BAB III MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS
A. Subject Matter Penulis mengangkat bentuk dan karakter monster dan makhluk halus sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni lukis karena penulis merasa tertarik untuk berimajinasi lebih jauh dan penulis juga ingin mengungkapkan bayangan monster dan makhluk halus dalam imajinasi penulis. Imajinasi juga menjadi peran sentral dalam segala aktivitas kognitif manusia bersamaan dengan persepsi dan pemikiran. Kebanyakan dalam pemikiran barat, imajinasi memiliki status yang ambigu, yaitu menyeimbangkan antara roh dan alam, sebagai mediasi antara pikiran dan tubuh, mental, dan fisik dan menjadi perantara antara jiwa yang satu dengan yang lainnya (Beaney, 2005: 1). Imajinasi menjelaskan suatu proses mental yang mengandung: (1) timbulnya gambaran inderawi yang didapat dari persepsi sebelumnya (imajinasi reproduktif), dan (2) kombinasi dari unsur-unsur tersebut menjadi suatu kesatuan baru (imajinasi kreatif atau produktif). Imajinasi kreatif terdiri dari dua jenis: (1) yang bersifat spontan dan tak terkontrol, dan (2) imajinasi konstruktif, seperti tampak pada ilmu, penemuan dan filsafat, yang dikontrol oleh perencanaan dominan. Imajinasi lebih terpaut pada sikap mental, bukan proses visual jasmaniah
yang
dilakukan
seketika
oleh
manusia.
Karena
proses
mengimajinasikan itu selalu merupakan proses membentuk gambaran tertentu, dan ini terjadi secara mental (Susanto, 2012: 53).
Setiap manusia tentu mempunyai dunia imajinasi mereka masingmasing, penulis tentu mempunyai dunia imajinasi yang tidak jauh dari figur monster dan makhluk halus yang sudah biasa penulis ekspresikan ke dalam goresan pulpen di atas kertas dan penulis juga telah lama memainkan permainan-permainan bertemakan monster sejak masa Sekolah Menengah Pertama. Penulis menginterpretasi dan mengubah bentuk-bentuk monster dan makhluk halus yang menyeramkan, jahat, dan garang melalui proses berimajinasi yang dialami oleh penulis ke dalam karya seni lukis. Interpretasi adalah menafsirkan hal-hal yang terdapat di balik sebuah karya, dan menafsirkan makna, pesan, atau nilai yang dikandungnya (Bahari, 2008: 12). Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbolsimbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan. Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya. Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.
18
Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang, seperti pada propaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan (https://id.wikipedia.org/wiki/Interpretasi. 15/06/2015). Walaupun telah dijelaskan di atas bahwa monster dan makhluk halus itu hanya ada dalam khayalan atau mitos dan mereka juga hanya sesuatu yang diceritakan ulang secara turun-temurun tanpa bukti yang nyata. Akan tetapi secara kenyataannya monster merupakan suatu julukan pada sesuatu maupun seseorang yang mempunyai sifat jahat, mengerikan, berukuran raksasa, dan aneh. 1. Pengertian Seni dan Estetika Seni adalah hal yang menyangkut hasil karya/benda artefak seni (Santo, 2012: 79). Seni menurut penulis adalah kebebasan dalam ekspresi yang menyebabkan rasa merdeka oleh si seniman, eksplorasi tanpa batas untuk terus berpikir kreatif sekaligus pencarian karakter dalam karya. Seni rupa adalah suatu wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indra penglihatan, dan secara garis besar di bagi menjadi seni murni dan seni terap. Seni murni merupakan seni yang karyanya tidak mengandung tujuan kegunaan (applied) “fungsional”, melainkan sebagai media ekspresi yang diungkapkan pada seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kramik dengan berbagai teknik beserta aliran-alirannya. Perkembangan seni rupa sekarang ini selain seni lukis, patung, keramik, grafis juga mewadahi seni-seni yang lainnya seperti, seni lingkungan (enviromental art), seni instalasi, seni pertunjukan (performing art), dan lainlainnya (Bahari, 2008: 51-52).
19
Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani aesthesis, yang berarti pencerapan inderawi, pemahaman intelektual (intellectual understanding) (Rapar, 1996: 67). 2. Pengertian Seni Lukis Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Seni lukis sangat terkait dengan gambar. Pada zaman dahulu, seni lukis dimaksudkan untuk tujuan mistis dan propaganda, yaitu menggambarkan keadaan alam. Di Indonesia sendiri dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia (Rustandi, 2009: 1) 3. Komponen Karya Seni Komponen karya seni terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tema, bentuk, dan isi. Ketiga komponen itu merupakan suatu kesatuan yang terkandung dalam suatu karya seni rupa. Setiap komponen mempunyai peran serta saling melengkapi satu sama lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. a. Tema 1. Tema atau Subject matter merupakan bentuk dalam ide atau penggambaran dalam pikiran yang dimiliki oleh seniman, artinya bentuk yang ada dalam pikiran si seniman sebelum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik. Menurut P. Mulyadi, pengertian tema adalah apa saja yang diungkapkan dalam suatu karya seni. Dalam karya-karya abstrak sekalipun, tema yang dimaksud ada dalam dunia ide atau konsep-konsep intelektual; dan ini berlainan dengan karya-karya non abstrak yang mana tema mendasarkan pada fakta-fakta atau obyek-obyek yang dapat dilihat (Mulyadi, 1993: 15).
20
2. Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Bahari, 2008: 22). 3. Objek-objek atau gagasan yang dipakai dalam berkarya yang ada dalam sebuah karya seni (Susanto, 2011: 383). 4. Dalam seni yang bersifat menggambarkan atau berbentuk, maka temanya adalah alam. Tetapi dalam seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa, subject matter atau tema berupa idea atau konsep-konsep intelektual yang lebih sulit dimengerti bila dibandingkan dengan tema-tema yang didasarkan atas suatu objek atau fakta (Mulyadi, 1998: 28). 5. Menurut tampilan dari etymonline.com, sebagai kata benda istilah bentuk atau dalam bahasa inggrisnya biasa disebut “form” berawal dari bahasa kuno Perancis “forme”yang memiliki arti “bentuk, fisik, penampilan yang menyenangkan; bidang, gambar, cara” dan dari bahasa latin “forma” yang artinya “bentuk, kontur, figur, bidang, penampilan, model, pola, desain”, yang diambil dari akar kata “morphe” yang artinya “kecantikan”, penampilan luar (http://etymonline.com/index.php. 10/06/2015). Lewat karya Tugas Akhir inilah penulis ingin mengungkapkan ketertarikan dan menjelaskan berbagai macam monster dan makhluk halus tersebut. Penulis juga ingin menggambar ulang atau merepresentasikan bentukbentuk monster dan makhluk halus yang ada dalam cerita-cerita yang sudah tersebar luas di masyarakat umum, seperti naga, mutan, ogre, siluman, gendruwa, sundel bolong, dan sebagainya, sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan penulis ke dalam karya seni lukis dengan teknik drawing.
21
b. Bentuk (form) Menurut halaman etymonline.com, sebagai kata benda istilah bentuk atau dalam bahasa inggrisnya biasa disebut “form” berawal dari bahasa kuno Perancis “forme”yang memiliki arti “bentuk, fisik, penampilan yang menyenangkan; bidang, gambar, cara” dan dari bahasa latin “forma” yang artinya “bentuk, kontur, figur, bidang, penampilan, model, pola, desain”, yang diambil dari akar kata “morphe” yang artinya “kecantikan”, penampilan luar (http://etymonline.com/ index.php. 10/06/2015). Bentuk dalam karya Tugas Akhir ini yaitu karya seni lukis drawing dua dimensi menggunakan media kertas dan drawing pen. Bentuk visual yang penulis munculkan adalah melakukan dekonstruksi, deformasi, dan stilasi bentuk ke dalam tampilan baru yang berkesan unik, lucu, dan naïf. Bentuk-bentuk tersebut akan membawa suasana yang berbeda, di mana bentuk-bentuk monster dan makhluk halus dalam imaji masyarakat mengalami penimbulan mendasar ketika tampil dalam karya-karya Tugas Akhir ini. c.
Isi Pengertian isi dalam seni rupa adalah arti yang terkandung di dalam
totalitas bentuk dan subject matter yang ditampilkan dalam suatu karya rupa. Menurut P. Mulyadi, isi adalah kualitas atau arti yang ada dalam suatu karya seni, di mana isi merupakan arti yang esensial daripada bentuk (Mulyadi, 1994: 16). Dikemukakan oleh Soedarso Sp. bahwa seperti diketahui, dalam rangka menyelamatkan slogan “Form Follow Function” yang terkenal itu Victor memasukkan enam unsur dalam fungsi, yaitu use, need, method, telesis, aesthetics, dan association (Soedarso, 2000: 34)
22
Berdasarkan paparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada seniman yang menciptakan suatu karya seni tanpa kesadaran. Seorang seniman menciptakan karya seni karena ada sesuatu yang ingin disampaikan pada khalayak umum, entah berupa perasaannya, pemikirannya, suasana hatinya, pengalamannya, dan sebagainya. Semua itu dinyatakan lewat bentuk yang sesuai dengan isi yang akan disampaikan. Maka dalam karya Tugas Akhir ini isi yang ingin disampaikan penulis adalah merepresentasikan monster dan makhluk halus yang berada di dalam pikiran penulis ke dalam bentuk karya seni dua dimensi, sehingga khalayak umum bisa mengerti visual dari monster dan makhluk halus tersebut. Isi atau pesan yang penulis usung dalam karya-karya Tugas Akhir ini yaitu: 1) Nuansa unik, dalam arti representasi dari visual monster dan makhlus halus yang menimbulkan kesan seram menjadi visual yang unik dan jauh berbeda dengan apa yang divisualisasikan oleh masyarakat, sehingga sama sekali tidak ada unsur yang menyeramkan. 2) Nuansa lucu, dalam arti representasi dari visual monster dan makhluk halus yang menakutkan menjadi terkesan lucu karena adanya deformasi dan distorsi dari bentuk awal monster dan makhluk halus. 3) Nuansa naïf, dalam arti representasi visual dari monster dan makhluk halus
dalam karya-karya Tugas Akhir ini menjadi bentuk yang
sederhana, lugu, dan tidak masuk akal.
23
B. Proses Visualisasi 1. Media Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang media kertas yang digunakan sebagai media ekspresi dalam karya Tugas Akhir. Secara umum pengertian kertas adalah sejenis lembaran serba sama yang terbuat dari jalinan serat selulosa, dengan bantuan zat pengikat, dan dibuat dalam berbagai jenis berdasarkan macam dan jenis tujuan penggunaannya (Pudjaatmaka, 2002: 386). Sedangkan menurut etimologi, kertas yang dalam bahasa Inggrisnya “paper”, sedangkan dalam bahasa Belanda, Perancis, dan Jerman dikenal dengan kata “papier”, dan dalam bahasa Spanyol dikenal dengan kata “papel”.Dalam bahasa Latin kata “papyrus” yaitu sejenis tanaman yang ditemukan di sepanjang sungai Nil yang digunakan sebagai bahan untuk membuat media tulis. Kertas sangat kuat kaitannya dengan dokumen (http://etymonline.com/index.php.2015). Bahan yang digunakan penulis dalam karya Tugas Akhir ini dengan menggunakan berbagai macam kertas dengan berbagai ukuran. Alasan penulis menggunakan kertas karena penulis lebih menguasai media kertas. Jenis kertas tersebut adalah kertas concorde dan kertas manila. Alasan menggunakan media kertas tersebut karena sangat cocok jika digunakan untuk karya dengan teknik drawing. Alat tulis yang paling dominan digunakan dalam pembuatan karya ini adalah drawing pen dengan merek dagang SNOWMAN. Alasan menggunakan alat tersebut yang pertama, karena penulis sudah terbiasa menggunakannya. Kedua, ukuran ketebalan drawing pen ini lengkap, mulai dari 0.05 sampai 1.0, tetapi yang digunakan adalah ukuran 0.05, 0.1, 0.2, 0.4, dan 0.8, dan terakhir,
24
karena kualitas pigmen tintanya pun sudah terbilang sangat bagus karena kualitas drawing pen ini sudah penulis gunakan pada karya semester 1 dan warnanya tidak berubah. Alat pendukung lainnya adalah menggunakan pensil dan penghapus untuk membuat sketsa secara kasar dalam proses pembuatan karya. Dalam proses visualisasi, juga menerapkan prinsip dasar seni rupa antara lain meliputi kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (ritme), perbandingan (proportion), penekanan (domination).
a. Kesatuan (unity) Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di dalam karya seni (Sanyoto, 2009: 213). Menurut Santo dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Seniman Rupa” disebutkan kesatuan/ Unity: Ini diwujudkan dengan unsur-unsur yang saling berhubungan sehingga menjadi satu kesatuan (Santo dkk, 2012: 91). Kesatuan yang digunakan dalam semua karya Tugas Akhir ini dengan menyatukan garisgaris yang dihasilkan dari goresan mata drawing pen dan beberapa karya
b. Keseimbangan (balance) Persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya (Susanto, 2011: 46). Keseimbangan merupakan suatu keadaan, semua bagian sebuah karya seni tidak ada yang lebih dibebani.
25
Sebuah karya seni dikatakan seimbang manakala di semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada karya tersebut akan membawa rasa tenang dan enak dilihat, di dalam keseimbangan ada keseimbangan simetri (symmetrical balance), keseimbangan memancar (radial balance), keseimbangan sederajat (obvious balance) (Sanyoto, 2009: 237). Keseimbangan/ Balance: Keseimbangan merupakan naluri mendasar pada manusia. Hal ini pun berperan dalam penciptaan karya seni (Santo, 2012: 91). Keseimbangan yang digunakan dalam karya Tugas Akhir ini kebanyakan menggunakan keseimbangan simetri karena karya-karya tersebut terbagi dalam beberapa panel yang menjadikannya keseimbangan simetri.
c. Irama (rhytm) Irama (rhytm) suatu istilah yang biasanya dipakai di dalam musik dan puisi. Ritme pada seni rupa berarti suatu susunan teratur yang ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga menimbulkan gerak karena pengulangan objek yang satu ke objek yang lainnya (Hakim, 1997: 18). Tidak semua karya Tugas Akhir ini menggunakan prinsip dasar irama karena ada beberapa karya yang sengaja diciptakan statis. Karya-karya yang menggunakan prinsip dasar irama dengan unsur garis yang dihasilkan dari goresan mata drawing pen diciptakan seolah bergerak dan berkesinambungan contohnya dalam bentuk objek figur monster dan makhluk halus serta objek pendukung lainnya seperti awan, bebatuan, dan pepohonan.
d. Perbandingan (proportion) Proporsi berasal dari bahasa Inggris proportion yang artinya perbandingan. Proporsi dapat diartikan perbandingan atau kesebandingan dalam suatu objek
26
antara bagian satu dengan bagian lainnya. Proporsi pada dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya sistematis (Sanyoto, 2009: 249). Proporsi yang digunakan dalam karya Tugas Akhir ini menggunakan distorsi dan deformasi bentuk sehingga jauh dari proporsi bentuk aslinya.
e. Penekanan (domination) Dominasi dalam karya seni disebut sebagai keunggulan, keistimewaan, keunikan, keganjilan, dan kelainan. Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang harus ada pada karya seni, agar diperoleh karya seni yang artistik atau memiliki nilai seni. Jadi dominasi bertugas sebagai pusat perhatian dan daya tarik (Sanyoto, 2009: 225). Penekanan/Emphasis: Karya seni yang baik biasanya menitikberatkan dalam pengaturan unsur estetika pada karyanya. Pengertian emphasis dalam estetika yaitu sebagai berikut: (a) emphasis bersifat dominan, (b) emphasis bersifat subdominant, (c) emphasis bersifat subordinan (Santo, 2012: 91). Prinsip dominasi yang digunakan dalam karya Tugas Akhir ini kebanyakan karena banyaknya intensitas garis dari keseluruhan bagian dalam suatu karya yang memunculkan point of interest tetapi ada pula karya yang menggunakan warna pada objek dalam karya untuk memunculkan point of interest.
2. Teknikal Praktis Drawing berasal dari kata draw yang berarti menggambar. Menggambar pada tingkat paling sederhana adalah dasar bagi segala hal dalam seni rupa. Gambar ternyata berdiri sebagai fakta kasat mata yang memperlihatkan pikiran dan rencana seniman di setiap wilayah kreativitasnya. Drawing/gambar pada garis besarnya memiliki tiga kegunaan. Pada tingkat pertama, gambar merupakan notasi 27
(catatan) tentang benda atau situasi pada saat tertentu yang dianggap menarik oleh si penggambar. Catatan, notasi maupun sketsa sebagai hasil gambar umumnya bermuatan garis yang sekaligus gambaran sekilas dan dikerjakan dalam tempo cepat, acapkali dilanjutkan pada tahap berikutnya. Ke-dua, gambar hadir dan membuktikan dirinya sebagai karya seni yang utuh dan berdiri sendiri. Pada fungsi ini gambar telah memperlihatkan kelengkapan pernyataan seniman, relatif tak butuh tahapan berikutnya. Perlakuan gambar dalam fungsi ini kadang kerap pula dipadu dengan inovasi teknik lainnya, ketika gambar berpadu dengan cerita/ sastra menjadi komik, drawing dengan sastra dan teknologi menjadi animasi, maupun menjadi ilustrasi (baik sebagai gambaran cerita sampai “pengganjal” tulisan) serta berfungsi meramaikan demonstrasi-demonstrasi di jalan. Terakhir, gambar berfungsi sebagai media studi yang melandasi pekerjaan berikutnya seperti lukis, patung, arsitektur, ilmu pengetahuan atau lainnya. Pengaruh gambar pada fungsi ini sampai pula sebagai pembuka cakrawala ilmu pengetahuan. Pengembang ilmu tersebut salah satunya adalah seniman, pemikir Leonardo Da Vinci (Susanto, 2012: 34). Penulis memilih karya seni lukis drawing, menggoreskan drawing pen di atas kertas karena merasa memiliki kemampuan lebih dibandingkan melukis di atas kanvas serta masih dalam tahap eksplorasi dalam berkesenirupaan karena penulis baru belajar menggunakan kuas, mengolah warna, dan mengenal media kanvas ketika memasuki masa perkuliahan. Dewasa ini karena berkembangnya teknologi, media menggambar juga dapat dilakukan dengan media digital yang menggunakan beberapa alat bantu hardware seperti komputer, laptop, tablet, dan lain-lain yang dilengkapi dengan software menggambar atau desain seperti
28
CorelDraw, Photoshop, dan lain sebagainya sehingga karya tersebut biasa disebut digital painting atau karya lukis digital. Teknik dalam proses berkarya yang diterapkan menggunakan teknik konvensional atau yang telah biasa digunakan berupa goresan langsung di atas kertas. Teknik gores dalam hal ini adalah dengan cara menggoreskan mata drawing pen di atas kertas secara berulang-ulang untuk menciptakan bentukbentuk dari figur monster, menimbulkan kesan gelap terang, dan menambahkan adanya kesan tekstur dari banyak dan sedikitnya intensitas garis yang digoreskan. Perwujudan konsep dalam karya tugas akhir ini selain mengandalkan spontanitas dalam praktek pengerjaannya, juga membutuhkan kesabaran dalam proses penyelesaiannya. Adapun tahapan-tahapan pembuatan karya sebagai berikut: 1. Tahap pertama, penulis menentukan monster dan makhluk halus yang akan sesuai dengan konsep penulis. Contoh, penulis memilih tipe dragons untuk karya pertama. 2. Tahap ke-dua, penulis mencoba berimajinasi bagaimana bentuknya yang cocok dengan karakter monster tersebut dan berimajinasi objek-objek atau suasana seperti apa yang mendukung agar karya tersebut bisa maksimal. 3. Tahap ke-tiga, penulis mencari referensi bentuk-bentuk tersebut di buku, bertanya pada yang lebih tahu, dan internet. 4. Tahap ke-empat, penulis mempersiapkan segala media dan peralatan dalam penciptaan karya.
29
5. Tahap ke-lima, penulis membuat sketsa global menggunakan pensil grafit ke atas kertas kemudian menggoreskan drawing pen 0.8 di atas kertas untuk membuat outline atau garis luar figur monster. 6. Tahap ke-enam, mempertajam detail figur monster dengan memperbanyak garis dengan drawing pen ukuran 0.4, 0.2, 0.1, dan 0.05. Terakhir, melakukan berbagai finishing touch lewat goresan drawing pen hingga karya benar-benar selesai. Dalam mewujudkan karya Tugas Akhir ini penulis merumuskannya melalui unsur-unsur bentuk dalam prinsip desain dalam penciptaan sebagai berikut: a. Garis Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat “nisbi”, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggirendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Susanto, 2011: 148). Lewat goresan mata drawing pen penulis mampu mengolah secara maksimal
sehingga
menjadi
beberapa
sifat
garis
yang juga
sebagai
pengekspresian. Dalam proses menggambar lebih sering menggunakan garisgaris yang spontan walaupun sudah ada garis bantu ketika proses sketsa. Pemilihan garis-garis spontan ini karena dengan spontanitas tersebut apa yang mau disampaikan lebih tercurahkan.
30
b. Bidang Bidang geometrik dan non geometrik, selain kedua bidang tersebut terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu bidang yang seolah meliuk, bentuk bidang yang seolah miring membentuk sudut, bentuk bidang yang seolah bersudut-sudut, dan bentuk bidang gabungan (Sanyoto, 2009: 104). Penulis menggunakan bidang-bidang organis yang lebih bebas dan bidang geometris seperti segiempat, segitiga, dan segi-segi lainnya. Dalam visualisasi karya penulis akan lebih banyak menggunakan bidang organis untuk mendukung bentuk figur monster dan makhluk halus.
c. Tekstur Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang ditampilkan pada sebuah karya. Berdasarkan macamnya tekstur dibagi menjadi dua yaitu, tekstur nyata, nilai permukaan yang sama secara visual mata dengan rabanya. Tekstur semu, nilai permukaan yang berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari, 2008: 101). Setiap goresan mata drawing pen masih dapat diraba akan tetapi Tekstur yang digunakan adalah tekstur semu sebab dalam penyajian akhirnya menggunakan frame yang diberi lapisan kaca sehingga tekstur-tekstur tersebut tidak tampak.
d. Warna Tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena
31
adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sanyoto, 2009: 12). Dalam karya Tugas Akhir ini hanya sedikit menggunakan warna, hanya pada karya-karya tertentu yang menurut penulis perlu diberi warna untuk mendukung totalitas karya atau sekedar menunjukkan point of interest.
e. Komposisi Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa untuk mencapai integrasi antara garis, warna, bidang, dan unsur-unsur karya seni yang lain untuk mencapi susunan yang dinamis, termasuk tercapainya keseimbangan yang indah juga menarik (Susanto, 2011: 226). Komposisi: Bentuk unsur seni rupa dapat diatur sesuai kaidah seni yang ingin ditampilkan dalam penyajian akhir dengan menggunakan kaidah seni rupa. Sebagai contoh, pengaturan komposisi yang baik. Melalui penggunaan garis imajiner/maya, kita dapat menentukan bentuk komposisi yang diharapkan guna mencapai keseimbangan yang selaras (Santo, 2012: 90). Komposisi yang digunakan dari keseluruhan karya adalah komposisi terbuka karena susunan unsur-unsur dalam karya penulis terlihat menyebar. Penggunaan komposisi terbuka karena penulis ingin memberikan variasi ketika seseorang mengamati karya sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
3. Proses Artistik Dalam proses penciptaan bentuk karya, penulis mengadakan distorsi dan deformasi.
Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang
dibelokan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena 32
merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk atau figur (Susanto, 2012: 33). Deformasi dipakai dalam istilah pengubahan bentuk yang tidak dapat diklarifikasikan ke dalam distorsi. Tetapi dengan deformasi, bagaimanapun bentuk yang diciptakan seniman, imaji penghayat masih dapat menangkap tema alam didalamnya. Misal pada bentuk patung geometris yang kaku dan karya abstrak (Suradijo, 1994: 80). Dalam proses menciptakan karya-karya yang dekoratif dengan sedikit ilustrasi dengan tujuan ingin bercerita lewat karya. Dekoratif, sebuah karya seni yang memiliki daya (unsur) (meng)hias yang tinggi atau dominan. Di sini tidak menampakkan adanya volume keruangan maupun perspektif. Semua dibuat secara flat atau tidak menunjukkan ketiga dimensiannya (Susanto, 2012: 30). Dekoratif Naif, sebuah gaya dalam mengungkapkan keindahan dekoratif berjenis naif (liar, kekanak-kanakan) dan primitif. Dalam gaya ini hampir tidak terkekang masalah proporsi objek atau figure, perspektif atau volume keruangan. Semuanya menampakkan unsur menghias dua dimensinya secara kuat. Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan suatu maksud atau tujuan secara visual. Ilustrasi mencakup gambar-gambar yang dibuat untuk mencerminkan narasi yang ada pada teks atau gambar tersebut merupakan teks itu sendiri (Susanto. 2012: 30 & 369).
4. Penyajian Karya Penyajian karya merupakan suatu hal terpenting dalam totalitas sebuah karya seni yang akan disajikan pada para penikmat seni. Penyajian yang baik akan menambah nilai keindahan pada suatu karya seni. Penggunaan pigura berwarna
33
hitam agar kontras dengan warna kertas dan menggunakan kaca doff (nonreflection) sehingga tidak memantulkan sinar apabila terkena pantulan cahaya.
Gambar 8. Contoh frame
34
C. Estetika Monster dan Makhluk Halus
Karya 1 Judul Media Ukuran Tahun
: I am Dragon and I Love Diamond : Tinta di atas Kertas : 60 x 85 cm : 2015
Karya pertama yang berjudul “I am Dragon and I Love Diamond” dengan medium tinta di atas kertas Samson berukuran 60cm x 85cm. Judul 35
dalam karya ini diambil dari nama jenis monster “dragon” sebagai objek utama dalam karya. Monster dragon terbagi menjadi dua jenis yaitu colored dragon dan metallic dragon. Karya yang pertama ini penulis mengambil monster colored dragon yang mempunyai sifat suka mengumpulkan harta berupa perak, emas, dan berlian dan juga senjata-senjata milik para ksatria semakin banyaknya harta maupun senjata yang mereka kumpulkan menjadikan mereka naga legenda. Colored dragon dalam karya pertama ini penulis ubah menjadi figur yang lucu, keterbalikkan dengan karakter asli dragon yang garang dan menakutkan. Bagian kepala dragon hampir secara keseluruhan masih menyerupai bentuk aslinya hanya saja di bagian mata diberikan sedikit sentuhan dekoratif sehingga berbentuk ornamen bunga. Ekspresi wajah monster dragon yang sedang menggeram sehingga menimbulkan muncratan dari mulutnya di tambah objek bubble yang berisikan teks “money” menggambarkan bahwa ia sedang meminta uang. Bagian badan monster dragon mengenakan baju tuxedo untuk menampilkan kesan kemewahan dengan bagian lengannya yang sobek untuk menampilkan kesan agresif dalam mengumpulkan harta. Di bagian belakang tubuhnya masih terlihat bentuk seperti sayap hanya saja dibuat dekoratif karena pada dasarnya bentuk asli monster dragon memiliki sayap dan juga ekor yang mengeluarkan api dibuat dekoratif. Lengan sebelah kanan mengenakan jam tangan dan cincin berlian sambil menggenggam berlian besar untuk menampilkan kesan kemewahan. Lengan sebelah kiri sedang memegang hamburger yang sangat besar dengan sebagian sisi sudah tergigit dari atas sampai bawah untuk menggambarkan kesan rakus. Bagian badan dibuat gemuk
36
dengan kaki yang kecil sehingga terlihat memiliki perut yang buncit untuk menimbulkan kesan keserakahan dan celana menggunakan ikat pinggang yang di bagian kepala ikat pinggang tersebut terdapat gambar berlian untuk menggambarkan kesan kemewahan. Di bagian background terdapat dua objek berlian yang melambangkan kekayaan atau kemewahan untuk memperkuat karakter monster dragon yang cinta akan harta.
37
Karya 2 Judul Media Ukuran Tahun
: I am Giant and I Love My Family : Tinta di atas Kertas : 60 x 80 cm : 2015
Karya ke-dua yang berjudul “I am Giant and I Love My Family” dengan medium tinta di atas kertas Samson berukuran 60cm x 80cm. Judul karya ini diambil dari jenis tipe monster yaitu “giant” yang memiliki proporsi bentuk manusia berukuran raksasa. Giant merupakan musuhnya para naga dan bangsa
38
manusia. Giant merupakan mahluk mitos yang tinggal di sebuah kerajaan kuno di atas awan yang sangat mencintai keluarga mereka. Dalam karya ini penulis ingin mengangkat monster giant yang mempunyai sifat kekeluargaan dan rasa mencintai yang kuat pada sesamanya. Bagian sisi kiri atas, digambarkan objek kastil yang banyak retaknya di dinding-dinding kastil untuk menimbulkan kesan kuno. Selain itu juga meletakkan bentuk-bentuk awan yang dekoratif untuk menimbulkan suasana kerajaan yang berada di atas awan sesuai dengan tempat tinggal monster giant. Di bagian sisi kanan atas terdapat bubble yang berisikan teks “Love” untuk menguatkan karakter monster giant yang penyayang terhadap sesama. Di bagian tengah karya terdapat objek utama yaitu monster giant yang sedang menimang bayi giant. Penciptaan ekspresi mimik wajah yang santai dengan mata yang sedang terpejam dan sedikit memiringkan dagu sehingga terlihat sedang menikmati suasana yang sepi. Ekspresi bayi yang ditimangnya pun terlihat tertidur sangat pulas di dalam dekapan sang monster giant. Di sekeliling bawah monster giant ditumbuhi pepohonan. Tepat di bawah monster giant yang sedang duduk terdapat kerangka monster dragon lengkap dengan sayapnya untuk mendukung karakter monster giant yang merupakan musuh dari monster dragon. Pulau yang sedang diduduki oleh monster giant dibuat dengan dekoratif berbentuk kotak-kotak yang disebabkan dari kesatuan beberapa garis hanya dengan banyak atau sedikitnya garis untuk membedakan mana yang lebih gelap dan mana yang lebih terang.
39
Karya 3 Judul Media Ukuran Tahun
: Trah : Tinta di atas Kertas : 110c x 23 cm, 2 panel : 2015
Karya ke-tiga yang berjudul “Trah Monster” dengan medium tinta di atas kertas berukuran 110cm x 23cm yang terdiri dari dua panel. Judul karya ini diambil dari trah yang mana dalam tradisi masyarakat Jawa adalah nama rentetan keluarga atau silsilah keluarga. Maksud karya ini sangatlah sederhana,
40
yaitu ingin menciptakan suasana tentang silsilah keluarga monster yang ada dalam alaming lelembut mulai dari zaman dahulu hingga zaman modern. Di bagian bawah panel yang pertama, adalah makhluk monster berwujud figur manusia di batang pohon untuk memberikan kesan tempo dulu. Bagian paling bawah monster yang diciptakan terinspirasi dari kesultanan agung keraton yang
masih santun, maksudnya bahwa orang-orang zaman dahulu
sangat berpegang teguh pada norma sopan santun. Ekspresi wajah monster bagian paling bawah seperti orang yang terkejut melihat keturunannya yang semakin ke atas semakin kacau. Semakin ke atas terdapat berbagai macam watak yang masih berwujud figure manusia yang menggambarkan berbagai tingkat jabatan, profesi, dan gaya hidup yang ada dalam masyarakat Jawa seperti masih meyakini ilmu kebatinan dan kejawen. Semakin ke atas menunjukkan perubahan zaman yang semakin edan semakin tidak berbentuk dan semakin kacau. Kesemua monster dalam panel ini masih menunjukkan kemiripan yang maksudnya bahwa kehidupan orang-orang terdahulu terkenal dengan rukun kompak. Di panel ke-dua, menggambarkan monster-monster yang tinggal di tiang listrik untuk menunjukkan kehidupan yang modern. Macam bentuk monster-nya pun sudah sangat aneh dan beragam yang maksudnya kehidupan di zaman modern orang-orang hidup secara individual, tidak peduli sesama, memakan apa saja yang bias dimakan tanpa memikirkan kerugian yang disebabkan, hukum yang tidak adil, dan lain-lain.
41
Karya 4 Judul Media Ukuran Tahun
: Gendruwa : Spidol dan Tinta di atas Kertas : 21cm x 30cm, 5 panel : 2015
Karya ke-empat yang berjudul “Gendruwa” dengan medium tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm yang terdiri dari lima panel. Karya ini berjudul gendruwa karena gendruwa termasuk salah satu makhluk halus memedi yang karakternya unik. Dijelaskan di atas bahwa mereka suka bertempat tinggal di pohon-pohon besar; suka mengganggu manusia terutama wanita; suka menggendoli manusia; mengganggu isteri orang bahkan sampai menyetubuhinya
42
dengan isteri orang tersebut; memindah orang yang sedang tidur; suka makan ketan, sate gagak, dan dodol; menjelma menjadi kakek tua, anak kecil, dan suami orang. Dalam karya ini penulis coba menginterpretasikan apa yang ada dalam pikiran penulis, membayangkan, dan berimajinasi dari semua informasi yang di dapat ke dalam karya seni lukis.
43
Karya 5 Judul Media Ukuran Tahun
: Oala, ternyata.. : Spidol dan Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 2 Panel : 2015
Karya ke-lima yang berjudul “Oala, ternyata..” dengan medium tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm. Karya ke-lima ini berjudul “Oala, ternyata..” karena penulis ingin sedikit mengkritik pemerintahan yang ada di Indonesia karena kasus korupsinya yang merajalela. Penulis menggambar gedung DPR MPR untuk mendukung suasana karya. Dalam karya ini mengambil figur babi ngepet karena hewan babi itu hina, hewan yang diharamkan dalam Quran, dan hewan yang menjijikkan. Dalam figur ini babi ngepet yang sedang melepas topeng berbentuk wajah
44
manusia. Penulis ingin menyampaikan maksud bahwa ternyata yang selama ini berada di gedung DPR MPR adalah hewan babi, bukan manusia. Di panel yang ke-dua, menggambarkan seorang yang berwajah ramah dan bijaksana akan tetapi di dalam tubuhnya terdapat setan jahat yang menguasai tubuhnya. Setan yang berada dalam tubuhnya tersebut selalu mengajak untuk berbuat kejelekan, contohnya korupsi. Karya ini juga menceritakan tentang sifat keserakahan manusia yang ketika berada dalam keadaan kaya dan mempunyai pangkat yang tinggi mereka lupa akan janji-janjinya yang dulu diucapkan. Merah Putih sudah tidak dihiraukan maknanya, yang kaya semakin kaya dan sejahtera. Penulis hanya menyindir mereka yang tidak amanat dalam mengemban tugas negara dan tidak amanat terhadap janji yang mereka ucapkan.
45
Karya 6 Judul Media Ukuran Tahun
: Akik : Spidol dan Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 4 Panel : 2015
46
Karya ke-enam yang berjudul “Akik” dengan medium tinta di atas kertas ukuran A4 yang terdiri dari 4 panel. Karya ini berjudul “Akik” terinspirasi merasa adanya kegilaan masyarakat Indonesia dengan batu akik. Batu akik menjadi ajang untuk pamer kemewahan dan menunjukkan kesaktian dari batu akik tersebut. Nama-nama batu akik tersebut diantaranya batu bacan doko dan palamea, ruby merah delima, safir, opal kalimaya, sulaiman, kecubung, junjung drajat, combong, kendit, tapak jalak, pancawarna garut maupun pacitan, nogosui, garnet, giok, sungai dareh,sarang tawon, peridot, citrine, jamrud atau emerald dan masih banyak lagi yang lain. Panel pertama dalam karya ini, menggambarkan batu akik yang berbentuk monster yang menyerang bendera Indonesia untuk menunjukkan bahwa Negara Indonesia sedang dilanda musim batu akik, hampir di semua penjuru Indonesia membanggakan keindahan batu-batuan alam dari daerahnya masing-masing. Panel ke-tiga, batu akik monster naga yang terletak di puncak tebing, penulis ingin menggambarkan perjuangan para pecinta akik untuk mendapatkan batu akik kesukaannya tersebut. Batu akik monster naga ini karena menurut penulis monster naga adalah monster terkuat dalam cerita-cerita legenda negara Cina. Panel ke-dua dan ke-empat, penulis ingin menggambarkan kegilaan pemakai batu akik yang memamerkan koleksi batu akik yang melingkar di semua jari-jari
tangannya.
Mata
yang
terlepas
dari
tempatnya
menunjukkan
ketidakpeduliannya terhadap cara mendapatkan batu akik yang disukainya “yang penting akik!”. Objek yang berlari sampai kakinya terlepas dari badannya untuk menunjukkan lari terbirit-birit untuk mendapatkan batu akik tersebut.
47
Karya 7 Judul Media Ukuran Tahun
: Rumahku, Indonesia! : Spidol dan Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 2 Panel : 2015
Karya ke-tujuh yang berjudul “Rumahku, Indonesia!” menggunakan medium spidol dan tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm yang terdiri dari dua panel. Karya ketujuh ini berjudul “Rumahku, Indonesia!” karena pada panel sebelah kanan penulis ingin menyindir bangsa Indonesia saat ini yang kurang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi sehingga makhluk halus berupa sundel bolong yang konon ceritanya adalah seorang pelacur yang notabene pekerjaan yang hina malah sangat mencintai Indonesia, ini terlihat dari eratnya dia memeluk bendera merah putih.
48
Di panel selanjutnya adalah penggambaran sosok penulis yang menjadi makhluk halus sundel bolong tersebut sedang duduk di atas atap jerami yang merindukan rumah. Ide dalam karya ini penulis tiba-tiba merasa sangat dengan masakan rumah, karena kecintaan penulis dengan cookies buatan bunda dan alamat rumah penulis yang berada di jalan Irian Jaya maka atap rumah dalam karya ini mengikuti atap rumah adat Irian Jaya yang mana Irian Jaya masih termasuk bagian dari Indonesia.
49
Karya 8 Judul Media Ukuran
: Deerman : Spidol dan Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 3 Panel
Tahun
: 2015
Karya ke-delapan yang berjudul “Deerman” menggunakan medium tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm yang terdiri dari tiga panel. Karya kedelapan ini berjudul “Deerman” karena penulis yang menyukai hewan rusa.
50
Menurut penulis hewan rusa adalah hewan yang gagah, tahan di segala cuaca dan medan, pintar, dan suka berpetualang. Dalam karya ini penulis ingin bercerita hewan rusa yang menjelma monster perpaduan antara hewan dan manusia menjadi wujud manusia yang berkepala rusa yang mengenakan pakaian dan tas, suka berpetualang, membaca buku, dan selfie. Tambahan deskripsi pada panel yang pertama, karya ini menggambarkan rusa yang sedang membaca buku dengan santai. Di keliling monster rusa terdapat banyak objek pendukung seperti gambar lampu yang menyala, maksudnya ini adalah ide-ide cemerlang yang bisa kita dapat kalau kita banyak membaca
buku.
Gambar
diagram
yang maksudnya
kehebatan
dalam
memecahkan masalah. Bubble komik berbentuk yin and yang yang berisikan teks science yang maksudnya agar semuanya tetap berjalan seimbang antara ilmu pengetahuan dengan alam.
51
Karya 9 Judul Media Ukuran Tahun
: Coonam : Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 4 Panel : 2015
52
Karya ke-sembilan yang berjudul “Coonam” menggunakan medium tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm yang terdiri dari empat panel. Karya kesembilan ini berjudul “Coonam” karena penulis ingin bercerita tentang salah satu monster favorit ciptaan penulis yang ada dalam imajinasi penulis. Coonam adalah manusia ingin berubah menjadi burung tetapi tidak sempurna. Wujud dari Coonam berbentuk figur manusia yang kepalanya mengenakan tengkorak burung. Coonam adalah monster yang suka belajar dan memiliki sihir.
53
Karya 10
Judul Media Ukuran Tahun
: Ilmu, Cinta, Karir, Kesehatan : Tinta di atas Kertas : 21 x 30 cm, 4 Panel : 2015 54
Karya
ke-sepuluh
yang berjudul
“Ilmu,
Cinta,
Karir,
Kesehatan”
menggunakan medium tinta di atas kertas berukuran 21cm x 30cm yang terdiri dari empat panel. Karya kesepuluh ini berjudul “Ilmu, Cinta, Karir, Kesehatan” karena menurut penulis ini empat hal yang penting dalam hidup. Di panel pertama, menggambarkan monster perpaduan antara manusia dengan teknologi. Kepala monster yang di atasnya terdapat lampu yang menyala menandakan munculnya ide-ide cemerlang didukung dari objek yang memegang buku dan membawa peralatan belajar. Objek batu-batu yang melayang maksudnya dalam menuntut ilmu itu ada langkah-langkah yang harus ditempuh, tidak bisa instan. Panel ke-dua menggambarkan seorang peri yang mengambil hati seorang pria hingga pria tersebut tersungkur dan pandangannya kosong. Di bagian atas gambar terdapat lambang tengkorang yang maksudnya kematian, cinta bisa menyebabkan kematian. Lewat karya ini penulis menceritakan kisah cinta yang pernah dialami. Panel ke-tiga menggambarkan monster cyclop mengenakan topi toga yang mengoperasikan laptop keadaan panik. Penulis memilih Monster cyclop karena monster raksasa yang memiliki mata satu dalam cerita legenda Yunani maksudnya adalah suatu kefokusan penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir yang waktunya sempit. Panel ke-empat menggambarkan monster perpaduan antara tumbuhan jamur dengan manusia. Monster jamur yang sedang membawa suntikan dan kotak medis maksudnya adalah monster yang profesinya sebagai dokter atau perawat. Penulis memilih jamur karena jamur termasuk tumbuhan yang memiliki banyak khasiat jika diolah dengan benar akan tetapi menyebabkan
55
keracunan apabila salah dalam mengolahnya. Di bagian kiri atas gambar terdapat bubble yang berisikan teks “sleep” dan didukung dengan objek bantal dan otak maksudnya agar mementingkan kehidupan sehari-hari sesibuk apapun tubuh dan pikiran kita butuh istirahat.
56