiliki aksesbilitas tinggi dan lebih menghemat waktu karena tidak terjebak macet saat jam puncak aktifitas kendaraan di Jakarta. Transportasi terpadu ini memiliki akses terhadap moda angkutan lainnya seperti kreta api dan bus antar provinsi dan dilengkapi dengan sistem perjalanan yang baik. Halte busway (shalter) menjadi tempat naik turunnya penumpang yang sudah ditentukan.
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Fasilitas
Keamanan
Ramah Lingkungan
Kopaja
Sustainable Transportation
Trans Jakarta
Kopaja memiliki tingkat keamanan yang rendah karena pengemudi yang kebut-kebutan dan tidak terdapat petugas keamanan yang memantau. Sering terjadi tindak kriminal di dalam bus kopaja sehingga tingkat kewaskapadaan penumpang sangat tinggi.
Terdapat petugas keamanan yang khusus untuk menjaga kondisi penumpang di dalam busway maupun di halte, sehingga tindak kriminal dapat diantisipasi. Tabung pemadam api, palu, dan pintu darurat juga tersedia di dalam bus untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.
Kopaja merupakan moda dengan mesin diesel dan menggunakan bahan bakar solar. Bahan bakar solar merupakan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan karena mesin disel mengeluarkan asap pembuangan yang dapat mencemari lingkungan. Kopaja merupakan moda angkutan publik yang tidak ramah lingkungan, sehingga bukan merupakan jenis trasnportasi yang berkelanjutan
TransJakarta menggunakan bahan bakar bio gas dan gas yang dirancang khusus untuk busway. Bahan bakar tersebut tergolong ramah lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampat pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar fosil. Transportasi ramah lingkungan seperti ini merupakan transportasi yang berkelanjutan
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui keunggulan TransJakarta sebagai sistem trasnportasi terpadu dibandingkan moda angkutan umum sebelumnya yaitu bus kopaja. Secara umum yang membedakan antara TransJakarta dan bus kopaja adalah fasilitas dan sistem pergerakannya. Fasilitas halte, fisik moda, jalur lintasan, keamanan, dan ramah lingkungan. Angkutan publik yang memiliki fasilitas penunjang yang baik akan memberi kenyamanan penumpang dalam perjalanannya. TransJakarta juga memiliki aksesbilitas tinggi untuk pergerakan dan sistem trasnportasi yang terpadu mengintegrasi moda angkutan lainnya seperti kereta api, motor dan bus antar provinsi. TransJakarta memberikan kesetaraan dalam penyediaan fasilitas untuk seluruh lapisan masyarakat dan biayanya cukup terjangkau. Busway dapat dikatakan terjangkau karena moda ini menerapkan kebijakan tarif tunggal. Untuk sekali naik, hanya memerlukan uang sebesar Rp 3500,00 dan gratis untuk berganti koridor. Dengan uang Rp 3500,00 penumpang dapat berjalan menyusuri semua koridor tanpa harus mengeluarkan uang untuk menuju koridor lainnya. JakCard merupakan sistem pembayaran yang saat ini diterapkan untuk kartu berlangganan penumpang TransJakarta. Kartu ini seperti creditcard yang pembayarannya akan diakumulasikan perbulannya, sehingga memberikan kemudahan bagi penumpang untuk berlangganan TransJakarta. Teknologi ramah lingkungan yang III - 14 | P e m b a h a s a n
Sustainable Transportation
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
diterapkan pada busway dapat meminimalisasi dampak polusi udara terhadap lingkungan. TransJakarta juga melayani perjalanan wisata khusus siswa-siswi. Program tersebut menjadikan busway merupakan salah satu sarana pembelajaran yang baik bagi anak-anak. Siswa-siswi dapat belajar bagaimana cara melakukan perjalanan yang baik menggunakan bus TransJakarta. Pembelajaran sejak dini seperti ini perlu dikembangkan agar sejak kecil anak-anak mengerti bagaimana melakukan perjalanan yang baik dan mentaati peraturan yang ada. Seperti kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswi KB-TK Islam Al- Azkar pada tanggal 23 April 2009. Mereka dapat belajar langsung di lapangan bagaimana cara melakukan perjalanan dan mentaati peraturan TransJakarta. Program ini perlu lebih dikembangkan sebagai sarana pengetahuan di luar sekolah yang sangat baik. (http://minrifatillah.blogspot.com/2009/04/senangnya-naik-busway.html, diakses tanggal 18 November 2010)
Gambar 3.3 Berwisata Sambil Belajar Naik Busway
Sistem
transportasi
TransJakarta
merupakan
sistem
transportasi
yang
berkelanjutan, sebab sistem transportasi ini danapat mengakomodasikan aksesbilitas secara maksimal dengan dampak negatif seminimal mungkin. Pengurangan dampak negatif dapat diupayakan melalui penggunaan teknologi ramah lingkungan yaitu energi dan alat angkut yang dapat meminimalisasi polusi. TransJakarta juga menciptakan kesetaraan pelayanan pada seluruh lapisan masyarakat.
