28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul Kajian Penggunaan Pembelajaran Bercerita Berpasangan terhadap Keterampilan Kooperatif dan Penguasaan Konsep Siswa SMP Konsep Ekosistem, maka diperlukan adanya penjelasan yang terperinci, yaitu: 1. Keterampilan kooperatif adalah keterampilan-keterampilan kooperatif siswa menurut Lungdren yaitu keterampilan kooperatif tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir. Keterampilan kooperatif tingkat dasar meliputi membangun kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalm kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang anggota kelompok lain untuk berpartisipasi, menyelesaikan tugas tepat waktu dan menghormati perbedaan individu. Sedangkan keterampilan kooperatif tingkat terampil meliputi menunjukkan penghargaan dan rasa simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan secara aktif, bertanya, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab dan mengurangi ketegangan. Keterampilan kooperatif tingkat mahir terdiri dari mengelaborasi, memeriksa ketepatan, mengevaluasi kebenaran jawaban, menetapkan tujuan dan berkompromi.
29
2. Penguasaan konsep berupa tingkat pemahaman siswa yang merupakan tingkatan hasil belajar kognitif siswa. Dalam hal ini, siswa dituntut tidak hanya sebatas mengingat suatu bahan pelajaran tetapi juga mampu menjelaskan bahasan pelajaran tersebut dengan kata-kata sendiri dan mampu menyelesaikan soal-soal komponen penyusun ekosistem setelah teknik pembelajaran bercerita berpasangan dilaksanakan. Ketercapaian penguasaan konsep tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil tes siswa yang hasilnya kemudian dikategorisasikan berdasarkan indeks gain ternormalisasi dan dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang berlaku di sekolah tempat diadakannya penelitian. 3. Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan pelajaran menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara (Lie, 2008). 4. Konsep ekosistem meliputi komponen penyusun ekosistem berupa komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif (Riyanto, 2001), karena penelitian ini hanya diarahkan untuk memberikan gambaran berupa gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam
30
jenis penelitian ini, cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 13 kelas. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 29 Bandung yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa 34 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Pemilihan kelas dilakukan karena kelas tersebut sudah terbiasa menggunakan pembelajaran kooperatif dan sebagian besar siswanya memiliki nilai penguasaan konsep di bawah KKM.
D. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2009/2010.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes penguasaan konsep siswa, lembar observasi dan angket. Penjelasan mengenai masing-masing instrumen adalah sebagai berikut.
31
1. Tes Instrumen tes berupa satu set tes penguasaan konsep. Tes ini digunakan untuk mengukur kebermaknaan pemahaman konsep biologi (komponen penyusun ekosistem) yang diperoleh siswa setelah diterapkannya teknik pembelajaran bercerita berpasangan ini disusun berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai pada setiap pertemuan pembelajaran. Soal-soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda tentang pokok bahasan komponen penyusun ekosistem. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3). Tes penguasaan konsep ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu sebelum (tes awal) dan sesudah pembelajaran (tes akhir). Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes No. 1
2
3
4
5
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyebutkan pengertian ekosistem setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita berpasangan. Setelah melakukan pembelajaran bercerita berpasangan, siswa mampu menyebutkan komponen penyusun ekosistem Setelah melakukan pembelajaran bercerita berpasangan, siswa mampu menjelaskan komponen biotik penyusun ekosistem Setelah melakukan pembelajaran bercerita berpasangan, siswa mampu menjelaskan komponen abiotik penyusun ekosistem Setelah melakukan pembelajaran bercerita berpasangan, siswa mampu menjelaskan perbedaan produsen, konsumen dan pengurai
