BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Prasetyo dan Jannah (2012: 24) memaparkan bahwa dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya mengenal dua ilmu pendekatan yang mempengaruhi proses penelitian, mulai dari merumuskan masalah hingga mengambil kesimpulan. Tentunya jika kita menggunakan pendekatan kuantitatif, penekanan utamanya adalah metode kuantitatif. Dari paragraf di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian memiliki pendekatan yang sesuai dengan jenis penelitian. Penelitian kuantitatif disertai oleh pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kuantitatif.
3.1.2 Metodologi Dalam penelitian ini, akan digunakan penelitian kuantitatif epistemologi. Berikut adalah penjelasan epistemologi menurut Prasetyo dan Jannah (2012: 29): Suatu gejala adalah nyata. Karena gejala itu sifatnya nyata, maka gejala itu bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian, kita bisa membuat perbedaan antara satu dengan yang lain. Dari paragraf di atas, dapat disimpulkan bahwa epistemologi membedakan satu dengan yang lain. Karena sifatnya membedakan satu dengan yang lain, epistemologi mengenal variabel. Variabel yang ada dikaitkan untuk melihat keterkaitan yang dimiliki satu variabel dengan variabel lainnya.
21
22 Berikut adalah metodologi epistemologi menurut Prasetyo dan Jannah (2012: 31) : Logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses pembentukan ide dan gagasan diberlakukan secara ketat dengan memakai prinsip nomotetik dan prinsip pola deduktif. Prinsip nomotetik menggarisbawahi bahwa dalam melihat keterkaitan antara suatu gejala sosial dengan gejala sosial yang lain, difokuskan kepada beberapa faktor atau gejala yang krusial saja, dan mengesampingkan gejala atau faktor sosial lain. Dengan prinsip tersebut, tak jarang dalam penelitian, kita hanya akan melihat hubungan antara satu akibat dengan dua atau tiga sebab saja. Dua atau tiga sebab ini yang diyakini atau diduga sebagai faktor atau gejala yang krusial. Pola deduktif menunjukkan bahwa pemikiran yang dikembangkan di dalam penelitian didasarkan pada pola yang umum atau universal untuk kemudahan mengarah pada pola yang lebih sempit atau spesifik. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat adakah pengaruh event MIX Goes to Campus terhadap branding MIX Marketing Communications. MIX Goes to Campus adalah salah satu upaya MIX Marketing Communications dalam meningkatkan brand equity perusahaan. Berdasarkan prinsip nomotetik, peneliti melihat adanya keterkaitan event MIX Goes to Campus dengan branding MIX Marketing Communications. Selain nomotetik, penelitian ini juga dilakukan dengan prinsip deduktif, yang menjelaskan MIX Goes to Campus sebagai sebuah event dan MIX Marketing Communications sebagai branding. Kedua variabel tersebut dikhususkan agar mendapat penjelasan yang lebih spesifik.
23 3.2 Metode dan Jenis Penelitian 3.2.1 Penelitian Deskriptif- Kuantitatif Seperti yang dipaparkan oleh Ananto (2011:48), metode deskriptifkuantitatif adalah metode yang hanya memberikan gambaran tentang variabel dari sebuah fenomena yang diteliti. Variabel yang diteliti bisa satu, dua, tiga, atau lebih. Setiap variabel yang diteliti tidak dilakukan pengujian untuk mengetahui adanya hubungan dari variabel-variabel yang diteliti atau dilakukan pengujian hipotesis dengan rumus statistik. Analisis yang digunakan dalam metode deskriptif-kuantitatif hanya menggunakan analisis statistik deskriptif dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang, dengan data frekuensi (f) dan presentase (%). Tabel silang yang dibuat di sini pun bukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel, melainkan temuan hipotesis atau kecenderungan adanya hubungan antara variabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Kesimpulan dari teori di atas adalah metode kuantitatif-deskriptif adalah metode yang mendeskripsikan variabel-variabel yang ada. Metode kuantitatif deksriptif bertujuan untuk melihat adakah kecenderungan hubungan antara variabel. Dengan metode kuantitatif- deksriptif, peneliti ingin mendeskripsikan variabelvariabel yang ada dan melihat adakah kecenderungan hubungan dalam variabel tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan survey untuk sampel dari populasi yang ada.
