Bab III : Metodologi Perancangan
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1
DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kV (SUTT) START ANALISIS.
ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kV :
MODELING INPUT DATA MATERIAL INPUT BEBAN ANALISA GAYA BATANG
TIDAK
CEK DESAIN OPTIMUM (EFFESIEN) STRUKTUR ATAS. PERBANDINGAN DENGAN PROYEK JARINGAN JAKARTA – BANDUNG SELATAN.
YA
HASIL ANALISIS AKHIR STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 Kv.
DENGAN TYPE TOWER YANG SAMA DAN PEMBEBANAN YANG SAMA MAKA DIDAPAT HASIL
Universitas Mercubuana
III - 1
Bab III : Metodologi Perancangan
3.2
Penjelasan Diagram Alir Analisa dan Desain Tower Transmisi Listrik 150 kV.
A.
START ANALISIS Start analisis merupakan langkah awal dari analisa dan desain struktur
tower transmisi listrik 150 kV. Dalam langkah awal ini penulis akan menganalisa dan mendesain dengan mempertimbangkan berbagai peraturan yang ada.
B.
ANALISA DAN DESAIN AWAL DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kV.
-
Modeling Modeling disini adalah penulis akan mendesain geometri suatu rangka
tower sesuai dengan standart dan ketentuan yang diberlakukan pada PT. PLN Persero dan pada modeling ini juga penulis akan dibantu dengan program MSTower V6. dengan program MS-Tower pekerjaan desain akan dapat lebih mudah diselesaikan. -
Input Data Material Setelah proses modeling selesai maka langkah selanjutnya adalah input
data material, yaitu kita akan menginput dimensi dan mutu baja siku dari setiap bagian rangka tower. -
Input Beban Setelah modeling dan input data material selesai maka langkah berikutnya
adalah penginputan beban, beban-beban yang akan penulis masukan adalah beban angin, beban konduktor dan beban isolator. Universitas Mercubuana
III - 2
Bab III : Metodologi Perancangan
-
Analisa Gaya Batang Pada proses ini penulis akan mengecek gaya-gaya yang bekerja pada
setiap rangka tower, bagian-bagian mana yang menjadi batang tarik dan batang tekan, proses ini sudah dilakukan oleh program MS-Tower. -
Cek Kekuatan Batang Proses ini adalah proses terakhir dari sebuah desain tower transmisi listrik,
setelah semua proses dilalui maka proses ini adalah yang paling menentukan. Pada bagian ini kita akan mengetahui apakah desain yang sudah kita buat kuat atau tidak terhadap beban yang bekerja pada tower transmisi yang kita desain. Pengecekan dilakukan secara manual dengan metode LRFD.
C.
CEK DESAIN (OPTIMUM/EFESIEN) Setelah semua tahap desain kita lakukan dan rangka tower transmisi
dianggap kuat, maka langkah selanjutnya adalah Cek dengan desain dengan desain yang sudah pernah ada yaitu proyek Jaringan Jakarta – Bandung Selatan. Desain yang dibuat kali ini harus lebih efesien dari segi berat struktur yang sudah ada yang artinya desain ini harus lebih murah dari desain sebelumnya.
D.
HASIL
ANALISA
AKHIR
STRUKTUR
ATAS
TOWER
TRANSMISI 150 Kv. Dengan tipe tower yang sama (suspension/AA, 2 sirkuit) dan pembebanan yang sama maka didapat hasil yang lebih optimum (efesien).
Universitas Mercubuana
III - 3
Bab III : Metodologi Perancangan
3.3
DATA EKSISTING PROYEK JARINGAN JAKARTA – BANDUNG SELATAN
3.3.1
Data – data Struktur a. Proyek Jaringan Jakarta – Bandung Selatan. b. Tower Transmisi 150 kV (SUTT). c. Tower tipe AA / Suspension 2 Sirkuit. Ekstensi 12M. d. Tinggi tower 46.060 m
3.3.2
SUMMARY BERAT STRUKTUR EKSISTING PROYEK JARINGAN JAKARTA – BANDUNG SELATAN
Tabel 3.1 Berat Struktur Tower Eksisting (Belum termasuk pelat buhul)
Universitas Mercubuana
III - 4
Bab III : Metodologi Perancangan
3.3.3
SUMMARY BERAT STRUKTUR DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI 150 kV
Tabel 3.2 Berat Struktur Tower Alternatif (Belum termasuk pelat buhul)
Universitas Mercubuana
III - 5
Bab III : Metodologi Perancangan
3.3.4
GAMBAR STRUKTUR Gambar struktur eksisting jaringan jakarta – bandung selatan dan desain
alternatif dapat dilihat pada lampiran 1.
Universitas Mercubuana
III - 6
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4
METODOLOGI ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI
LISTRIK 150 Kv. 3.4.1
Data – data Struktur Desain Alternatif a. Proyek Jaringan Jakarta – Bandung Selatan. b. Tower Transmisi 150 kV (SUTT). c. Tower tipe AA / Suspension 2 Sirkuit. Ekstensi 12M. d. Tinggi tower 46.060 m
3.4.2
Modeling / Pemodelan Struktur Tower Pada pembahasan ini penulis melakukan pemodelan struktur tower dibantu
dengan program komputer yaitu program Ms-tower, dengan program ini pekerjaan pemodelan dapat lebih mudah dikerjakan. Dalam pemodelan ini penulis membagi menjadi beberapa bagian struktur tower sebelum menjadi sebuah struktur tower yang utuh. Adapun bagian-bagian struktur tower tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Mercubuana
III - 7
Bab III : Metodologi Perancangan
Struktur lengan earthwire
Struktur Body Atas
Struktur crossarm / lengan isolator & konduktor “Phase R”
Struktur Body Tengah
Struktur crossarm / lengan isolator & konduktor “Phase S” Struktur crossarm / lengan isolator & konduktor “Phase T”
Struktur Body Bawah
Gambar 3.1 Struktur (modeling alternative) Tower Transmisi listrik 150kV Tipe Suspension / AA. Ekstensi 12M Universitas Mercubuana
III - 8
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4.2.1 Modeling Struktur Eearth Wire Bagian ini berada pada struktur paling atas (lihat gambar 3.1) dan berfungsi sebagai struktur penahan jalur earth wire (kawat grounding) dari satu tower ke tower yang lainnya. Berikut adalah pemodelan alternatif struktur earth wire.
Gambar 3.2 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur earthwire
Gambar 3.3 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur earthwire
Gambar 3.4 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur earthwire Universitas Mercubuana
III - 9
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.5 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur earthwire 3.4.2.2 Modeling Struktur crossarm / lengan konduktor & isolator Bagian ini berada pada struktur bagian atas tepatnya dibawah struktur earthwire (lihat gambar 3.1) dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya isolator dan bergantungnya kawat konduktor yang menyambungkan antara satu tower dengan tower lainnya. Pada bagian ini crossarm di buat menjadi 3 struktur yaitu untuk Phase “R”, Phase “S”, Phase “T”. Berikut adalah pemodelan alternative struktur crossarm / lengan konduktor & isolator :
Gambar 3.6 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R, S, T Universitas Mercubuana
III - 10
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.7 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Gambar 3.8 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Gambar 3.9 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Universitas Mercubuana
III - 11
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.10 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
Gambar 3.11 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
Gambar 3.12 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
Universitas Mercubuana
III - 12
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4.2.3 Modeling Struktur Body Tower Bagian ini merupakan struktur utama didalam sebuah bangunan konstruksi tower karena bagian ini berfungsi sebagai pendukung dari struktur earthwire dan crossarm (konduktor dan isolator). Struktur ini penulis bagi menjadi 3 bagian yaitu struktur body atas, tengah dan bawah. Berikut adalah pemodelan struktur body tower atas, tengah dan bawah.
Gambar 3.13 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Gambar 3.14 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Universitas Mercubuana
III - 13
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.15 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Gambar 3.16 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Universitas Mercubuana
III - 14
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.17 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Tengah
Gambar 3.18 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Body Tengah
Gambar 3.19 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Body Tengah Universitas Mercubuana
III - 15
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.20 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Tegah
Untuk pemodelan pada body bawah penulis akan membaginya lagi menjadi beberapa bagian, dikarenakan pada struktur body bawah ini lebih kompleks maka penulis membaginya lagi menjadi beberapa bagian agar setiap bagiannya penulis dapat tampilkan menjadi lebih detail. Berikut penulis membaginya menjadi beberapa bagian : A.
Body 1
Gambar 3.21 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 1) Universitas Mercubuana
III - 16
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.22 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 1)
Universitas Mercubuana
III - 17
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.23 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 1) B.
Body 2
Gambar 3.24 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 2)
Universitas Mercubuana
III - 18
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.25 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 2)
Gambar 3.26 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 2)
Universitas Mercubuana
III - 19
Bab III : Metodologi Perancangan
C.
Body 3
Gambar 3.27 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
Gambar 3.28 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
Universitas Mercubuana
III - 20
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.29 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
D.
Leg 0
Gambar 3.30 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg 0)
Universitas Mercubuana
III - 21
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.31 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg 0)
Gambar 3.32 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg 0)
Universitas Mercubuana
III - 22
Bab III : Metodologi Perancangan
E.
Leg + 3
Gambar 3.33 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3)
Gambar 3.34 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3)
Universitas Mercubuana
III - 23
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.35 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3) F.
Leg + 6
Gambar 3.36 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 6)
Universitas Mercubuana
III - 24
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.37 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 6)
Gambar 3.38 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 6)
Universitas Mercubuana
III - 25
Bab III : Metodologi Perancangan
G.
Leg + 9
Gambar 3.39 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
Gambar 3.40 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
Universitas Mercubuana
III - 26
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.41 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
H.
Leg + 12
Gambar 3.42 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 12)
Universitas Mercubuana
III - 27
Bab III : Metodologi Perancangan
Gambar 3.43 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 12)
Gambar 3.44 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 12) Setelah pemodelan telah selesai dilakukan dimulai dari struktur earthwaire hingga body tower bagian bawah, maka langkah selanjutnya adalah menyatukan seluruh bagian struktur yang sudah didesain sehingga menjadi sebuah struktur tower yang utuh seperti gamar 3.1 Langkah berikutnya didalam mendesain sebuah struktur tower setelah pemodelan (modeling) adalah penginputan material yang akan digunakan. Universitas Mercubuana
III - 28
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4.3
Input Data Material Input data material yang dimaksud pada pembahasan kali ini adalah
memasukan jenis dan dimensi baja siku kedalam program Ms-Tower pada setiap rangka batang yang sudah didesain pada tahap pemodelan (modeling). Jenis (mutu baja) yang telah disetujui oleh PT. PLN Persero adalah baja jenis S235JR (standart) dan S355JR (mutu tinggi “H”), Sedangkan untuk dimensi baja yang digunakan dari yang terkecil ukuran L45*45 hingga yang terbesar L100*8H. Penginputan data material yang dilakukan didalam program MS-Tower harus mengacu pada gambar desain alternatif pada lampiran 2. Setelah proses penginputan data material langkah berikutnya adalah penginputan beban – beban yang harus diterima oleh tower transmisi.
Universitas Mercubuana
III - 29
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4.4
INPUT BEBAN Berikut adalah perhitungan beban – beban yang terjadi pada tower
transmisi listrik 150 kV, semua percobaan dilakukan untuk mengetahui kekuatan tower dalam menahan beban yang terjadi. 3.4.4.1 PERHITUNGAN BEBAN A.
TIPE TOWER 150 kV Tipe Tower Sudut Deviasi Tipe
B.
AA 0 - 3 derajat Suspension
Tekanan Angin Konduktor dan Kabel Grounding Insulator Besi Tower
C.