III - 15 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
3.2.3 Kendala Penerapan TransJakarta Kendala merupakan suatu hambatan dalam suatu proses untuk tercapainya suatu tujuan. Kendala dalam penerapan TransJakarta untuk menciptakan sistem transportasi yang dapat didukung oleh masyarakat adalah dipengaruhi oleh faktor pengawasan pemerintah setempat, human eror, dan kesadaran dari masyarakat Jakarta. a. Human Eror Human eror sebagai salah satu faktor kendala penerapan TransJakarta merupakan faktor kesalahan yang berasal dari kesalahan manusia secara teknis. 1) Masih banyak kasus kecelakaan oleh busway sejak Januari sampai Juni 2010 telah tercatat 258 kecelakaan oleh busway dan menyebabkan 10 orang meninggal. Sejak bulan Januari-Juni telah tercatat 222 pramudi busway melakukan pelanggaran. Kecelakaan TransJakarta pada tanggal 30 Juli 2010 menyebabkan seorang siswa usia 14 tahun bernama Angga Purwanto. Penyebab kecelakaan pada jalur TransJakarta adalah karena penyerobotan jalur TransJakarta, pejalan kaki yang menyeberang tidak pada jembatan penyeberangan dan pramudi yang melanggar standar operasional prosedur. (http://akuindonesiana.wordpress.com/2010/07/31/dalam-enam-bulaterjadi-258-kecelakaan-yang-melibatkan-bus-transjakarta/, diakses tanggal 18 November 2010). 2) Peristiwa kebakaran bus TransJakarta gandeng pada jalur TransJakarta koridor Kampung Melayu-Ancol pada tanggal 29 Desember 2009. Kebakaran tersebut terjadi akibat bus tidak sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) karena tidak ditemukan alat pemadam kebakaran di dalam
bus
tersebut.(
http://bataviase.co.id/detailberita-10469392.html,
diakses pada tanggal 19 November 2010). BLU (Badan Layanan Umum) TransJakarta kurang bertindak tegas terhadap operator karena pihak BLU tidak serius dalam pembayaran biaya operasional. Kejadia seperti ini akan mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kulitas pelayanan TransJakarta. Masyarakat pada awalnya berfikir busway merupakan sarana transpportasi publik yang aman dan nyaman menjadi sesuatu yang berbahaya yang dapat mengancam keselamatan mereka.hal ini juga akan III - 16 | P e m b a h a s a n
Sustainable Transportation
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
mengakibatkan masyarakat kembali menggunakan kendaraan pribadi yang dianggap lebih aman dari menggunakan busway. b. Pengawasan Pemerintah Setempat dan Badan Terkait Kurangnya pengawasan pemerintah setempat dan badan terkait terhadap operasional dan tingkat keamanan dan kenyamanan TransJakarta masih terjadi. Tidak hanya permasalahan teknis yang kurang dipantau, tapi juga permasalahan sistem pengawasan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan penumpang tergolong masih lalai. Beberapa kasus tentang kurangnya pengawasan pemerintah dan pihak berwenang terkait terhadap busway diantaranya : 1) Pengawasan yang dilakukan BLU masih tergolong rendah terhadap penggunaan bahan bakar TransJakarta. TransJakarta masih dinilai memberikan dampak polusi udara karena belum tercapainya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan yaitu BBG (bahas bakar gas). Permasalahan bulum terwujudnya pemakaian BBG untuk TransJakarta karena adanya kendala untuk sarana penunjang. Seharsunya penggunaan TransJakarta bertujuan
untuk
mengurangi
polusi
udara
di
Kota
Jakarta.
