BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Dalam melakukan sebuah penelitian yang pertama kali diperhatikan adalah
obyek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari pemecahannya. Sugiyono (2009: 38) mendefinisikan obyek penelitian sebagai “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
kesimpulannya.” Berdasarkan
untuk
uraian
dipelajari
tersebut,
yang
dan
kemudian
menjadi obyek
ditarik dalam
penelitian ini adalah pengelolaan barang milik daerah, sistem pengendalian intern dan akuntabilitas Publik.
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana kerja yang terstruktur dalam proses
penelitian ilmiah. Menurut Husein Umar (2002: 36) definisi desain penelitian adalah Suatu rencana kerja yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan-hubungan antar variabel yang disusun sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Dalam M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
perencanaan tersebut tercakup hal-hal yang akan dilakukan periset mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis. Menurut M Nazir (2003: 54) penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan anatar variabel yang diteliti selanjutnya dianalisis secara statistik untuk diambil kesimpulan. Sehubungan dengan jenis penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan, data variabel diperoleh dengan alat pengeumpulan data yaitu melalui kuesioner.
3.2.2
Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.2.1 Definisi Variabel Sugiyono
(2012: 38) menjelaskan bahwa “variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pengelolaan barang milik daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap
barang
daerah
yang
meliputi:
perencanaan
kebutuhan
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan
50
penganggaran;
pengadaan;
penerimaan,
penyimpanan
dan
penyaluran;
penggunaan; penatausahaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian;
penghapusan;
pemindahtanganan;
pembinaan,
pengawasan dan
pengendalian; dan tuntutan ganti rugi. (Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, 2010:160 ; Permendagri Nomor 17 Tahun 2007) 2.
Sistem Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan
aset negara,
dan ketaatan terhadap
peraturan
perundang-undangan. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008) 3.
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Akuntabilitas keuangan yang berkualitas memuat informasi yang akurat/andal dan
valid
sebagai
yang
menggambarkan
perwujudan
kinerja instansi pemerintah,
pertanggungjawaban
pengelolaan
dan
sekaligus
pengendalian
sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pada instansi pemerintah yang bersangkutan (Ismail Mohamad, 2004:278).
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel Agar penelitian ini dapat dikatakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Pengelolaan Barang 1. Milik Daerah (X1 )
(Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, 2010: 179; Permendagri Nomor 2. 17 tahun 2008)
Dimensi Perencanaan Kebutuhan Pengangaran
Pengadaan
3. Penerimaan, Penyimpanan Penyaluran
4.
Penggunaan
5.
Penatausahaan
6.
Pemanfaatan
7.
Pengamanan Pemeliharaan
Indikator Menyusun Daftar Rencana dan Tahunan Barang dengan memperhatikan data barang. 2. Berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintah daerah serta standar harga yang ditetapkan Keputusan Kepala Daerah. 1. Pelaksanaan pengadaan menggunakan sistem tender/lelang. 2. Menyusun dokumen kontrak. 1. Penerimaan barang dituangkan dan dalam berita acara dan disertai dengan dokumen yang jelas. 2. Diselenggarakan administrasi penyimpanan dalam gudang. 3. penyaluran dilaksanakan atas dasar SPPB. Status penggunaan barang milik daerah berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah. 1. Kegiatan pembukuan 2. Kegiatan inventarisasi 3. Pelaporan barang milik daerah Pemanfaatan barang milik daerah dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD. dan 1. Pengamanan berupa sertifikasi dan bukti kepemilikan. 2. Pemeliharaan berpedoman pada DKPBMD. 1.
Butir 1
2
3
Ordinal
4 5,6
Ordinal
7,8 9 10
Ordinal
11,12 13 14,15 16,17
Ordinal
18
Ordinal
19
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala Ordinal
Ordinal
52
8.
Penilaian
9.