= = =
= = =
0.392 0.589 1.177
Tipe Berat Konduktor Nominal Diameter (1 Konduktor) Jumlah Konduktor Max. Tegangan Tarik
= = = = =
ACSR HAWK 0.00958 0.02178 2 23.536
Insulator Jumlah Insulator Berat+Aksesoris Tebal Panjang
= = = =
12 1.030 0.260 1.900
2
kN/m 2 kN/m 2 kN/m
(Spec PLN) (Spec PLN) (Spec PLN)
kN/m m
(Spec Suplier) (Spec Suplier)
kN
Satu Phase (Spec Suplier)
kN m m
(Spec Suplier) (Spec Suplier) (Spec Suplier)
Konduktor
Beban Angin Pada Insulator Beban Angin Arah Dalam (Longitudinal)
Beban Angin Arah Luar (Transversal)
Universitas Mercubuana
=
Tek. Angin Insulator x Tebal Insulator x Panjang Insulator
=
0.2910
=
Tek. Angin Insulator x Tebal Insulator x Panjang Insulator
=
0.2910
kN
kN
III - 30
Bab III : Metodologi Perancangan
D.
Grounding Tipe Berat Nominal Diameter (1 Konduktor) Berat Aksesoris Max. Tegangan Tarik
E.
F.
= = = = =
GSW55 0.00438 0.0096 0.0491 14.71
Kondisi Normal Rentangan Dasar Rentangan diterpa Angin Panjang rentangan
= = = =
Kondisi Rusak / Putus Rentangan Dasar Rentangan diterpa Angin Panjang rentangan Faktor Reduksi Konduktor Grounding
(Spec Suplier) (Spec Suplier) (Spec Suplier) Satu Phase (Spec Suplier)
350 500 700
m m m
(Spec PLN) (Spec PLN)
= = = =
350 400 400
m m m
(Spec PLN) (Spec PLN) (Spec PLN)
= =
60 100
% %
(Spec PLN) (Spec PLN)
= =
1.5 1.1
Asumsi Rentangan
SAFETY FACTOR Kondisi Normal Kondisi Rusak
G.
kN/m m kN kN
(Spec PLN) (Spec PLN)
PERHITUNGAN BEBAN YANG TERJADI AKIBAT KONDUKTOR DAN INSOLATOR Tipe Tower Tipe konduktor
AA ACSR HAWK
G.1 BEBAN VERTICAL KONDISI NORMAL
Beban Berat Konduktor Berat Insulator
KONDISI RUSAK/PUTUS
Beban Berat Konduktor Berat Insulator
Universitas Mercubuana
= = =
Jumlah Konduktor x Panjang Rentangan x Berat Konduktor 2 x 700 x 0.0096 = 13.412 kN = 1.030 kN Total = 14.442 kN
= = =
Jumlah Konduktor x Panjang Rentangan x Berat Konduktor 2 x 400 x 0.0096 = 7.664 kN = 1.030 kN Total = 8.694 kN
III - 31
Bab III : Metodologi Perancangan
G.2 BEBAN HORISONTAL KONDISI NORMAL
Angin pada konduktor Angin pada insulator Angin akibat sudut Deviasi
KONDISI RUSAK/PUTUS
Angin pada konduktor Angin pada insulator Angin akibat sudut Deviasi
= = = =
= = = = =
Jum. konduktor x Rentangan diterpa Angin x Tek. Angin x Dia. Konduktor 2 x 500 x 0.392 x 0.02178 = 8.5378 kN = 0.2910 kN Jumlah Konduktor x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik 2 x sin 1.5 x 23.536 = 1.2322 kN Total = 10.061 kN
Jum. konduktor x Rentangan diterpa Angin x Tek. Angin x Dia. Konduktor 2 x 400 x 0.39 x 0.02178 = 6.8302 kN = 0.2910 kN Jumlah Konduktor x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik 1 x sin 1.5 x 23.536 = 0.6161 kN Total = 7.7373 kN
G.3 Beban Arah Dalam
H.
