45
BAB III METODE PENELITIAN A.
Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil Test Of Logical Thingking (TOLT) untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pilihan ganda multi tier berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta pemahaman konsep siswa dapat diketahui. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-shot Design dengan pola:
Pemberian TOLT dan Three-tier Test
Pengolahan Data
Gambar 3.1. One-Shot Design
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
B.
Penyusunan Instrumen Penelitian Penelitian ini menyusun alat ukur TOLT modifikasi untuk mengetahui profil kemampuan berpikir logis dan three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya. 1.
Desain penyusunan TOLT Kemampuan berpikir logis menggunakan TOLT berbasis konsep fisika
dengan bentuk tes pilihan ganda dua tingkat. Model penyusunan TOLT mengadaptasi dari TOLT yang standar. Peneliti memodifikasinya dengan konten berbasis konsep fisika. Indikator TOLT ada lima aspek, yaitu kemampuan penalaran proporsional, penalaran probabilistik, pengontrolan variabel, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. Setelah soal TOLT dibuat oleh peneliti,
kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan di judgement kepada pakar materi, ahli evaluasi, serta guru fisika. TOLT modifikasi diujikan ke lapangan. Validitas dan reliabilitas dihitung, kemudian dibandingkan hasilnya dengan hasil validitas dan reliabilitas TOLT yang standar. Adapun tahapan perancangan TOLT modifikasi ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
1.Studi literatur dan analisis materi pemantulan cahaya 2.Merumuskan indikator-indikator TOLT dan menyusun TOLT 3. Konsultasi TOLT dengan pembimbing, judgement ke ahli materi dan ahli evaluasi 4.Revisi 5. Uji coba TOLT 6. Uji validitas, uji reliabilitas dan analisis butir 7. Penyusunan TOLT valid dan reliabel Gambar 3.2. Tahapan TOLT Modifikasi
2.
Desain penyusunan three-tier test Model penyusunan tes pemahaman konsep berupa two-tier test terlebih
dahulu dan mengadaptasi dari model Treaguts. Setelah dibuat, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di judgement kepada pakar materi ahli evaluasi serta guru fisika. Two-tier test diujikan pada lingkup yang terbatas untuk mengetahui analisis butir soal, validitas, dan reliabilitas. Setelah itu two-tier test di tambahkan satu tingkat berupa respon keyakinan siswa dalam menjawab soal two-tier test. Instrumen pada saat penelitian berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Adapun tahapan perancangan three-tier test ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar Tahap 1: Menentukan konten atau isi materi
Mengidentifikasikan konsep utama
Tahap 2: Mengumpulkan informasi konsep
Telaah literatur dan materi pemantulan cahaya
Membuat draf instrumen two-tier test Tahap 3: Mengembangkan instrumen diagnosis two-tier test
Rincian kisi-kisi soal onetier test
Konsultasi dengan dosen pembimbing dan judgement ke ahli
Perbaikan instrumen
Uji coba dan analisis two-tier test testtest
Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test
Three-tier test Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Three-Tier Test Pemantulan Cahaya
C.
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas VIII di Kabupaten Bandung Barat pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 dan
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
dipilih dengan teknik purposive sampling. Penentuan subyek ini menggunakan teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Selain mengetahui profil kemampuan berpikir logis, peneliti juga mempunyai tujuan untuk mengetahui profil pemahaman konsep pemantulan cahaya dengan bentuk soal three-tier test yang telah disusun dan di ujikan ke lapangan. Pemilihan subyek penelitian di SMP tersebut karena siswa kelas VIII sudah mendapatkan materi pemantulan cahaya. Kedua, siswa kelas VIII belum pernah mendapatkan soal TOLT dan three-tier test. D.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan a. Telaah kompetensi mata pelajaran IPA SMP. b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan. d. Studi pendahuluan, meliputi wawancara dengan guru dan menganalisis soalsoal fisika. e. Perumusan masalah penelitian. f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan penelitian mengenai TOLT dan three-tier test.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
g. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian. h. Menyusun instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two-tier test. i. Melakukan judgement instrumen TOLT modifikasi dan two-tier test. j. Melakukan uji coba instrumen. k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes. l. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi threetier test. 2. Tahap Pelaksanaan a. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas. b. Pelaksanaan tes TOLT standar. c. Pelaksanaan tes TOLT modifikasi. d. Pelaksanaan tes three-tier test. 3. Tahap Penyelesaian a.