24 3.3 Operasionalisasi Konsep 1. Event MIX Goes to Campus adalah event yang dilaksanakan oleh MIX Marketing Communications. Event MIX Goes to Campus dilaksanakan di beberapa kampus di Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Event MIX Goes to Campus menghadirkan pembicara dari praktisi dan akademisi. Target peserta dari event MIX Goes to Campus adalah mahasiswa. Event MIX Goes to Campus memiliki sejumlah dimensi: a. Penyebaran informasi kepada khalayak Aktivitas ini dilakukan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations. Tujuan dari penyebaran informasi adalah agar masyarakat memiliki informasi mengenai produk yang ditawarkan perusahaan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan cara: 1) Menciptakan tema yang sesuai dengan kebutuhan universitas 2) Membentuk judul yang diinginkan oleh pembicara dan universitas 3) Menyampaikan pesan dalam MIX Goes to Campus
b. Pendekatan diri pada publik Aktivitas ini dilakukan agar publik menyadari akan keberadaan perusahaan. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Pemberian tiga edisi majalah MIX Marketing Communications setelah menjadi peserta event MIX Goes to Campus 2) Pemberian makan siang yang diberikan pada saat berlangsungnya event MIX Goes to Campus 3) Membentuk keramahan panitia dalam event MIX Goes to Campus
25 c. Aktivitas untuk mempengaruhi publik Aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk membuat opini publik terhadap perusahaan. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Menyusun strategi pemberian informasi dari pesan yang disampaikan pembicara 2) Membuat kegiatan doorprize 3) Menambah pengetahuan setelah mengikuti event MIX Goes to Campus
2. Branding MIX Marketing Communications merupakan cara yang dilakukan oleh MIX Marketing Communications untuk meningkatkan brand equity perusahaan. MIX Marketing Communications merupakan salah satu majalah dari PT SWA MEDIA INVESTINDO. Dengan branding MIX Marketing Communications, diharapkan MIX Marketing Communications dapat bersaing dengan kompetitor yang dimiliki. Branding MIX Marketing Communications memiliki sejumlah dimensi: a. Identifikasi produk Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan mengenalkan perusahaan dan produk yang ditawarkan. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Mengenalkan
MIX
Marketing
Communications
sebagai
majalah
Marketing dan Komunikasi 2) Pemberian tagline MIX Marketing Communications, yaitu “Indonesia’s Leading Marcomm Magazine” 3) Membuat diferensiasi MIX Marketing Communications dengan majalah lainnya
26 b. Hubungan Sosial Aktivitas ini bertujuan untuk memelihara dan menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan khalayak. Aktivitas ini dilakukan oleh MIX Marketing Communications dengan cara: 1) Melakukan bentuk kerja sama dengan pihak universitas dalam event MIX Goes to Campus 2) Membuat kegiatan interaktif untuk perusahaan 3) Mengajak masyarakat ikut serta dalam event yang diselenggarakan MIX Marketing Communications
c. Peran terhadap Publik Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan pesan kepada masyarakat. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Membantu pembentukkan cara berpikir para target pembaca 2) Membantu target pembaca dengan penyebaran informasi yang dilakukan 3) Memberikan
manfaat
dengan
membaca
MIX
Marketing
Communications
d. Value untuk menarik Publik Aktivitas ini bertujuan agar masyarakat memberikan persepsi kepada MIX Marketing Communications. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Menyajikan berita yang mampu dipahami dalam MIX Marketing Communications 2) Membuat kemasan MIX Marketing Communications yang menarik 3) Memberikan harga yang sesuai dengan target pembaca
27 e. Elemen dasar Positioning Aktivitas ini bertujuan untuk menciptakan brand equity untuk produk. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Memperkenalkan MIX Marketing Communications sebagai majalah khusus marketing dan komunikasi 2) Menciptakan komunitas pembaca MIX Marketing Communications 3) Memberikan kesadaran akan perbedaan MIX Marketing Communications dengan majalah lainnya
f. Produk Identitas produk berhubungan langsung dengan keputusan publik terhadap pemilihan merek. Identitas produk dilihat berdasarkan pengalaman yang dirasakan pengguna produk tersebut. Aktivitas ini dilakukan dengan cara: 1) Memberikan pengetahuan bahwa MIX Marketing Communications adalah sebuah media massa 2) Memberikan pengetahuan bahwa MIX Marketing Communications merupakan sebuah majalah
g. Organisasi Organisasi dilihat sebagai atribut perusahaan. Aktivitas organisasi yang dilakukan oleh MIX Marketing Communications yaitu: 1) Menciptakan gerakkan sadar kualitas 2) Menciptakan program perusahaan 3) Membuat majalah sesuai dengan kebutuhan pembaca
28 h. Personality Kepribadian dari brand juga memainkan peran dalam aktivitas branding yang dilakukan. Aktivitas personality yang dilakukan oleh MIX Marketing Communications yaitu: 1) Menciptakan rubrik Ad Review sebagai bagian dari MIX Marketing Communications 2) Memberikan liputan mengenai brand activations 3) Membuat
cover
story
dalam
setiap
edisi
MIX
Marketing
Communications
i. Simbol Simbol bertujuan untuk mempermudah untuk mengenali merek. Aktivitas simbol yang dilakukan oleh MIX Marketing Communications antara lain: 1) Memberikan tanda “kelompok media SWA” di tengah majalah 2) Membentuk bulatan dan pointer dengan tulisan MIX Marketing Communications di dalamnya. 3) Membuat ciri khas dari MIX Marketing Communications setiap edisinya.
3.4 Hipotesis Hipotesis yang dilakukan peneliti adalah: H0
:
Tidak ada pengaruh event MIX Goes to Campus terhadap branding MIX Marketing Communications
H1
:
Ada pengaruh event MIX Goes to Campus terhadap branding MIX Marketing Communications
29 3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah peserta MIX Goes to Campus 2013 di Kampus Bina Sarana Informatika, Rawamangun. Alasan peneliti memilih sampel tersebut karena event MIX
Goes to Campus di Kampus Bina Sarana Informatika,
Rawamangun berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta MIX Goes to Campus 2013.
3.5.2 Sampel Seperti yang dipaparkan Sangadji dan Sopiah (2010: 186) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi. Pada dasarnya, ada dua teknik penarikkan sampel dari populasi, yaitu: (1) probability sampling dan (2) nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan non probability sampling. Non probability sampling adalah pengambilan sampel yang menggunakan dasar pertimbangan tertentu dalam menentukan sampel. Kuesioner akan diberikan kepada peserta event MIX Goes to Campus. Non Probability sampling memilih peserta event
30 MIX Goes to Campus di Bina Sarana Informatika, Rawamangun sebagai pertimbangan untuk menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang digunakan oleh peneliti adalah sampling aksidential. Sangadji dan Sopiah (2010: 189) memaparkan bahwa sampling aksidential adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa pun yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Dari teori yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa sampling aksidential adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan. Peneliti menggunakan setiap orang yang ditemui pada saat penelitian sebagai sampel. Peserta event MIX Goes to Campus adalah mahasiswa Bina Sarana Informatika. Sampling aksidential digunakan dalam penelitian ini karena peneliti langsung menyebarkan kepada peserta event MIX Goes to Campus di BSI Rawamangun yang ditemui pada saat penelitian dilakukan. Jumlah peserta dalam populasi adalah 150 orang. Berdasarkan rumus Slovin, maka sampel minimal yang akan diambil adalah 60 orang. Pada saat penelitian, peneliti menyebarkan kuesioner kepada peserta event MIX Goes to Campus di BSI Rawamangun yang ditemuinya. Berikut adalah penjelasan dari Prasetyo dan Jannah (2012: 136): Dari berbagai rumus yang ada, ada sebuah rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besaran, yaitu rumus Slovin: n= Keterangan : n
= besaran sampel
N
= besaran populasi
N 1 + Ne 2
31 E
= Nilai Kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan penarikkan sampel)
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Rumus Slovin adalah rumus yang digunakan untuk menentukan besaran sampel. Jumlah sebuah populasi memiliki berkaitan dengan tingkat kesalahan. Semakin besar tingkat populasi, maka semakin kecil nilai kritis. Semakin kecil tingkat populasi, maka semakin besar nilai kritis yang dimiliki. Rumus Slovin menentukan besaran sampel yang dihitung bersadarkan jumlah populasi dan nilai kritis yang dimiliki. MIX Goes to Campus yang diadakan di Kampus Bina Sarana Informatika, Rawamangun mengundang 150 peserta. Populasi dari event MIX Goes to Campus di Bina Sarana Informatika, Rawamangun adalah 150 peserta. Dari rumus di atas, maka sampel yang ditentukan untuk penelitian ini adalah: n