= =
Faktor Reduksi x Max. Tegangan Tarik 60 % x 23.536 =
14.122
PERHITUNGAN BEBAN YANG TERJADI AKIBAT KABEL GROUNDING + AKSESORIS Tipe Tower Tipe Grounding
AA GSW 55
H.1 BEBAN VERTICAL KONDISI NORMAL
Beban Berat grounding
=
Berat Aksesoris
= =
KONDISI RUSAK/PUTUS
Beban Berat grounding
=
Berat Aksesoris
= =
Universitas Mercubuana
Jumlah Kabel grounding x Panj. Rentangan x Berat Kabel Grounding 1 x 700 x 0.0044 = 3.066 kN = 0.049 kN Total = 3.1151 kN
Jumlah Kabel grounding x Panj. Rentangan x Berat Kabel Grounding 1 x 400 x 0.0044 = 1.752 kN = 0.049 kN Total = 1.8011 kN
III - 32
kN
Bab III : Metodologi Perancangan
H.2 BEBAN HORISONTAL KONDISI NORMMAL
Angin pada grounding
=
Angin pada aksesoris Angin akibat sudut Deviasi
= = = =
KONDISI RUSAK/PUTUS
Angin pada grounding
=
Angin pada aksesoris Angin akibat sudut Deviasi
= = = =
H.3 Beban arah dalam
Jumlah kabel grounding x Rentangan diterpa Angin x Tekanan Angin x Diameter Kabel Grounding 1 x 500 x 0.392 x 0.00960 = 1.8816 kN = 0.0000 kN Jumlah Kabel Grounding x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik 2 x sin 1.5 x 14.71 = 0.7701 kN Total = 2.6517 kN
Jumlah kabel grounding x Rentangan diterpa Angin x Tekanan Angin x Diameter Kabel Grounding 1 x 400 x 0.39 x 0.00960 = 1.5053 kN = 0.0000 kN Jumlah Kabel Grounding x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik 1 x sin 1.5 x 14.71 = 0.3851 kN Total = 1.8903 kN = =
Faktor Reduksi x Max. Tegangan Tarik 100 % x 14.71 =
14.71
3.4.4.2 PENGGAMBARAN PEMBEBANAN PADA TOWER TRANSMISI 150 kV AA4 (LOADING TREE). Penggambaran ini disebut Loading Tree.
Universitas Mercubuana
III - 33
kN
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 34
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 35
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 36
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 37
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 38
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 39
Bab III : Metodologi Perancangan
Universitas Mercubuana
III - 40
Bab III : Metodologi Perancangan
3.4.5
ANALISA GAYA BATANG Setelah semua proses dimulai dari Modeling, input data material dan input
pembebanan yang dilakukan melalui program MS-Tower tahap berikutnya adalah Running Program Ms-Tower yang pada pembahasan ini didapat output gaya-gaya batang yang bekerja dan besarnya gaya. Untuk hasil output gaya batang dengan running Ms-Tower dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4.6
CEK KEKUATAN BATANG Pada pembahasan ini penulis akan melakukan cek ulang kekuatan batang
secara manual dengan menggunakan metode LRFD. Hasil perhitungan cek ulang akan penulis paparkan didalam BAB IV dengan menggunakan rumus LRFD sebagai berikut :
3.4.6.1 Cek Keuatan Pada Batang Tarik Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti strukturstruktur jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil tersusun. Adapun syarat desain batang tarik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: -
Periksa kekuatan tarik berdasarkan penampang daerah kotor.
Universitas Mercubuana
III - 41
Bab III : Metodologi Perancangan
-
Periksa kekuatan tarik berdasarkan penampang daerah Bersih.
-
Cek rasio Kelangsingan / Kestabilan dengan λ = L/r.
3.4.6.2 Batang Tekan Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, Pasal 9.1 harus memenuhi:
Universitas Mercubuana
III - 42
Bab III : Metodologi Perancangan
Komponen
struktur
tekan
harus
memenuhi
syarat
kelangsingan/kestabilan sebagai berikut :
....... < 1
Komponen strukstur tekan juga harus memenuhi syarat kekakuan yaitu dengan menghitung defleksi (Perpanjangan atau perpendekan). = Perpanjangan atau Perpendekan batang akibat beban yang diketahui. S . L A.E
Universitas Mercubuana
III - 43
Bab III : Metodologi Perancangan
Dimana : S = Gaya batang akibat beban yang bekerja. L = Panjang Batang A = Luas Penampang Batang E = Modulus Elastisitas Batang Dimana : actual ≤ limit.
Berbagai Nilai K :
Universitas Mercubuana
III - 44