Mengolah data penelitian
b.
Menganalisis data penelitian
c.
Menarik kesimpulan dan saran
d.
Penyusunan
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51 Tahap Perencanaan Rumusan masalah
Studi pendahuluan Studi literatur
Solusi permasalahan
Studi kurikulum dan materi pemantulan cahaya
Penyusunan instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two tier test
Konsultasi dengan pembimbing
Judgement instrumen penelitian
Uji coba dan analisis intrumen penelitian
Menambahkan tingkat keyakinan pada twotier test sehingga menjadi three-tier test
Tahap Pelaksanaan Melakukan penelitian dengan memberikan soal
TOLT standar
Tahap Akhir
TOLT modifikasi
Three-tier test
Pengolahan data dan analisis data
Kesimpulan
Gambar 3.4 Bagan Prosedur Penelitian
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
E. Teknik Pengumpulan Data Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT standar dan modifikasi. Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis, terlebih dahulu peneliti menyiapkan TOLT standar dan menyusun TOLT modifikasi. TOLT modifikasi isinya berkaitan dengan konsep pemantulan cahaya. Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes pilihan ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya. Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil three-tier test. Sebelum melakukan tes pemahaman konsep bentuk three-tier test, terlebih dahulu peneliti menyusun two-tier test pemantulan cahaya dan diujikan pada siswa. Setelah diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi three-tier test. Three-tier test yaitu pilihan ganda tiga tingkat. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut: a. Telaah literatur. b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian. c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. d. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat. e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh berupa data kualitatif, yang termasuk data hasil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya. 1.
Validitas Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak dukur. Agar data yang diperoleh valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Ada dua validitas yaitu validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi dilakukan dengan meminta pertimbangan pakar terhadap three-tier test. ada tiga pakar yang diminta untuk memberikan pertimbangan. Satu orang pakar dari ahli materi gelombang optik, satu orang dari ahli evaluasi, dan satu orang guru Fisika SMP. Ketiga pakar diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan aspek pemahaman konsep dan indikator soal. Para pakar diminta untuk menuliskan pertimbangannya dalam lembar judgement (Lampiran B.3). Tiap butir soal diminta para pakar memberikan nilai 1 jika butir soal sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau sesuai dengan indikator soal, dan memberi nilai 0 jika butir soal tidak sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau indikator soal.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang digunakannya adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar (3.1)
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa. Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal Nilai rxy 1,00 0,800-0,99 0,600-0,79 0,40-0,59 0,20-0,39 0,00-0,19
Kriteria Sempurna Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Arikunto, 2010:75) 2.
Reliabilitas Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan suatu instrumen apabila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (Arikunto, 2010: 90).
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti melalui langkah membuat tabel analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah AlphaCronbach. (3.2) dengan: r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir soal
Si²
: jumlah varians skor setiap butir soal
St²
: varians total
Nilai
ini kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi
reliabilitas. Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi 0.80 – 1.00 0.60 – 0.79 0.40 – 0.59 0.200 – 0.39 0.00 – 0.19
3.
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Daya pembeda Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
(3.3)
dengan D : daya pembeda BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar BB: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal itu. Klasifikasi daya pembeda. Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda Nilai D 0.00 1.00 - (negatif)
Kategori Tidak mempunyai daya pembeda Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi Tidak baik sekali atau kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
Nilai D
< 0.20 0.20 – 0.40 0.41 – 0.70 0.70 >
Kategori tinggi. Kunci jawaban tidak ada atau menimbulkan pengertian ganda Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (good) Baik sekali (exellent)
(Arikunto, 2010:218 ) 4.
Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah: P=
(3.4) (Arikunto, 2010:208)
Dengan P
: indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan Nilai f 0.00 – 0.25 0.26 – 0.75 0.76 – 1.00
Kriteria Sukar Sedang Mudah
(Arikunto, 2010: 210)
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
5.
TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis Tes TOLT terdiri dari 10 nomor. Untuk penskoran nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1; selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 yaitu skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria: a.
Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret.
b.
Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi.
c.
Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. (Valanides, 1997: 174).
6.
Tes pemahaman konsep bentuk three-tier test Pada awalnya, three-tier test pemantulan cahaya terdiri dari 22 soal, setelah di judgement dan direvisi, berdasarkan masukan dari pakar, diperoleh 15 butir soal yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini. Three-tier test pemantulan cahaya berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin. Three-tier test digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2010: 39-40) yaitu: a. Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu. b. Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0. c.
Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.
d.
Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0. Salah satu keuntungan three-tier test yaitu dapat mengkategorikan false
negatif dan false positif berdasarkan hasil skor B. False negatif yaitu jawaban salah pada tingkat pertama dan jawaban benar pada tingkat kedua. False positif yaitu jawaban benar pada tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat kedua. Pada Tabel 3.5 merupakan kategori jawaban berdasarkan hasil skor B.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B Nomor 1. 2.
Tingkat satu
Tingkat dua
Kategori
Benar (1) Salah (0)
Salah (0) Benar (1)
False positif False negatif
Selain itu, kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test. Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan Skor C Analisis tingkat Tingkat satu
Kategori Paham konsep Miskonsepsi
1.1 jawaban benar 1.2 jawaban salah
Tingkat dua
Paham konsep Error
Tingkat tiga
Paham konsep Tidak paham konsep (lack of knowledge)
2.1 jawaban benar+ alasan benar 2.2 jawaban salah+alasan benar 2.3.1 jawaban benar+ alasan salah 2.3.2 jawaban salah+alasan salah 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin 3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin 3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin 3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin 3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin 3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin
Error Miskonsepsi
Tipe jawaban
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500) Namun, penulis mengkategorikannya hanya berdasarkan hasil analisis skor C yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C Kategori Paham konsep Tidak paham konsep (lack of knowledge)
Error Miskonsepsi
Tingkat satu Benar Benar Benar Salah Salah Salah Benar Salah
Tingkat dua Benar Benar Salah Benar Salah Benar Salah Salah
Tingkat tiga Yakin Tidak Yakin Tidak Yakin Tidak Yakin Tidak Yakin Yakin Yakin Yakin
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)
G.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
1.
Hasil uji coba TOLT modifikasi Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 dengan kriteria tinggi dan validitasnya yaitu 0,69 dengan kriteria tinggi. Tabel. 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal TOLT modifikasi Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda
Tingkat kesukaran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai 0,61 0,44 0,5 0,28 0,11 0,28 0,61 0,17
Ket Baik Baik Baik Cukup Rendah Cukup Baik Rendah
Nilai 0,55 0,40 0,50 0,50 0,45 0,20 0,60 0,15
9.
0,11
Rendah
0,95
10.
0,06
rendah
0,85
Ket Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sangat sukar Sangat mudah mudah
Validitas
Tindakan
Nilai 0,71 0,70 0,71 0,83 0,37 0,54 0,55 0,37
Ket Tinggi Tinggi Tinggi Sangat tinggi Rendah Cukup Cukup Rendah
Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
0,16
Sangat rendah
Digunakan
0,19
Sangat rendah
Digunakan
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
2.
Hasil uji coba two-tier test Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 dengan kriteria sedang. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep berupa twotier test dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel. 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Two-tier test Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda
1. 2. 3.
Nilai 0,60 0,40 -0,10
4.
-0,30
5.
-0,10
6. 7. 8. 9. 10. 11.
0,70 0,40 0,70 0,80 0,80 -0,20
12. 13. 14. 15.
Tingkat kesukaran
Validitas
Tindakan
Nilai 0,40 0,80 0,05
Ket Sedang Mudah Sangat sukar
Nilai 0,597 0,409 -0,036
Ket Tinggi Cukup Sangat Rendah
0,75
Mudah
-0,335
Sangat Rendah
Direvisi
0,05
Sangat sukar
-0,068
Sangat Rendah
Direvisi
0,65 0,40 0,65 0,40 0,40 0,10
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat sukar
0,592 0,298 0,565 0,544 0,656 -0,085
Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Rendah
Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Direvisi
0,30 0,50 0,00
Ket Baik Cukup Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar Baik Cukup Baik Baik sekali Baik sekali Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar Cukup Baik Jelek
0,25 0,65 0,30
Sukar Sedang Sukar
0,236 0,468 0,024
Digunakan Digunakan Digunakan
0,40
Cukup
0,70
Sedang
0,389
Rendah Cukup Sangat Rendah Rendah
Digunakan Digunakan Direvisi
Digunakan
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
Untuk nomor soal 3, 4,5, dan 11 tetap dipakai pada penelitian, karena ditinjau dari validitas konstruksi valid, maka tetap dipakai. Validitas two-tier test pemantulan cahaya dari penjudgement seperti ditunjukkan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10. Hasil Rekapitulasi Judgement Soal Two-Tier Test Pemantulan Cahaya dari Ahli
Aspek pemahaman konsep
Indikator soal
Butir soal
Jawaban
Penilaian Sesuai dengan aspek pemahaman konsep
Sesuai dengan indikator soal
I
II
III
I
II
III
Nilai Validitas konstruksi
Keputu -san
Menafsirkan
Memilih hasil bayangan pada cermin datar
1
1.1 c 1.2 2
0
1
1
0
1
1
0,629
Valid
Menafsirkan Menafsirkan Mengklasifikasi Mengklasifikasi
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung Menggambarkan bayangan pada cermin cekung Mengelompokkan benda yang tembus cahaya Mengelompokkan cermin cembung dari gambar
2
2.1 b 2.2 1 3.1 b 3.2 3 4.1 c 4.2 1 5.1 d 5.2 3
1
1
1
1
1
1
1
Valid
1
1
1
1
1
1
1
Valid
0
1
1
0
1
1
0,629
Valid
0
1
1
0
1
1
0,629
Valid
Mencontohkan
Mengilustrasikan proses pemantulan cahaya pada bidang datar ke dalam bentuk tiga dimensi Menjelaskan karakteristik pemantulan baur dan teratur Membandingkan tinggi benda dengan tinggi bayangan pada cermin datar Membandingkan perbesaran bayangan pada cermin cembung Menyimpulkan sifat bayangann pada cermin cekung Meramalkan letak benda pada cermin cekung Menjelaskan pemanfaatan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan letak benda agar diperoleh sifat bayangan tertentu
6
6.1 c 6.2 1
1
1
1
1
1
1
1
Valid
7
7.1 a 7.2 2
1
1
1
1
1
1
1
Valid
8
8.1 c 8.2 4
1
0
1
1
0
1
0,359
Valid
9
9.1 b 9.2 1
1
1
1
1
1
1
1
Valid
10
10.1 c 10.2 2
1
1
1
1
1
1
1
Valid
11
11.1 c 11.2 1 12.1 d 12.2 2
1
0
1
1
1
1
0,359
Valid
1
1
1
1
1
1
1
Valid
13.1 c 13.2 3
1
0
1
1
0
1
0,359
Valid
Menjelaskan Membandingkan
Membandingkan Menyimpulkan Menyimpulkan Menjelaskan Menjelaskan
3 4 5
12
13
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Aspek pemahaman konsep
Menafsirkan Mencontohkan
Indikator soal
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung Mengilustrasikan grafik antara jarak benda terhadap jarak bayangan
Butir soal
14 15
Jawaban
14.1 d 14.2 2 15.1 d 15.2 3
Penilaian Sesuai dengan Sesuai dengan aspek indikator soal pemahaman konsep
Nilai Validitas konstruksi
Keputu -san
I
II
III
I
II
III
1
1
1
1
1
1
1
Valid
1
1
1
1
1
1
1
Valid
Keterangan : I, II, dan III yaitu penjudgement. Catatan : Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan aspek pemahaman konsep, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0. Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan indikator soal, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0. Dengan n = 37 orang, maka validitas kritisnya yaitu 0,325 (Sugiyono, 2011:455). Jika validitas konstruksi lebih besar daripada validitas kritis maka soal tersebut valid dan dipakai.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu