BAB III METODE PENGEMBANGAN
3.1.
Jenis Pengembangan Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Menurut
Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Adapun produk yang dihasilkan yaitu alat hitung berbasis angka braille, cube’s. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4-D (Four D ). Model 4-D merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, dkk. Pengembang memilih model 4-D karena setiap tahapannya lebih sistematis dan sesuai untuk pengembangan perangkat pembelajaran. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu : Define, Design, Develop, dan Disseminate. Model tersebut diadaptasi menjadi model 4-P, yaitu Pendefenisian, Perancangan, Pengembangan dan Penyebaran. 3.2 Lokasi dan Waktu Pengembangan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Jambi (SLB) Jambi. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena memang sesuai dengan kebutuhan peneliti yang akan menciptakan alat hitung baru untuk anak berkebutuhan khusus, yakni anak tunanetra.
41
42
3.3
Penentuan Subjek dan Objek Pengembangan Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti, dan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah alat hitung berbasis angka braille, cube’s. 3.4
Prosedur Pengembangan Media pembelajaran Model 4-D terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu tahap pendefinisian
(Define), tahap perencanaan (Design), tahap pengembangan (develop) dan tahap pendiseminasian (Disseminate), namun dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi terhadap model 4-D. Modifikasi yang dilakukan adalah penyederhanaan model dari empat tahap menjadi dua tahap tahap, yaitu pendefinisian (define), dan perancangan (design). Serta
penyederhanaan
tahap
pengembangan (develop) dan
pengembangan
dengan
peniadaan
tahap
tahap pendiseminasian (disseminate). Hal ini
dilakukan karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, serta tujuan utama peneliti yaitu menciptakan suatu produk baru, sehingga peneliti menyederhanakan sampai tahap desain saja/pembuatan alat.
43
Pengembangan media pembelajaran model 4-D dapat dilihat pada gambar di bawah ini DEFINE Analisis awal - akhir
Analisis Siswa
Analisis Materi
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Analisis Tugas DESIGN
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Perancangan Awal
Draft A
DEVELOP Revisi DraftA
Draft B
Ujicoba
Validasi/Penilaian Ahli
Analisis Hasil Ujicoba
Efektif Ya Tidak
Revisi
Draft C(j), ≥ 1
Draft Final
DISSEMINATE
Penyebaran dan Pengadopsian Gambar 3.1. Model Pengembangan 4-D
Pengemasan Sinambela (2009)
Keterangan Gambar 3.1 : : Garis pelaksanaan
: garis siklus (jika diperlukan)
: Jenis kegiatan
: pengambilan keputusan
: Hasil kegiatan
44
Modifikasi pengembangan media pembelajaran model 4-D (menjadi model 2-D) dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. DEFINE Analisis awal - akhir
Analisis Siswa
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Analisis Materi
Analisis Tugas DESIGN
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Respon Siswa
Gambar 3.1. Modifikasi Model Pengembangan 4-D
Perancangan Awal
Draft A
Validasi Ahli
Sinambela (2009)
Keterangan Gambar 3.2 : : Garis pelaksanaan
: garis siklus (jika diperlukan)
: Jenis kegiatan : Hasil kegiatan
Tahap-tahap pengembangan media pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut: 3.4.1
Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan
kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan
45
materi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis materi, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran 3.4.1.1 Analisis Awal-Akhir Kegiatan analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam pembuatan alat hitung. Pada tahap ini dilakukan analisis pada alat hitung yang biasa digunakan oleh anak penyandang tunanetra. 3.4.1.2 Analisis Siswa Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan danalam pembuatan alat hitung. Karakteristik ini meliputi latar belakang sosial dan ekonomi, pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. 3.4.1.3 Analisis Materi Analisis materi ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan dipelajari siswa berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini merupakan dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran. 3.4.2
