34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Pengertian deskriptif di dalam buku Metodologi Penelitian, Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi dijelaskan yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisa dan menginterprestasikan. Ia bisa bersifat
komperatif
dan
korelatif.
38
Penelitian yang bersifat deskriptif mempunyai tujuan yaitu: 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengindentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang”. 39 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendapat pemahaman
38 39
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2007 hal 41 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007 hal 25
34
35
yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari spektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. 40 Penggunaan tipe ini diharapkan dapat memperoleh data yang akurat dari pihak yang berkompoten mengenai strategi Marketing Public Relations dalam membangun brand image melalui program “Bumi Hijau MU” periode 2010 pada PT. Cipta Mortar Utama. 3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah
metode studi kasus. Metode studi kasus menurut Robert K. Yin adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan. 41 Studi kasus dilihat dari dimensi tertentu dapat pula disebut studi longitudinal yang dikontraskan dengan cross sectional. Sementara itu Robert K. Yin, mengintrodusir studi kasus itu lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “How” (bagaimana) dan “Why” (mengapa) serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan “What” (apa/apakah) dalam kegiatan penelitian. 42 Pertanyaan “How” (bagaimana) atau “Why” (mengapa)
40
Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008 hal 215 41 Robert K. Yin. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008 hal 18 42 Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2003 hal 21
36
akan diarahkan ke serangkaian peristiwa kontemporer, di mana penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut. Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian dengan menjabarkan secara terperinci mengenai studi kasus pelaksanaan strategi Marketing Public Relations yang dilakukan PT. Cipta Mortar Utama dalam membangun brand image melalui program “Bumi HijauMU”. Dalam studi kasus, ada empat tipe yang relevan (berdasarkan aspek kualitasnya), dengan mengikuti matriks 2 x 2. Pasangan yang kedua, yang bisa terjadi dalam kombinasi dengan pasangan pertama, adalah didasarkan pada unit atau unit-unit analisis yang harus dicakup dan membedakan antara desain holistik dan desain terpancang. Gambar 3.1. Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus Desain-desain kasus tunggal
Holistik (unit analisis tunggal)
Desain-desain multikasus
Tipe -1
Tipe-3
Tipe-2
Tipe-4
Terjalin
(unit multi analisis)
Desain holistik merupakan studi kasus hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan. Desain holistik menguntungkan bilamana tak satu pun subunit yang logis dapat diidentifikasikan dan bilamana teori relevan yang mendasari studi kasus itu adalah sifat holistik itu sendiri. Permasalahan
pokok
muncul
bilamana
suatu
pendekatan
global
memungkinkan suatu penelitian untuk menghindari pengkajian fenomena spesifik
37
tertentu secara rinci dan operasional. Karenanya, problema yang biasanya muncul dengan desain holistik adalah bahwa keseluruhan studi kasus tersebut mungkin diselenggarakan pada tingkat abstrak, sehingga berakibat kekurangan ukuran atau data yang jelas. Problem selanjutnya dengan desain holistik ialah bahwa keseluruhan sifat studi kasus tersebut mungkin berubah arah tanpa disadari oleh peneliti, selama penyelenggaran penelitian yang bersangkutan, sedangkan desain terpancang merupakan studi kasus mencakup lebih dari satu unit analisis, hal ini terjadi bilamana di dalam kasus tunggal. Perhatian diberikan kepada satu atau beberapa di dalam kasus tunggal. Sebagai contoh, meskipun sebuah studi kasus berkenaan dengan program publik tunggal, analisisnya mencakup hasil proyek-proyek perorangan dalam program tersebut. Keuntungan desain terjalin adalah sebuah studi kasus yang dinilai tinggi kualitasnya, pada masing-masing tingkat analisis digunakan berbagai teknik pengumpulan data mulai dari analisis historis hingga survei. Desain terjalin juga mempunyai kelemahan bilamana studi kasus hanya terfokus pada subunit analisis. Pendesainan studi kasus terbagi menjadi dua, yaitu: studi kasus tunggal dan multikasus Ini menunjukkan adanya kebutuhan akan suatu keputusan sebelum pengumpulan data apapun, apakah studi kasus tunggal ataukah multikasus yang harus diarahkan kepada pertanyaan-pertanyaan suatu penelitian. Kasus-kasus tunggal merupakan desain umum bagi penyelengaraan studi kasus. Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam kondisikondisi tertentu (a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting tentang teori
38
yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang langkas atau unik, (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan. Desain multikasus merupakan suatu ”metodologi” yang berbeda dari studi kasus tunggal. Desain multikasus memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri dibandingkan dengan desain kasus tunggal. Bukti dari multikasus seringkali dipandang lebih merangsang dan keseluruhan penelitiannya karenanya dipandang lebih kuat. Penyelenggaraan studi multikasus dapat menuntut banyak sumber dan waktu ekstra penyidik, karenanya keputusan untuk menyelenggarakan studi-studi multikasus tak dapat dilakukan secara ketat. Setiap kasus hendaknya mengarah ke tujuan yang spesifik dalam ruang lingkap keseluruhan inkuiri yang bersangkutan. Bagian utamanya adalah memandang multikasus sebagai multieksperimen yaitu harus mengikuti logika ”replika”. Hal ini jauh berbeda dari analogi yang keliru di masa lalu, yang secara salah memandang multi kasus sebagai sebuah eksperimen yaitu kasus mengikuti logika ”sampling”. Perbedaan metodoligis antara kedua pandangan ini dinyatakan melalui rasional yang berbeda yang menggarisbawahi replika tersebut, sebagai kebalikan dari logika sampling. 43 Pelaksanaan desain studi kasus yang sesuai dengan penelitian ini adalah studi kasus tunggal holistik. Studi kasus tunggal holistik merupakan studi kasus yang menfokuskan penelitian pada satu unit analisis dan hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan. Desain studi kasus tunggal menuntut penelitian yang sangat hati-hati guna meminimalkan peluang-peluang salah tafsir dan memaksimalkan akses yang diperlukan untuk pengumpulan bukti kasus yang 43
Robert K. Yin, op.cit., 25-60
39
bersangkutan. Tahap penting dalam pendesainan dan penyelengaraan kasus tunggal adalah menentukan unit analisis. Definisi yang operasional dibutuhkan dan beberapa tindakan pencegahan harus diambil sebelum kesepakatan penuh terhadap keseluruhan studi kasus tersebut dicapai guna meyakinkan bahwa kasus memang relevan dengan isu dan pertanyaan-pertanyaan fokus penelitiannya. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjabarkan secara terperinci mengenai studi kasus pelaksanaan Marketing Public Relations yang dilakukan oleh PT. Cipta Mortar Utama dalam membangun brand imange melalui program ”Bumi HijauMU”, penelitian difokuskan pada periode 2010. 3.3.
Nara sumber (Key Informan) Penulis menetapkan beberapa nara sumber (key informan) yang
dimaksudkan agar dapat mengetahui informasi-informasi yang penulis butuhkan yang pada akhirnya penulis akan mendapatkan data yang valid dan akurat untuk mendukung penelitian ini. Adapun
nara
sumber
(key
informan)
yang
berkompeten
untuk
diwawancarai dan dimintai informasi sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ibu Yulia Karyanti selaku Manager Marketing Communication PT. Cipta Mortar Utama Alasannya adalah karena Ibu Yulia Karyanti adalah orang yang mengatur, menyusun dan bertanggung jawab atas mempublikasikan setiap kegiatan Public Relations yang berhubungan dengan media baik mengenai program dan event yang dilakukan oleh PT. Cipta Mortar Utama.
40
2. Ibu Ajeng Dewayani selaku Brand Associate Communication PT. Cipta Mortar Utama Alasannya adalah karena Ibu Ajeng Dewayani sebagai orang yang mengimplementasikan pelaksanaan program Public Relations yang telah disetujui, secara efektif dan efisien serta mengatasi pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak ketiga (agency) terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas marketing. 3. Bapak Halim Amirsyah selaku Sales Project PT. Cipta Mortar Utama Alasannya adalah karena Bapak Halim Amirsyah bertugas untuk melakukan kegiatan di bidang pemasaran terhadap produk Mortar Utama (MU) pada sektor project. 4. Bapak Saiful selaku Sales Retail PT. Cipta Mortar Utama Alasannya adalah karena Bapak Saiful bertugas untuk melakukan kegiatan di bidang pemasaran terhadap produk Mortar Utama (MU) pada sektor retail. 5. Konsumen: Ibu Nurul Hasanah sebagai Project Manager PT. Wahana Agung Indonesia Alasannya adalah Ibu Nurul Hasanah selaku Project Manager di sebuah perusahaan kontraktor PT. Wahana Agung Indonesia,di setiap project-project yang akan dibangun selalu menggunakan produk Mortar Utama (MU). Peneliti mewawancarai beliau untuk melihat seberapa jauh konsumen mengenal produk Mortar Utama (MU) berlabel eco product yang diproduksi oleh PT. Cipta Mortar Utama, serta brand image yang terbentuk di benak konsumen.
41
6. Konsumen: Ibu Reni Febryanto sebagai karyawan PT. Prima Rezeki Pertiwi Alasannya adalah Ibu Reni Febryanto dikategorikan sebagai end user yang menggunakan produk Mortar Utama (MU). Konsumen akan menilai berhasil tidaknya strategi Marketing Public Relations yang telah dijalankan oleh perusahaan serta bagaimana brand image yang terbentuk di benak konsumen. 7. Komunitas: Ibu Egianti Sari Utami seorang arsitek PT. Fitland Indonesia Alasannya adalah Ibu Egianti Sari Utami merupakan pemerhati bangunan yang peduli akan go green dan membantu dalam menilai berhasil tidaknya strategi Marketing Public Relations dan apakah brand image sudah terbentuk dari sudut pandang komunitas. 8. Wartawan atau Media Massa: Bapak Haryo Brono, sebagai wartawan di Koran Jakarta Alasannya Bapak Haryo Brono merupakan salah satu peliput serta pemerhati ekonomi dan marketing yang mewakili khalayak umum sehingga akan diperoleh sejauh mana khalayak memahami apa yang hendak disampaikan oleh PT. Cipta Mortar Utama dalam penyelenggaran insiatif program “Bumi HijauMU”. 3.4.
Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, penulis akan berusaha mendekatkan
diri dengan setting kehidupan alami nara sumber. Untuk mengumpulkan data-data yang relevan, jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan rincian sebagai berikut:
42
3.4.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti agar memperoleh informasi yang menyeluruh, tepat dan benar yang diperoleh dari In Depth Interview (wawancara mendalam). Robert K. Yin mengungkapkan “salah satu sumber informasi yang sangat penting ialah wawancara”. 44 Data akan dikumpulkan dengan metode audiotaped depth interview. Penulis akan berusaha untuk menggali pengalaman individu, pengetahuan, asumsi-asumsi, relasi sosial dan interaksi individu dengan strategi Marketing Public Relations dalam membangun brand image melalui program Bumi HijauMU Robert K. Yin menjelaskan sebagai berikut: Yang paling umum wawancara studi kasus bertipe open-ended. Dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu. 45 Dari uraian tersebut, penulis menggunakan tipe pertanyaan yang terbuka karena memerlukan penjelasan mendalam dari narasumber dan wawancara akan berlangsung berdasarkan interview guide (pedoman wawancara) yang telah disiapkan sebelumnya. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok itu disusun sebelum wawancara dilakukan. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu 44 45
Robert K. Yin, op.cit., 108 Ibid 108-109
43
tidak perlu dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaaan narasumber dalam konteks wawancara yang sebenarnya. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang dilakukan oleh penulis yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan oleh pihak lain) atau yang digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu. Data sekunder umunya berbentuk catatan atau laporan data dokumentasi oleh lembaga tentu yang dipublikasikan. 46 Data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti dan digunakan sebagai pelengkap untuk penelitian ini adalah riset perpustakaan (library reseach) untuk melengkapi data primer yang telah penulis dapatkan dari wawancara, maka penulis juga mengambil data sekunder dari berbagai sumber antara lain bukubuku, literatur, bahan kuliah, situs internet dan lain-lain yang berhubungan dengan objek dalam penelitian adan penyusunan skripsi ini. 3.5.
Definisi Konsep 1. Strategi Marketing Public Relations dalam penelitian ini didefinisikan, yaitu suatu tindakan yang dijalankan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang
46
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta. 2009 hal 226
44
menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen. 2. Aktivitas Marketing Public Relations adalah salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian didalam perusahaan meliputi: aktivitas push, pull dan pass. 3. Tujuan Marketing Public Relations adalah tahap pencapaian di dalam suatu perusahaan untuk menciptakan brand awareness dan brand knowledge mengenai keunggulan produk yang ditawarkan yang berujung pada terbangunnya brand image perusahaan penghasil eco produk atau produk ramah lingkungan. 4. Brand Image dalam penelitian ini didefinisikan, yaitu sikap mental dan kepercayaan terhadap suatu produk, terutama berkaitan dengan nama merek dan asosiasi konsumen terhadap produk tersebut dalam membentuk pengetahuan, perasaan, persepsi positif atau negatif dan asosiasi yang paling dekat dengan brand tersebut. 5. Program “Bumi Hijau MU” dalam penelitian ini didefinisikan, yaitu program yang peduli akan permasalahan Global Warming, melalui produknya Mortar Utama (MU) perusahaan berusaha menciptakan semen dengan menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan (eco product). 3.6.
Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini mencakup rangkaian aktivitas pelaksanaan
program yang mencerminkan pelaksanaan Marketing Public Relations dalam
45
membangun brand image. Maka, dalam penelitian ini fokus penelitian akan dijabarkan melalui strategi Marketing Public Relations yaitu Push, Pull dan Pass strategy: a. Push strategy (Strategi mendorong) dengan target pemasaran, alat dan media yang digunakan adalah sebagai berikut: a.1 Pameran Merupakan suatu media promosi yang bertujuan untuk memperkenalkan kelebihan ataupun kekurangan suatu produk atau jasa kepada masyarakat dengan harapan mereka tertarik untuk membelinya. a.2 Media Cetak Adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata dan gambar foto, surat kabar, majalah, brosur, poster dan x banner. a.3 Publisitas Adalah penyebaran pesan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan lewat media tertentu untuk kepentingan tertentu dari organisasi dan perorangan tanpa pembayaran tertentu pada media. b. Pull strategy (Strategi menarik) dengan target pengguna akhir atau konsumen dan alat atau media yang digunakan adalah sebagai berikut: b.1 Special Event Merupakan salah satu kiat yang diselenggarakan sebagai upaya untuk menarik perhatian media pers dan publik terhadap perusahaan atau produk tertentu yang dapat ditampilkan dalam acara tersebut.
46
b.2 Demonstrasi Merupakan salah satu kiat yang diselenggarakan sebagai upaya untuk memperagakan keunikan sebuah produk yang hendak ditawarkan kepada konsumen secara langsung. b.3 Konferensi Pers Merupakan suatu acara khusus yang mengundang wartawan dan jurnalis ketika terjadi suatu peristiwa khusus, misalnya acara peluncuran program baru guna memberikan informasi kepada media untuk disampaikan kepada khalayak perusahaan. c.
Pass strategy (Strategi mempengaruhi) dengan target menciptakan opini publik yang menguntungkan dan alat atau media yang digunakan adalah sponsorship dimana perusahaan memberikan sponsor kepada kegiatankegiatan tertentu, sehingga dapat memasarkan produk atau jasanya kepada konsumen.
Sedangkan fokus penelitian dalam membangun brand image dijabarkan melalui faktor pembentukan brand image terdiri dari: a. Brand Awareness Merupakan kesadaran konsumen ketika ditanya mengenai suatu merek tertentu. Brand awareness terdiri dari empat tahap: 1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, di mana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
47
2. Brand Recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3. Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4. Top of Mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran. b. Brand Association Adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Terdapat sebelas sumber brand association: a. Atribut Produk Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk adalah strategi dalam positioning yang paling sering digunakan. b. Hal-hal tidak nyata (intangibles) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.
48
c. Manfaat bagi pelanggan Manfaat bagi pelanggan berhubungan dengan atribut, dimana apabila ingin membuat asosiasi manfaat, maka perusahaan harus membuat asosiasi atribut sebagai alasannya. d. Harga Relatif Harga yang rendah atau harga yang terjangkau dapat dijadikan suatu acuan dalam mendapatkan asosiasi merek. Harga yang terjangkau ini akan bermanfaat bila pasar yang dituju adalah yang sensitif terhadap harga dan selisih harga yang ditawarkan cukup berarti bagi konsumen. e. Penggunaan atau Aplikasi Mengasosiasikan merek tersebut dengan waktu penggunaan produk tersebut atau pada aplikasi tertentu dapat dipakai menjadi sumber asosiasi produk. f. Pemakai atau Pelanggan Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. g. Selebriti atau Seseorang Mengasosiasikan suatu produk dengan selebriti atau seseorang yang menjadi image dalam masyarakat dimana dengan popularitas orang tersebut, diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk.
49
h. Gaya Hidup atau Kepribadian Suatu produk yang dapat diasosiasikan dengan kepribadian dimana produk tersebut dapat mencerminkan kepribadian yang lebih kuat dalam diri seseorang. i. Kelas Produk Merek juga dapat diasosiasikan dengan kelas produk, guna membuat keputusan positioning yang tepat dan cara ini akan lebih berhasil jika merek tersebut merupakan merek pertama pada kategoti produk yang bersangkutan atau produk yang sejenis. j. Pesaing Usaha membandingkan merek dengan merek lainnya bisa dijadikan sebagai sumber asosiasi. k. Negara atau Area Geografis Kita juga bisa mengasosiasikan merek dengan Negara ataupun area geografis. Syarat untuk menggunakan Negara atau wilayah georafis sebagai sumber asosiasi adalah tempat-tempat yang dijadikan sumber asosiasi harus memiliki citra positif tentang produk yang diiklankan. 3.7.
Teknik Analisa Data Analisa bukti (data) terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian
ataupun pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal
50
suatu penelitian. 47 Setiap penelitian hendaknya dimulai dengan strategis analisis yang umum, yang mengandung prioritas tentang apa yang dianalisis dan mengapa. Strategi yang pertama dan lebih disukai adalah mengikuti proposisi teoritis yang menuntun studi kasus. Tujuan dan desain asal dari studi kasus diperkirakan berdasarkan atas proposisi semacam itu, yang selanjutnya mencerminkan serangkaian pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka dan pemahaman-pemahaman baru. Proposisi ini merupakan salah satu contoh dari orientasi yang menuntun analisis studi kasus. Proposisi-proposisi tersebut membantu memfokuskan perhatian pada data tertentu dan mengabaikan data yang lain. Proposisi tersebut juga membantu pengorganisasian keseluruhan studi kasus dan menetapkan alternatif penjelasan yang harus diuji. Proposisi teroritis tentang hubunganhubungan kausal – jawaban-jawaban terhadap pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” – bisa sangat berguna untuk menuntun analisis studi kasus. Strategi umum yang kedua adalah mengembangkan suatu kerangka kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus. Strategi ini kurang disukai ketimbang penggunaan proposisi teoritis tetapi bisa menjadi alternatif bilamana proposisi teoritis tidak ada. Tujuan asal studi kasus bisa jadi bukan deskriptif, tetapi deskriptif yang membantu secara tepat pengidentifikasian kaitan timbal balik yang perlu dianalisis. 48 Semua data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh penulis, tetapi berdasarkan apa yang terjadi 47 48
Robert K. Yin, op.cit., 133 Ibid 136-138
51
di lapangan, yang dialami, yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh partisipan atau sumber data. 3.8.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 49 Dalam penelitian kualitatif, triangulasi merujuk kepada pengumpulan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber (manusia, latar, dan kejadian). Pada bagian ini triangulasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang mendalam. Dimana peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber yang berbeda-beda, hal ini dapat dicapai dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 50
49 50
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010 hal 330 Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001 hal 14