Penghapusan
10. Pemindahtanganan
11. Pembinaan, Pengendalian Pengawasan
dan
12. Pembiayaan 13. Tuntutan Ganti Rugi Sistem 1. Pengendalian Intern (X2 )
Lingkungan pengendalian
(PP Nomor 60 tahun 2. 2008)
Penilaian risiko
3.
Kegiatan pengendalian
4.
Informasi komunikasi 5. Pemantauan
Kualitas
1.
dan
Pertanggungjawaban
Melibatkan penilai independen yang bersertifikat di bidang penilaian aset. Penghapusan dilakukan ketika barang sudah tidak dalam penguasaan, alih kepemilikan, serta terjadi pemusnahan berdasarkan persetujuan dan keputusan kepala daerah. Pemindahtanganan BMD berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan 1. Pembinaan dilakukan melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan dan supervisi. 2. Dilakukan inspeksi dan mengadakan pemeriksaan secara berkala. 3. Dilakukan pemantauan dan penertiban BMD serta audit tindak lanjut hasil pemantauan. Pembiayaan dibebankan pada APBD Tuntutan ganti rugi sesuai dengan undang-undang. 1. Integritas dan nilai etika 2. Komitmen terhadap kompetensi 3. Struktur organisasi 4. wewenang dan tanggung jawab 5. Kebijakan sumber daya manusia dan penerapannya. 1. Penetapan tujuan instansi 2. Penetapan tujuan kegiatan 3. Identifikasi risiko 1. Review kinerja 2. Pembinaan sumber daya manusia 3. Pengendalian fisik atas aset 4. Pemisahan fungsi 5. Otorisasi transaksi dan aktivitas 6. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu 7. Pembatasan akses terhadap sumber daya. 1. Sarana komunikasi 2. Manajemen sistem informasi 1. Pemantauan yang berkelanjutan 2. Evaluasi terpisah 3. Tindak lanjut 1. Pengungkapan sebab adanya
20
Ordinal
21
Ordinal
22
Ordinal
23,24,25
Ordinal
26,27
28
29
Ordinal
30
Ordinal
1 2 3 4 5
Ordinal
6 7 8 9 10
Ordinal
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ordinal
Ordinal Ordinal
53
Akuntabilitas Keuangan (Y)
pengelolaan keuangan untuk melaksanakan program dan aktivitas pemerintahan
2.
(Ismail Mohamad, 2004: 43 ) 3.
4. 2.
Penilaian keuangan
kinerja
1.
2.
3.
4.
3. Sistem informasi yang handal
1. 2.
3.
4. Akuntabilitas kinerja keuangan dinilai secara objektif dan independen
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
1.
2.
perbedaan antara anggaran dan realisasi. Pengungkapan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengungkapan sebab-sebab adanya perbedaan realisasi anggaran tahun sekarang dan tahun lalu. Penyampaian akuntabilitas kinerja keuangan tepat waktu. Penilaian kinerja keuangan dari aspek kehematan penggunaan sumber dana. Penilaian kinerja keuangan dari aspek efisiensi penggunaan sumber dana. Penilaian kinerja keuangan dari aspek efektivitas penggunaan sumber dana. Penilaian atas pencapaian tujuan yang telah dibiayai, dengan manfaat yang dirasakan atas pencapaian tujuan tersebut dari tahun ke tahun. Data keuangan yang disajikan bebas dari kesalahan material. Data keuangan yang disajikan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam penyajian data keuangan terdapat netralitas dalam pengungkapannya. Adanya penilaian yang objektif dan independen terhadap akuntabilitas kinerja keuangan. Tindak lanjut terhadap laporan penilaian atas akuntabilitas.