(http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/15/17342617/Tidak.Pakai.B BG..Transjakarta.Dinilai.Tidak.Serius. diakses tanggal 19 November 2010) 2) Kurangnya pengawasan dan tindakan tegas BLU terhadap operasinal TransJakarta yaitu pembayaran operasional yang terlambat sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan TransJakarta. Pengawasan terhadap pramudi
yang
melanggar
juga
http://bataviase.co.id/detailberita-10469392.html,
masih diakses
rendah.( tanggal
19
November 2010). 3) Terjadinya pelecehan seksual di dalam bus pada saat berdesakan. Salah satunya adalah peristiwa tindak asusila yang dilakukan oleh seorang PNS BPKP berinisial DA terhadap dua orang mahasiswi UIN dan Trisakti pada tanggal 2 Agustus 2010 di busway dari halte Cempaka Putih menuju Harmoni. Pelaku segera ditangkap oleh petugas busway dan diserahkan kepada polusi untuk diproses lebih lanjut. Peristiwa ini semakin menjadikan masyarakat khawatir dan dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat III - 17 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
semakin menurun. Akibat peristiwa tersebut saat ini diterapkan aturan untuk memisah penumpang laki-laki dan perempuan pada saat di dalam bus dan pada saat antri karcis. Perlu adanya tindakan dan peraturan tegas untuk menjalankan aturan tersebut agar penumpang dapat merasa aman dan nyaman.(http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=258952, diakses tanggal 19 November 2010) c. Kesadaran Masyarakat Kesadaran masyarakat untuk mentaati dan bersikap disiplin terhadap peraturan lalu lintas khususnya TransJakarta masih tergolong rendah. Masih sering terjadi pelanggaran yang dilakukan pengguna jalan dan penumpang TransJakarta, sehingga berpengaruh terhadap tingkat keamanan perjalanan TransJakarta. Berdasarkan situs (http://news.okezone.com/read/2010/07/23/338/355665/seharipolisi-tilang-2-327-penerobos-jalur-busway, diakses tanggal 19 November), Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dalam Operasi Patuh Jaya 2010 menilang 2.327 pengendara motor yang menerobos jalur busway pada hari ke-10. Tercatat 404 kali pengemudi kendaraan roda empat, angkutan umum metromini dan kopaja sebanyak 290 kali, angkutan truk 77 kali melakukan pelanggaran lalu lintas. Kejadian ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas agar tidak terjadinya kecelakaan. Kurangnya kesadaran masyarakat tersebut juga menjadi penghambat untuk sistem transportasi TransJakarta. Secara umum, kendala dalam operasional TransJakarta adalah kurangnya peningkatan pengawasan BLU dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang kelebihan dari TransJakarta serta mentaati tata tertib lalu lintas. Permasalahan teknis dan keamanan terhadap penumpang dapat berdampak menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja operasional TransJakarta. Menurunnya kepercayaan masyarakat
adapat
mengakibatkan masyarakat kembali menggunakan kendaraan pribadi yang dianggap lebih aman. Hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan busway untuk menangani masalah kemacatan lalu lintas, kerana dengan kembalinya msyarakat menggunakan kendaraan pribadi menyebabkan TransJakarta tidak efektif dan efisien. Kemacatan lalu lintas akan kembali terjadi. III - 18 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Kendala untuk mencegah kemacatan lalu lintas adalah semakin bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi. Untuk medapatkan kendaraan pribadi saat ini cukup mudah dari penawaran produsen kendaraan bermotor dengan pembayaran kredit uang muka rendah. Pemerintah perlu memerikan kebijakan untuk membatasi kepemilikan kendaraan pribadi dengan menaikkan pajak kepemilikan kendaraan agar masyarakat lebih memilih mengguanakan fasilitas publik yaitu TransJakarta. Tidak muda menerapkan kebijakan pemerintah tersebut. Perlu adanya koordinasi yang baik antar pihak terkait dan masyarakat. Perencanaan transportasi yang bertujan unutk kesejahteraan masyarakat perlu melibatkan partisipasi masyarakat agar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan. Tindakan tegas dan disiplin oleh pemerintah dan masyarakat perlu ditingkatkan agar sistem TransJakarta yang sudah cukup baik dalam perencanaannya dapat teraplikasi dengan baik.
3.3 Sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Curitiba-Brazil Kota Curitiba terletak di bagian selatan Negara Brazil yang berjarak 1.081 km dari . Perencanaan pembangunan pertama dari Kota Curitiba disebut dengan perencanaan “Agache”. Perencana kota tersebut adalah seorang warga negara Prancis bernama Alferd Agache. Perencanaan kota berorientasi pada integrasi antar kegiatan dan jenis moda transportasi serta trasnportasi yang ramah lingkungan. 3.3.1
Sistem Transportasi Curitiba Curitiba dulunya adalah kota metropolitan yang memiliki tingkat kemacatan lalu
lintas cukup tinggi di Brazil pada tahun 1970-an karena terjadi ledakan penduduk. Curitiba dapat diubah secara radikal pada masa pemerintahan Walikota John Lerner khususnya pada sistem trasnportasi Curitiba tahun 1990-an. Kemudian berkembang perencanaan sustainable transportation dengan sistem Trinary Road System (RIT). Transportasi yang menyenangkan merupakan keunggulan kota dengan jumlah penduduk 1.710.000 jiwa (data 2003). Menurut Hemanto (2006), perombakan fundamental yang dilakukan Curitiba pertama adalah mengubah desain tata kota dari semula terpusat menjadi linear. RIT merupakan 2 jalur pada jalan arteri yang berlawanan arah dan terdapat dua jalur sekunder yang berada di tengah jalan arteri. Dua jalur sekunder tersebut berfungsi sebagai jalur khusus untuk busway. III - 19 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Penerapan sistem RIT di Kota Curitiba dibangun secara linier dengan menghubungkan permukiman penduduk menuju pusat Kota Curitiba. Sistem transportasi yang dibangun secara linier dapat menghemat energi karena waktu tempuh untuk perjalanan lebih pendek. Penghematan tersebut karena penataan jantung kota gedung komersial, pemerintahan, pendidikan, kegiatan industri dan ekonomi berada di pusat kota sedangkan permukiman terletak di sekitarnya dan terdapat 12 terminal penumpang yang tersebar di seluruh penjuru mata angin. Elemen utama dari jaringan trnsportasi RIT adalah transportasi terpadu yang kompleks tapi sederhana. Trasnportasi di Kota Curitiba 70% menggunakan bus. RIT mengintegrasi lima jenis bus utama yang cukup kompleks, yaitu bus cepat, antar distrik, langsung, pengumpan dan bus konvensional yang masing-masing nelayani tujuan tertentu. bus ekspres melayani perjalanan ke luar pusat kota di sepanjang lima koridor utama dan mengangkut hingga 270 penumpang. Bus antar-distrik melayani perjalanan di dua lingkaran di sekitar pusat kota dengan akses cepat dari satu sektor ke sektor lainnya. Bus langsung digunakan sebagai cara tercepat melakukan perjalanan. Bus konvensional berjalan di loop dan menghubungkan bidang minat dalam bagian tertentu dari kota. Sistem RIT juga menawarkan bus khusus wisatawan. Curitiba mampu membuat sistem yang efisisen dan mudah digunakan. Sistem jalan trinary mengintegrasikan semua bagian dari sistem transportasi. Sistem jalan trinary terdiri dari tiga rute utama. Rute tengah (warna merah) terdiri dari 2 komponen ini merupakan sebuah jalur khusus oleh busway. Kawasan ini dikelilingi oleh jalur untuk lalu lintas lokal yaitu akses kendaraan bermotor.