=
N (1 + Ne 2 )
=
150 1 + (150) ⋅ (0,1) 2
=
60
Jadi, sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 60 sampel.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner atau angket. Seperti yang dipaparkan Nasehudin dan Gozali (2012: 113) bahwa kata kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode atau instrumen. Artinya, dalam menggunakan metode kuesioner, instrumen yang digunakan juga kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
32
3.7 Validitas dan Reliabilitas Data 3.7.1 Validitas Konstruk Menurut Prasetyo dan Jannah (2012: 102) validitas konstruk berangkat dari logika model kerangka teoretis, yang menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya. Proses yang dilakukan dalam penentuan validitas dimulai dengan melakukan analisis terhadap teori, kemudian membuat hipotesis mengenai hubungan antara variabel-variabel konsep ini dengan variabel-variabel lain yang dianggap berkaitan maupun yang tidak berkaitan. Nasehuddin dan Gozali (2012: 211) memaparkan bahwa pendekatan validitas konstruk mengacu pada konsistensi dari semua komponen kerangka konsep. Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui analisis butir-butir, yang untuk menguji setiap butir skor total valid tidaknya suatu item dapat diketahui dengan membandingkan antara korelasi product moment pearson (r Hitung) pada level signifikansi 0,05 nilai kritisnya. Intrumen penelitian ini dikatakan valid jika nilai korelasinya lebih besar dari 0,3. Sangadji dan Sopiah (2010: 147) memaparkan bahwa dalam membahas validitas konstrak, langkah pertama seorang peneliti adalah menganalisis unsur-unsur yang menjadi bagian konstrak. Kemudian, ia melihat isi dan makna komponenkomponen, serta dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur konstrak. Kesimpulan dari teori di atas bahwa validitas konstruk mengacu pada kerangka konsep. Validitas tersebut dapat diuji dengan membandingkan product
moment pearson. Instrumen dikatakan valid jika korelasinya lebih dari 0,3.
33
3.7.2 Reliabilitas Homogenitas Prasetyo dan Jannah (2012: 108) memaparkan bahwa metode yang biasa digunakan untuk mengukur reliabilitas homogenitas adalah metode belah tengah
(Split-half method). Dalam metode belah-tengah ini, digunakan satu alat ukur yang memiliki indikator-indikator yang sebanding (seperti pada metode alternatif), namun dikatakan hanya sekali. Alat ukur ini kemudian dibagi menjadi dua, kemudian dari hasilnya dilihat konsistensinya. Salah satu jenis pengukuran indeks dari metode belah-tengah adalah Skala Likert. Prasetyo dan Jannah (2012: 110) memaparkan bahwa skala Likert berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang responden terhadap pernyataan itu. Indeks ini mengasumsikan bahwa masing-masing kategori jawaban ini memiliki intensitas yang sama. Keunggulan indeks ini adalah kategorinya memiliki ukuran yang jelas mulai dari “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju,” “sangat tidak setuju”.
3.8 Teknik Analisis dan Interpretasi Data 3.8.1 Regresi Gravetter dan Wallnan (2007: 551) memaparkan teori regresi sebagai berikut:
The goal of regression is to find the best-fitting straight line for a set of data. To accomplish this goal, however, it is first necessary to define precisely what is meant by “best fit.” For any particular set of data, it is possible to draw lots of different straight lines that all appear to pass through the center of the data points. Each of these lines can be defined by a linear equation of the form Y=bX+A, where b and a are constants that determine the slope and Y-intercept of the line, respectively.
34 Dari teori yang dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa regresi bertujuan untuk melihat garis lurus dalam data. Untuk menentukan garis lurus yang paling cocok untuk penelitian, maka peneliti harus menentukan garis yang paling cocok. Garis yang paling cocok dirumuskan dalam Y = bX+ a. Dalam rumus ini, b dan a merupakan konstanta dan Y adalah hasil perpotongan antara b dan a.