2 Ordinal
3
4 6
7 Ordinal 8
9
10
11
Ordinal
12 13 Ordinal 14
Populasi menurut Sugiyono (2012: 80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang berjumlah 59 SKPD. Tabel 3.2 Daftar Populasi Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.3.2
SKPD Inspektorat Sekretariat Kantor Dinas Badan Kecamatan Jumlah
Jumlah 1 2 2 14 9 31 59
Sumber: www.bandungkab.go.id Sampel Sampel menurut Sugiyono (2012:81) adalah “bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling yaitu “teknik pengambilan sampel yang memeberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012: 82). Teknik probability sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Menurut Sugiyono (2012: 82) simple random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel ini adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), dengan rumus sebagai berikut:
dimana: n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
e
: batas toleransi kesalahan (error tolerance) Jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas maka sampel minimal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 responden. Setelah jumlah seluruh sampel didapatkan, maka ditentukan jumlah sampel untuk setiap SKPD yang
dihitung
secara
proporsional.
Dengan
jumlah
sampel sebanyak
38
responden, maka menurut Harun Al Rasyid (1993:80) penentuan sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: ni
= ukuran sampel yang harus diambil
Ni
= ukuran populasi ke-i
N
= populasi
n
= sampel
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
Table 3.3. Distribusi Sampel Proporsional No SKPD Jumlah 1. Inspektorat 1 2. Sekretariat 2 3. Kantor 2 4. Dinas 14 5. Badan 9 6. Kecamatan 31 Jumlah 59 Sumber: Data Penelitian, Tahun 2014
3.4
Sampel 1 1 1 9 6 20 38
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data didasarkan pada jenis data yang dipergunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer, Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Husein Umar (2003: 60) menyatakan bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir. Data ini semua merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Data
primer
diperoleh
melalui
penelitian
lapangan
yaitu
dengan
mengadakan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) serta mengumpulkan catatan dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti. “Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab” (Sugiyono, 2012: 142).
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Hasil jawaban kuesioner dengan menggunakan skala likert yang telah disusun selanjutnya dilakukan pengujian secara kuantitatif. Adapun pemberian skor menggunakan skala likert sebagai berikut: Tabel 3.3 Pola Skoring Pilihan
No. 1. Selalu 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Hampir tidak pernah 5. Tidak pernah (Sumber: Sugiyono, 2010:105 diolah)
Skor 5 4 3 2 1
Untuk menentukan kriteria pengklasifikasian variabel X dan variabel Y menurut Husein Umar (2003: 201), rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut: RS = (m - n) b Keterangan: RS
= Rentang Skor
m
= Skor tertinggi item
n
= Skor terendah item
b
= Jumlah kelas
Skor item tertinggi = 5 x 38 = 190 Skor terendah = 1 x 38 = 38 Rentang skor = (190 – 38) / 5 = 30,4 Berikut
ini
adalah
kriteria
yang
diperoleh
dari
interpretasi
berdasarkan hasil jawaban responden: M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor
58
Tabel 3.4 Interpretasi Skor Hasil Kategori 38 – 68,4 Tidak Baik/Tidak Efektif 68,5 – 98,8 Kurang Baik/Kurang Efektif 90,9 – 129,2 Cukup Baik/Cukup Efektif 121,3 – 159,6 Baik/Efektif 159,7 - 190 Sangat Baik/Sangat Efektif
Interpretasi skor di atas akan digunakan sebagai pedoman untuk menginterpretasikan hasil penelitian dari jawaban kuisioner yang telah diisi oleh para responden. Setelah itu, hasil jawaban akan dianalisis untuk mendeskripsikan hasil jawaban yang berkaitan dengan variabel pengelolaan barang milik daerah, sistem pengendalian intern dan akuntabilitas publik.