Gambar3.4 The Trinary Road System III - 20 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Penerapan sistem RIT menjadikan sistem trasnportasi Kota Curitiba sangat efisien dengan kemudahannya. Mampu mengintegrasi antar moda yaitu bus dan antar tujuan penumpang, sehingga sistem trasnportasi RIT merupakan sistem trasnportasi yang berkelanjutan dengan teknologi transportasi yang ramah lingkungan. 3.3.2 Keunggulan BRT Alat transportasi publik di Kota Curitiba adalah Bus Rapid Transit. Bus tersebut merupakan transportasi publik yang fleksibel untuk melayani berbagai kebutuhan. BRT memiliki keistimewaan dengan jalur khusus busway yang berada di tengah jalan arteri dan dilengkapi dengan tempat pemberhentian (halte) yang cukup nyaman. Berdasarkan rencana induk (master plan) Kota Curitiba, penerapan busway bertujuan untuk menekan volume lalu lintas kendaraan bermotor masih ke pusat kota, untuk menahan laju perkembangan wilayah, menyediakan sistem transportasi publik yang nyaman dan terjangkau serta untuk pelestarian kearifan lokal. Skala operasioan dari BRT adalah terdapat340 jalur bus yang berbentuk linear dengan total bus sebanyak 1600 bus. Jalus khusus busway sepanjang 1100 km dan kecepatan bus adalah 60 km/jam. Busway ini mampu mengangkut 1,9 juta sampai 2 juta per hari.
Gambar 3.5 Koridor Linear Terhadap Pusat Kota Curitiba III - 21 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Volume lalu lintas kendaraan dapat dikendalikan dengan cara menurunkan minat warga Curitiba untuk menggunakan mobil. Penyediaan fasilitas publik yang terjangkau dan nyaman mampu menekan minat warga menggunakan kendaraan pribadi. Kecelakaan dan kemacatan lalu lintas dapat diatasi dengan menekan minat warga terhadap kendaraan pribadi. Pemerintah Kota Curitiba juga menempatkan 200 radar lalu lintas di seluruh penjuru jalan utama. Teknologi berbasis sensor tersebut dipasang di trotoar yang dilengkapi dengan kamera digital. Radar ini berfungsi untuk mendeteksi setiap mobil yang melaju di atas speed limit. Instrumen akan merekam nomor mobil yang melanggar termasuk waktu dan tempat kejadian lalu mengirimnya ke tempat tinggal sang pengemudi dalam bentuk speeding ticket. Pengemudi yang melanggar batas kecepatan tersebut akan dikenakan denda. Terdapat 12 terminal (halte) penumpang di Curitiba yang tersebar di seluruh penjuru mata angin. Terminal-terminal tersebut memberikan kemudahan bagi penumpang untuk dapat meninggalkan dan berganti bus tanpa harus membeli tiket baru. Tarif untuk pelayanan busway sangat terjangkau yaitu 30 smapai 40 US cent dan dengan satu ongkos dapat mengakses ke seluruh kota.Sarana pendukung BRT ini berbentuk tabung dan merupakan bagian penting dari sistem trinary. Terminal mengintegrasi 3 rute utama dilengkapi dengan kafe dan area tempat duduk yang menyenangkan bagi para penumpang.
Gambar 3.6 Lokasi Terminal Busway III - 22 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Halte busway berfungsi untuk menyambungkan bus langsung dengan bis konvensional. Halte berbentuk tabung ini cukup efisien untuk perlindungan dari cuaca.Halte tersebut juga berfungsi untuk halte bus lokal.
