1
BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasuonel dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Penelitian analitik merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menguji hipotesis dan menaksir
(mengestimasi) besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang. Studi potong lintang merupakan penelitian yang menentukan hubungan antara paparan dan penyakit pada populasi dilakukan penelitian pada satu waktu yang sama (Murti, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menentukan perilaku penggunaan Pap smear dan menggali penyebab/ pengaruh langsung dan tidak langsung berdasarkan Planned of Behavior theory pada waktu yang bersamaan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sewon 1 2. Waktu Penelitian
Waktu Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2016
42
2
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sewon 1 yang berjumlah 6.591 orang. 2. Sampel Tekhnik pengambilan Sampel dalam penelitian ini diambil dengan tekhnik pengambilan sampel fixed-disease sampling. Menurut Gerstman tahun 1998, fixed-disease sampling merupakan tekhnik memilih sampel berdasarkan status penyakit, sedang status paparan bervariasi mengikuti status penyakit yang “fixed” (Murti, 2013). Jumlah estimasi perbandingan kelompok kasus dan kontrol dapat menggunakan perbandingan 1:2 pada setiap kasus (Silman dan Macfalane, 2002). Kelompok kasus dari penelitian ini adalah wanita yang telah melakukan pemeriksaan apusan Pap pada tahun 2015 sejumlah 32 responden dan untuk kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah wanita yang tidak melakukan pemeriksaan apusan Pap smear sejumlah 64 subjek penelitian. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 responden. D. Kerangka Prosedur Penelitian Kerangka penelitian terdiri atas desain penelitian, teknik memilih sampel, pengukuran variabel, analisis data, dan penarikan kesimpulan
3
Populasi : WUS di Wilayah Kerja Puskesmas
Pengukuran variabel endogen: Penggunaan skrining apusan Pap
Skor Variabel (data kontinu)
Pengukuran variabel endogen: Niat menggunakan skrining apusan Pap Apusan PAP
Skor Variabel (data kontinu)
Analisis Jalur
Sampel Pengukuran variabel exogen: Sikap terhadap penggunakan skrining apusan Pap
Skor Variabel (data kontinu)
Pengukuran variabel exogen: Norma Subjektif terhadap penggunakan skrining apusan Pap
Skor Variabel (data kontinu)
fixed-disease sampling
Pengukuran variabel exogen: Presepsi kontrol terhadap penggunakan skrining apusan Pap
Skor Variabel (data kontinu)
Gambar 3.1 Kerangka Prosedur Penelitian
Kesimpulan keseluruhan tentang semua variabel yang diteliti
4
E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang menjadi pengaruh yang disebut variabel exogenous dan variabel yang dipengaruhi atau yang disebut variable endogenous. Variabel dalam penelitian ini berjumlah 5 variabel yaitu: 1. Variable endogenous penelitian ini adalah: a. Penggunaan skrining apusan Pap b. Niat menggunakan skrining apusan Pap 2. Variabel exogenous dalam penelitian ini adalah : a. Sikap (attitude toward the behavior) terhadap skrining apusan Pap b. Norma subjektif (subjective norm ) penggunaan skrining apusan pap, c. Persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) skrining apusan Pap. F. Definisi Operasional Penelitian Definisi Operasioanal Variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Perilaku pemeriksaan apusan Pap a. Definisi: perilaku responden dalam melakukan pemeriksaan Pap smear selama dari menikah sampai dengan dilakukannya penelitian. b. Alat pengukuran: Kuesioner c. Skala data: Kontinu
5
(Karena alasan analisis data maka data dikategorikan menjadi 0 jika tidak pernah melakukan Pap Smear, 1 jika pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear) 2. Niat menggunakan apusan Pap a. Definisi:
rencana
atau
keinginan
responden
dalam
melakukan
pemeriksaan Pap smear di masa yang akan datang. b. Alat pengukuran: Kuesioner c. Skala data: Kontinu (Karena alasan analisis data maka data dikategorikan menjadi 0 jika niat Rendah, 1 jika niat tinggi) 3. Sikap terhadap penggunaan apusan Pap a. Definisi: pesepsi/ kepercayaan responden mengenai penilaian positif dan negatif terhadap pemeriksaan Pap smear yang akan mempengaruhi responden dalam melakukan pemeriksaan Pap smear b. Alat pengukuran: Kuesioner d. Skala data: Kontinu (Karena alasan analisis data maka data dikategorikan menjadi 1 jika sikap negatif dan 2 jika sikap positif) 4. Norma subjektif terhadap penggunaan apusan Pap a. Definisi: kepercayaan mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan dan penilaian seseorang maupun kelompok yang penting bagi responden yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan pemeriksaan Pap smear.
6
b. Alat pengukuran: Kontinu (Karena alasan analisis data maka data dikategorikan menjadi 1 jika norma subjektif, rendah, 2 jika norma subjektif tinggi)
5. Persepsi kontrol perilaku penggunaan apusan Pap a. Definisi: kepercayaan responden terhadap kemampuan responden dalam mempergunakan faktor pendukung yang dimiliki untuk mengurangi faktor penghambat dalam melakukan pemeriksaan Pap smear. b. Alat pengukuran: Kuesioner c. Skala data: Kontinu (Karena alasan analisis data maka data dikategorikan menjadi 1 jika norma subjektif, rendah, 2 jika norma subjektif tinggi)
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data dalam bentuk mengajukan pertanyaan tertulis maupun sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden (Muhidin dan Abdurohman, 200). Dalam kuesioner ini menggunakan pengukuran data dengan menggunakan pertanyaan yang telah disediakan jawaban. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pilihan pertanyaan dengan jawaban yang telah tersedia dalam 5 skala sebagai berikut:
7
Tabel 3.1 Interprestasi Skala Kuesioner Pilihan 1 2 3 4 5
Interprestasi Sangat negatif Negatif Netral/ Ragu ragu Positif Sangat positif
Tekhnik dan instrument dalam pengukuran variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengukuran Variabel No Variabel Metode Instrumen Sumber Data 1 Perilaku Angket Kuesioner WUS 2 Niat Angket Kuesioner WUS 3 Sikap Angket Kuesioner WUS 4 Norma Subjektif Angket Kuesioner WUS 5 Kendali Kontrol Angket Kuesioner WUS Perilaku Total Pertanyaan 1.
Jumlah pertanyaan 2 8 13 7 10 32
Uji Validitas Menurut Last (2001) yang dikutip oleh Murti (2011), bahwa validitas pengukuran adalah derajat kebenaran dari suatu kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dipengaruhi dan dinilai berasasarkan metode penelitian yang digunakan keterwakilan dari sampel penelitian serta sifat populasi asal sampel.
8
a. Validitas isi Validitas isi dimana kuesioner dinilai dengan cara memeriksa tentang item-item pertanyaan di dalam kuesioner tersebut memang sudah sesuai dengan isi (content) dari masing-masing variabel yang akan diteliti. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang sesuai, yang umumnya digunakan oleh peneliti lain dalam penelitian yang serupa sebelumnya dan penelitian para ahli di bidang penelitian tersebut. Kisi-kisi dibuat pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner. Menurut
Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2011) bahwa aspek relevansi isi dan cakupan isi dari validitas isi berkaitan erat dengan aspek konsistensi internal dari reliabilitas alat ukur tersebut. Relevasi isi dari sebuah alat ukur dapat dinilai secara kuantitatif, dengan mengkorelasikan item-item pertanyaan dari sebuah alat ukur serta mengkorelasikan masing-masig item dengan seluruh item. Item perntanyaan dengan koefisien korelasi item total kurang dari 0,20 hendaknya dibuang atau kalau perlu ditulis ulang. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukur. b. Validitas Muka Validitas muka merujuk pada derajat kesesuaian dari penampilan luar alat ukur dan variabel yang diukur. Penelitian ini menggunakan
alat ukur
kuesioner, yang disusun dengan memperhatikan tata bahasa yang baik, jelas dan tidak membingungkan serta tidak ambigu sehingga susunan pertanyaan
9
masing-masing item dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar . Penilaian validitas muka dapat dikaukan secara kualitatif dan kuantitatif . Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan. Sehingga masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan salah penafsiran, dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sebenarnya (Murti, 2011). c. Validitas Konstruk Validitas konstruk merupakan validitas yang merujuk kepada kesesuaian antara antara hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dengan konsep teori dari variabel-variabel yang diteliti. Validitas konstruk dibagi menjadi dua, yaitu pertama, validitas konvergen yang merujuk kepada kesesuaian antara atribut hasil pengukuran alat ukur dengan
konsep teori yang
menjelaskan variabel- variabelnya. Kedua, variabel diskriminan dimana yang merujuk kepada ketidak sesuaian antara antribut dari variabel yang tidak diukur dengan alat ukur dengan teori dari variabel tersebut. Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak relevan (discriminant validity) (Murti, 2011). d. Validitas Kriteria
10
Menurut Murti (2012) validitas kriteria merujuk kepada kesuaian antara hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dengan alat ukur yang ideal terhadap variabel yang diteliti. Untuk menilai validitas kriteria dapat menggunakan sebuah alat ukur dengan membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standard emas. Dalam penelitian ini untuk setiap variabel tidak ada standard emasnya, maka dibuatkan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam penuangan dalam pembuatan kuesioner.
Karena instrumen ini ada yang bersifat baku dan
belum baku, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas di populasi sumber dan berada di dalam sampel. 2. Uji Reliabilitas Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal; dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masingmasing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama. Semua item hendakanya dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama, bukan mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variable yang sama. Menurut Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2011) alat ukur yang bertujuan untuk mengukur dan mendeskripsikan sebuah variable komoposit hendaknya memenuhi syarat seperti ini: (1) masing-masing pertanyaan hendakanya berkolerasi satu sama lain, (2) masing-masing pertanyaan hendaknya berkolerasi dengan skor total pengukuran. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam
11
penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Korelasi item total (Item Total Correlation) dan (2) Reliabilitas belah paroh (Split Half Reliability). a. Konsistensi Internal (1) Korelasi Item-Total Dalam penelitian ini akan dinilai korelasi item total (item total correlation), yaitu suatu indikator untuk menilai konsistensi internal alat ukur dengan menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka korelasi item-total disebut juga korelasi item-sisa (item-rest correlation). Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total ≥ 0,20. Apabila item berkorelasi lebih rendah maka tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. Sedangkan apabila item terlalu tinggi ( > 0,90) maka maka perlu diperhatikan ulang karena mungkin merupakan akibat dari redundansi (duplikasi) pengukuran, sehingga salah satu item perlu disingkirkan. (2) Reliabilitas Belah-Paroh Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half reliability) yaitu penilaian
konsistensi internal (homogenitas) alat ukur
dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Apabila alat ukur memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Penunjukan item secara random bertujuan untuk kedua bagian alat ukur agar memiliki
12
varians yang sama. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha () Cronbach. Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha Cronbach ≥ 0.60. Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur. Tetapi ada beberapa keadaan di mana alpha Cronbach tinggi tidak menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai alpha Cronbach tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan alat ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik. Kedua, apabila dua buah alat ukur tersebut dengan konstruka yang berbeda digabungkan membentuk sebuah alat ukur, maka alpha Cronbach dapat menunjukan nilai tinggi, namun hal tersebut dapat menyesatkan. Ketiga, jika alpha Cronbach terlalu tinggi maka ada kemungkinan terlah terjadi redundansi yaitu dimana sejumlah item menanyakan hal yang sama dari sebuah variable dengan cara sedikit berbeda, sehingga dapat mempersempit cakupan alat ukur dan menurunkan validitas ukur. b. Stabilitas Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas pada saat
digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada
kondisi yang identik. Stabilitas (reprodusibilitas) merupakan alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability). Jika variabel yang akan diukur dalam skala kontinu dan
13
stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) ≥ 0,50.
Terdapat sejumlah ukuran
reliabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur derajat dari stabilitas alat ukur (Murti, 2011). Sebelum dilakukan penelitian, kuesioner dilakukan validitas muka dan validitas kontsruk yang dilakukan oleh ahli. Validitas muka yang dilakukan oleh ahli bahasa didapatkan hasil bahwa kuesioner sudah dalam tata susunan yang baik, jelas dan tidak membingungkan dan setiap item hanya menanyakan satu pertanyaan. Pada validitas konstruk yang telah dilakukan peneliti bersama dengan dokter Spesialis Obgyn dan Kebidanan (SPOG) didapatkan hasil bahwa kuesioner telah terpenuhi merujuk kepada teori yang relevan. Setelah validitas terpenuhi maka akan dilakukan validitas reabilitas instrument penelitian dengan cara
melakukan uji coba kuesioner yang
disebarkan kepada responden yang bukan sebenarnya dengan jumlah 20 responden. Hasil dari uji reliabilitas didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel Niat, Sikap, Norma Subjektif, dan Presepsi Kontrol Perilaku Konstruk
Item Total Correlation
Alpha Cronbach
Niat
r ≥ 0,45
0.805
Sikap
r ≥ 0,47
0.725
Norma Subjektif
r ≥ 0,49
0.743
Presepsi Kontrol Perilaku
r ≥ 0,47
0,726
Pada tabel 3.4 menunjukan bahwa validitas dan reabilitas instrument penelitian untuk variabel niat, sikap, norma subjektif, dan presepsi kontrol
14
perilaku, diperoleh kesimpulan variabel dinyatakan valid dan reliable dikarenakan nilai item total correlation di atas 0,20 dan nilai alpha cronbarch di atas 0,60. Pada variabel niat didapatkan 1 item, variabel sikap didapatkan 3 item, norma subjektif 2 item, dan pada presepsi kontrol perilaku didapatkan 2 item dinyatakan tidak reliabel karena nilai item total correlation di bawah 0,20.
H. Desain Analisis Data Proses penelitian ini menggunakan metode analisis jalur model trimming, dimana model ini digunakan untuk memperbaiki model struktur analisis jalur dengan menggunakan variabel eksogen yang koefisian jalurnya tidak signifikan.
I.
Analisis Jalur Menurut Murti (2015) langkah-langkah dalam melakukan analisis data dengan menggunakan analisis jalur, yaitu sebagai berikut: 1. Spesifikasi model Didalam spesifikasi model digambarkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan di teliti dalam penlitian ini terdiri dari 5 variabel, yaitu: perilaku, niat, sikap, norma subjektif dan presepsi kontrol perilaku. Model jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
e1
e2
Sikap (X1)
Norma Subjektif (X2)
Niat (Y1)
Perilaku Pap smear (Y2)
Presepsi Kontrol Perilaku (X3)
Gambar 3.2 Model Hubungan antar Variabel Keterangan : X1 : Variabel sikap terhadap penggunaan apusan pap X2 : Variabel Norma subjektif terhadap penggunaan apusan pap X3 : Variabel presepsi kontrol terhadap penggunaan apusan pap X4 : Variabel niat penggunaan apusan pap Y : Variabel penggunaan apusan pap E : variabel residu 2. Identifikasi model Disini dilakukan identifikasi jumlah variabel yang terukur, jumlah variabel endogen, variabel eksogen, dan parameter yang akan diestimasi. Pada tahap ini dihitung degree of freedom
(df) yang menunjukan analisis jalur bisa
dilakukan. Rumus degree of freedom sebagai berikut : df = (jumlah variabel terukur x ( jumlah variabel terukur + 1) / 2 – ( variabel endogen + variabel eksogen + jumlah parameter) Analisis jalur bisa dilakukan apabila df ≥ 0, jika df = 0 maka model analisis jalur disebut identified. Sedangkan apabila df > 0 maka model analisis
16
jalur disebut over identified dan jika df < 0 maka dikatakan model analisis jalur tersebut under identified. Hasil dari perhitungan 5x (5+1)/2-(2+3+8) didapatkan hasil degree of freedom (df) sebesar 3 dikatakan over identified sehingga anailisi jalur dapat dilakukan dikarenakan df ≥ 0. 3. Kesesuaian model Model analisis jalur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dicek/ dites kesesuaianya dengan model hubungan variabel yang terbaik menurut komputer (SPSS Versi 22 dan program stata) disebut model saturasi, yang dibuat berdasarkan data sampel yang dikumpulkan peneliti. Jika tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan antara kedua model tersebut maka model yang dibuat oleh peneliti merupakan model yang sesuai dengan data yang mencerminkan realitas hubungan antara variabel. Indikator yang menunjukan kesesuaian model analisis jalur yang dibuat peneliti dan model saturasi.
4.
Estimasi parameter Hubungan sebab akibat variabel ditunjukan oleh koefisien regresi (b), baik yang belum terstandarisasi (unstandardized) maupun yang sudah distandarisasi (standardized). Koefisien regresi yang belum terstandarisasi menunjukan hubungan variabel independen dan dependen dalam unit pengukuran yang asli.
17
Koefisien regresi dengan standarisasi telah memperhitungkan standard error masing-masing sehingga besarnya estimasi koefisien regresi antara satu variabel independen dengan variabel yang lain bisa dibandingkan kepentingan relatifnya. 5. Respesifikasi model Jika model yang dibuat peneliti tidak sesuai dengan data sampel sebagai mana ditunjukan oleh model saturasi dan juga terdapat koefisien regresi yang bernilai sangat kecil mendekati nol serta secara statistik tidak signifikan, maka perlu dibuat ulang model analisis jalur sehingga diperoleh model yang sesuai dengan data sampel.