BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Lokasi Perusahaan Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang berkedudukan di Jakarta, Jalan Medan Merdeka Timur 1A Jakarta 10110. 2. Sejarah Singkat Perusahaan Prolog Masa 1871 - 1885 (Masa Awal Pencarian dan Penemuan Minyak di Indonesia) Industri minyak Indonesia mulai di awal abad 19: 1. 12 tahun setelah pemboran minyak pertama di Titusville, Pensylvania, AS 1859. 2. Reering 1871 - Zilker 1885 masa pencarian dan penemuan minyak (mulai pemboran 1883 di Telaga Tiga) Prolog Masa 1885 - 1945 (Masa Eksploitasi Minyak oleh Penjajah) Pasca 1885 Berdiri Royal Dutch Company di Pangkalan Berandan (Sumatera Utara) :
1. Tahun 1887 - Pencarian minyak di Jawa Timur (Surabaya) 2. Tahun 1888 - Konsesi Sultan Kutai dengan JH Meeten di Sanga-Sang
31
3. Tahun 1890 - Pendirian kilang Wonokromo & Cepu 4. Tahun 1892 - Pembangunan kilang minyak di Pangkalan Berandan 5. Tahun 1894 - Pendirian kilang Balikpapan oleh Shell Transport and Trading 6. Tahun 1899 - UU Pertambangan Pemerintah Hindia Belanda (Indische Mijnwet) yang mengatur kegiatan pencarian minyak bumi di Indonesia. AS berusaha masuk ke Indonesia tapi dicegah pemerintah Belanda. Namun karena tekanan AS kepada Den Haag, akhirnya muncul perusahaan patungan AS dan Belanda yakni SHELL dan NIAM (Jambi, Bunyu, dan Sumatera Utara). Standard Oil masuk dan dipecah menjadi Standard Oil of New Jersey (membentuk Anak Perusahaan American petroleum Co) dan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM). NKPM menemukan lapangan Talang Akar (Sumsel) yang merupakan lapangan terbesar di Hindia Belanda. Mendirikan Kilang Sungai Gerong di seberang Kilang Plaju milik Shell 7. Tahun 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa dan Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan.
32
8. Penggabungan ini diubah statusnya menjadi PT Standard Vacuum Petroleum (Stanvac) pada1947. 9. Tahun 1922 Standard Oil of California masuk ke Kalimantan dan Irian Jaya 10.
Tahun 1928 Gulf Oil (AS) masuk ke Sumatera Utara
11.
Tahun 1929 Standard Oil of California masuk ke Sumatera Utara
12.
Tahun 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa
dan Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan. Di dalamnya ada bagian pemasaran Standard Oil of New York sekarang bernama Mobil Oil. 13.
Tahun 1947 Penggabungan SVPM diubah statusnya menjadi PT
Standard Vacuum Petroleum (Stanvac). Prolog Masa 1945 - 1957 (Masa Perjuangan Minyak Pra-Pertamina), Selama perang kemerdekaan kegiatan pencarian minyak berhenti. Perjuangan Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, dan Aceh Timur. Muncul "Laskar Minyak" mensuplai keperluan pesawat terbang dan kendaraan lain. Berdiri perusahaan minyak pribumi, yaitu pada tahun 1945 didirikan PTMSU, didirikan PTMN Cepu di lokasi ex SHELL (Lap. Nglobo, Semanggi Ledok dan Wonokromo), ditahun 1950 PTMN Cepu berubah menjadi PTM tahun 1954 PTMNRI Sumatera Utara berubah menjadi TMSU. 33
Tanggal 22 Juli 1957 TMSU ditetapkan menjadi PT ETMSU (eksploitasi). Bulan Agustus 1951 terjadi Mosi Mohammad Hasan, dimana Gubernur Sumatera Mr. Teuku H. Moh. Hasan mengajukan sebuah mosi yang memperjuangkan pertambangan minyak dan disokong oleh kabinet secara bulat pada 2 Agustus 1951 dan dibentuk sebuah komisi. Perjuangan di parlemen salah satunya adalah merintis UU pertambangan yang mengganti Indische Mijnwet 24 Oktober 1956, diputuskan tambang minyak Sumatera Utara tidak dikembalikan kepada SHELL. Prolog Tahun 1957, yaitu Juli 1957 Jend. AH. Nasution mendapatkan pelimpahan tugas tambang minyak Sumut. Rehabilitasi lapangan dan ekspor hasil untuk pembangunan. Tahun 1957 Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan Belanda di Indonesia. (Kecuali SHELL karena kepemilikannya bersifat internasional). Perubahan nuansa kedaerahan menjadi nasional (AH Nasution, 1957). Tanggal 10 Desember 1957 berdirinya PT Permina sebagai perusahaan minyak pertama bersifat nasional. Prolog Pasca 1957, yaitu 1959 berdiri NV NIAM (NV Nederlands Indische Aardolie Maatschappij) Perusahaan patungan AS dan Belanda. Pada 31 Des 1959 50% saham diambil alih pemerintah RI dan NV NIAM berubah jadi PT Permindo. Tahun 1961 PT Permindo dikukuhkan menjadi PN Permigan. Tahun 1961 : PT. PERMINA menjadi PN. PERMINA dan PTMN menjadi PN. PERMIGAN. 4 Jan 1966 Permigan dilikuidasi karena peristiwa 34
G30S/PKI (Perbum). Aset Permigan diberikan kepada PN Pertamin dan PN Permina. 1968 PN Pertamin dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina. Tahun 1971 diterbitkan UU No. 8 tahun 1971 yang mengukuhkan PN Pertamina menjadi Pertamina. Tahun 2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero). Tahun 2003 Pertamina berubah status menjadi PT Pertamina (Persero), perubahan mendasar ada pada peran regulator menjadi player. Era Persero, dimana Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar. Modal Setor PT. Pertamina (Persero) : PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang 100% sahamnya dimiliki oleh Negara. Modal Disetor (Penanaman Modal Negara/PMN) PT. Pertamina (Persero) pada saat pendirian adalah Rp. 100 Trilyun. Nilai Rp. 100 Trilyun tersebut diperoleh dari : "Seluruh Kekayaan Negara yang selama ini tertanam pada Pertamina, yang meliputi Aktiva Pertamina beserta seluruh Anak Perusahaan, termasuk Aktiva Tetap yang telah direvaluasi oleh Perusahaan Penilai Independen, dikurangi dengan semua Kewajiban (Hutang) Pertamina".
35
3. Struktur Organisasi Struktur suatu organisasi perusahaan sangat diperlukan untuk mengatur setiap fungsi yang ada di dalam suatu organisasi. Dimana fungsi yang sama dikelompokkan menjadi satu bagian. Berikut susunan Komisaris dan Direksi Perusahaan PT. Pertamina (Persero) :
a.
Dewan Komisaris 1. Sugiharto
: Komisaris Utama
2. Nurdin Zainal
: Komisaris
3. Mahmudin Yasin
: Komisaris
4. Prof.Dr.Bambang B
: Komisaris
5. Ir. Edy Hermanto
: Komisaris
b. Dewan Direksi 1. Karen Agustiawan
: Direktur Utama
2. M.Afdal Bahaudin
: Direktur Perencanaan Investasi & Man.Resiko
3. Muhammad Husen
: Direktur Hulu
4. Chrisna Damayanto
: Direktur Pengolahan
5. Hanung Budya 6. Hari Karyuliarto
: Direktur Pemasaran dan Niaga : Direktur Gas
7. Luhur Budi Djatmiko: Direktur Umum 36
8. Evita M. Tagor
: Direktur Sumber Daya Manusia
9. Andri T. Hidayat
: Direktur Keuangan
4. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian a. Komisaris Komisaris adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi pengurusan yang dilakukan oleh direksi, komisaris terdiri dari sedikit-dikitnya dua orang yang terdiri dari satu orang komisaris utama, satu orang komisaris atau lebih. b. Direksi Direksi adalah orang yang mengurus dan memimpin perusahaan, direksi terdiri dari sedikit-dikitnya dua orang yang terdiri dari satu direktur utama dan satu orang direktur atau lebih, apabila direksi lebih dari dua orang maka seorang diantaranya dapat diangkat menjadi wakil direktur utama. 5. Tujuan dan Produk Perusahaan a. Visi PT. Pertamina, Persero “ Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia “ b. Misi PT. Pertamina, Persero Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, 37
maka Perseroan sebagai perusahan milik Negara turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Misi Perseroan menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi. c. Tata Nilai Perusahaan PT. Pertamina, Persero Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan.
38
Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut:
CLEAN (BERSIH), Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. COMPETITIVE (KOMPETITIF), Mampu berkompetisi dalam
skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. CONFIDENT (PERCAYA DIRI), Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. CUSTOMER
FOCUS
(FOKUS
PADA
PELANGGAN),
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. COMMERCIAL (KOMERSIAL), Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
39
CAPABLE (BERKEMAMPUAN), Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. B.
Desain Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempergunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi obyek penelitian yang dalam hal ini pada PT. Pertamina (Persero) Tbk. Lebih khusus dari penelitian ini adalah tentang analisa du pont sebagai alat ukur kinerja pada PT. Pertamina (Persero).
C. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel penelitian yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan sebagai alat pengukur kinerja keuangan. Adapun alat pengukuran kinerja dengan tehnik analisa rasio keuangan yang meliputi : 1. Rasio Return On Investment (ROI) adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi. 40
ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal. ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiscal. ROI juga dikenal sebagai tingkat laba (rate of profit) atau hasil suatu investasi pada saat ini, masa lampau atau prediksi di masa mendatang. Atau bahasa sederhananya ROI merupakan pengembalian keuntungan atas investasi. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor : a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi b. Profit Margin, Yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Menurut Abdullah Faisal (2002:49) ROI ini sering disebut Return On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Kelebihan dan Kelemahan ROI menurut Abdullah (2002:50) adalah sebagai berikut :
41
Kelebihan ROI antara lain: 1. Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakansebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi. 2. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing. 3. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada. Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan ROI antara lain: 1. Mengingat praktek akuntansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan
prinsip
yang
dihadapi
adalah
kesulitan
dalam
membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain. 2. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan. 42
Sistem Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam perusahaan besar. Oleh karena itu kebijakan leverage financial dan pajak dibuat atas dasar perusahaan
secara
keseluruhan
bukan
secara
divisional.
Jika Du
Pont
system digunakan untuk pengendalian divisional maka disebut dengan pengendalian ROI, menurut Sartono (2000:344) yaitu : a.
Setiap divisi didefinisikan sebagai profit center, dengan investasi sendiri dan diharapkan menghasilkan return yang cukup.
b.
Jika ROI divisi yang bersangkutan turun dibawah target, maka staff perusahaan pusat akan meneliti kembali dengan Du Pont System untuk mencari penyebabnya.
c.
Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya dan dimotivasi untuk berusaha menccapai tingkat ROI yang ditargetkan.
d.
Return On Investment juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan manajerial, seperti: kebijakan depresiasi (penyusutan), nilai buku, dll. Cara menghitung ROI, ROI bisa juga diartikan sebagai rasio laba bersih terhadap biaya. Rumus menghitung ROI adalah sebagai berikut : ROI = ( Total Penjualan – Investasi ) / Investasi x 100% Misalnya, jika investasi sebesar Rp 10.000.000 menghasilkan penjualan sebesar Rp 15.000.000, berarti diperoleh laba sebesar Rp 5.000.000. Maka secara sederhana perhitungan ROI dalam presentase adalah = ((Rp 15.000.000 – Rp 10.000.000) / Rp 10.000.000) x 100% adalah sebesar 50%. 43
D. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan bahan, dan data informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu Penelitian Pustaka, dari penelitian kepustakaan ini diperoleh data sekunder yang terdapat pada text book, jurnal, makalah, dan artikel-artikel yang relevan dengan tema penulisan skripsi.
E. Jenis Data Jenis Data yang dikumpulkan oleh penulis berupa data ytang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang terdiri atas data sekunder. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, sedangkan data kualitatif adalah data yang berbentuk keterangan dan pernyataan. Data Sekunder adalah data yang merupakan hasil olahan yang tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut lagi. Data sekunder yang langsung diambil dari PT. Pertamina (Persero) antara lain : 1.
Sejarah Perusahaan
2.
Struktur Organisasi Perusahaan
3.
Neraca PT. Pertamina (Persero) per 31 Desember 2009, 2010, dan 2011
4.
Laporan Laba/Rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009,2010, dan 2011
44
F. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah Laporan Keuangan PT. Pertamina periode 2009 s.d 2011 yang juga merupakan populasi.
G. Metode Analisa Data Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode ini dipilih karena penelitian bertujuan untuk menggambarkan perkembangan kinerja perusahaan PT.Pertamina (Persero) tahun 2009, 2010, dan 2011 secara kuantitatif. Selain menggunakan metode deskriptif kuantitatif, digunakan juga metode analisis du pont . Menurut Sawir (2005:28), analisa du pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan, sehingga dengan menggunakan analisis du pont dapat diketahui penyebab terjadinya penurunan nilai ROI, karena dalam analisisnya digunakan bagan-bagan yang detail untuk melihat perubahan yang terjadi pada komponen-komponen dari bagan du pont. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Du Pont System atau ROI, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
45
1. Langkah I Menentukan Perputaran Total Aktiva / Total Asset Turnover Perputaran Total Aktiva adalah suatu rasio yang bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. -
Aktiva Lancar Aktiva Lancar = Kas + Surat Berharga + Piutang + Persediaan
-
Total Aktiva Total Aktiva = Aktiva Lancar + Aktiva Tidak Lancar
-
Perputaran Total Aktiva Perputaran Total Aktiva = Penjualan x 1 kali
Total Aktiva
2. Langkah II Menentukan Rasio Laba Bersih / Net Profit Margin Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari sejumlah penjualan tertentu. -
Total Biaya Total Biaya = HPP + Beban Usaha + Bunga + Pajak
-
Laba Setelah Pajak Laba Setelah Pajak = Penjualan – Total Biaya
46
-
Net Profit Margin Net Profit Margin
=
Laba Setelah Pajak
x 100 %
Penjualan
3. Langkah III Menentukan Return On Investment (ROI) Du Pont ROI dapat mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total perusahaan. ROI = Net Profit Margin x Total Asset Turnover
47