Gambar 3.7 Halte Busway Kota Curitiba
3.4 Perbandingan Kualitas Kuantitas TransJakarta dan Bus Rapid Transit Curitiba 3.4.1 Kesamaan Sistem penerapan busway TransJakarta dan Curitiba memiliki kesamaan yaitu menggunakan sistem Bus Rapid Transit (BRT). Keberadaan busway pada dua negara tersebut bertujuan untuk mengatasi permasalahan lalu lintas yaitu kamcatan lalu lintas. Kemacatan terjadi akibat ledakan penduduk. Inti dari penerapan sistem ini adalah membangun sistem transportasi terpadu, efisien, efektif sehingga menjadi transportasi yang berkelanjutan. Kesamaan antara TransJakarta dan Curitiba bus dapat dilihat berdasarkan jalur pergerakan dan operasioanlnya, kondisi dan fungsi halte, serta cara pembayaran tiketnya. Kesamaan tersebut dapat diketahui pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Tabel Persamaan TransJakarya dan Curitiba Bus Kesamaan
Jalur dan operasional
III - 23 | P e m b a h a s a n
TransJakarta dan Curitiba Bus -
Menggunakan sistem Bus Ripid Transit Jalur khusus busway yang terletak di tengah jalan arteri Merupakan jalur bebas hambatan Terdapat 2 jalur kendaraan bermotor di sisi kanan dan kirinya yang berlawanan arah Menghubungkan ke pusat kegiatan Mengintegrasi antar moda Tidak memiliki waktu panjang untuk berhenti Tidak membutuhkan waktu lama untuk menuju tempat tujuan
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Halte
Pembayaran
Sustainable Transportation
-
Terletak di tengah jalan arteri Fasilitas halte yang nyaman denga ruang tunggu Tempat naik turunnya penumpang Tempat transit menuju jalur lainnya Kemudahan akses bagi pejalan kaki
-
Harga cukup terjangkau oleh semua lapisan msyarakat di negara masing-masing Hanya dengan pembayaran 1 kali dapat mengakses kes seluruh bagian kota
-
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui persamaan antara TrasnJakarta dan Curitiba Bus. Pada kondisi jalur dan sistem operasionalnya, sama-sama menggunakan sistem BRT dengan jalur khusus bebas hambatan yang berada di tengah jalan arteri. Persamaan pada sistem operasional adalah waktu pemberhemtian tidak lama dan aksesbilitas cukup tinggi. Letak halte yang berada di tengah jalan arteri memiliki fasilitas dan kenyamanan yang sama. Halte cukup mudah di akses oleh pejalan kaki dan berfungsi sebagai lokasi transit untuk penumpang. Proses pembayaran busway cukup dengan 1 kali bayar dapat mengakses ke seluruh bagian kota dengan harga yang terjangkau. 3.4.2 Perbedaan Secara umum, perbedaan penerapan sistem Bus Ripid Transportation antara TransJakarta dengan Curitiba bus adalah pada sumber daya manusia. Perilaku dan kesadaran masyarakatnya sebagai penentu keberhasilan program tersebut. Penerapan sistem BRT pada dasarnya cukup efektif dan efisien untuk mengatasi kemacatan lalu lintas, kendalanya terletak pada kedisiplinan dan konsistensi dari pemerintah serta masyarakat. Perbedaan antara TransJakarta dengan Curitiba Bus dapat dilihat beradarkan jalur dan operasionalnya, Halte, skala pelayanan, perilaku masyarakat, serta pengawasan pemerintah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Tebel Perbedaan TransJakarya dan Curitiba Bus TransJakarta (Indonesia)
Perbedaan -
Jalur dan Operasional -
III - 24 | P e m b a h a s a n
Jalur tidak cukup lebar Hanya memiliki 1 jalur khusus untuk busway sehingga gerak busway terbatas dan tidak bisa saling mengejar Jalur mengikuti pola kegiatan
Curitiba Bus (Brazil) -
-
Jalur cukup lebar Memiliki 2 jalur dengan arah berlawanan dan antar bus dapat saling menyalib Pola kegiatan penduduk mengikuti arah jalan yang berbentuk linear
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
TransJakarta (Indonesia)
Perbedaan -
-
Halte Skala Pelayanan
-
-
Perilaku Masyarakat
-
Pengawasan Pemerintah
-
Pembatas antara jalur busway dengan kendaraan bermotor kurang aman karena kendaraan bermotor masih bisa menerobos jalur busway Panjang jalur 160 km Terdapat 15 koridor Kecepatan rata-rata maksimal 50 km/jam Jalur yang tidak berbentuk linear menyebabkan TransJakarta masih tidak hemat BBM Berbentuk balok Dilengkapi dengan jembatan penyeberangan untuk menuju halte Menyediakan 82 armada bus Mampu mengangkut 85 orang sekali jalan Kurangnya kesadaran tentang pentingnyamematuhi peraturan lalu lintas Kurang disiplin Masih cenederung menggunakan kendaraan pribadi Pengawasan operasinal masih rendah sehingga menyebabkan kualitas pelayanan menurun Belum mampu mengendalikan kuantitas kendaraan pribadi Tidak ada tindak tegas pemerintah untuk pelanggaran lalu lintas karena pengawasan yang masih kurang
Sustainable Transportation
Curitiba Bus (Brazil) -
-
Pembatas antara jalur busway dengan kendaraak bermotor cukup aman sehingga kendaraan bermotor tidak dapat menerobos jalur busway Terdapat Panjang jalur 1100 km Terdapat 340 koridor Kecepatan rata-rata maksimal 60 km/jam Jalur yang berbentuk linear dapat menghemat BBM
-
Berbentuk tabung Tidak terdapat jembatan penyaberangan
-
Menyiapkan 1600 armada bus Melayani hampir 2 juta orang per hari Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas cukup tinggi Disiplin tinggi Pengguna kendaraan pribadi cukup minim Pengawasan cukup ketat sehinggapenduduk semakin merasa nyaman Mampu mengendalikan kuantitas kendaraan pribadi Tindakan tegas kepada pelanggaran lalu lintas dengan didukung teknologi berbasis sensor
-
-
-
Perbedaan utama dalam penerapan sistem BRT di Jakarta dan Curitiba adalah tercapainya tujuan utama dari sistem tersebut. Pemerintah Curitiba berhasil mengatasi masalah kemacatan lalu lintas dan mengubah kota tersebut menjadi kota yang aman dan nyaman, bahkan menjadi contoh untuk penerapan sistem trasnportasi di negara lain. Kesuksesan Curitiba belum dapat tercapai di Kota Jakarta. Kendala bagi pemerintah Kota Jakarta adalah masih tingginya kuantitas penggunan kendaraan pribadi. Kurangnya dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan TransJakarta yang menyebabkan kuantitas kendaraan pribadi masih tinggi. Fasilitas
III - 25 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
dan pelayanan yang tidak sesuai standar operasional mengakibatkan penurunan kualitas busway. Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui perbedaan TransJakarta dengan Curitiba bus dari segi jalur dan operasinalnya adalah jalur TransJakarta yang hanya 1 arah mengakibatkan buasway hanya dapat berjalan 1 arah. Jalur TransJakarta cenderung mengikuti pola kegiatan yang tidak berbentuk linear sehingga masih menimbulkan pemborosan energi bahan bakar. Skala pelayanan TransJakarta lebih kecil dibanding Curitiba Bus. TransJakarta hanya mampu mengangkut 83 penumpang dalam sekali angkut tapi Curitiba Bus dapat mengangkut hingga 2 juta penumpang tiap harinya. Jumlah penumpang yang diangkut TransJakarta lebih sedikit dibanding Curitiba Bus, sehingga TransJakarta tidak mampu menampung seluruh penumpang. Pemerintah Kota Jakarta belum mampu mengendalikan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi. Hal ini mengakibatkan jumlah kendaraan pribadi dan kecelakaan masih tergolong tinggi. Perilaku masyarakat yang disiplin dan mendukung program pemerintah Kota Curitiba juga mendukung keberhasilan menangani kemacatan di kota tersebut. Lainhalnya dengan di Jakarta, tingkat kedisiplinan dan kesadaran masyarakat masih rendah. Partisipasi masyarakat masih rendah, sehingga penerapan sistem BRT ini tidak dapat berjalan sesuai prosedur.
