BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Menurut Nur Indriantoro dan bambang supomo (2002 : 63), variable
penelitian
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
beberapa
pendekatan, salah satunya adalah berdasarkan fungsi variable, yaitu : 1. Variable dependen (dependent variable) Variable dependen adalah variable yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variable independen. Variable dependen dari penelitian ini yang menjadi variable yang terkait atau dipengaruhi adalah kinerja karyawan (Y) 2. Variable Independen Variable independen adalah tipe variable yang menjelaskan atau mempengaruhi variable yang lain. Variable dalam penelitian ini yang menjadi variable yang menjelaskan atau mempengaruhi adalah : 1. Perilaku kepemimpinan (X1) 2. Kepuasan kerja (X2) 3. Motivasi kerja (X3)
31
32
3.1.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini kemudian diuraikan menjadi indicator yang meliputi : 1.
Kinerja karyawan Kinerja karyawan merupakan konstruc multidimensional yang mencakup banyak factor yang mempengaruhi kinerja menurut mahmudi (2005 : 21) adalah : a. Factor personal/individual, meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, komitmen yang dimiliki oleh setiap individual b. Factor kepemimpinan, meliputi: kualitas dukungan dan semangat arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dalam team leader. c. Factor tim, system kerja, fasilitas kerja atau instruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi d. Factor konstektual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal
2.
Perilaku kepemimpinan Bagaimana
perilaku
seorang
pemimpin
mempengaruhi
motivasi dan prestasi bawahannya menurut Martin G. Evans dan J. House yang d kutip oleh Toha (2003 :177) a. Menampilkan diri sebagai teladan b. Memberi inspirasi kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas
33
3.
Kepuasan kerja Menurut Herzberg yang dikutip oleh yuli (2005: 142), ada serangkaian kondisi yang menyebabkan orang tidak puas, jika kondisi itu ada dan tidak diperhatikan, maka orang itu tidak akan termotivasi, factor-faktor itu meliputi : a. Kondisi kerja b. Status c. Keamanan kerja d. Mutu e. Upah f. Prosedur perusahaan g. Hubungan antar personal
4. Motivasi Abraham Maslow yang dikutip oleh Fuad Hasan (1993:146-147) mengemukakan bahwa teori ini memandang manusia mempunyai kebutuhan yang bertingkat-tingkat, dari mulai yang paling sederhana
hingga
yang
paling
tinggi
berdasarkan
kadar
kepentingannya. Apabila seperangkat kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Kebutuhankebutuhan tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia, yaitu pangan, sandang, papan. Apabila
34
kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia. 2. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi. 3. Kebutuhan akan sosialisasi, adalah sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan sebagai bagian dari kelompok. 4. Kebutuhan
penghargaan,
adalah
kebutuhan
merasa
dirinya
kebutuhan
untuk
berharga dan dihargai oleh orang lain. 5. Kebutuhan
aktualisasi
diri,
adalah
mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang dicitacitakannya.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer. Data primer ini diperoleh langsung dari karyawan Perum Pegadaian Cabang Jepara dengan
menggunakan
instrumen kuesioner.
Kuesioner
adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. (Arikunto, 1998:200) Kuesioner yang akan disebarkan di Perum Pegadaian Cabang Jepara berupa kuesioner tertutup untuk mengungkap persepsi karyawan terhadap perilaku kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.
35
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang berjumlah 32 karyawan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja pada PT. Pegadaian (persero) Cabang Jepara. Penentuan jenis populasi ini didasarkan atas alasan bahwa yang akan diuji adalah persepsi karyawan mengenai perilaku kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Dikarenakan jumlah karyawan di Perum Pegadaian Cabang Jepara terbatas (kurang dari 100), maka memungkinkan untuk mengambil semua karyawan menjadi sample penelitian. (Arikunto, 1998:145)
3.4 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey yang menggunakan kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan pada karyawan, Perum Pegadaian Cabang Jepara dimana pengambalian kuesioner dilakukan secara langsung.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Analisis Deskriptif Analisis ini merupakan suatu analisis yang menguraikan data hasil penelitian tanpa melakukan pengujian. Mengenai gambaran umum responden yang menunjukkan pendidikan responden, lamanya bekerja dan umur responden. 3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk memperoleh informasi yang releven dengan cukup tinggi kesahihannya, maka angket yang digunakan perlu diuji lebih dulu.
36
3.5.2.1 Uji Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Untuk menguji validitas intrumen dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. (Ghozali, 2002:49) Memakai rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut: rxy =
N xy x y
[ N X ] ny 2 (y)2 2
…………………………………………… (1)
Di mana: X = Jumlah sekor tiap item Y = Jumlah total tiap item N = Jumlah responden 3.5.2.2 Uji Reliabilitas Intrumen dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha >0,60. (Ghozali, 2009:46) Untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.untuk mencari reliabilitas digunakan teknik dari cronbach, rumusnya sebagai berikut:
b2 k rxy = …………………………………………………. (2) 1 k 1 t 2 Di mana: rxy = Reliabilitas intrumen k = Banyaknya butir pertanyaan atau soal Σσb² = Jumlah varians butir
37
(σt)² = Varius total 3.5.3 Uji Asumsi Klasik 3.5.3.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel independent sama dengan nol. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independent manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independent menjadi variabel dependent (terikat) dan diregres terhadap variabel independent lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independent yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilaiVIF > 10. (Ghozali, 2009: 95). 3.5.3.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas yaitu bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap,
maka
disebut
Homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
38
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Adapu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik plot dengan dasar analisis: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pole tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas b. Jika tidak ada pola yang jelas, setiap titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2009:125). 3.5.3.3 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi yaitu bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara variabek rambang (pengganggu) pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan durbin waston test. (Ghozali: 2009, 99) Hipotesis yang akan di uji adalah Ho
: Tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA
: Ada autokorelasi ( r ≠ o)
39
Tabel 3.1 Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Tidak ada autokorelasi Tolak Tidak ada autokorelasi No desicison Tidak ada korelasi negatif Tolak Tidak ada korelasi negatif No desicison Tidak ada autokorelasi Tidak ditoilak Positif atau negative
Jika o < d < d1 d1 ≤ d ≤ du 4- d1 < d < 4 4- du ≤ d ≤ 4- d1 du < d < 4- du
3.5.3.4 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan analisis grafik. (Ghozali, 2009:147) Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Ghozali, 2009:147)
40
3.5.4 Analisis Statistik 3.5.4.1 Analisis Regresi Berganda Analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesa dari penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel persepsi perilaku kepemimpinan, persepsi kepuasan kerja, persepsi motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian ini menggunakan rumus persamaan regresi ganda untuk menganalisis data. Bentuk persamaan garis regresi ganda adalah sebagai berikut. Rumus: Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + e………………………………………………… (4) Dimana: Y
=
Kinerja karyawan
a, b1, b2, b3
=
Koefisien Regresi
x1
=
Persepsi Perilaku kepemimpinan
x2
=
Motivasi
x3
=
Kepuasan kerja
e
=
Errors
3.5.4.2 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah secara koefisien regresi variabel bebas mempunyai peengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tergantung. (Gujarati, 1999:120) Formula uji F sebagi berikut : F=
R 2 k 1 ……………………………………………………………. (5) 1 R 2 / N k
41
Di mana: R²
= Koefisien determinasi
k
= Jumlah variabel
N
= Jumlah sampel Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
Ho : bi = b1= b2 = b3 <=0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel religiusitas terhadap kinerja karyawan Ho: bi = b1= b2 = b3 > 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel religiusitas terhadap kinerja karyawan Pengujian melalui uji F ini dengan jalan membandingkan F hitung dengan prob α =0,005, yaitu pada taraf nyata yang digunakan sebesar 5% (0,05), dengan derajat kebebasan df= (k-1)(n-k-1), maka bila F hitung > α variabel bebas mampu memberikan penjelasan terhadap variasi pada variabel tergantunya, atau dengan kata lain bahwa model analisis yang digunakan adalah sesuai hipotesa.
3.5.4.3 Menghitung koefisien determinasi (R) Digunakan untuk mengukur ketepatan dari model analisis yang dibuat. Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan dari variable bebas yang diteliti terhadap variasi variable tergantung. Bila R² mendekati angka satu maka dapat di-katakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel tergantung semakin besar. Hal ini berarti model yang
42
digunakan semakin kuat untuk menerangkan variasi variable tergantung. (Gujarati, 1999: 139) Koefisien determinasi digunakan rumus sebagai berikut: R² = β2Σyix2i+ β3Σyix3i+……. βkΣyixki…………………………………….(6) Σy²i
R²
= Koefisien determinasi
ESS
= Jumlah kuadrat yang dijelaskan
RSS
= Jumlah kuadrat residual
TSS
= ESS+RSS
3.5.4.4 Uji-t (parsial) Digunakan untuk mengetahui masin-masing sumbangan variable bebas secara parsial terhadap variabel tergantung, menggunakan uji masing-masing koefisien regresi variable bebas apakah mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variabel terikat. (Gujarati, 1999: 74) Uji- t dirumuskan sebagai berikut: t=
i i ……………………………………………………………………… (7) sei
Di mana: βi
= koefisien regresi
se(βi)
= standar deviasi Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut : Ho : bi = b1= b2 = b3 <=0 artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata
antara Xi dengan Y. Ho : bi = b1= b2 = b3 < # 0, ada pengaruh bermakna antara
43
Xi dengan Y. Dengan menggunakan tingkat kenyakinan 95% kemudian dibandingkan dengan t hitung, Apabila nilai t hitung < prob α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel persepsi perilaku kepemimpinan, persepsi kepuasan kerja dan persepsi motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Apabila nilai t hitung > prob α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel persepsi perilaku kepemimpinan, persepsi kepuasan kerja dan persepsi motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Kondisi ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara parsial mampu memberikan penjelasan terhadap variasi pada variabel tergantungnya, atau dengan kata lain bahwa model analisis yang digunakan adalah sesuai dengan hipotesis.