2. Non Tes Instrumen non tes terdiri dari lembar observasi dan angket.
No. Soal 1, 2
3
4, 5
6, 7, 8
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
32
a. Satu set lembar observasi keterampilan kooperatif siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan pembelajaran bercerita berpasangan dalam proses pembelajaran. Tabel 3.2 Indikator Keterampilan Kooperatif Keterampilan Indikator No Pernyataan Kooperatif Membangun kesepakatan 1 Tingkat Dasar Menghargai kontribusi 2 Mengambil giliran dan berbagi tugas 3 Berada dalam kelompok 4 Berada dalam tugas 5 Mendorong partisipasi 6 Mengundang anggota kelompok lain untuk 7 berpartisipasi Menyelesaikan tugas tepat waktu 8 Menghormati perbedaan individu 9 Menunjukkan penghargaan dan rasa simpati 10 Tingkat Terampil Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan 11 cara yang dapat diterima Mendengarkan secara aktif 12 Bertanya 13 Menafsirkan 14 Mengatur dan mengorganisir 15 Menerima tanggung jawab 16 Mengurangi ketegangan 17 Mengelaborasi 18 Tingkat Mahir Memeriksa ketepatan 19 Mengevaluasi kebenaran jawaban 20 Menetapkan tujuan 21 Berkompromi 22
b. Angket, merupakan pengumpulan data dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan dijawab secara tertulis pula.
Angket
digunakan
untuk
mengetahui
respon
siswa
terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung dan bersifat sebagai data pendukung dalam penelitian.
33
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket No.
Aspek
No. Pernyataan
1
Menyukai pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan Pengalaman menggunakan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan cocok untuk pelajaran biologi (ekosistem) Pembelajaran tipe bercerita berpasangan dapat menjawab rasa keingintahuan dalam pelajaran Pembelajaran tipe bercerita berpasangan dapat menunjukkan dan membangkitkan bakat dalam berbagi informasi Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan perlu diterapkan untuk materi lain pada mata pelajaran biologi Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dapat membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dapat memotivasi belajar Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dapat memudahkan memahami pelajaran Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dapat mempersulit memahami pelajaran Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan tidak dapat memberikan pemahaman konsep secara utuh Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan tidak cocok untuk materi ekosistem Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan menarik perhatian siswa dalam belajar Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan tidak menarik perhatian siswa dalam belajar Guru yang mengajar sudah baik dalam penyampaian materi
1
2 3
4 5
6
7
8 9
10
11
12 13
14
15
2 3
4 5, 6
7
8
9 10
13
14
15 16
11
12
34
F. Teknik Pengumpulan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, dilakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. 2. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diamati keterampilan kooperatifnya oleh observer dengan panduan lembar observasi. 3. Setelah selesai pembelajaran siswa diberi posttest, kemudian hasil tersebut dikumpulkan
dan
dikategorisasikan
diberi
nilai.
berdasarkan
Nilai
yang
indeks
gain
diperoleh
kemudian
ternormalisasi
dan
dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut. 4. Setelah dilakukan posttest, siswa diberi angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran bercerita berpasangan.
G. Prosedur Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dengan cara mengkaji penggunaan pembelajaran bercerita berpasangan (paired storytelling) terhadap kemunculan keterampilan kooperatif dan penguasaan konsep siswa SMP pada konsep ekosistem dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan studi pendahuluan, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang menunjang penelitian yang akan dilaksanakan, diantaranya melakukan observasi ke sekolah.
35
b. Pembuatan instrumen penelitian c. Judgment instrumen penelitian d. Uji coba instrumen penelitian e. Revisi instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan a. Pemilihan sampel b. Pelaksanaan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa c. Pengenalan pembelajaran bercerita berpasangan kepada siswa d. Pelaksanaan
pembelajaran
bercerita
berpasangan,
selama
proses
pembelajaran berlangsung, siswa diamati keterampilan kooperatifnya oleh observer dengan panduan lembar observasi. e. Setelah selesai pembelajaran siswa diberi posttest, kemudian hasil tersebut dikumpulkan
dan
diberi
nilai.
Nilai
yang
diperoleh
kemudian
dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut. Selain dibandingkan dengan KKM, nilai pretest dan posttest dicari gain dan indeks gainnya untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa. f. Setelah dilakukan posttest, siswa diberi angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran bercerita berpasangan.
3. Tahap Pengolahan Data a. Penskoran tiap butir soal
36
b. Mencari persentase setiap keterampilan kooperatif yang muncul pada siswa c. Mencari persentase angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.
H. Analisis Butir Soal Instrumen soal yang digunakan terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh dosen yang berkompeten di bidangnya, kemudian diujicobakan terhadap sekelompok siswa SMP kelas VII yang sudah mendapatkan materi tentang konsep ekosistem (komponen biotik dan abiotik). Jumlah instrumen yang diujicobakan sebanyak 30 soal dalam bentuk pilihan ganda, kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis untuk diketahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh 27 soal yang boleh dipergunakan. Akan tetapi peneliti hanya membutuhkan 20 soal saja, maka ada 7 soal yang dibuang. Adapun untuk melakukan analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Validitas Validitas adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat menggunakan suatu korelasi
37
product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson. Besarnya koefisien korelasi antara dua variabel dirumuskan: rx y =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
− (∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
} (Arikunto, 2002:146)
Keterangan : r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = jumlah siswa X = skor tiap siswa pada item tersebut Y = skor total tiap siswa
∑ X= jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut ∑ Y = jumlah skor total seluruh siswa pada test. Untuk
menginterpretasikan
tingkat
validitasnya,
maka
koefisien
korelasinya dikategorikan pada kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kriteria Validitas Koefisien Korelasi Kriteria Validitas 0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2006:75) Dari hasil uji coba soal diperoleh berbagai validitas butir soal yang dapat dilihat pada tabel berikut.
38
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba Kriteria Keterangan No. Soal Nilai Validitas 1 0,31 Rendah Diperbaiki, digunakan 2 0,10 Sangat Rendah Tidak digunakan 3 0,70 Tinggi Digunakan 4 0,26 Rendah Diperbaiki, digunakan 5 0,60 Cukup Digunakan 6 0,15 Sangat Rendah Diperbaiki, digunakan 7 -0,01 Sangat Rendah Tidak digunakan 8 0,23 Rendah Diperbaiki, digunakan 9 0,31 Rendah Diperbaiki, digunakan 10 0,33 Rendah Tidak digunakan 11 -0,11 Sangat Rendah Tidak digunakan 12 0,01 Sangat Rendah Digunakan 13 0,74 Tinggi Digunakan 14 0,37 Rendah Diperbaiki, digunakan 15 0,25 Rendah Tidak digunakan 16 0,31 Rendah Diperbaiki, digunakan 17 0,31 Rendah Diperbaiki, digunakan 18 0,49 Cukup Digunakan 19 0,37 Rendah Tidak digunakan 20 0,11 Sangat Rendah Diperbaiki, digunakan 21 0,60 Cukup Digunakan 22 0,43 Cukup Digunakan 23 0,36 Rendah Tidak digunakan 24 0,14 Sangat Rendah Diperbaiki, digunakan 25 0,44 Cukup Digunakan 26 0,08 Sangat Rendah Tidak digunakan 27 0,16 Sangat Rendah Tidak digunakan 28 0,11 Sangat Rendah Tidak digunakan 29 0,76 Tinggi Digunakan 30 0,38 Cukup Digunakan
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus KR.20 dari Kuder dan Richardson (Arikunto, 2002) sebagai berikut.
39
k Vt − ∑ pq r11 = Vt k − 1
(Arikunto, 2002:163)
Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen tes k = banyaknya butir soal Vt = varians total p = proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir q = proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir p = (Jumlah Subjek yang menjawab benar)/N N = jumlah seluruh peserta tes q = jumlah subjek yang menjawab salah 1 − p Untuk menginterpretasikan tingkat reliabilitasnya, nilai r yang didapat
melalui
rumus
di
atas
dapat
diinterpretasikan
dengan
menggunakan kriteria seperti dalam tabel berikut ini.
Koefisien Korelasi 0,81 ≤ r ≤ 1,00 0,61 ≤ r ≤ 0,80 0,41 ≤ r ≤ 0,60 0,21 ≤ r ≤ 0,40 0,00 ≤ r ≤ 0,20
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Kriteria Reliabilitas sangat tinggi tinggi cukup rendah sangat rendah (Arikunto, 2006)
Dari hasil uji coba soal diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,68 dengan kriteria reliabilitas tinggi.
40
3. Daya Pembeda Arikunto (2002) mengemukakan bahwa daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah, kemudian diambil 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok rendah dan dihitung daya pembeda dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2006:213):
Keterangan : D = daya pembeda BA = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok tinggi untuk tiap soal BB = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok rendah untuk tiap soal JA = jumlah siswa kelompok tinggi JB = jumlah siswa kelompok rendah Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini. Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Koefisien Korelasi Kriteria Daya Pembeda 0,71 – 1,00 Baik sekali 0,41 – 0,70 Baik 0,21 – 0,40 Cukup 0,00 – 0,20 Jelek Negatif (buang) (Arikunto, 2006:218) Dari hasil uji coba soal diperoleh daya pembeda yang dapat dilihat pada tabel berikut.
41
No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda Nilai Daya Pembeda Kriteria Keterangan 0,36 Cukup Digunakan 0,19 Jelek Tidak digunakan 0,09 Jelek Diperbaiki, digunakan 0,19 Jelek Diperbaiki, digunakan 0,64 Baik Digunakan 0,19 Jelek Diperbaiki, digunakan 0,17 Jelek Tidak digunakan 0,09 Jelek Diperbaiki, digunakan 0,54 Baik Digunakan 0,28 Cukup Digunakan 0,09 Jelek Tidak digunakan 0,26 Cukup Digunakan 0,28 Cukup Digunakan 0,48 Baik Digunakan 0,36 Baik Tidak digunakan 0,28 Cukup Digunakan 0,28 Cukup Digunakan 0,19 Jelek Diperbaiki, digunakan -0,72 Negatif Tidak digunakan 0,46 Baik Digunakan 0,64 Baik Digunakan 0,45 Baik Digunakan 0,45 Baik Tidak digunakan 0,26 Cukup Digunakan 0,36 Cukup Digunakan 0,27 Cukup Tidak digunakan 0,09 Jelek Tidak digunakan 0,09 Jelek Tidak digunakan 0,36 Cukup Digunakan 0,55 Baik Digunakan
4. Tingkat Kesukaran Analisis tingkat kesukaran merupakan parameter untuk menyatakan bahwa suatu item termasuk ke dalam taraf mudah, sedang, dan sukar. Adapun soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak juga terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran yaitu
42
P=
B Js
(Arikunto, 2006:208)
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Total responden yang menjawab soal itu dengan benar Js = Jumlah seluruh responden Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Tabel 3.9 Interpretasi Indeks Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,29 sukar 0,30 – 0,69 sedang 0,70 – 1,00 mudah (Arikunto, 2006:210) Dari hasil uji coba soal diperoleh berbagai tingkat kesukaran yang dapat dilihat pada tabel berikut.
No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kriteria Keterangan 0,79 Sedang Digunakan 0,69 Sedang Tidak digunakan 0,82 Mudah Digunakan 0,87 Mudah Digunakan 0,74 Sedang Digunakan 0,95 Mudah Digunakan 0,62 Sedang Tidak digunakan 0,85 Mudah Digunakan 0,59,2 Sedang Digunakan 0,79 Mudah Tidak digunakan 0,97 Mudah Tidak digunakan 0,72 Mudah Digunakan 0,90 Mudah Digunakan 0,54 Sedang Digunakan
43
No. Soal 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Indeks Kesukaran 0,85 0,41 0,82 0,95 0,15 0,51 0,74 0,77 0,56 0,74 0,90 0,41 0,49 0,33 0,28 0,44
Kriteria Mudah Sedang Mudah Mudah Sukar Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang
Keterangan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan
I. Teknik Analisis Data 1. Penguasaan Konsep Data yang telah diperoleh dari hasil pretest dan posttest penguasaan konsep siswa, dianalisis melalui tahap berikut: a.
Penskoran pada tiap butir soal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda dengan
empat jawaban alternatif. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. b. Uji Kebermaknaan Konsep Siswa Uji kebermaknaan konsep siswa dihitung melalui tahapan: 1) Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan guna mengetahui data yang telah didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik normalitas pada
44
penelitian ini dihitung dengan menggunakan uji chi-square, karena sampelnya berjumlah lebih dari 30. Data yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah data gain siswa. Langkah-langkah yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: a) menentukan rentang/jangkauan (r) b) menentukan banyak kelas (k) c) menentukan panjang interval (p) d) mencari nilai rata-rata ( x ) e) mencari nilai standar deviasi (SD) f) membuat daftar frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi harapan (Ei), melalui langkah-langkah : (1) mencari db = k – 3 (2) (3) L (luas interval dari tabel z) (4) Menentukan frekuensi harapan (Ei) (5) Menentukan frekuensi observasi (Oi) (6) Menentukan χ2 tabel dengan taraf signifikasi 5% atau α = 0,05 (7) Menentukan χ2 hitung (8) Membuat kesimpulan berdasarkan perbandingan χ2
hitung
dengan χ2
tabel.
Jika χhitung lebih kecil dari χ2 tabel, maka data berdistribusi normal. 2) Uji Kebermaknaan Uji kebermaknaan dilakukan setelah terlebih diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Apabila
data yang akan
45
digunakan berdistribusi normal maka pengujian kebermaknaan dilakukan dengan uji z. Uji z digunakan untuk menguji kebermaknaan dengana rata-rata tunggal, yaitu dengan rumus: (Sudjana, 2005: 226) Keterangan : = rata-rata posttest µ 0 = rata-rata yang ingin dicapai = standar deviasi posttest jumlah siswa
c. Mencari Indeks Gain Indeks gain yang dihitung berupa gain ternormalisasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (1999:1), yaitu:
Keterangan : T1 = nilai pretest T2 = nilai posttest Is = skor maksimal pretest atau postest Tabel 3.11 Interpretasi Gain Ternormalisasi Nilai Gain Ternormalisasi
Interpretasi ≥ 0,7 Tinggi 0,7 > () ≥ 0,3 Sedang < 0,3 Rendah (Hake, 1999:1)
46
d.
Membandingkan data pretest dan posttest hasil penelitian dengan KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut.
2. Keterampilan Kooperatif Keterampilan kooperatif dijaring melalui lembar observasi. Lembar observasi dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung persentase kemunculan indikator keterampilan kooperatif. Data tersebut dihitung berdasarkan rumus yang diutarakan oleh Purwanto (2008:102):
Keterangan: NP
= nilai persen yang dicari atau diharapkan
R
= skor mentah yang diperoleh kelompok siswa
SM
= skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100
= bilangan tetap Kemudian hasil kriteria di atas dianalisis melalui penafsiran kalimat
berdasarkan modifikasi Somantri (Oktaviani, 2009:32) yaitu: 0-19 %
= sangat rendah
20-39%
= rendah
40-59,2 %
= sedang
60-79%
= tinggi
80-100 %
= Sering
3. Angket Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa. Setiap pernyataan dalam angket memiliki dua pilihan jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.
47
Pengolahan angket dilakukan dengan penskoran untuk semua pilihan dalam pernyataan yang tertera dalam angket. Tiap pilihan diberi skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”, kemudian dijumlahkan untuk setiap indikator dan dicari persentasenya serta ditafsirkan. Penghitungan angket digunakan rumus:
keterangan : x = nilai persentase yang dicari r = jumlah respon yang muncul R = jumlah respon yang diharapkan Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Angket Kategori angket (%) Interpretasi 0-19 sangat rendah 20- 39 rendah 40- 59,2 sedang 60- 79 tinggi 80- 100 sangat tinggi (Sulistiowati, 2007)