3.5
Critical Review Curitiba merupakan kota metropolitan sama dengan Jakarta. Ledakan penduduk akibat urbanisasi menimbulkan banyak dampak terhadap perkembangan kota dan salah satunya adalah mengakibatkan kesemerawutan lalu lintas. Kesemerawutasn lalu lintas berupa kemacatan lalu lintas dapat diatasi dengan menerapkan sistem transportasi berkelanjutan. Transportasi berkelanjutan dapat mewujudkan sistem transportasi yang terpadu, efisien, dan efektif. Transportasi berkelanjutan juga berorientasi pada kelestarian lingkungan dan kearifan lokal. Salah satu sistem yang berkelanjutan adalah sistem Bus Ripid Transit (BRT) berupa busway. Sistem busway yang telah diterapkan di Kota Jakarta harusnya dapat mengatasi masalah kemacatan lalu lintas, melihat keberhasilan Pemerintah Kota
III - 26 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Curitiba yang berhasil mengatasi kemacatan di wilayahnya. Sistem penerapan BRT di Jakarta dan Curitiba tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal teknis dan perencanaannya. Perbedaannya adalah tingkat sumber daya manusia dan tingkat kedisiplinan pemerintah serta masyarakat yang rendah. Perubahan secara radikal yang dilakukan John Lerner memang cukup sulit untuk dilakukan di Jakarta karena karakteristik pemerintahan yang berbeda. Skema mengenai penyebab masih terjadinya kemacatan lalu lintas di Jakarta meskipus telah adanya TransJakarta dapat dilihat pada gambar...beirikut. Tingginya Pemakaian Kendaraan Pribadi
KEMACATAN LALU LINTAS
Busway TRANSJAKARTA
KENDALA
Kesadaran Masyarakat
Fasilitas
Pengawasan Pemerintah Kota dan Dinas Terkait
Menurunnya kualitas keamanan dan kenyamanan
Menurunnya Kepercayaan Masyarakat
Menurunnya Partisipasi Masyarakat Gambar 3.8 Skema Penyebab Masih Terjadinya Kemacatan Di Jakarta III - 27 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
Dari skema di atas, kendala penerapan sistem BRT untuk mengatasi kamacatan adalah : 1. Kesadaran masyarakat untuk mentaati peraturan masih rendah khususnya peraturan lalu lintas. Masih banyak pelanggaran-pelanggaran seperti menerobos jalur busway oleh pengendara kendaraan bermotor. 2. Pengawasan pemerintah yang kurang ketat mengakibatkan banyak terjadi pelaksanaan operasional busway yang tidak sesuai SOP. 3. Fasilitas pendukung TransJakarta masih ada yang tidak sesuai dengan SOP dan tidak dapat melayani penumpang secara maksimal. Kendala dalam penerapan TransJakarta tersebut dapat berdampak pada menurunnya kualitas pelayanan, sehingga tingkat keamanan dan kenyamanan bagi penumpang. Penrunan kualitas tersebut juga mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja TransJakarta. Partisipasi masyarakat untuk mendukung program pemerintah tersebut menjadi menurun. Penurunan kepercayaan dan partisipasi masyarakat merupakan maslah besar. Hal tersebut dapat menjadikan TransJakarta tida lagi menjadi alat transportasi publik yang efisien dan efektif. Terburuknya adalah masyarakat kembali menggunakan kendaraan pribadi untuk beraktifitas. Hal tersebut sama dengan mengembalikan pada kondisi semula yaitu kemacatan lalu lintas. Untuk mewujudkan keberhasilan program Bus Rapid Transit perlu perlu kerja sama pemerintah dan masyarakat. Program ini tidak dapat dilaksanakan hanya dengan peran pemerintah saja atau masyarakat saja. Koordinasi secara baik yaitu pemerintah merencanakan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Masyarakat juga perlu berperan aktif karena masyarakatlah yang menjadi penentu keberhasilan dan sebagai pelaku dalam pembangunan. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya yang melimpah. Kondisi lingkungan yang alami merupakan potensi kelestarian Indonesia. Kelestarian lingkungan tetap terjaga apabila masyarakat Indonesia menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu upaya untuk mewujudkan kelestarian lingkungan adalah dengan menerapkan sistem transportasi yang ramah lingkungan. Polusi udara akibat gas buang dari bahan bakar dan teknologi yang tidak ramah lingkungan dapat III - 28 | P e m b a h a s a n
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS]
Sustainable Transportation
berdampak pada keseimbangan lingkungan. Dampak terbesar dari polusi udara adalah pemanasan global akibat gas rumah kaca. Pemanasan global dapat mengakibatkan bencana bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Jadi, perlu adanya transportasi ramah lingkungan yang akan mewujudkan trasnportasi yang berkelanjutan.
III - 29 | P e m b a h a s a n