BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomenafenomena. Teori-teori dalam ilmu sosial memberikan gambaran mengenai fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct (Indriantoro dan Supomo, 2014). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi sasaran penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan ini adalah underpricing. 2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Prosentase Penawaran Saham. 3.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Indriantoro dan Supomo, 2014). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). Variabel-variabel tersebut antara lain: 33
34
3.2.1
Underpricing (Y) Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Penentuan harga saham pada saat penawaran umum ke publik, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan underwriter. Sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu hasil dari mekanisme penawaran dan permintaan (Hanafi, 2004). Tingkat underpricing ini diproxy dengan perhitungan initial return dari perusahaan – perusahaan yang melakukan Initial Public Offering, yaitu selisih antara penutupan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham penawaran perdana dibagi dengan harga penawaran saham perdana. Menurut Retnowati (2013) dihitung sebagai berikut : Initial Return (%) =
3.2.2
–
x 100%
Debt to Equity Ratio (X1) Debt to Equity Ratio adalah kemampuan membayar hutang dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. DER merupakan ukuran yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan, melihat seberapa besarnya jaminan perusahaan dalam membayar kreditor. Menurut Brigham dan Houston (2006) financial leverage adalah tingkat tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010) :
35
DER = 3.2.3
Return On Assets (X2) Return On Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Investor akan melihat seberapa besar kemapuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi yang ditanamkannya apabila menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Menurut Ang (1997) nilai ROA dapat diukur dengan rumus : ROA =
3.2.4
Earning Per Share (X3) Earning Per Share (laba per saham) yang dibagikan merupakan salah satu informasi penting bagi investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan investasinya. EPS merupakan pendapatan bersih yang tersedia bagi saham biasa yang beredar. Jadi EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa. Jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan. Pertumbuhan EPS yang positif memperoleh bagian laba yang lebih besar dimasa yang akan datang atas setiap lembar saham yang dimilikinya (Ang, 1997). Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang, Earning Per Share menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar
36
saham biasa atau laba bersih perlembar saham biasa. Menurut Ang (1997) Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Outstanding Shares). Nilai dari Earning Per Share dapat diukur dengan rumus (Retnowati, 2013): EPS = 3.2.5
Umur Perusahaan (X4) Bagi perusahaan yang sudah lama berdiri, keikutsertaannya dalam pasar
modal
(capital
market)
merupakan
salah
satu
jalan
untuk
mengembangkan usahanya sehingga berpengaruh pada tingkat pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi persaingan. Pengalaman perusahaan yang sudah lama berdiri pastinya telah memiliki banyak informasi mengenai bagaimana memilih underwriter yang berkompeten dalam bidangnya, dan investor yang berpotensi terhadap penanaman modal sehingga menghasilkan return (How at al., 1995 dalam Saputra dan Suaryana, 2016). Variabel umur dihitung sejak didirikan sampai penawaran perdana dilakukan oleh perusahaan dalam hitungan tahun (Isfaatun dan Hatta, 2010). Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Variabel ini dapat dihitung dengan pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan, atau melalui rumus sebagai berikut (Saputra dan Suaryana, 2016):
37
Umur Perusahaan = Tahun IPO – Tahun berdiri perusahaan
3.2.6
Ukuran Perusahaan (X5) Ukuran perusahaan (firm size) merupakan faktor yang juga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang melakukan IPO. Maulidya dan Lautania (2016) mengatakan bahwa ukuran perusahaan adalah gambaran potensi perusahaan yang dapat menghasilkan arus kas dan kemampuan untuk memperoleh informasi yang lebih besar, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar akan lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan kecil karena biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Ukuran perusahaan berhubungan dengan banyak tidaknya informasi yang diterima oleh investor untuk menjaga agar abnormal return tidak begitu tinggi dan semakin banyak investor yang tertarik, sehingga hal ini mempengaruhi kejadian underpricing. Dalam hal ini besaran perusahaan diukur dengan besarnya total aktiva emiten. Ukuran perusahaan diukur dengan total aset perusahaan yang diperoleh laporan keuangan perusahaan dengan rumus sebagai berikut (Islam et al., 2010 dalam Saputra dan Suaryana, 2016): Size = Ln (Total Aset)
3.2.7
Prosentase Penawaran Saham (X6) Prosentase saham yang dipegang oleh pemilik saham menunjukkan banyak sedikitnya pengungkapan nformasi privat perusahaan. Informasi kepemilikan saham oleh pemilik akan digunakan oleh investor sebagai
38
pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan akan memperkecil ketidakpastian. Dalam hal ini prosentase saham yang ditawarkan diukur dengan menggunakan prosentase saham yang ditawarkan kepada publik atau shareholder public. Proporsi dari saham yang ditahan dari pemegang saham lama dapat menunjukkan airan informasi dari saham emiten ke calon investor. Semakin besar proporsi saham yang dipegang oleh pemegang saham lama semakin banyak invormasi privat yang dimiliki oleh pemegang saham lama. Investor lama mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan apakah akan membeli saham atau tidak. Prosentase penawaran saham dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Retnowati, 2013): Prosentase penawaran saham =
–
3.3 Penentuan Popolasi dan Sampel Populasi digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai tahun 2015 secara berturut-turut. Pemilihan sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
39
1. Perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) secara berturut-turut selama periode 2013-2015. 2. Perusahaan tersebut tidak delisting selama periode 2013-2015 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder yang dimaksud menurut Indriantoro dan Supomo (2014) yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahnya. Data yang digunakan sebagai berikut : 1. Data nama-nama perusahaan yang melakukan IPO selama periode 2013 sampai 2015 yang diperoleh dari BEI. 2. Data harga pernawaran perdana masing-masing perusahaan yang diperoleh dari BEI tahun 2013 sampai 2015. 3. Data harga penutupan masing-masing perusahaan di hari pertama di pasar sekunder yang diperoleh dari BEI. 4. Data keuangan dan rasio masing-masing perusahaan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan Keuangan dari tahun 2013 sampai 2015. Sedangkan waktu pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan cross section, adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) yang biasanya menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu tertentu.
40
3.5 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang diperoleh dari mencari dan mendapatkan data yang dibutuhkan, dilanjutkan dengan
pencatatan.
Dokumen
yang
diperoleh
kemudian
dianalisis,
dibandingkan, dan digabungkan untuk membentuk suatu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Metode ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Earning per Share (EPS), Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Prosentase Penawaran Saham yang ada di laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.6 Metode Analisis Metode analisis adalah pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, maka digunakan regresi berganda (Multiple Regresion). Teknik analisis regresi yang dipilih untuk digunakan karena teknik ini dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial. Regresi berganda adalah teknik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. 3.6.1
Statistik Deskriptif Tujuan pengujian ini adalah mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang digunakan. Statistik deskriptif yaitu memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, age, range,
41
kurtois, dan skewness (kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis. 3.6.2
Uji asumsi klasik
3.6.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi yang normal. Suatu regresi dikatakan baik apabila memenuhi distribusi normal ataupun yang mendekati normal, dan untuk mendeteksi apakah distribusi tersebut dikatakan normal atau tidak dapat diketahui dengan cara analisis statistik. Terdapat dua cara untuk mengetahui normalitas distribusi residual data dengan analisis statistik, yaitu yang pertama dengan menggunakan uji statistik sederhana cara melihat nilai kurtosis dan skewness sederhana dari residual. Untuk yang kedua yaitu dengan menggunakan kalmogorovsmirnov test. Jika suatu nilai profitabilitas (kalmogorov-smirnov) < dari tarif signifikansi maka distribusi data dapat dikatakan tidak normal dan jika apabila nilai profitabilitas (kalmogorov-smirnov) > dari signifikansi maka distribusi data dapat dikatakan normal (Ghozali,2011). Adapun dasar dari pengambilan keputusan pada grafik normal P-Plot, yaitu: 1. Jika pola data menyebar disekitar garis diagonal serta mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
42
2. Jika pola data menyebar jauh disekitar garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.6.2.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi (keterkaitan) yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Suatu model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (independen), jika variabel bebas (independen) saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut dikatakan ortogonal. Variabel ortogonal itu sendiri adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance = nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai dapat menunjukkan adanya multikolonieritas yaitu nilai Toleance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011). 3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011) uji heteroskedastisitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi perbedaan variance dari residual pengamatan satu dengan pengamatan yang lain. Apabila variance dari residual satu pengamatan dengan pengamatan yang lain tidak berubah, maka hal tersebut bisa dikatakan Homoskedastisitas dan jika hal itu berbeda maka akan dikatakan Heteroskedastisitas. Jika variabel bebas (independen) bersifat signifikan secara statistik dapat mempengaruhi variabel terikat (dependen), maka hal itu berindikasi
43
terjadinya heteroskedastisitas, dan jika signifikansinya berada diatas tingkat kepercayaan 0,05 maka tidak adanya heteroskedastisitas. 3.6.2.4 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2011) Uji autokorelasi mempunyai tujuan apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjdadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi dapat muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu dengan yang lain. Ada cara yang dapat digunakan untuk mndeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengna uji Run test. Uji Run test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelsi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random atau tidak (sistematis). 3.6.3
Regresi Linear Berganda Analisis regresi digunakan untuk menguji keterkaitan antar dua variabel atau lebih. Selain itu analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis Regresi Linear Berganda (multiple Linear Regression). Analisis ini secara sistematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut: UP = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e ...
44
Keterangan: UP = Underpricing α = Konstanta β1- β6 = Koefisien regresi X1 = Debt to Equity Ratio (DER) X2 = Return On Assets (ROA) X3 = Earning per Share (EPS) X4 = Umur Perusahaan X5 = Ukuran Perusahaan X6 = Prosentase Penawaran Saham e = Kesalahan Residual (error)
3.6.4
Uji Hipotesis Pengujian parsial regresi dimaksudkan untuk melihat apakah variabel bebas (independen) secara individu mempunyai pengaruh tehadap variabel terikat (dependen) dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
3.6.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik f digunakan untuk menguji berapa besar signifikansi dari setiap variabel bebas (Independen) akan berpengaruh terhadap variabel terikat (Dependen). Untuk analisis dari output SPSS dapat dilihat dari tabel “Anova”. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametik sebagai berikut :
45
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak. 2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima. 3.6.4.2 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerapkan variasi pada variabel terikat (dependen). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Apabila nilai R2 mendekati satu berarti variabel bebas (independen) memberikan hampir keseluruhan informasi yang digunakan dalam memprediksi variasi variabel terikat (dependen). Pada umumnya koefisien determinasi digunakan untuk data silang (crossection) yang relatif kecil karena adanya variansi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtutan waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang besar (Ghozali,2011). 3.6.4.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t) Uji hipotesis digunakan untuk memperoleh bukti apakah suatu hipotesis yang telah diteliti diterima atau di tolak. Dalam penelitian ini pengambilan suatu kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil uji parameter individual atau sering disebut uji statistik T. Uji t pada dasarnya menunjukkan uji parsial untuk melihat pengaruh masingmasing variabel independen atau bebas (X) berpengaruh nyata atau tidak secara parsial terhadap variabel dependen/terikatnya (Y). Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance).
46
1) Perumusan hipotesis : a. Ho : bi = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Ha : bi ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Pengambilan keputusan : Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan uji f.