3.5
Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Setelah data yang diperlukan diperoleh, kemudian dilakukan pengklasifikasian dan pengelolaan data dengan menyusun data yang didapat dari hasil kuesioner. 3.5.1
Analisis Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2012: 147) analisis statistik deskriptif adalah “statistik
yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
mengenai kondisi demografi responden (umur, jenis kelamin, jabatan, pendidikan terakhir, lama menjabat pekerjaan sekarang dan lamanya bekerja) dan deskripsi mengenai
variabel-variabel
penelitian
dengan
menggunakan
tabel
distribusi
frekuensi absolut yang menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata, median dan standar deviasi (Imam Ghazali, 2005)
3.5.2
Transformasi Data dari Skala Ordinal ke Interval Dalam pengolahan data secara statistik dan data nonmetrik menggunakan
skala nonparametrik, sedangkan data metrik menggunakan statistika parametrik. Penelitian ini menggunakan penelitian kuesioner yang alternatif jawaban dalam skala ordinal, sedangkan penulis menggunakan statistik parametrik. Akibatnya data yang menggunakan skala ordinal harus dialihkan menjadi skala interval. William L.Hays (1969) menemukan metode untuk mengalihkan skala ordinal menjadi skala interval, metode ini bernama Method Succesice Interval (MSI). Langkah - langkah dalam menerapkan metode ini sebagai berikut : 1. Tentukan frekuensi tiap skor pertanyaan. Semua item pertanyaan dapat dihitung frekuensi jawabannya dan berapa responden yang menjawab untuk mendapat masing- masing skor 2. Tentukan proporsi tiap skor jawaban dengan membagi frekuensi dengan jumlah responden. 3. Tentukan proporsi tiap skor jawaban secar kumulatif.
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
4. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dari tiap skor dengan menggunakan tabel distribusi normal. 5. Tentukan nilai densitas yang diambil dari nilai Z setiap skor dengan menggunakan tabel Densitas atau menghitung niali fungsi kepadatan dengan menggunakan rumus: √
6. Tentukan nilai skala untuk setiap Z dengan rumus : NS = 7. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: NT = NS + ( 1 + | NSim | ) dimana NSim adalah harga mutlak NS yang paling kecil dari skor yang tersedia.
3.5.3
Uji Kualitas Instrumen
3.5.3.1 Uji Validitas Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) validitas adalah “suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item instrumen dalam suatu faktor dengan skor faktor yang bersangkutan, kemudian mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Hasil dari koefisien korelasi selanjutnya dibandingkan dengan standar validitas yang berlaku. Uji validitas
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
instrumen menggunakan koefisien korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut: ∑ √{ ∑
∑ ∑
∑
}{ ∑
∑
}
(Suharsismi Arikunto, 2006: 170) Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X = Skor tiap butir soal untuk setiap responden uji coba Y = Skor total tiap responden uji coba N = Jumlah responden uji coba Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah : 1
Jika nilai rhitung lebih besar (>) dari nilai rtabel maka item angket dinyatakan valid dan dapat dipergunakan, atau
2
Jika nilai rhitung lebih kecil (<) dari nilai rtabel maka item angket dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan. Penentuan nilai minimum untuk
nilai rtabel yang digunakan menurut
Sugiyono (2010: 188) agar uji validitas dari masing-masing item agar dapat dikatakan valid apabila r = 0,3 atau lebih. Jika korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
3.5.3.2 Uji Reliabilitas
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.” Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan tingkat ketepatan,
keakuratan,
kestabilan
atau
konsistensi
alat
tersebut
dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji realibilitas penulis menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut: (
)(
∑
) (Husein Umar, 2008: 58)
Keterangan: = Realibilitas instrrumen = Jumlah item/butir pertanyaan = Varians total ∑
= Jumlah varian butir
Jumlah varian butir ditetapkan dengan cara mencari nilai varian tiap butir, kemudian jumlahkan seperti yang dirumuskan berikut ini: ∑
∑
Di mana: n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih (total nilai nomor-nomor butir pertanyaan)
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Nilai korelasi r11 dibandingkan dengan tabel r Product Moment Pearson. Jika nilainya lebih kecil, instrumen tidak reliabel (Umar Husein, 2008:61) atau menurut Ghozali (2007) suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika nilai alpha cronbach > 0,6 dan sebaliknya dikatakan tidak reliable jika alpha cronbach < 0,6. 3.5.4
Uji Asumsi Klasik Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik. Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu program statistik untuk menguji hasil output. Berdasarkan hasil output itulah dilakukan anlisis terhadap asumsiasumsi klasik tersebut. 3.5.4.1 Uji Normalitas Uji Normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak
berdistribusi normal, analisis nonparametik dapat
digunakan. Jika data berdistribusi normal, analisis parametik termasuk modelmodel regresi dapat digunakan. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan juga bisa dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov, apabila signifikansi > 5% maka data bersifat distribusi normal dan sebaliknya jika data < 5% maka data tidak berdistribusi normal (Umar Husein, 2008:79).