Tahap Perancangan (Design) Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang alat hitung yang berbasis
angka braille, sehingga diperoleh prototype media pembelajaran berupa alat hitung untuk anak tunanetra, cube’s. Kegiatan pada tahap ini adalah pemilihan media, pemilihan format, dan perancangan awal. 3.4.2.1 Pemilihan Media Kegiatan pemilihan
media dilakukan untuk menentukan media yang
tepat dalam penyajian materi media pembelajaran, alat dan sumber belajar yang
46
mendukung. Proses pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis materi, dan analisis karakteristik siswa. 3.4.2.2 Pemilihan Format Pemilihan format dalam pembuatan alat hitung berbasis angka braille, cube’s
mencakup pemilihan format untuk merancang bentuk serta cara
penggunaan alat hitung ini agar mudah digunakan pada anak penyandang tunanetra. 3.4.2.3 Pemilihan Format Kegiatan pada tahap ini adalah pembuatan rancangan awal cube’s yang merupakan alat hitung matematika untuk anak tuna netra. Alat hitung yang dihasilkan pada tahap ini disebut sebagai Draft A. Setelah tahap perancangan berjalan dengan baik maka peneliti akan menguji hasil pembutana alat yang sudah dilakukan dengan menambah 1 tahap yaitu tahap validasi/Penilaian Ahli serta melihat respon siswa terhadap alat hitung yang digunakan. 3.4.3
Pembuatan
3.4.3.1 Alat dan Bahan No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tabel 3.1 Alat dan bahan Bahan (2) Papan berukuran 20 cm × 20 cm Manik-manik Lem Triplek Plastik keras
Alat (3) Gergaji/pemotong lainnya Kuas Penggaris alat pahat pembolong papan Reglate Bambu Gunting
3.4.3.2 Proses Pembuatan No. (1) 1.
2.
Tabel 3.2 Proses Pembuatan Visual (2) Menyiapkan papan
Buat lekukan skat pembatas
Keterangan (3) Siapkan papan ringan dan potong sesuai ukuran yakni 25 cm × 25 cm.
1. 2. 3.
Buat 100 buah kolom-kolom yang berukuran 2 cm × 2 cm diatas papan yang sudah disiapkan. 10 buah kolom horizontal dan 10 buah kolom vertikal Antara 1 kolom dengan kolom lainnya buatlah lekukan skat pembatas menggunakan alat pahat seperti gambar disamping.
3.
Buat skat timbul
1. 2.
Potong bambu sesuai ukuran Rekatkan bambu tepat di atas lekukan skat yang telah dibuat sehingga terasa timbul dan mudah untuk diraba.
4.
Pasang manik-manik sesuai angka yang akan dibuat
1.
Lubangi dahulu papan untuk menanam manikmanik sesuai angka yang akan dibuat. Tanam manik-manik pada lubang yang sudah disiapkan menggunakan lem. Untuk baris yang paling atas berisi angka dari 0-9. Dan untuk kolom paling kiri berisi angka 0, 10, 20,..., 90.
2. 3. 4.
41
48
No. (1) 6.
Visual (2) Balikkan papan (tampak belakang) 1. yakni papan belum terisi dengan 2. angka braille 3. 4.
Keterangan (3) Balikkan papan sehingga terlihat bagian belakang yang belum berisi angka braille. Ambil angka braille 1 dan kelipatannya hingga 10 untuk menempati baris pertama. Ambil angka braille 2 dan kelipatannya hingga 20 untuk menmpati baris ke dua. Dan seterusnya hingga angka 10 dan kelipatannya untuk menempati baris ke sepuluh.
1.4.3.3 Cara Menggunakan Alat Hitung Penjumlahan Letakkan jari pada bilangan pertama kemudian gerakkan jari kearah “kanan” sebanyak bilangan yang dijumlahkan. Lihat di kotak keberapa jari anda berhenti maka itulah hasil dari penjumlahan 2 buah bilangan bulat positif. Contoh : 5 + 3=... Raba kubus hingga kubus kelima atau berhentilah pada angka braille 5 setelah itu raba lagi 3 kubus selanjutnya sehingga berhentilah di kubus ke delapan atau berhenti tepat pada angka braille 8. Maka hasil dari 5+3=8.
Gambar 3.3. Penjumlahan
49
Pengurangan Letakkan jari pada bilangan pertama kemudian gerakkan jari kearah “kiri” sebanyak bilangan yang dikurangkan. Lihat di kotak keberapa jari anda berhenti maka itulah hasil dari pengurangan 2 buah bilangan bulat positif. Contoh : 9 - 3=... Raba kubus hingga kubus kesepuluh atau berhentilah pada angka braille 9 setelah itu raba kearah yang berlawanan sebanyak 3 kubus sehingga berhentilah di kubus ke tujuh atau berhenti tepat pada angka braille 6. Maka hasil dari 9-3=6
Gambar 3.4. Pengurangan
Perkalian Letakkan jari pada angka yang diminta dan dipapan perkalian/pembagian, setelah itu gerakkan jari anda “arah vertikal” sesuai angka perkaliannya, namun mulainya hitungan tepat dimana jari anda sedang berada. Contoh : 5 × 3=... Raba kubus hingga kubus kelima atau berhentilah pada angka braille 5 (arah horizontal) setelah itu gerakkan jari anda 3 langkah ke arah bawah (arah vertikal dimulai dari braille 5 tadi. Kemudian lihat jari anda menempati angka braille 15. Maka hasil dari 5×3=15.
50
Gambar 4.3. Perkalian
Pembagian Cari angka yang di inginkan dalam barisan kotak pembagi. Setelah ketemu angka yang diinginkan maka seret jari anda ke kotak hasil bagi. Lihat dikotak berapa jari berhenti maka itulah hasilnya kotak perkalian. Contoh : 9 ÷ 3=... Cari angka sembilan di barisan kotak pembagi yang dalam hal ini adalah angka 3. Setelah ketemu angka 9 maka seret jari anda ke kotak hasil bagi. Jari anda berhenti diatas braille 3. Maka 9÷3 = 3. pembagi Kotak hasil bagi
Gambar 4.4. Pembagian
3.5
Validasi/Penilaian Ahli Sebelum diujii cobakan, media pembelajaran dan instrumen terlebih dahulu
divalidasi oleh beberapa ahli. Ahli yang dimaksud dalam hal ini adalah para validator
51
yang berkompeten untuk menilai media pembelajaran dan memberikan masukan dan kritikan guna menyempurnakan media pembelajaran yang telah disusun. Penilaian para ahli meliputi validasi isi yang mencakup desain alat hitung yang telah dibuat, Draft A sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa alat yang sudah dibuat ini layak atau tidak untuk di gunakan pada anak tunanetra.
3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data 1. Angket Validasi Instrumen pengumpulan data dalam penelitian adalah yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013:102). Dalam tahap ini, instrumen yang digunakan adalah angket terbuka. Menurut Sugiyono (2013:200) angket terbuka adalah angket yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Pada tahap ini, angket terbuka diberikan kepada tim ahli desain dan ahli media yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan. Jika belum memenuhi maka akan diberikan saran dan masukan dari tim ahli. Selanjutnya saran dan masukan berupa data kualitatif tersebut akan digunakan untuk merevisi media pembelajaran tersebut. Dalam penelititan ini angket terbuka digunakan dalam instrumen penilaian ahli desain dan media. Adapun kisi-kisi pada lembaran angket desain dan media dapat di lihat di tabel berikut ini ;
52
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Desain Variabel
Indikator
(1)
(2)
Petanyaan
Item
(4) Alat hitung berbasis angka braille memudahkan siswa dalam berhitung Alat hitung berbasis angka braille, cube's mudah dalam pengoperasiannya
(5)
Alat hitung berbasis angka braille, cube's mudah untuk disimpan Alat hitung berbasis angka braille, cube's ini lebih mudah pengoperasian dari alat hitung yang lain untuk siswa berkebutuhan khusus (tunanetra)
3
pemahaman materi
Dengan menggunakan alat hitung ini siswa dapat memahami materi dengan mudah
5
penyelesaian soal
Alat hitung ini dapat membantu siswa untuk menyelesaikan soal dengan mudah
6
Deskriptor (3) memudahkan siswa pengoperasian mudah penyimpanan
Kemudahan
Kejelasan
lebih mudah dari yang lain
huruf/angka braille Petunjuk Mendorong
Alat Hitung Berbasis Angka Braille, Cube’s
Rangsangan
menyenangkan Mencoba
Ukuran alat Daya Tarik Fisik
Bentuk Warna Ukuran tulisan
Kekuatan
Kekuatan Alat Kekuatan huruf/angka Mudah dibawa
Mobilitas Ringan
Safety
Aman dari ketajaman Efek bahan kimia
angka/huruf braille sudah jelas dalam penulisan petunjuk penggunaan sudah jelas dan dapat dipahami dengan mudah Dengan adanya alat hitung berbasis angka braille ini siswa terdorong untuk belajar lebih aktif Siswa merasa senang dengan adanya alat hitung berbasis angka braille, cube's Siswa tertarik mencoba alat hitung berbasis angka braille ini dalam mengerjakan soal matematika Ukuran alat hitung berbasis angka braille, cube's ini sudah sesuai Alat hitung berbasis angka braille, cube's memiliki bentuk yang menarik Warna dari alat hitung berbasis angka braille, cubes ini menarik Ukuran angka/huruf braile pada alat hitung ini telah sesuai Alat hitung berbasis angka braille'cube's ini tidak mudah patah huruf/angka pada alat hitung berbasis angka braille ini tidak mudah lepas Alat hitung berbasis angka braille ini mudah untuk dibawa Alat hitung berbasis angka braille' cube's ini berbahan kayu ringan sehingga mudah untuk dipindahkan Alat hitung berbasis angka braille, cube's ini tidak terdapat benda-benda tajam yang dapat melukai siswa Tidak mengandung bahan kimia berbahaya
1 2
4
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21
53
Variabel
Indikator
(1)
(2) Kebermanfaatan
Keakuratan
Petanyaan
Item
(4) Alat hitung berbasis angka braille, cube’s ini membantu anak tuna netra dalam berhitung
(5)
Deskriptor (3) membantu
rentang kesalahan yang kecil
22
Alat hitung berbasis angka braille, cube's ini memiliki rentang kesalahan yang kecil untuk anak tunanetra
23
Penyusunan kisi-kisi validasi desain di atas berdasarkan aspek-aspek penilaian. Untuk aspek penilaian merujuk pada Rudiyanti (2005). Instrumen angket validasi tersebut memiliki jawaban berupa data kuantitatif dengan pilihan jawaban sebagai berikut: 5 = Sangat baik 4 = Baik 3 = Sedang 2 = Tidak baik 1 = Sangat tidak baik Analisis perhitungan setiap tabel adalah: Jumlah skor kriterium (N) =
(
×
)
Untuk skor maksimum 5 dan skor minimum 1, maka rentang skor (R) ad alah 5 – 1 = 4. Dalam menentukan kategori kevalidasian (sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik) , maka panjang kelas intervalnya (i) adalah
54
4 : 5 = 0,8 . Dimana 4 = rentang skor (R) dan 5 =skor tertinggi tiap butir. Secara kontinu dapat dibuat kategori interval sebagai berikut: 1,00 ≤ N ≤ 1,79
: Sangat tidak baik
3,40 ≤ N ≤ 4,19 : Baik
1,80 ≤ N ≤ 2,59
: Tidak baik
4,20 ≤ N ≤ 5,00 : Sangat Baik
2,60 ≤ N ≤ 3,39
: Sedang
Media pembelajaran dikatakan valid jika berada pada kualitas sangat baik, baik atau sedang.Sedangkan untuk butir penilaian yang mendapat kulitas tidak baik, maka perlu dilakukan revisi. 2. Angket Uji Coba Produk Untuk mengetahui tanggapan subyek ujicoba terhadap desain alat hitung berbasis angka braille, cube’s, digunakan angket tertutup sebagai instrumen penilaian. Angket tertutup berisikan pertanyaan yang telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal dipilih oleh subyek ujicoba. Adapun kisi-kisi angket respon siswa tentang desain merujuk pada Rudiyanti (2005) dan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa tentang Desain Variabel Penggunaan alat hitung berbasis angka braille, cube’s oleh siswa tuna netra dalam operasi hitung bilangan bulat sederhana
Indikator Kekuatan Kemudahan
Kejelasan Daya tarik fisik
Kesederhanaan desain Mobilitas
Deskriptor Kekuatan alat Kekuatan huruf/angka Kemudahan dalam penyimpanan Mudah dalam pengoperasian Jelas dalam penuisan Ukuran Bentuk Warna Tidak rumit Mudah dibawa Mudah dipindahkan
Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
55
Penyusunan kisi-kisi angket respon siswa tentang isi berikut merujuk pada Rudiyanti (2005) dan dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Respon Siswa tentang Isi Variabel Penggunaan alat hitung berbasis angka braille, cube’s oleh siswa tuna netra dalam operasi hitung bilangan bulat sederhana
Indikator Kebermanfaatan Kemudahan
Deskriptor Membantu siswa Mudah dipahami Mudah dalam pengoperasian Mudah dalam penyelesaian Mendorong siswa belajar
Rangsangan
Butir Soal 1 2 3 4 5
Menarik
6
Instrumen angket validasi tersebut memiliki jawaban berupa data kuantitatif dengan pilihan jawaban sebagai berikut: 5 = Sangat baik 4 = Baik 3 = Sedang 2 = Tidak baik 1 = Sangat tidak baik Analisis perhitungan setiap tabel adalah: Jumlah skor kriterium (N) =
(
×
)
Untuk skor maksimum 5 dan skor minimum 1, maka rentang skor (R) adalah 5 – 1 = 4. Dalam menentukan kategori kevalidasian (sangat baik, baik, sedang, tidak
56
baik, dan sangat tidak baik) , maka panjang kelas intervalnya (i) adalah 4 : 5 = 0,8 . Dimana 4 = rentang skor (R) dan 5 =skor tertinggi tiap butir. Secara kontinu dapat dibuat kategori interval sebagai berikut: 1,00 ≤ N ≤ 1,79
: Sangat tidak baik
1,80 ≤ N ≤ 2,59
: Tidak baik
2,60 ≤ N ≤ 3,39
: Sedang
3,40 ≤ N ≤ 4,19
: Baik
4,20 ≤ N ≤ 5,00
: Sangat Baik
Media pembelajaran dikatakan valid jika berada pada kualitas sangat baik, baik atau sedang.Sedangkan untuk butir penilaian yang mendapat kulitas tidak baik, maka perlu dilakukan revisi. Setelah media yang berupa alat hitung berbasis angka braille, cube’s ini selesai di validasi dan diujicobakan, maka nantinya dapat disimpulkan apakah media pembelajaran yang telah dibuat valid atau valid dengan perbaikan sehingga harapannya nanti alat hitung ini dapat diperbanyak dan di sebarluaskan. Tahap selanjutnya adalah menghitung persepsi positif siswa yang ditunjukkan dari angket. Validitas dan reliabilitas dari item pertanyaan pada angket tertutup yang diberikan pada kelas implementasi sudah dianalisis berdasarkan data analisis angket tertutup yang diberikan pada uji coba lapangan. Skala yang digunakan pada angket yang diberikan pada kelas implementasi adalah lima skala yaitu 1,2,3,4,dan 5.
57
Membuat tabulasi data Menurut Sugiyono (2013:137) persentase untuk tiap-tiap sub variabel dihitung menggunakan rumus: n × 100% N Keterangan: P =
P
= persentase sub variabel
n
= jumlah nilai tiap sub variabel
N = jumlah skor maksimum Dari persentase yang telah diperoleh ditransformasikan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif sesuai dengan tabel 3.10 dibawah ini.
No
Tabel 3.10 Range Persentase dan Kriteria Kualitatif Interval Persentase Kriteria
1
85 % ≤ skor ≤ 100 %
Sangat Baik /Sangat Positif
2
70 % ≤ skor ≤ 84 %
Baik/Positif
3
50 % ≤ skor ≤ 69 %
Kurang Baik /Kurang Positif
4
0 % ≤ skor ≤ 49 %
Tidak Baik/Tidak Positif