BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM KARTUN “PADA ZAMAN DAHULU” EPISODE “CAWI DAN HARIMAU”
A. Gambaran Umum Film Kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau” Film kartun “Pada Zaman Dahulu” ditayangkan setiap hari di stasiun MNCTV mulai dari jam 07.00 – 08.00 WIB. Di mana dalam cerita film kartun “Pada Zaman Dahulu” menggambarkan dua sosok kakak beradik dan Sang Aki yang senantiasa menjadi pendongeng untuk cucu kesayangannya yakni dengan mengisahkan dongeng tentang Sang Kancil dan teman-teman hutannya. Manakala watak-watak binatang seperti Sang Kancil, Sang Harimau, Sang Gajah, Sang Kerbau dan sebagainya akan muncul apabila Aki menceritakan kisah-kisah zaman dahulu kepada cucunya yang bernama Aris dan Ara. Setiap kisah-kisah tersebut Aki selalu memberikan nasehat kepada cucunya agar menjadi anak yang baik. Dalam film kartun ini, kisah-kisah tentang Sang Kancil dan teman-teman hutannya berada di zaman dahulu sedangkan watak-watak seperti Ara, Aris dan Aki akan berada di zaman sekarang. Hasil penelitian dari gambaran umum film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau” yang peneliti lakukan meliputi sinopsis, tokoh dan karakter, serta isi cerita film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau”.
46
47
1. Sinopsis Film Kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau” Sinopsis dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau” ini mengisahkan tentang Sang Aki (kakek) yang sedang melukis pemandangan dikampungnya. Lalu kedua cucunya yang bernama Aris dan Ara. Mereka berkata kepada Akinya bahwa lukisannya bagus. Namun cucunya yang bernama Aris berkata bohong dan mencoba merusaknya. Sang Aki pun mengetahui kebohongannya lalu Sang Aki bercerita mengenai contoh perilaku yang sama persis dilakukan oleh Aris yakni dongeng tentang burung Cawi dan Harimau. Burung Cawi mempunyai siulan yang sangat merdu. Semua binatang terhibur dengan siulannya yang merdu. Kancil telah mengusulkan supaya Cawi dilantik menjadi puteri rimba (hutan). Akhirnya Cawi menjadi puteri rimba. Namun begitu, burung Helang (elang) merasa iri kepadanya. Kemudian Helang berjumpa dengan Harimau dan ingin berencana untuk menjebak Cawi. Lalu Cawi terperangkap dalam jebakannya mereka. Akan tetapi, Cawi masih hidup karena bantuan dari Kancil. Atas kejadian itu, seluruh badan Cawi menjadi hitam semua. 2. Tokoh dan Karakter Film Kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau” Dalam film tersebut terdapat perbedaan karakter antara tokoh satu dengan yang lain. Adapun tokoh dan karakter dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau”adalah sebagai berikut :
48
a. Aki Aki (kakek) dari Aris dan Ara yang bijaksana, penyayang, pemaaf, membina dan mendidik kedua cucunya karena sebagai pendongeng yang menceritakan kisah-kisah binatang zaman dahulu kepada cucunya. b. Ara Ara sebagai adik dari Aris. Ara selalu ceria, cerewet (banyak bicara), berkata jujur, pemarah, dan gemar mendengar cerita dari Aki (kakek) nya serta sayang kepada Akinya. c. Aris Aris sebagai kakak dari Ara. Aris suka mengganggu adiknya, suka berbohong dan nakal. Perilaku buruknya selalu dijadikan contoh dari kisah dongeng binatang yang diceritakan Aki (kakek) nya. Tapi Aris sayang kepada Akinya. d. Sang Kancil Kancil terkenal paling cerdik di hutannya. Selain itu Kancil memiliki sifat suka bermusyawarah, penolong, tangkas, dan licik. Ia senantiasa mencari jalan untuk melepaskan diri dari pemangsa. e. Sang Cawi Burung Cawi menjadi puteri rimba yang memiliki siulan merdu, suka menyanyi, penolong, baik hati, namun tamak.
49
f. Sang Harimau Raja rimba yang bengis, pendusta, sombong, pemarah, dan ditakuti seluruh penghuni hutan. g. Sang Helang Burung Helang (elang) memiliki sifat yang iri hati, dengki, pendusta, dan pengkhianat. h. Sang Monyet Monyet memiliki sifat yang suka berpendapat. i. Sang Kerbau Kerbau selalu mengidam-idamkan gelaran raja rimba dan kurang tajam pemikirannya. j. Sang Gajah Walaupun Gajah berbadan besar, peramah dan tidak suka kegaduhan. k. Sang Arnab Arnab (kelinci) yang cerewet (banyak bicara) dan cepat tanggap terhadap sesuatu dan menjadi sahabat baik Kancil. l. Sang Tupai Pakar seni bela diri yang senantiasa muncul disetiap kisah dongeng untuk memuji atau menegur penghuni hutan. m. Sang Rusa Rusa suka berterima kasih bila dibantu oleh teman-teman penghuni hutan.
50
Karena film ini merupakan film kartun, berikut adalah daftar gambar tokoh dan nama-nama pengisi suara dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau”. TABEL I Daftar gambar tokoh dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau”
Aki
Ara
Aris
Kancil
Burung Cawi
Harimau
Burung Helang
Monyet
Arnab
Gajah
Kerbau
Tupai
51
Rusa 1 Rusa 2
TABEL II Daftar nama-nama pengisi suara dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau”1
1
No 1. 2.
Peran Aki (kakek) Ara
Pengisi Suara Hj. Alias Alyssa
3.
Aris
Esfahan
4.
Sang Kancil
Nuraini Nazihah
5.
Sang Burung Cawi
Nur Fadlita Ayu
6.
Sang Harimau
Shamer
7.
Sang Burung Helang (elang)
Rezzuhawa
8.
Sang Monyet
Haris
9.
Sang Kerbau
Majinn
10.
Sang Gajah
Fadh
11.
Sang Arnab (kelinci)
Gems
12.
Sang Tupai
Loke Keng Sun
13.
2 Rusa
Zaire dan Sufi
Les' Copaque Production. “Pada Zaman Dahulu - Cawi & Harimau (Full)”.https://www.youtube.com/watch?v=EzBA4Y4et30. (12 Desember 2013). Diakses, 28 Nopember 2014.
52
3. Isi Cerita Film Kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau” a. Segmen 1 Adegan 1, pada menit ke 00.25 – 01.20 Setting
: Teras rumah Aki (kakek)
Suasana
: Sang Aki sedang melukis pemandangan di kampungnya
bersama kedua cucunya yang bernama Ara dan Aris. Lalu Aris merusak lukisan Akinya. Ara Aki Aris Ara Aki Aris Ara Aki Aris
: “Aki dah siap?” : “Sudah... Cantik tak?” : “Wah... pandai aki lukis.” : “Ara suke..” : “Weh.. mestilah..” : “Aki.. ajar Aris lukis macam Aki.. Caantik sangat.” : “Ha’ah... ajarlah..” : “Lain kali lah.. ha, Aki nak ke dapur sekedap. Jangan usik.” : “Haa.. iye-iye..”
Adegan 2, pada menit ke 01.30 – 02.58 Setting
: Teras rumah Aki (kakek)
Suasana
: Ketika Sang Aki masuk ke dalam rumah, lalu Aris
merusak hasil lukisan Akinya. Ara Aris Ara Aris Ara Aki Aris Aki
: “Ha..ha.. tak tau nanti Aki marah. Ha.. ha tak tau nanti Aki marah.” : “Alamak.. Abang tak sengaje. Huft.. huft..” : “Habislah Abang..” : “Aki tak tak marah, lagi pule lukisan ni bukannya cantik.” : “Tapi.. tadi abang kate caann..” : “Cantik ke tak cantik?” : “Haa...! eh.. eh..” : “Haah??.. apa nak jadi ni?”
53
: “Hah.... Ara buat..” : “Kasian.. lukisan yang cantik jadi tak cantik, semue salah Ara.” : “Hiih.. apa Abang ni, Aaa..bang..” : “Kau ni Aris. Dalam dua muke, depan cakap lain, belakang cakap lain. hemm..” : “Abang ni.. kasian Aki..” : “Mana Abang tau..” : “Ara.. sini duduk dengan Aki. Aki nak cerite, pasal dalam dua muke.” : “Haa??.. Hemm..” : “Abang.. marilah dengar cerite.” : “Hemm.. dengar cerita ni. Pada zaman dahulu..”
Aris Aris Ara Aki Ara Aris Aki Aris Ara Aki
Adegan 3, pada menit ke 03.00 – 03.45 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Kancil sedang berjalan-jalan dan menyanyi-nyanyi. Lalu
diperjalanan, Kancil mendengar siulan merdu, kemudian Kancil mencari sumber siulan merdu tersebut. : “ Lala.. lala.. lala..” : “Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit..” : “Ngauuuuuung....” : “Hebatnye... akupun tak boleh nyanyi semerdu tu.” : “Lagi Cawi.. nyanyi lagi.. lagi..” : “Hehe.. terima kasih. Terima kasih semue..” : “Waaa... waaa...”
Kancil Cawi Kerbau Gajah Arnab Cawi Kancil
Adegan 4, pada menit ke 03.55 – 05.00 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Ketika penghuni hutan menari-nari karena mendengarkan
siulan merdu burung Cawi. Lalu Kancil mempunyai ide untuk bermusyawarah kepada seluruh penghuni hutan. Kancil Monyet
: “Penghuni hutan! aku ade satu cadangan.” : “Cadangan ditutup! cadangan ape pula ni Kancil.. kami nak dengar Cawi menyanyi. Bukan dengar kau
54
bercakap.” : “Saabaaar.. aku cadangkan.. kite lantik Cawi, sebagai puteri rimbe kite.” Penghuni hutan: “ Haaa...? Puteri rimbee..?” Helang : “Puteri rimbe? Cawi..?” Kancil : “Kalo Cawi jadi puteri rimbe, dia akan setiasa dikawasan hutan ni. Jadi.. bolehlah..” Monyet : “Kite dengar suara merdunya hari-hari. Oh.. kau memang bijak Kancil!” Penghuni hutan: “Cawi puteri rimbe.. Cawi puteri rimbe..” (Semua penghuni hutan bersuka cita kecuali burung Helang (elang). Cawi : “Hee??.. Helang.. kau tak setuju ke?” Helang : “Hemm.. Cawi puteri rimbe.. cawi puteri rimbe.. yeee.. sukenye..” Kancil
Adegan 5, pada menit ke 05.01 – 05.55 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Siulan merdu Cawi terdengar di mana-mana, hingga
semua penghuni hutan menari-nari dan bersuka cita. Cawi Kerbau Cawi Kerbau Arnab Cawi Arnab Gajah Arnab Helang
: “Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit.. Cutcutcut.. cuit..” : “(Membawa bunga untuk Cawi) Hehe..” : “Waahh.. cantiknye.. terima kasih Kerbau..” : “Ngauuuuung...” : “Nah.. untuk puteri rimbe.. (membawa wortel untuk Cawi)” : “Terima kasih Arnab!” : “Haa.. Heemm..” : “Hem.. untuk puteriku.. (membawa pisang untuk Cawi)” : “Hemm.. Helang.. kau tak bawe hadiah untuk Cawi ke?” : “Heih.. mestilah ade.. aku...”
55
Adegan 6, pada menit ke 05.57 – 06.55 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Ketika semua penghuni hutan menari-nari karena
mendengarkan siulan merdu Cawi, tiba-tiba datanglah dua Rusa menghampiri mereka. Dua Rusa Kancil Rusa 1 Rusa 2 Rusa 1 Cawi Dua Rusa
Arnab Helang
: “Tolong.... tolong.... tolong kami.. huhuhu” : “Heih... kenape Ruse?” : “Kawasan hutan kami terbakar. Semue dah hangus.. huhu” : “Huhuhu... kami nak tak dapet tempat tinggal.. huhu.. macem ni..” : “Huhuhu.. tolonglah kami..” : “Jangan risau wahai Ruse sekalian.. disinilah tempat tinggal kamu sekarang. Selamat datang..” : “Waah.. terima kasih Cawi. Terima kasih Cawi. Terima kasih banyak-banyak.” (lalu Arnab dan Helang berbincang bersama) : “Baik betul puteri Cawi. Memang patut dia jadi puteri rimbe. Iye kan, kan, kan? ” : “He... betul betul. Meeemang patut!”
b. Segmen 2 Adegan 1, pada menit ke 07.10 – 07.40 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Setelah Helang ikut menari-nari dengan iringan siulan
Cawi yang merdu. Lalu Helang pergi ke suatu tempat. Helang Cacing
: “Haah!! suara macam tu pun, jadi puteri. Sedap lagi suaraku. Ehm.. ehm.. lalalala.. lalalala..” : “Haaaahhhhh......” (Cacing berteriak dan burungburung berterbangan karena mendengar suara jelek Helang).
56
Adegan 2, pada menit ke 07.48 – 09.45 Setting
: Kawasan hutan
Suasana
: Setelah Helang menyanyi lalu tiba-tiba datanglah Harimau
menghampiri dirinya dan bertanya kepada Helang tentang perihal Cawi menjadi puteri rimba. Helang Harimau
Helang Harimau Helang Harimau
Helang
Harimau Helang Harimau
Helang
Harimau Helang Harimau
: “Hem.. Haaa!! Alamak Harimau..!” : “Hei.. nanti-nanti. Aku bukan makan kau. Aku nak tanya kau sesuatu. Kau ade dengar, pasal Cawi dilantik jadi puteri rimbe?” : “Hem.. He..eh..” : “Jadi.. ceritelah, aku nak dengar.” : “Ohh.. ade.. Cawi kan baik. Cantik pula tu, suara pun merdu. Memang layak..” : “Apee..?! memang layak?! Aaarrghh.. aku harimau, raja rimba! hutan ni tak perlu ka puteri rimbe. Aku yang sepatutnya dihormati dan disanjung, bukan Cawi!.” : “(Dalam hati berkata, “Kalo Harimau tak suke Cawi, bolehlah aku jadi puteri rimbe.”). Betul.. akupun tak setuju. Patutnya kau yang disanjung. Suara kau kuat. Tenagamu gagah dan yang paling penting.. kau raja rimbe.” : “Aaaarrrgghhh.....!!” : “Eh.. apa kate kau tangkap Cawi dan patahpatahkan sayapnye!.” : “Hei... tak boleh tak boleh. Nanti aku pula yang dipatah-patahkan oleh binatang lain. Cawi itu kan binatang kesayangan seluruh penghuni rimbe.” (Lalu mereka berencana untuk menjebak Cawi) : “Ahaa..” (Helang teringat kawasan hutan Rusa yang terbakar lalu Helang berbisik-bisik dengan Harimau) : “Aaaarrrgghhh.....!! Hahaha.. sekarang juga aku kesane” : “Besok sajalah.. dah senja ni.” : “Hallaaah”.
57
Adegan 3, pada menit ke 09.46 – 10.09 Setting
: Teras rumah Aki
Suasana
: Ara berkomentar tentang dongeng Cawi dan Harimau
yang diceritakan oleh Akinya. Ara Aki Aris Aki
: “Heiih.. tak bolehlah berbuat macam tu. Ara suke Cawi jadi puteri.” : “Macam abang kau lah.. kate lukisan aki cantik. Lepas tu kate tak cantik. Heih..” : “Aki.. lepas tu ape jadi?” : “Lepas tu.. Harimau pun pergilah jumpe puteri Cawi..”
Adegan 4, pada menit ke 10.00 – 12.15 Setting
: Kawasan Hutan
Suasana
: Setelah Cawi dilantik menjadi puteri rimba. Cawi pun
selalu menyanyi dan menari bersama penghuni hutan. Tak lama kemudian muncullah Harimau yang ingin bertemu dengan Cawi. Cawi : “Hufhufhuf.. Hufhufhuf.. Hufhufhuf..” Penghuni hutan : “Lalala.. lalala..” Monyet : “Haaaa!!!” Kancil : “Harimau.... lari...!” Cawi : “Hah? hem.. ape hajat kau kemari?” Harimau : “Aku nak berjumpe dengan puteri rimbe.” Kerbau : “Haa... ini Cawi. Puteri rimbe. Ambillah..!” Cawi : “Haa.. hemm.. haa..hemm..” Harimau : “Haa.. oh.. Cawi.. aku dan Helang telah jumpe satu tempat yang ada emas yang cantik. Sesuai benak untuk dipakai dikaki dan paruhmu itu.. Bayangkan...” (lalu Cawi membayangkan sedang memakai emas di diparuh dan dikepalanya) Cawi : “”Hehe... hemm.. eih.. di mana emas itu?” Harimau : “Heih.. tempat itu jauh. Tapi puteri jangan risau, aku boleh tunjukkan.” Cawi : “Hem.. ade apa pe syarat ke?” Harimau : “Tidak ade syarat ape-ape. Tapi.. hanya kita berdua yang boleh pergi ke tempat itu.”
58
: “Baiklah.. mari kita pergi.” (lalu Kancil ingin ikut perginya mereka) Kancil : “Hah?.. aku nak ikut..!” Harimau : “Heerrr... tak boleh!! aku dan Cawi saje. Kalo ade yang ikut...!!!” (Lalu memecahkan batu yang ada didepannya) Cawi : “Jangan ape-ape kan Kancil!” Harimau : “Eehh.. hehe..” Cawi : “Kancil jangan risau, tau gak bisa jaga diri. Aku pergi sekejap je.” Kancil : “Tapi Cawi.... Hem..” Penghuni hutan: “Hemmrrr.... (ketakutan)” Cawi
Adegan 5, pada menit ke 10.00 – 12.15 Setting
: Bekas kawasan hutan Rusa yang terbakar
Suasana
: Harimau dan Cawi pergi menuju kawasan hutan Rusa
yang terbakar. Meskipun Kancil menuruti Cawi untuk tidak ikut bersamanya tapi Kancil secara diam-diam telah mengikuti dari belakang. Namun, ada Helang yang telah menunggu kedatangan Cawi dan Harimau di hutan tersebut. Helang Harimau Cawi Harimau Harimau Harimau Cawi Harimau Cawi Harimau Cawi
: “Weeii...” (mengamati Cawi dan Harimau dari atas pohon) : “Tempat tu dah nak sampai. Heih.. inilah tempatnye.” : “Hemm.. sini? di mane emas itu?” : “Hemm.. haa.. kau nampak tak pokok keruing itu?” : “Pokok ape?” : “Heiih.. pokok keruing. Didalamnya lah terdapat emas yang cantik tu. ” : “Pergilah kau masuk. Ambilkan aku emas tu.” : “Hei.. tak boleh. Badan aku terlalu besar. Tak muat nak masuk kedalam lubang yang kecil tu.” : “Siape yang bagi tau kau didalam pokok ni ada emas?” : “Helang yang beri tau aku.” : “Baiklah.. kau tunggulah disini. Biar aku yang masuk.”
59
Harimau Kancil
: “Haa.. macam itu lah. Kau masuk, aku tunggu sini” : “Haahhh..!!!” (Kancil yang bersembunyi dibelakang Harimau lalu terkejut dengan Cawi akan masuk kedalam pokok keruing (lubang pohon) tersebut).
c. Segmen 3 Adegan 1, pada menit ke 13.40 – 14.25 Setting
: Bekas kawasan hutan Rusa yang terbakar
Suasana
: Setelah Cawi masuk ke dalam pokok keruing (lubang
pohon) untuk mengambil emas atas bujukannya Harimau. Lalu datanglah Helang menghampiri Harimau. Helang Harimau Helang Kancil
: “Habislah kau Cawi.. lepas ni, aku lah yang jadi puteri rimbe.. Hahaha.. hahaha.. hahaha..” : “Eiits.. hust.. nanti dia dengar. Jum..” : “Haa.. hem..” : “Hist..! musiak Harimau dan Helang ternyata. Cawi telah kena tipu!.” (Suara lirih Kancil dari tempat persembunyiannya).
Adegan 2, pada menit ke 14.26 – 16.09 Setting
: Dalam pokok keruing (lubang pohon)
Suasana
: Cawi pun masuk ke dalam pokok keruing (lubang pohon)
tersebut. Lalu Kancil menemui Cawi untuk melihat keadaannya. Cawi
Kancil Cawi Kancil Cawi
: “Hemm.. Heiihss.. panasnye.. mana emas? tak adepun.. Ihh.. haa.. Aah... Haaa..jangan.. jangan.. (Cawi tertimpa bekas pohon yang panas) Haah.. Harimau.. Harimau.. Tolong.. Tolong.. Ihh.. Jangan tinggalkan aku.. Ihh.. haa.. Tolong.. tolong..” : “Cawi..?” : “Ha..? Kancil..? Kancil.. tolong aku.. Kancil.. tolong aku Kancil.. cepat.. panes ni.. tolong..” : “Iye.. eh.. hah..” : “Eh.. haa.. eh.. terima kasih Kancil. Nasib baik kau datang. Hem.. mana Harimau?”
60
Kancil Cawi
: “Eeh..! hee.. Harimau dah pergi dengan Helang.” : “Haaa? Helang?.”
Adegan 3, pada menit ke 16.10 – 17.13 Setting
: Di tepi sungai dalam hutan
Suasana
: Cawi membersihkan badannya yang terkena bekas pohon
yang terbakar. Namun, badannnya tetap saja menghitam dan tidak bisa hilang. Cawi
Kancil Cawi Kancil Cawi
Tupai Cawi Kancil
Cawi Kancil
: “Haa.. heihh.. hum.. nampaknye.. bulu aku akan tetap begini. Kenapalah Harimau dan Helang nak tinggalkan aku?” : “Mereka tak suke kau jadi puteri rimbe.” : “Tapi.. Helang setuju aku jadi puteri rimbe.” : “Itu depan kau..! belakang kau lain.” : “Hiks.. hiks.. sampai hati..” (lalu muncul Tupai untuk menegur kisah dongeng tersebut) : “Helang.. Helang.. dalam due muke.. Wuaahaha” : “Huhuhu... aku nak tak cantik lagi. Huhu..” : “Tak ape Cawi.. suara kau tetap merdu. Kau boleh gunakan suara kau untuk membalas perbuatan Harimau dan Helang.” : “Haa.. macem mane?..” : “Haah...” (mereka berbisik-bisik untuk berencana membalas dendam perbuatan Helang dan Harimau).
Adegan 4, pada menit ke 18.00 – 19.23 Setting
: Teras rumah Aki
Suasana
: Aki pun telah selesai bercerita tentang Cawi dan Harimau
kepada kedua cucunya. Lalu kedua cucunya saling bertanya perihal cerita tersebut kepada Akinya. Aki
Ara
: “Begitulah ceritanye.. semua binatang dan burung boleh mengetahui adanya Harimau, apabila Cawi berbunyi tujuh kali. Itulah amalan untuk binatang semue melarikan diri dari situ.” : “Ohh... Hemm..”