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
3.5.4.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot untuk menilai ada atau tidaknya heterokedastisitas. Metode grafik plot dilakukan
dengan
cara
mendiagnosa
diagram
residual plot
(studenzized)
dibandingkan dengan hasil prediksi. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas.
3.5.4.3 Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinearitas menguji apakah model regresi yang ditemukan ada korelasi antara variabel independen. Model regresi dikatakan baik jika tidak terjadinya korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen tersebut berkolerasi maka variabel dikatakan tidak orthogonal, yaitu variabel independen yang nilai korelasi antar sesama independen nol. Menurut Husein Umar (2008:81),
multikolinearitas
dapat
diukur
dengan menggunakan Coefficient
Correlations SPSS dan juga dari besaran Variance Inflation Factor (VIF). Untuk menghitung VIF menggunakan rumus : VIF = 1/ (1-R²) M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Dan juga dapat diketahui berdasarkan besaran TOLERANCE. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus: TOL = (1-R²) Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF dan menunjukan adanya kolinearitas yang tinggi. Dasar pengambilan keputusan bila dilihat dari tolerance > 0,1 atau sama dengan VIF < 10, ini menunjukan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.
3.5.5
Pengujian Hipotesis
3.5.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression)
yang
berfungsi
untuk
mengetahui
pengaruh/hubungan
variabel
independen dan variabel dependen. Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Y
= Akuntabilitas Publik = Konstanta
b1 , b2 , = Koefisien Regresi X1
= Pengelolaan Barang Milik Daerah
X2
= Sistem Pengendalian Intern
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
1.
Ho : ρ < 0, pengelolaan barang milik daerah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan Ha : ρ > 0, pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan.
2.
Ho : ρ < 0,
sistem pengendalian intern tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan Ha : ρ > 0, sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan. 3.
Ho : ρ < 0, pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern secara simultan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan. Ha : ρ > 0, pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern secara
simultan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
Kualitas
Akuntabilitas Keuangan.
3.5.5.2 Uji t Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 5% atau melihat nilai thitung > ttabel. Sebaiknya jika thitung < ttabel maka pengaruh yang terjadi tidak
signifikan.
Pengujian
ini dilakukan
untuk
mengui signifikansi
hipotesis pertama dan kedua. M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
3.5.5.3 Uji F Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Apabila hasilnya signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Uji ini menggunakan α 5%. Dengan ketentuan, jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis yang
diajukan
dapat
diterima.
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
pengujian
signifikansi hipotesis ketiga.
3.5.5.4 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variabel lainnya. Hal ini muncul dari anggapan bahwa semakin tinggi derajat hubungan yang ada cenderung diakibatkan oleh adanya pengaruh dari salah satu atau beberapa yang kuat pula. Sehingga kecenderungannya, semakin kuat derajat hubungan akan semakin kuat pula pengaruh yang ada. Sudjana (2001: 246) koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% Keterangan: KD = Koefisien Determinasi, r²
= Koefisien korelasi yang dikuadratkan
Nilai K d berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ K d ≤1) :
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
1) Jika nilai K d = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). 2) Jika nilai K d = 1, berarti variasi (naik-turunnya) variabel dependen (Y) adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (X). 3) Jika nilai K d berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ Kd ≤ 1), maka besarnya pengaruh variabel independen adalah sesuai dengan nilai K d itu sendiri, dan selebihnya berasal dari faktor-faktor lain.
M itha Persia Prahara, 2014 Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu