36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. PARADIGMA Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigm post positivistik. Post positivistic merupakan perbaikan positivistic yang dianggap
memiliki
kelemahan-kelemahan,
dan
dianggap
hanya
mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis aliran post positivistik bersifat critical dan realism dan menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum alam Post positivistik merupakan sebuah aliran yang datang setelah positivistik dan memang amat dekat dengan paradigma positivistik. Salah satu indicator yang membedakan keduanya bahwa post positivistik lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil penelitian melalui berbagai macam metode.1 Secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh aliran positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal
1
http://amrinarose13.blogspot.com/2013/03/positivisme-dan-postpositivisme.html
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung Peneliti menggunakan paradigm post positivistik karena peneliti ingin mendapatkan data dan menjelaskan hasil yang telah diteliti. 3.2. TIPE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini di buktikan untuk mengumpulkan informasi actual secara terperinci dengan menjelaskan gejala yang ada, identifikasi masalah dan memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku, kemudian membuat perbandingan serta evaluasi untuk menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menentukan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.Dalam penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi yang mendalam mengenai kasus konflik Viking dan the jakmania 3.3. METODE PENELITIAN Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Studi kasus termasuk dalam penelitian analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Di sini perlu dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan kasus tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang akurat (Sutedi, 2009:61). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002 ). Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachmad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian. Fenomena yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah pertikaian antara supporter viking dan the jakmania dimana konflik tersebut tidak pernah ada habisnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3.4.
SUBJEK PENELITIAN
Menurut Moleong (2007:138) Informan adalah : Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang – orang dalam tentang nilai – nilai sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.” Informan
yang
dipilih
untuk
mendapatkan
informasi
guna
mendukung data yang diperoleh serta sesuai dengan permasalahan penelitian, ditetapkan terlebih dahulu pada bidang yang sesuai dengan tema penelitian. Barulah informan yang dipilih sesuai dengan kriteria yang berlaku guna menghindari adanya data yang kurang akurat. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong,2007;132) mengatakan bahwa pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring. Jadi sebagai sampling internal, karena
informan
dimanfaatkan
untuk
berbicara,
bertukar
pikiran
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. Dalam penelitian ini, untuk menentukan jumlah informannya sebelumnya ditentukan dahulu key informannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Key
Informan
adalah
partisipan
yang
menurut
peneliti
berkompeten untuk mendapatkan informasi yang lebih detail sehinggal informasi yang disampaikan oleh key informan tersebut dapat mewakili partisipan yang dipilih. Kriteria key informan yang dipilih peneliti
Pria/Wanita Anggota kepenggurusan The jakmania
2. Informan
adalah
partisipan
yang
menurut
peneliti
dapat
mendukung informasi yang akan disampaikan oleh key informan. Dalam hal ini peneliti memilih 1 informan yang terdiri dari korban kekerasan konflik tersebut.
3.5.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan
data, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
3.5.1. Data Premier 1.
Wawancara Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada
penelitian
ini
wawancara
akan
dilakukan
dengan
menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998) Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan. b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan. Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu : a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik. b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai. c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat. d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.
2.
Observasi Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi.
Menurut
Nawawi
&
Martini
(1991)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
observasi
adalah
44
pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting
yang
dipelajari,
aktivitas-aktivitas
yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena : a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi. b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari. d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. e. Observasi
memungkinkan
peneliti
merefleksikan
dan
bersikap
introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
3.5.2. Data Sekunder Kelengkapan data dalam penelitian ini dapat diperdalam sekaligus dilengkapi
dengan
menggunakan
observasi
non
partisipan
dan
penelusuran dokumen. Seperti melihat halaman media sosial dan berbagai komunikasi massa lainnya.
3.6.
TEKNIK ANALISA DATA Analisis data adalah langkah yang penting dilakukan, yaitu
mengumpulkan semua data baik primer maupun data sekunder. Kedua data tersebut kemudian diolah dan dirangkum untuk menjadi data yang siap untuk diteliti dan di analisis. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka teknik yang digunakan adalah mendeskripsikan dan menganalisa data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
yang sudah didapatkan secara kualitatif sebagai hasil dari olah data primer maupun sekunder. Selanjutnya merinci hasil temuan-temuan dari hasil penelitian yang berkaitan
dengan
data.
Dianalisa
secara
deskriptif
dengan
menghubungkan antara kerangka pemikiran dan pokok permasalahan dari penelitian analisis deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan dan metode ini diartikan dengan melukiskan variable satu demi satu.2
2
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi PT Remaja Rosadi Karya, Bandung 2000
http://digilib.mercubuana.ac.id/