61
Aris Aki
Ara Aris Aki Ara
Aki Aris Aki Aris Ara Aki
: “Hoo.. Helang tu macem pula Aki?” : “Hingga sekarang burung helang bermusuhan dengan burung Cawi. Nampaknye burung Helang.. burung Cawi akan kejar untuk membalas dendam.” : “Kasian.. burung Cawi.. dari cantik jadi tak cantik. Macam lukisan Aki..” : “Hah?? Aki.. minta ampun. Aris yang salah..” : “Hemm.. iyelah..” : “Hihihii..” (lalu Aki melanjutkan untuk memperbaiki lukisan yang telah dirusak oleh Aris) : “Heemm....” : “Aki mau buat ape tu?” : “Haaa...!!” : “Jadi malamlah..” : “Buat jadi siang balik, boleh tak?” : “Heihh.. kau ini.”
Adegan 5, pada menit ke 19.25 – 19.57 Setting
: Kamar rumah Aki
Suasana
: Malampun tiba. Waktunya Aris dan Ara untuk tidur.
Namun, mereka masih berlanjut untuk bertanya tentang dongeng Cawi dan Harimau kepada Akinya. : “Aki.. macam mana bunyi macam Cawi tu?” : “Bunyi dia macem ni. Kwang kwang kwik kwik.. kwang kwang kwik kwik..” Aris : “Ada Harimau..! Sini cepat..!” Aki : “Heiih.. bertuah ni budak.” Ara dan Aris : “Selamat malam Aki.. Saaayang Aki.” Ara Aki
62
B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Film Kartun “Pada Zaman Dahulu” Episode “Cawi dan Harimau” Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau” terbagi menjadi dua yaitu : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam perintah berakhlak mulia Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam perintah berakhlak mulia yang terdapat dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau” adalah sebagai berikut : a. Membina dan mendidik keluarga Sifat para tokoh dalam membina dan mendidik keluarga ini tercermin dalam segmen 1, adegan 2 pada menit ke 01.58 – 02.58. Aki Aris Aris Ara Aki Ara Aris Aki Aris Ara Aki
: “Haah??.. apa nak jadi ni?” : “Hah.... Ara buat..” : “Kasian.. lukisan yang cantik jadi tak cantik, semue salah Ara.” : “Hiih.. apa Abang ni, Aaa..bang..” : “Kau ni Aris. Dalam dua muke, depan cakap lain, belakang cakap lain. hemm..” : “Abang ni.. kasian Aki..” : “Mana Abang tau..” : “Ara.. sini duduk dengan Aki. Aki nak cerite, pasal dalam dua muke.” : “Haa??.. Hemm..” : “Abang.. marilah dengar cerite.” : “Hemm.. dengar cerita ni. Pada zaman dahulu..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Sang Aki (kakek) sedang melukis pemandangan di kampungnya. Lalu kedua cucunya yang bernama Aris dan Ara. Mereka berkata kepada Akinya bahwa lukisannya bagus. Namun cucunya yang bernama Aris berkata bohong dan mencoba merusaknya. Sang Aki pun mengetahui kebohongannya
63
dan sedih karena hasil lukisannya dirusak oleh Aris. Setelah itu Sang Aki bercerita mengenai contoh perilaku yang sama persis dilakukan oleh Aris, yakni dongeng tentang burung Cawi dan Harimau. b. Rendah hati Sifat rendah hati layaknya manusia yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 1, adegan 3 pada menit ke 03.25 – 03.39. Kerbau Gajah Arnab Cawi
: “Ngauuuuuung....” : “Hebatnye... akupun tak boleh nyanyi semerdu tu.” : “Lagi Cawi.. nyanyi lagi.. lagi..” : “Hehe.. terima kasih. Terima kasih semue..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Cawi memiliki siulan yang merdu, suka bernyanyi dan menari-nari bersama penghuni hutan lainnya. Hingga semua penghuni hutan merasa terhibur karenanya. Cawi pun mengucapkan terima kasih setelah bernyanyi. c. Musyawarah Sifat
layaknya
manusia
dalam
bermusyawarah
yang
digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 1, adegan 4 pada menit ke 03.25 – 04.35. : “Penghuni hutan! aku ade satu cadangan.” : “Cadangan ditutup! cadangan ape pula ni Kancil.. kami nak dengar Cawi menyanyi. Bukan dengar kau bercakap.” Kancil : “Saabaaar.. aku cadangkan.. kite lantik Cawi, sebagai puteri rimbe kite.” Penghuni hutan: “ Haaa...? Puteri rimbee..?” Helang : “Puteri rimbe? Cawi..?” Kancil : “Kalo Cawi jadi puteri rimbe, dia akan setiasa dikawasan hutan ni. Jadi.. bolehlah..” Monyet : “Kite dengar suara merdunya hari-hari. Oh.. kau Kancil Monyet
64
memang bijak Kancil!” Penghuni hutan: “Cawi puteri rimbe.. Cawi puteri rimbe..” Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Kancil sedang berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba Kancil mendengar siulan yang merdu dan melihat semua penghuni hutan menari-nari. Setelah Kancil melihatnya ternyata sumber suara tersebut dari burung Cawi. Kemudian Kancil mengusulkan Cawi untuk dijadikan puteri rimbe. Lalu semua penghuni pun setuju dengan usulannya Kancil. d. Tolong menolong Sifat tolong menolong layaknya manusia yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 1, adegan 6 pada menit ke 05.55 – 06.30. Dua Rusa Kancil Rusa 1 Rusa 2 Rusa 1 Cawi Dua Rusa
: “Tolong.... tolong.... tolong kami.. huhuhu” : “Heih... kenape Ruse?” : “Kawasan hutan kami terbakar. Semue dah hangus.. huhu” : “Huhuhu... kami nak tak dapet tempat tinggal.. huhu.. macem ni..” : “Huhuhu.. tolonglah kami..” : “Jangan risau wahai Ruse sekalian.. disinilah tempat tinggal kamu sekarang. Selamat datang..” : “Waah.. terima kasih Cawi. Terima kasih Cawi. Terima kasih banyak-banyak.”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa setelah Cawi sudah dilantik menjadi puteri rimba. Lalu semua penghuni hutan senantiasa mendengarkan siulan merdu Cawi. Ketika semua penghuni hutan menari-nari karena mendengarkan siulan merdu Cawi, tiba-tiba datanglah dua Rusa menghampiri mereka. Rusa kebingungan untuk
65
mencari tempat tinggalnya karena kawasan hutan mereka terbakar. Lalu Cawi menolong mereka. e. Persaudaraan Sifat persaudaraan layaknya manusia yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 1, adegan 6 pada menit ke 06.00 – 06.49. Rusa 1 Rusa 2 Rusa 1 Cawi Dua Rusa Helang Dua Rusa Arnab Helang
: “Kawasan hutan kami terbakar. Semue dah hangus.. huhu” : “Huhuhu... kami nak tak dapet tempat tinggal.. huhu.. macem ni..” : “Huhuhu.. tolonglah kami..” : “Jangan risau wahai Ruse sekalian.. disinilah tempat tinggal kamu sekarang. Selamat datang..” : “Waah.. terima kasih Cawi. Terima kasih Cawi. Terima kasih banyak-banyak.” : “Puteri Cawi.. tu aja tak tau.” : “Haa..haa.. terima kasih puteri Cawi.” : “Baik betul puteri Cawi. Me..mang patut dia jadi puteri rimbe. Iye kan, kan, kan?” : “Hehee.. betul betul. Me..mang patut!”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika semua penghuni hutan menari-nari karena mendengarkan siulan merdu Cawi. Tiba-tiba datanglah dua Rusa menghampiri mereka karena kawasan hutan mereka terbakar. Lalu Cawi membantu dua Rusa tersebut untuk tinggal di kawasan hutannya. Arnab dan Helang pun memuji kebaikannya Cawi.
66
f. Melarang pembakaran hutan Sifat layaknya manusia dalam melarang pembakaran hutan yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 1, adegan 6 pada menit ke 06.00 – 06.49. Dua Rusa Kancil Rusa 1 Rusa 2 Rusa 1 Cawi
: “Tolong.... tolong.... tolong kami.. huhuhu” : “Heih... kenape Ruse?” : “Kawasan hutan kami terbakar. Semue dah hangus.. huhu” : “Huhuhu... kami nak tak dapet tempat tinggal.. huhu.. macem ni..” : “Huhuhu.. tolonglah kami..” : “Jangan risau wahai Ruse sekalian.. disinilah tempat tinggal kamu sekarang. Selamat datang..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika semua penghuni hutan menari-nari. Tiba-tiba datanglah dua Rusa menghampiri mereka dan berteriak meminta tolong. Karena kawasan hutan mereka terbakar, yang mengakibatkan kehilangan tempat tinggalnya. g. Jujur Sifat jujur layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 2 pada menit ke 07.48 – 08.15. Helang Harimau
Helang Harimau Helang
: “Hem.. Haaa!! Alamak Harimau..!” : “Hei.. nanti-nanti. Aku bukan makan kau. Aku nak tanya kau sesuatu. Kau ade dengar, pasal Cawi dilantik jadi puteri rimbe?” : “Hem.. He..eh..” : “Jadi.. ceritelah, aku nak dengar.” : “Ohh.. ade.. Cawi kan baik. Cantik pula tu, suara pun merdu. Memang layak..”
67
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Helang pergi ke suatu tempat sendirian. Tiba-tiba datanglah Harimau menghampiri dirinya. Lalu Harimau bertanya kepada Helang tentang perihal Cawi menjadi puteri rimba. h. Berani Sifat berani layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 4 pada menit ke 11.22 – 12.13. : “”Hehe... hemm.. eih.. di mana emas itu?” : “Heih.. tempat itu jauh. Tapi puteri jangan risau, aku boleh tunjukkan.” Cawi : “Hem.. ade apa pe syarat ke?” Harimau : “Tidak ade syarat ape-ape. Tapi.. hanya kita berdua yang boleh pergi ke tempat itu.” Cawi : “Baiklah.. mari kita pergi.” (lalu Kancil ingin ikut perginya mereka) Kancil : “Hah?.. aku nak ikut..!” Harimau : “Heerrr... tak boleh!! aku dan Cawi saje. Kalo ade yang ikut...!!!” (Lalu memecahkan batu yang ada didepannya) Cawi : “Jangan ape-ape kan Kancil!” Harimau : “Eehh.. hehe..” Cawi : “Kancil jangan risau, tau gak bisa jaga diri. Aku pergi sekejap je.” Kancil : “Tapi Cawi.... Hem..” Penghuni hutan: “Hemmrrr.... (ketakutan)”
Cawi Harimau
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Harimau mengajak Cawi untuk pergi mengambil emas ke suatu tempat. Lalu Kancil ingin ikut kepada mereka, namun Harimau tidak mengizinkan dan marah kepada Kancil. Kancil dan semua penghuni hutan sangat ketakutan. Lalu Cawi menyuruh Kancil untuk tidak ikut bersamanya.
68
i. Pemurah Sifat pemurah layaknya manusia yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 3, adegan 2 pada menit ke 14.26 – 16.09. Cawi
Kancil Cawi Kancil Cawi Kancil Cawi
: “Hemm.. Heiihss.. panasnye.. mana emas? tak adepun.. Ihh.. haa.. Aah... Haaa..jangan.. jangan.. (Cawi tertimpa bekas pohon yang panas) Haah.. Harimau.. Harimau.. Tolong.. Tolong.. Ihh.. Jangan tinggalkan aku.. (Cawi melihat dari kejauhan Sang Harimau meninggalkan Cawi ). Ihh.. haa.. Tolong.. tolong..” : “Cawi..?” : “Ha..? Kancil..? Kancil.. tolong aku.. Kancil.. tolong aku Kancil.. cepat.. panes ni.. tolong..” : “Iye.. eh.. hah..” : “Eh.. haa.. eh.. terima kasih Kancil. Nasib baik kau datang. Hem.. mana Harimau?” : “Eeh..! hee.. Harimau dah pergi dengan Helang.” : “Haaa? Helang?.”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Cawi pun masuk kedalam pokok keruing (lubang pohon) tersebut. Lalu Kancil menemui Cawi untuk melihat keadaannya. Ketika Cawi terkena jebakan Harimau dan Helang yakni terjebak di dalam pokok keruing (lubang pohon). Lalu datanglah Kancil ingin menolongnya karena dari awal perjalanan Kancil sudah mengikuti Harimau dan Cawi dari belakang mereka. j. Pemaaf Sifat pemaaf dari sifat para tokoh ini tercermin dalam segmen 3, adegan 4 pada menit ke 18.00 – 18.48. Aki
: “Begitulah ceritanye.. semua binatang dan burung
69
Ara Aris Aki
Ara Aris Aki Ara
boleh mengetahui adanya Harimau, apabila Cawi berbunyi tujuh kali. Itulah amalan untuk binatang semue melarikan diri dari situ.” : “Ohh... Hemm..” : “Hoo.. Helang tu macem pula Aki?” : “Hingga sekarang burung helang bermusuhan dengan burung Cawi. Nampaknye burung Helang.. burung Cawi akan kejar untuk membalas dendam.” : “Kasian.. burung Cawi.. dari cantik jadi tak cantik. Macam lukisan Aki..” : “Hah?? Aki.. minta ampun. Aris yang salah..” : “Hemm.. iyelah..” : “Hihihii..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Sang Aki telah selesai bercerita dongeng tentang Cawi dan Harimau kepada kedua cucunya. Lalu kedua cucunya saling bertanya perihal dongeng tersebut kepada Akinya. Dari dongeng tersebut lalu Aris mengakui dan meminta maaf atas kesalahannya kepada Akinya. Karena telah merusak lukisannya dan telah berbohong kepada Akinya. k. Mencintai Saudara Sifat mencintai saudara dari sifat para tokoh ini tercermin dalam segmen 3, adegan 5 pada menit ke 19.25 – 19.57. : “Aki.. macam mana bunyi macam Cawi tu?” : “Bunyi dia macem ni. Kwang kwang kwik kwik.. kwang kwang kwik kwik..” Aris : “Ada Harimau..! Sini cepat..!” Aki : “Heiih.. bertuah ni budak.” Ara dan Aris : “Selamat malam Aki.. Saaayang Aki.” Ara Aki
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa malampun tiba. Waktunya Aris dan Ara untuk tidur. Namun, mereka masih berlanjut untuk bertanya tentang dongeng Cawi dan Harimau kepada Akinya.
70
Kemudian mereka mengucapkan “selamat malam” kepada Akinya dan dengan lantang mereka mengatakan sayang kepada Akinya.
2. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam larangan berakhlak tercela Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam larangan berakhlak tercela yang terdapat dalam film kartun “Pada Zaman Dahulu” episode “Cawi dan Harimau” adalah sebagai berikut : a. Dusta Sifat dusta dari sifat para tokoh ini tercermin dalam segmen 1, adegan 2 pada menit ke 01.30 – 02.58. Ara Aris Ara Aris Ara Aki Aris Aki Aris Aris Ara Aki
: “Ha..ha.. tak tau nanti aki marah. Ha..ha.. tak tau nanti aki marah.” : “Alamak.. Abang tak sengaje.. huft.. huft..” : “Habislah Bang..” : “Aki tak kan marah, lagi pule lukisan ni bukannya cantik.” : “Tapi.. tadi Abang kate caan...” : “Cantik ke tak cantik?” : “Ha?.. eh.. he..” : “Haah??.. apa nak jadi ni?” : “Hah.... Ara buat..” : “Kasian.. lukisan yang cantik jadi tak cantik, semue salah Ara.” : “Hiih.. apa Abang ni, Aaa..bang..” : “Kau ni Aris. Dalam dua muke, depan cakap lain, belakang cakap lain. hemm..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Sang Aki (kakek) sedang melukis pemandangan di kampungnya. Lalu kedua cucunya yang bernama Aris dan Ara. Mereka berkata kepada Akinya bahwa lukisannya bagus. Namun cucunya yang bernama Aris berkata bohong
71
bahwa lukisannya sebenarnya tidak bagus. Lalu Aris mencoba merusak lukisan Akinya. Sang Aki pun mengetahui kebohongannya. b. Iri hati Sifat iri hati layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 1 pada menit ke 07.10 – 07.40. Helang Cacing
: “Haah!! suara macam tu pun, jadi puteri. Sedap lagi suaraku. Ehm.. ehm.. lalalala.. lalalala..” : “Haaaahhhhh......” (Cacing berteriak dan burungburung berterbangan karena mendengar suara jelek Helang).
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa setelah Helang ikut menari-nari dengan iringan siulan Cawi yang merdu. Lalu Helang pergi ke suatu tempat. Helang menyanyi sendirian karena tidak mau kalah dengan suara merdunya Cawi. c. Sombong Sifat sombong layaknya manusia yang digambarkan oleh tokoh-tokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 2 pada menit ke 07.45 – 08.35. Helang Harimau
Helang Harimau Helang Harimau
: “Hem.. Haaa!! Alamak Harimau..!” : “Hei.. nanti-nanti. Aku bukan makan kau. Aku nak tanya kau sesuatu. Kau ade dengar, pasal Cawi dilantik jadi puteri rimbe?” : “Hem.. He..eh..” : “Jadi.. ceritelah, aku nak dengar.” : “Ohh.. ade.. Cawi kan baik. Cantik pula tu, suara pun merdu. Memang layak..” : “Apee..?! memang layak?! Aaarrghh.. aku harimau, raja rimba! hutan ni tak perlu ka puteri rimbe. Aku yang sepatutnya dihormati dan
72
disanjung, bukan Cawi!.” Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Helang terbang ke suatu tempat sendirian. Tiba-tiba datanglah Harimau menghampiri dirinya dan bertanya kepada Helang tentang perihal Cawi menjadi puteri rimba. Tapi, Harimau marah dan menyombongkan dirinya karena hanya raja rimba yang sepatutnya dihormati dan disanjung. d. Dengki Sifat dengki layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 2 pada menit ke 08.25 – 09.02. Harimau
Helang
Harimau Helang
: “Apee..?! memang layak?! Aaarrghh.. aku harimau, raja rimba! hutan ni tak perlu ka puteri rimbe. Aku yang sepatutnya dihormati dan disanjung, bukan Cawi!.” : “(Dalam hati berkata, “Kalo Harimau tak suke Cawi, bolehlah aku jadi puteri rimbe.”). Betul.. akupun tak setuju. Patutnya kau yang disanjung. Suara kau kuat. Tenagamu gagah dan yang paling penting.. kau raja rimbe.” : “Aaaarrrgghhh.....!!” : “Eh.. apa kate kau tangkap Cawi dan patahpatahkan sayapnye!.”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa Harimau sangat marah ketika Helang memberikan kabar tentang Cawi yang menjadi puteri rimba. Namun, Helang merasa senang melihat kemarahan Harimau kepada Cawi. Helang menginginkan untuk menggantikan posisinya Cawi agar menjadi puteri rimba.
73
e. Tamak Sifat tamak layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 4 pada menit ke 10.55 – 11.43. Harimau
Cawi Harimau Cawi Harimau Cawi
: “Haa.. oh.. Cawi.. aku dan Helang telah jumpe satu tempat yang ada emas yang cantik. Sesuai benak untuk dipakai dikaki dan paruhmu itu.. Bayangkan...” (lalu Cawi membayangkan sedang memakai emas di diparuh dan dikepalanya) : “”Hehe... hemm.. eih.. di mana emas itu?” : “Heih.. tempat itu jauh. Tapi puteri jangan risau, aku boleh tunjukkan.” : “Hem.. ade apa pe syarat ke?” : “Tidak ade syarat ape-ape. Tapi.. hanya kita berdua yang boleh pergi ke tempat itu.” : “Baiklah.. mari kita pergi.”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Cawi menyanyi dan menari bersama penghuni hutan. Tak lama kemudian muncullah Harimau yang ingin bertemu dengan Cawi untuk mengajaknya pergi bersamanya. Harimau membujuk Cawi untuk mengambil emas ke suatu tempat. f. Pemarah Sifat pemarah layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 2, adegan 4 pada menit ke 11.44 – 12.10. Kancil Harimau
Cawi
: “Hah?.. aku nak ikut..!” : “Heerrr... tak boleh!! aku dan Cawi saje. Kalo ade yang ikut...!!!” (Lalu memecahkan batu yang ada di depannya) : “Jangan ape-ape kan Kancil..!”
74
Harimau Cawi Kancil
: “Eehh.. hehe..” : “Kancil jangan risau, tau nak bisa jaga diri. Aku pergi sekejap je.” : “Tapi Cawi.... Hem..”
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa ketika Harimau mengajak Cawi untuk pergi ke suatu tempat. Lalu Kancil ingin ikut kepada mereka, namun Harimau tidak menyetujuinya. Kemudian Harimau memecahkan batu yang ada di depannnya. g. Khianat Sifat khianat layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 3, adegan 1 pada menit ke 13.40 – 14.25. Helang Harimau Helang Kancil
: “Habislah kau Cawi.. lepas ni, aku lah yang jadi puteri rimbe.. Hahaha.. hahaha.. hahaha..” : “Eiits.. hust.. nanti dia dengar. Jum..” : “Haa.. hem..” : “Hist..! musiak Harimau dan Helang ternyata. Cawi telah kena tipu!.” (Suara lirih Kancil dari tempat persembunyiannya).
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa setelah Cawi masuk kedalam pokok keruing (lubang pohon), bekas hutan terbakar untuk mengambil emas atas bujukannya Harimau. Lalu datanglah Helang menghampiri Harimau. Kancil kesal dengan mereka karena mendengar percakapan mereka. h. Dendam Sifat dendam layaknya manusia yang digambarkan oleh tokohtokoh binatang ini tercermin dalam segmen 3, adegan 3 pada menit ke 16.10 – 17.13.
75
Cawi
Kancil Cawi Kancil Cawi
Tupai Cawi Kancil
Cawi Kancil
: “Haa.. heihh.. hum.. nampaknye.. bulu aku akan tetap begini. Kenapalah Harimau dan Helang nak tinggalkan aku?” : “Mereka tak suke kau jadi puteri rimbe.” : “Tapi.. Helang setuju aku jadi puteri rimbe.” : “Itu depan kau..! belakang kau lain.” : “Hiks.. hiks.. sampai hati..” (lalu muncul Tupai untuk menegur kisah dongeng tersebut) : “Helang.. Helang.. dalam due muke.. Wuaahaha” : “Huhuhu... aku nak tak cantik lagi. Huhu..” : “Tak ape Cawi.. suara kau tetap merdu. Kau boleh gunakan suara kau untuk membalas perbuatan Harimau dan Helang.” : “Haa.. macem mane?..” : “Haah...” (mereka berbisik-bisik untuk berencana membalas dendam perbuatan Helang dan Harimau).
Dalam dialog di atas diceritakan bahwa setelah Cawi terjebak didalam pokok keruing (lubang pohon) bekas hutan terbakar untuk mengambil emas karena percaya dengan ucapannya Harimau. Lalu datanglah Kancil untuk menolongnya. Cawi tidak menyangka bahwa Harimau dan Helang telah menipunya. Lalu Cawi membersihkan badannya yang terkena bekas pohon yang terbakar di sungai. Namun, badannnya tetap saja menghitam dan tidak bisa hilang. Kemudian mereka berencana untuk membalas dendam perbuatan Harimau dan Helang.