71
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk data numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik). Pendekatan kuantitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran umum dari aspek
kontrol diri remaja yang
mengalami kecanduan internet.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu mengenai kecanduan kontrol diri pada remaja yang mengalami kecanduan internet
yang diuraikan secara gamblang
kemudian dibuat program bimbingan pribadi sosial untuk memberikan perlakukan/intervensi yang tepat sesuai temuan penelitian di lapangan.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
C. Definisi Operasional Variabel Kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet yang dimaksud dalam penelitian ini secara operasional yaitu tingkat kemampuan remaja dalam menyusun, membimbing, mengatur , mengarahkan perilaku ketergantungan mereka terhadap internet yang meliputi aspek, sebagai berikut.
a. Behavioral control, Merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini terbagi menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya. Individu yang kemampuan mengontrol dirinya baik akan mampu mengatur perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
b. Cognitive control, Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. c. Decisional control, Merupakan kemampuan individu untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut : a. Mampu mengontrol perilaku Kemampuan
untuk
memodifikasi
suatu
keadaan
yang
tidak
menyenangkan, dimana terdapat keteraturan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, apakak oleh dirinya atau orang lain. Individu yang mampu mengontrol dirinya dengan baik akan mampu mengatur perilakunya
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
sesuai dengan kemampuan dirinya dan bila tidak maka individu akan menggunakan sumber eksternal. b. Mampu mmengontrol stimulus Kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang dapat dikehendaki muncul. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menghentikan stimulus sebelum berakhir, dan melakukan kegiatan yang dapt mengalihkan perhatian dari stimulus c. Mampu mengantisipasi peristiwa Kemampuan
individu
dalam
mengolah
informasi
dengan
cara
menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif. Informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akan membuat individu mampu mampu mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan objektif. d. Mampu menafsirkan peristiwa Penilaian yang dilakukan seorang individu merupakan suatu usaha untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. e. Mampu mengambil keputusan kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kemampuan dalam mengontrol keputusan akan berfungsi dengan baik apabila terdapat kesempatan dan kebebasan dalam diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan penelitian dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka jenis instrumen yang relevan untuk digunakan adalah angket. Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2009:199), “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet pada siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung
Tahun Ajaran 2011/2012. Angket digunakan sebagai teknik
pengumpulan data utama karena angket memungkinkan dalam mengumpulkan data pada waktu yang bersamaan dan dengan populasi yang cukup besar. Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan angket yang jawabannya telah tersedia dan responden hanya menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Seperti yang diungkapkan oleh Ali (1993:69), “Bentuk jawaban tertutup (closed form atau pre-coded), yakni angket yang pada setiap itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban”. Langkah-langkah dalam penyusunan angket pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan tujuan angket dan menetapkan batasannya. 2) Menjabarkan variabel penelitian menjadi sub-variabel yang lebih spesifik.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
3) Merumuskan indikator-indikator yang akan dijadikan pertanyaan melalui kisi-kisi instrumen penelitian. 4) Menyusun pertanyaan angket beserta alternatif jawabannya. `Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Sugiyono (2010: 134) menyatakan ”skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Fenomena sosial disini telah ditetapkan sebagai variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2009: 134) menjelaskan “dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.”
E.Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Penyusunan kisi-kisi didasarkan pada aspek-aspek kontrol diri yaitu sebagai berikut: (a) Behavioral control, yaitu kemampuan untuk mengambil tindakan konkrit untuk mengurangi akibat dari stressor. Tindakan ini dapat berupa pengurangan intensitas kejadian atau memperpendek durasi kejadian.( b)Cognitive control, yaitu kemampuan untuk menggunakan proses berpikir atau strategi untuk memodifikasi akibat dari stressor. Strategi dapat berupa penggunaan cara yang berbeda dalam memikirkan kejadian tersebut atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.(c)Decisional control, yaitu kesempatan memilih antara prosedur alternatif atau tindakan yang dilakukan.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Instrumen Skala Kontrol Diri Remaja Yang Mengalami Kecanduan Internet (Sebelum Uji Kelayakan) ASPEK
INDIKATOR
Behavioral control
Kemampuan mengontrol perilaku untuk bermain internet
Kemampuan mengontrol stimulus untuk bermain internet
SUB INDIKATOR Subjek sering membayangkan aktivitas bermain internet Subjek sering membayangkan aktivitas bermain internet dalam mimpinya. Sebagian besar aktivitas subjek sehari-hari adalah bermain internet Subjek berupaya meluangkan waktu untuk bisa bermain internet Subjek merasakan kebutuhan untuk meningkatkan durasi permainan Subjek melakukan peningkatan durasi waktu yang dihabiskan pada awal bermain dengan kondisi sekarang Merasa lebih bersemangat pada saat bermain internet Merasa perasaan senang pada saat bermain internet Merasa lebih bersemangat menerima tantangan untuk bermain internet
NO. ITEM (+) (-) 1,2,3,4
5,6
7,8
9,10
11,12
13,14
15,16
17,18
19
20,21
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
Cognitive control
Decision control
Kemampuan menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa atau keadaan akibat bermain internet
Kemampuan mengambil keputusan
Muncul perasaan gelisah jika tidak bermain internet
22,23,2 4,25
Muncul perasaan cemas jika tidak bermain Muncul perasaan ingin Bermain internet lagi setelah kebiasaan itu berhenti Melakukan kembali kegiatan Bermain internet setelah sebelumnya berhasil untuk menghentikan kegiatan tersebut Intensitas bertambah setelah sempat mengalami penghentian External Conflict Sering mendapat komentar negatif dari keluarga mengenai aktivitas bermain internet yang menghabiskan banyak waktu Sering mendapat kemarahan dari orang tua mengenai aktivitas bermain internet yang berlebihan Sering mendapat sindiran dari temanteman mengenai waktu luang yang jarang subjek habiskan dengan teman-teman Jumlah pertemuan dengan teman-teman yang sudah mulai jarang Internal conflict Perasaan kebingungan pada saat harus
26,27
28,29
30,31
32,33
34,35, 36
37,38
39,40
41,42
43,44
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
memilih antara bermain internet atau melakukan aktivitas lain Jika dihadapkan pada 45,46, dua pilihan yaitu 47 bermain internet atau aktivitas lain maka subjek akan memilih aktivitas bermain internet jika dibandingkan dengan aktivitas lain. Subjek menunda 51,52 aktivitas lain jika sedang bermain internet
48,49, 50
2. Pedoman Skoring Jenis instrumen pengungkap data dalam penelitian adalah skala psikologis yang diaplikasikan dengan skala sikap atau persepsi dengan menggunakan skala Likert. Untuk menskor kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1, untuk empat pilihan pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan negatif (Sukardi, 2003:147). Keempat alternative respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS); 2) Sesuai (S); 3) Tidak Sesuai (TS); dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS). Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel berikut:
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
Tabel 3.2 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan Favorable (+) Un-Favorable (-)
Skor Empat Opsi Alternatif Respon SS S TS STS 4 3 2 1 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 – 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah: 1. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif. 2. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif. 3. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau skor 3 pada pernyataan negatif. 4. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau skor 4 pada pernyataan negatif. 3. Uji Coba Alat Pengumpul Data a. Uji Kelayakan Instrumen Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan mengadakan penimbangan/penilaian oleh tiga dosen ahli, yakni dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberikan nilai M berarti item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM bisa
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi. Uji kelayakan instrumen dilakukan oleh Dr. Ipah saripah, M.Pd Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item termasuk memadai. Namun dari segi bahasa dan isi masih terdapat item yang perlu diperbaiki. Secara rinci disajikan dalam bentuk tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3 Hasil Uji Kelayakan Instrumen Kesimpulan Memadai
No Item
Jumlah
1, 2, 3, 7, 8, 10, 14, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 30, 32,
28
34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 45, 48, 51, 52 Revisi
4, 5, 6, 9,11, 12, 13, 15, 16, 17, 20, 25, 27, 28, 29, 31,
22
42, 43, 44, 46, 47, 49 Dibuang
33, 50
2 Total
Hasil
penimbangan
menunjukkan terdapat
28 item
52
yang dapat
digunakan,22 item yang perlu direvisi dan 2 item yang dibuang. Sehingga jumlah pernyataan yang digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 50 item. Dengan demikian, kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut : Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
ASPEK Behavioral control
INDIKATOR Kemampuan mengontrol
SUB INDIKATOR Subjek sering membayangkan
NO. ITEM (+) (-) 1,2,3,4
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82
perilaku untuk bermain internet
Kemampuan mengontrol stimulus untuk bermain internet
aktivitas bermain internet Subjek sering membayangkan aktivitas bermain internet dalam mimpinya. Sebagian besar aktivitas subjek sehari-hari adalah bermain internet Subjek berupaya meluangkan waktu untuk bisa bermain internet Subjek merasakan kebutuhan untuk meningkatkan durasi permainan Subjek melakukan peningkatan durasi waktu yang dihabiskan pada awal bermain dengan kondisi sekarang Merasa lebih bersemangat pada saat bermain internet Merasa perasaan senang pada saat bermain internet Merasa lebih bersemangat menerima tantangan untuk bermain internet Muncul perasaan gelisah jika tidak bermain internet
5,6
7,8
9,10
11,12
13,14
15,16
17,18
19
20,21
22,23,2 4,25
Muncul perasaan cemas 26,27 jika tidak bermain Muncul perasaan ingin 28,29 Bermain internet lagi setelah kebiasaan itu berhenti Melakukan kembali 30,31 Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
Cognitive control
Decision control
Kemampuan menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa atau keadaan akibat bermain internet
Kemampuan mengambil keputusan
kegiatan Bermain internet setelah sebelumnya berhasil untuk menghentikan kegiatan tersebut Intensitas bertambah setelah sempat mengalami penghentian External Conflict Sering mendapat komentar negatif dari keluarga mengenai aktivitas bermain internet yang menghabiskan banyak waktu Sering mendapat kemarahan dari orang tua mengenai aktivitas bermain internet yang berlebihan Sering mendapat sindiran dari temanteman mengenai waktu luang yang jarang subjek habiskan dengan teman-teman Jumlah pertemuan dengan teman-teman yang sudah mulai jarang Internal conflict Perasaan kebingungan pada saat harus memilih antara bermain internet atau melakukan aktivitas lain Jika dihadapkan pada dua pilihan yaitu bermain internet atau aktivitas lain maka subjek akan memilih aktivitas bermain internet jika dibandingkan dengan
32
33,34, 35
36,37
38,39
40,41
42,43
44,45, 46
47,48
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
aktivitas lain. Subjek menunda 49,50 aktivitas lain jika sedang bermain internet
b. Uji Keterbacaan Uji keterbacaan dilakukan oleh siswa kelas VIII di SMP Yayasan Atikan Sunda
Bandung sebanyak lima orang. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk
mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Melalui uji keterbacaan dapat diketahui redaksi kata yang sulit dipahami oleh responden sehingga dapat diperbaiki. Uji keterbacaan dilakukan agar angket dapat dipahami oleh semua siswa kelas VIII sesuai dengan maksud penelitian. Angket yang dilakukan uji keterbacaannya adalah angket yang telah melalui tahap uji kelayakan instrumen. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa kelas VIII.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Angket diberikan kepada siswa yang tidak termasuk sampel penelitian, sebanyak 37 orang. Siswa
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
sebelum mengisi angket terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian angket. Pengolahan data hasil uji coba diolah secara statistik. Adapun pengolahan data hasil uji coba dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0.
1) Uji validitas butir item Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengorelasikan antara skor item dengan skor total item. Hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Teknik pengujian yang digunakan ialah korelasi Bivariate Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson), dengan menggunakan rumus : rix =
n n i2 −
ix −
i
x
i 2 n x2−
x 2
(Arikunto, 2006:72) Keterangan: rix = Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson) i = Skor item x = Skor total n = Banyaknya subjek
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid ialah sebanyak 42 dari 50 item. Sedangkan 8 item lainnya dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan. Adapun item pernyataan yang dianggap valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut : Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen No Item
Kesimpulan Valid
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21,
Jumlah 42
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, Tidak Valid 5, 12, 13, 20, 29, 36, 38, 47
8
2) Uji reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Nilai reliabilitas diperoleh dengan menggunakan metode yang digunakan dalam program SPSS yaitu metode Alpha. Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (Priyatno, 2008:25). Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah: r11 =
𝑘 𝑘 −1
1 −
𝜎𝑏2 𝜎12
(Arikunto, 2006:109)
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87
Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pernyataan 2 𝜎𝑏 = jumlah varian butir 2 𝜎1 = varian total Menurut Sekaran (1992 dalam Prayitno, 2008:26), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 16.0 untuk mencari nilai reliabilitas angket skala kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut : Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistiks Cronbach's Alpha
N of Items
.912
42
Hasil uji reliabitias menunjukkan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,912. Artinya, instrumen dinyatakan memiliki tingkat konsistensi yang baik dan dapat digunakan kembali. Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen (Setelah Uji Coba) ASPEK
INDIKATOR
Behavioral control
Kemampuan mengontrol perilaku untuk bermain internet
SUB INDIKATOR Subjek sering membayangkan aktivitas bermain internet Subjek sering membayangkan
NO. ITEM (+) (-) 1,2,3,4
5
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
Kemampuan mengontrol stimulus untuk bermain internet
aktivitas bermain internet dalam mimpinya. Sebagian besar aktivitas subjek sehari-hari adalah bermain internet Subjek berupaya meluangkan waktu untuk bisa bermain internet Subjek merasakan kebutuhan untuk meningkatkan durasi permainan Subjek melakukan peningkatan durasi waktu yang dihabiskan pada awal bermain dengan kondisi sekarang Merasa lebih bersemangat pada saat bermain internet Merasa perasaan senang pada saat bermain internet Merasa lebih bersemangat menerima tantangan untuk bermain internet Muncul perasaan gelisah jika tidak bermain internet
6,7
8,9
10,11
11
12,13
14,15
16
17
18,19,2 0,21
Muncul perasaan cemas 22,23 jika tidak bermain Muncul perasaan ingin 24 Bermain internet lagi setelah kebiasaan itu berhenti Melakukan kembali 25,26 kegiatan Bermain internet setelah sebelumnya berhasil untuk menghentikan Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
Cognitive control
Decision control
Kemampuan menafsirkan dan mengantisipasi peristiwa atau keadaan akibat bermain internet
Kemampuan mengambil keputusan
kegiatan tersebut Intensitas bertambah setelah sempat mengalami penghentian External Conflict Sering mendapat komentar negatif dari keluarga mengenai aktivitas bermain internet yang menghabiskan banyak waktu Sering mendapat kemarahan dari orang tua mengenai aktivitas bermain internet yang berlebihan Sering mendapat sindiran dari temanteman mengenai waktu luang yang jarang subjek habiskan dengan teman-teman Jumlah pertemuan dengan teman-teman yang sudah mulai jarang Internal conflict Perasaan kebingungan pada saat harus memilih antara bermain internet atau melakukan aktivitas lain Jika dihadapkan pada dua pilihan yaitu bermain internet atau aktivitas lain maka subjek akan memilih aktivitas bermain internet jika dibandingkan dengan aktivitas lain. Subjek menunda aktivitas lain jika sedang bermain internet
27
28,29,3 0
31
32
33,34
35,36
37,38,3 9
40
41,42
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
F. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan kumpulan unit atau individu yang menjadi subyek pada suatu penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Arikunto (2006:130) yang menyatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengungkap informasi mengenai tingkat kontrol diri pada siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011-2012, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Hal ini didasarkan pada pertimbangan SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung terletak di daerah yang banyak terdapat fasilitas warnet, sehingga akan mempengaruhi sebagian besar siswa untuk menggunakan fasilitas warnet. Tabel 3.8 Populasi Penelitian Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Siswa
8A
24
24
48
8B
24
24
48
8C
25
23
48
8D
22
26
48
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91
8E
24
24
48
8F
23
24
47
Jumlah
142
145
287
2. Sampel Secara sederhana sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dianggap mewakili karakteristik/sifat populasi. Hal ini senada dengan Sudjana dan Ibrahim (1990:85) yang mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.” Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling atau Sampel Acak. Peneliti menggunakan teknik sampel acak pada penelitian ini bertujuan supaya setiap individu pada populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sumber data atau sampel penelitian. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Syaodih (2005) bahwa, “Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.” Pada pelaksanaannya, teknik sampel acak ini dilakukan dengan cara simple random sampling atau cara sampel acak sederhana. Menurut Sudjana dan Ibrahim (1990:86), “Acak sederhana dilakukan dengan cara undian dan cara bilangan acak.” Penentuan jumlah sampel mengacu pada pendapat Zainal Arifin (2011: 224) “jika jumlah anggota populasi berada antara 101 sampai dengan 500, maka sampel dapat diambil 30-40%”.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92
Penelitian kali ini menggunakan sampel 40% dari jumlah populasi diambil secara acak. Secara lebih rinci sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Sampel Penelitian Kelas
Jumlah Siswa
Sampel (40%)
8A
48
19
8B
48
19
8C
48
19
8D
48
19
8E
48
19
8F
47
18
Jumlah
287
113
G. Prosedur Penelitian 1.
Penyusunan Proposal Penelitian Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal
penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dewan skripsi. Setelah tema disetujui oleh dewan skripsi, selanjutnya proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dewan skripsi dan dari teman-teman mahasiswa lainnya sebagai peserta seminar. Setelah tema disetujui oleh Dewan Skripsi, peneliti merumuskan judul penelitian dalam bentuk proposal. Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh ketika
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93
seminar, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi. 2.
Perizinan Penelitian Perizinan penelitian bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi
penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Perizinan dimulai dengan
mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), dan dapat langsung diserahkan kepada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung (surat izin terlampir). 3.
Pelaksanaan Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket
kepada responden yaitu siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah: a. Penyampaian tujuan penelitian angket b. Penyebaran angket c. Penjelasan petunjuk pengisian angket d. Pengumpulan angket e. Penutup
4. Tahap Pengolahan Data Pada tahap pengolahan data, peneliti melakukan pengolahan hasil penyebaran angket sebagai instrumen utama dan menganalisis hasil wawancara,
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
94
obervasi dan studi dokumentasi sebagai instrumen pendukung. Hasil pengolahan data penelitian dibuat penafsiran serta kesimpulannya yang akan menjadi hasil atau kesimpulan dari penelitian ini. 5.Tahap Pelaporan Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaporan adalah : a. Merumuskan hasil penelitian selama berada di lapangan. b. Menyusun laporan secara keseluruhan dalam bentuk skripsi. c. Laporan skripsi kemudian diajukan kepada tim penguji untuk dilakukanpenilaian sebagaimana mestinya.
H. Analisis Data Proes analisis dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif mengenai kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007 sebagai berikut: 1. Pertanyaan penelitian 1 mengenai gambaran umum kontrol diri remaja siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung dijawab melalui distribusi skor responden berdasarkan konversi untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan untuk menentukan kategori tingkat kontrol diri dan kecanduan internet pada siswa kelas VIII SMPN Yayasan Atikan Sunda Bandung pada kategori Sangat Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T) dan
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95
Sangat Tinggi (ST) dalam bentuk presentase. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: a. Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 42 item pernyataan (valid) dalam instrumen, kemudian dicari panjang interval setiap kelas dengan rumus sebagai berikut:
𝐶=
𝑋𝑛 − 𝑋𝑖 𝑘
Keterangan : c = Panjang interval kelas Xn = Nilai Tertinggi X1 = Nilai terrendahk = Banyaknya kelas, dalam hal ini adalah 5 (SR, R, S, T, dan ST) Instrumen tingkat kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet pada remaja terdiri atas 42 item. Setiap item terdiri atas 4 alternatif jawaban yang diberi nilai 1 sampai 4. Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan masing-masing kategori tingkat kontrol diri pada remaja yang mengalami kecanduan internet adalah sebagai berikut:
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
96
Tabel 3.10 Interval Skor Gambaran Umum Tingkat Kontrol Diri Siswa Kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Yang Mengalami Kecanduan Internet
Kategori
Rentang Skor
Sangat rendah Rendah Sedamg Tinggi Sangat tinggi
66 - 79.19 79.20 - 92.39 92.40 - 105.59 105.60 - 118.79 118.80 - 132.00
b. Menghitung skor setiap sampel/siswa yang memenuhi kriteria pada setiap kategori Sangat Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T) dan Sangat Tinggi (ST) kemudian dibuat dalam bentuk presentase dengan dibagi oleh seluruh sampel (113) kali 100%.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu