BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi, dan metode pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisa data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2006). Peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja.
A. Identifikasi Variabel Penelitian Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Variabel bebas
: Kecerdasan Adversitas
2. Variabel tergantung
: Kematangan Karir
Universitas Sumatera Utara
B. Definisi Operasional Definisi operasional penelitian bertujuan agar pengukuran variabel-variabel penelitian lebih terarah sesuai dengan tujuan dan metode pengukuran yang dipersiapkan. Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kematangan Karir Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi, memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir. Kematangan karir akan diukur dengan Skala Kematangan Karir yang dikembangkan dari empat dimensi kematangan karir yang diungkapkan oleh Super (dalam Watkins & Campbell, 2000), yaitu: career planning, career exploration, career decision making dan world of work information. Skala Kematangan Karir akan diisi oleh mahasiswa bekerja. Nilai total merupakan petunjuk tinggi rendahnya kematangan karir yang dimiliki mahasiswa bekerja. Semakin tinggi nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin tinggi kematangan karir mahasiswa bekerja tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin rendah kematangan karir mahasiswa bekerja tersebut. 2. Kecerdasan Adversitas Kecerdasan adversitas adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat mengatasi suatu kesulitan, dengan karakteristik perilaku mampu mengontrol situasi sulit, menganggap sumber-sumber kesulitan berasal dari luar diri, memiliki tanggung jawab dalam situasi sulit,
Universitas Sumatera Utara
mampu membatasi pengaruh situasi sulit dalam aspek kehidupan, dan bertahan saat menghadapi situasi sulit. Kecerdasan adversitas akan diukur dengan Skala Kecerdasan Adversitas yang dikembangkan dari empat dimensi kecerdasan adversitas yang diungkapkan oleh Stoltz (2000), yaitu: control, origin dan ownership, reach, serta endurance. Skala Kecerdasan Adversitas akan diisi oleh mahasiswa bekerja. Nilai total merupakan petunjuk tinggi rendahnya kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja. Semakin tinggi nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin tinggi kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin rendah kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja tersebut. 3. Mahasiswa bekerja Mahasiswa bekerja adalah individu dengan usia 18-21 tahun yang memiliki kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi dan melakukan aktivitas kerja di luar jam perkuliahan selama 20-40 jam dalam seminggu untuk memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhan baik fisik, sosial, prestasi dan pengetahuan.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU. Adapun karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Mahasiswa bekerja Menurut Rice (2008) tugas mahasiswa adalah menuntut ilmu setinggi-tingginya di perguruan tinggi guna mempersiapkan diri untuk memiliki karir yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Salah satu bentuk persiapan karir yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan bekerja sambilan. 2. Usia 18-21 tahun Super (dalam Savickas, 2002) mengatakan bahwa tahap perkembangan karir individu yang berusia 18-21 tahun berada pada tahap exploration tepatnya sub tahap transition. Tugas individu yang berada pada sub tahap ini adalah mengembangkan pemahaman yang nyata tentang bakat dan kemampuan yang dimiliki, mempersiapkan diri dan memilih pekerjaan. Pada sub tahap ini juga individu mencoba bekerja secara formal melalui bekerja sambilan. 3. Jadwal kerja Ronen (1981) menyatakan bahwa jadwal kerja paruh waktu yang dilakukan oleh mahasiswa adalah selama 20-40 jam dalam seminggu. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau yang dikenal dengan sebutan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, karakteristik subjek penelitian sebenarnya merupakan gambaran dari populasi yang diteliti dan sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik tersebut karena diambil dari populasi tersebut (Sugiarto, 2003). b. Jumlah sampel dan teknik Pengambilan Sampel
Universitas Sumatera Utara
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Peneliti menemui subjek yang diperkirakan memenuhi karakteristik sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum skala diberikan, peneliti memastikan dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik sampel. Bila memenuhi karakteristik yang telah ditentukan maka subjek dapat menjadi subjek penelitian. Menurut Azwar (2004), jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatkan jumlah sampel, maka jumlah yang direncanakan dalam penelitian ini sebanyak 180 orang, dimana 100 orang sampel yang dilibatkan dalam proses try out, dan 80 orang lainnya adalah sampel yang digunakan untuk penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala yaitu suatu metode pengumpulan data yang berisikan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala merupakan kumpulan pernyataanpernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasisituasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2006). Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sama dengan yang dimaksudkan peneliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas yang diberikan kepada mahasiswa bekerja, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk item-item favourable dan 1 sampai 4 untuk item-item unfavourable. Berikut ini adalah daftar penilaian untuk tiap skala : Tabel 1 Daftar penilaian skala Bentuk Pernyataan
Nilai SS
S
TS
STS
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
Semakin tinggi nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja dalam Skala Kematangan Karir, maka semakin tinggi kematangan karir mahasiswa bekerja dan semakin rendah nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja, maka semakin rendah kematangan karir mahasiswa bekerja. Begitu juga dengan Skala Kecerdasan Adversitas, semakin tinggi nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja dalam Skala Kecerdasan Adversitas maka semakin tinggi kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja dan semakin rendah nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja maka semakin rendah kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja.
Universitas Sumatera Utara
1. Skala kematangan karir Skala ini disusun berdasarkan dimensi kematangan karir yaitu career planning, career exploration, career decision making, dan world of work information. Berikut adalah blue print skala kematangan karir.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Blue print Skala Kematangan Karir Dimensi
Indikator
Jenis Aitem
%
Prilaku
Fav
Unfav
Career
Percaya diri
1
6
2
4,4
planning
Belajar
16
2
4,4
26,36
4
8,7
7,17,46
6
13
3,8,22,32,37
13,27,42
8
17,4
18
23
2
4,4
28,38
33,43
4
4,14,24,34
9,19,29,39 8
No.
1.
Jlh
dari 11
pengalaman Merencanakan
21,31
karir Mempersiapkan 2,12,41 diri 2.
Career
Memperoleh
exploration
informasi Menggunakan kesempatan Mengambil
Career 3. decision
keputusan
making
Mandiri
8,7
Mengetahui World
17,4 13
of jenis-jenis
10,20,44
5,15,25
6
30,40
35,45
4
work pekerjaan
4. information
Mengetahui cara
8,7
untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh sukses Jumlah
24
22
46
100
2. Skala kecerdasan adversitas Skala ini disusun berdasarkan dimensi kecerdasan adversitas yaitu control, origin dan ownership, reach, dan endurance. Berikut adalah blue print skala kecerdasan adversitas. Tabel 3 Blue print Skala Kecerdasan Adversitas
Jlh
Indikator Prilaku Fav
1.
%
Aitem
Dimensi No
Control
Mengendalikan saat
diri
Unfav 2,6,7,16,
30,9
menghadapi 1,11,12,21,27 17,22,26, 17
kesulitan
2.
Origin
a. Merasa
,36,41,46,51
bersalah
31
3,8,13,18, 32,42,52
secara berlebihan dan ownership
Bertanggung
18,2 10
23,37,47
jawab
14,5
terhadap tindakan yang 9,28,33,43,53 4,38,48
8
dilakukan 3.
Reach
Membatasi
pengaruh
5,15,19,
25,5
10,14,20,24, situasi sulit terhadap
25,29,39,
14
34,44,54 aktivitas kehidupan 4.
Endurance
Bertahan
49, saat 30,50
35,40,45,
6
10,9
Universitas Sumatera Utara
mengadapi kesulitan Jumlah
55 26
29
55
100
E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Isi tes harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan validitas rasional (Azwar, 2004). Pengujian validitas isi menggunakan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem-aitem yang mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitemaitem dijadikan alat ukur.
2. Uji daya beda Prosedur seleksi aitem hendaknya dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian reliabilitas, dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2004). Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2006). Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi nilai aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi nilai skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rit) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rit ≥ 0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki nilai rit kurang dari 0,3 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2006). Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara nilai aitem dengan nilai total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Pearson Product Moment. Formulasi koefisien korelasi Pearson Product Moment digunakan bagi tes-tes yang setiap aitem diberi nilai kontinyu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara nilai aitem dengan nilai skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2006). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 14.0 for windows.
3. Uji reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2004). Untuk menguji reliabilitas dari aitem-aitem yang ada digunakan formula Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS 14.0 for windows. Reliabilitas
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala kematangan karir Uji coba skala kematangan karir dilakukan terhadap 100 mahasiswa bekerja berusia 1821 tahun. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan adversitas akan dijelaskan pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba Skala Kematangan Karir
No.
1.
Indikator
Jenis Aitem
%
Prilaku
Fav
Unfav
Career
Percaya diri
-
6
1
4,2
planning
Belajar
dari -
-
0
0
26
1
4,2
7,46
3
12,5
37
27,42
3
12,5
18
23
2
8,4
Dimensi
Jlh
pengalaman Merencanakan
-
karir Mempersiapkan 41 diri 2.
Career
Memperoleh
exploration
informasi Menggunakan
Universitas Sumatera Utara
kesempatan Mengambil
Career 3. decision
keputusan
making
Mandiri
4,2 -
33
1
14,24,34
19,39
5
Mengetahui jenis-jenis World
20,8 16,6
10,44
15,25
4
of pekerjaan
work 4.
Mengetahui
16,6
information cara
untuk 30,40
35,45
4
10
14
24
memperoleh sukses Jumlah
100
Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 46 aitem skala kematangan karir diperoleh 24 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0,3). Jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 24 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,864. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,320 hingga 0,559. Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5 Distribusi aitem-aitem Skala Kematangan Karir Indikator No.
1.
Jenis Aitem
%
Dimensi
Jlh Prilaku
Fav
Unfav
Career
Percaya diri
-
1
1
4,2
planning
Belajar dari
-
-
0
0
-
11
1
4,2
20
2,24
3
12,5
17
12,21
3
12,5
6
8
2
8,4
-
14
1
4,9,15
7,18
5
pengalaman Merencanakan karir Mempersiapkan diri 2.
Career
Memperoleh
exploration
informasi Menggunakan kesempatan
Career
Mengambil
3. decision
keputusan
making
Mandiri
World of
Mengetahui
work
jenis-jenis
information
pekerjaan
4,2
20,8 16,6
3,22
5,10
4
13,19
16,23
4
4.
Mengetahui
16,6
Universitas Sumatera Utara
cara untuk memperoleh sukses Jumlah
10
14
24
100
2. Skala kecerdasan adversitas Uji coba skala kecerdasan adversitas dilakukan terhadap 100 mahasiswa bekerja berusia 18-21 tahun. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan adversitas akan dijelaskan pada tabel 6. Tabel 6 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba Skala Kecerdasan Adversitas Aitem
Dimensi
Jlh Fav
1.
%
Indikator Prilaku
No
Control
Mengendalikan
Unfav
diri
35,1 11,21,41,46,5 3,6,7,16,1
saat
menghadapi
13 1
7,27,26,31
3,8,13,47
52
kesulitan 2.
Origin
b. Merasa
bersalah
13,5 5
secara berlebihan dan ownership
Bertanggung
jawab
terhadap tindakan yang 28,33,43,53
18,9 4,38,48
7
dilakukan 3.
Reach
Membatasi
pengaruh
situasi sulit terhadap 10,34,44,54
21,6 5,25,39,49 8
aktivitas kehidupan
Universitas Sumatera Utara
4.
Endurance
Bertahan
saat
10,8 30
35,40,55
4
18
19
37
mengadapi kesulitan Jumlah
100
Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 55 aitem skala kekecerdasan adversitas diperoleh diperoleh 37 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0,3). Jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 37 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,900. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,300 hingga 0,637. Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada berikut : Tabel 7 Distribusi aitem-aitem Skala Kecerdasan Adversitas Aitem
Dimensi Indikator Prilaku
No
Jlh Fav
1.
%
Control
Mengendalikan
Unfav
diri
35,1 1,5,6,11,1
saat
menghadapi 9,13,26,29,33
13 2,14,16,19
kesulitan 2.
Origin
c. Merasa
bersalah
13,5 2,7,10,30
34
5
secara berlebihan dan ownership
Bertanggung
jawab
18,9 17,20,27,35
3,23,31
7
terhadap tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan 3.
Reach
Membatasi
pengaruh
21,6
situasi sulit terhadap 8,21,28,36
4,15,24,32 8
aktivitas kehidupan 4.
Endurance
Bertahan
saat
10,8 18
22,25,37
4
18
19
37
mengadapi kesulitan Jumlah
100
G. Prosedur Penelitian Peneliti perlu melakukan tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. 1. Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti mencakup: a. Pembuatan alat ukur Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah skala yaitu Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Pembuatan alat ukur Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat
indikator-indikator dari setiap dimensi untuk memudahkan dalam
penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing dan dosen statistika untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum.
Universitas Sumatera Utara
b. Uji Coba Alat Ukur Alat ukur penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Alat ukur diberikan kepada 100 mahasiswa bekerja berusia 18-21 tahun. Uji coba dilakukan dari tanggal 1 April – 9 April 2011. c. Revisi Alat Ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 14.0 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitas, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (Azwar, 2004).
2. Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala pada mahasiswa bekerja yang telah memenuhi karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Para mahasiswa bekerja diberikan Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Skala disebarkan kepada mahasiswa bekerja berusia 18-21 tahun pada tanggal 18 April – 24 April 2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.
3. Tahap pengolahan data Pengolahan data dilakukan setelah diperoleh hasil nilai Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi 14.0 for windows.
Universitas Sumatera Utara
H. Metode Analisis Data Data-data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan keeratan hubungan antar dua variabel (Hadi, 2000). Keseluruhan analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 14.0 for windows. Menurut Hadi (2000) uji asumsi seperti uji normalitas dan uji linieritas dilakukan sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan statistika parametrik, sebagai berikut: 1. Uji normalitas Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05 dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).
2. Uji Linearitas Uji linieritas hubungan digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000). Apabila uji asumsi terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan. A. Gambaran Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa bekerja berusia 18 sampai 21 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Berikut ini akan diuraikan, yaitu: 1. Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 8. Tabel 8 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
33
41,25
Perempuan
47
58,75
Total
80
100
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Subjek yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 47 orang (58,75%) dan laki-laki berjumlah 33 orang (41,25%).
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan usia Berdasarkan usia, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 9. Tabel 9 Gambaran subjek berdasarkan usia Usia
Frekuensi
Persentase (%)
18
5
6,25
19
22
27,5
20
20
25
21
33
41,25
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berusia 21 tahun paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang berusia 18 tahun berjumlah 5 orang (6,25%), usia 19 tahun berjumlah 22 orang (27,5%), usia 20 tahun berjumlah 20 orang (25%), dan usia 21 tahun berjumlah 33 orang (41,25%). 3. Berdasarkan waktu bekerja Berdasarkan lama bekerja, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 10. Tabel 10 Gambaran subjek berdasarkan waktu bekerja Waktu bekerja
Frekuensi
Persentase (%)
20-25 jam / minggu
14
17,5
26-30 jam / minggu
9
11,25
31-35 jam / minggu
16
20
36-40 jam / minggu
41
51,25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang bekerja dalam waktu 36-40 jam / minggu paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang bekerja selama 20-25 jam / minggu berjumlah 14 orang (17,5%), bekerja selama 26-30 jam / minggu berjumlah 9 orang (11,25%), bekerja selama 31-35 jam / minggu berjumlah 16 orang (20%), dan bekerja selama 35-40 jam / minggu berjumlah 41 orang (51,25%). 4. Berdasarkan fakultas Berdasarkan fakultas, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 11. Tabel 11 Gambaran subjek berdasarkan fakultas Fakultas
Frekuensi
Persentase (%)
Ekonomi
22
27,5
Fisip
21
26,25
Hukum
18
22,5
Psikologi
19
23,75
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi berjumlah 22 orang (27,5%), kuliah di Fakultas Fisip berjumlah 21 orang (26,25%), kuliah di Fakultas Hukum berjumlah 18 orang (22,5%), dan kuliah di Fakultas Psikologi berjumlah 19 orang (23,75%).
B. Uji Asumsi Penelitian Syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum data dianalisa adalah uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian, baik variabel bebas (kecerdasan adversitas) maupun variabel tergantung (kematangan karir). Selain itu, juga terdapat uji linearitas untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui bentuk korelasi antara masing-masing variabel. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows 1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Variabel
Nilai Z
Nilai p
Keterangan
Kecerdasan Adversitas
0,736
0,651
Sebaran normal
Kematangan Karir
0,842
0,478
Sebaran normal
Sebaran untuk skala kecerdasan adversitas diperoleh Z = 0,736 dengan p = 0,651, menunjukkan sebaran normal. Sebaran untuk skala kematangan karir diperoleh Z = 0,842 dengan p = 0,478 menunjukkan sebaran normal. 2. Uji Linieritas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (kecerdasan adversitas) dan variabel tergantung (kematangan karir) memiliki hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linieritas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 35,728 dan p < 0,05 (p = 0,000), maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan adversitas memiliki hubungan yang linier dengan variabel kematangan karir.
Universitas Sumatera Utara
C. Hasil Penelitian 1. Korelasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Korelasi antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir mahasiswa bekerja
KecerdasanAdversi
Pearson
tas
Correlation
Kecerdasan
Kematang
Adversitas
anKarir
1
,579(**)
Sig. (1-tailed) N KematanganKarir
,000 80
80
,579(**)
1
Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
,000
N
80
80
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,579 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 sehingga p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Hipotesa penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan nilai r² yang diperoleh yaitu 0,335 dan dapat dikatakan sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5%. 2. Kategorisasi Data a. Kategorisasi data Kecerdasan adversitas Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kecerdasan adversitas dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 14 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data Kecerdasan adversitas Variabel
Kecerdasan
Nilai Empirik
Nilai Hipotetik
Min
Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
95
143
116,18
8,850
37
148
92,5
185
adversitas
Berdasarkan tabel 14 diperoleh mean empirik untuk skala kecerdasan adversitas sebesar 116,18 dengan SD empirik sebesar 8,850, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 92,5 dengan SD hipotetik sebesar 185. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata kecerdasan adversitas populasi umumnya. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Kategorisasi data kecerdasan adversitas beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 Rentang nilai
Kategori
X < (µ-1,0б)
Rendah
(µ-1,0б)≤ X < (µ+1,0б)
Sedang
(µ+1,0б) ≤ X
Tinggi
Berdasarkan mean hipotetik kecerdasan adversitas adalah 92,5 dengan SD 185 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 16 Kategorisasi data kecerdasan adversitas Rentang nilai
Kategori
Jumlah (N)
Persentase (%)
X < 50
Rendah
0
0
50 ≤ X < 75
Sedang
21
26,25
75 ≤ X
Tinggi
59
73,75
80
100
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 21 orang subjek (26,25%) termasuk dalam kategori sedang, dan 59 orang subjek (73,75%) penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi. b. Kategorisasi data kematangan karir Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data
Universitas Sumatera Utara
kematangan karir dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 17 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data kematangan karir Variabel
Nilai Empirik Min
Kematangan 61
Nilai Hipotetik
Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
95
75,53
6,242
24
96
60
12
karir
Berdasarkan tabel 17 diperoleh mean empirik untuk skala kematangan karir sebesar 75,53 dengan SD empirik sebesar 6,242, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 60 dengan SD hipotetik sebesar 12. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih besar dari mean empirik. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa kematangan karir subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata kematangan karir populasi umumnya. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Kategorisasi data kematangan karir beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 18 Rentang nilai
Kategori
X < (µ-1,0б)
Rendah
(µ-1,0б)≤ X < (µ+1,0б)
Sedang
(µ+1,0б) ≤ X
Tinggi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan mean hipotetik kematangan karir adalah 60 dengan SD 12 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 19 Kategorisasi data Kematangan karir Rentang nilai
Kategori
Jumlah (N)
Persentase (%)
X < 66
Rendah
0
0
66 ≤ X < 99
Sedang
22
27,5
99 ≤ X
Tinggi
58
72,5
80
100
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 22 orang subjek (27,5%) termasuk dalam kategori sedang, dan 58 orang subjek (72,5%) penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki tingkat kematangan karir tinggi. Hasil dari pengkategorisasian kedua variabel penelitian dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 20 Matriks kategorisasi variabel kecerdasan adversitas dengan kematangan karir Kematangan karir Kecerdasan
Rendah
adversitas
Jumlah
%
Subjek
Sedang
Tinggi
Jumlah %
Jumlah %
Subjek
Subjek
Rendah
0
0%
0
0%
0
0%
Sedang
0
0%
21
26,25% 0
0%
Universitas Sumatera Utara
Tinggi
0
0%
1
1,25%
58
72,5%
61 (100%)
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori tinggi dengan kematangan karir pada kategori tinggi sebanyak 72,5%. Kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori sedang dengan kematangan karir pada ketegori sedang sebesar 26,25%. Kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja
pada kategori tinggi, sedangkan kematangan karir yang dimiliki pada
kategori sedang sebanyak 1,25%.
D. Hasil Tambahan 1. Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin Jenis Kelamin N
M
F
P
Laki-laki
33
114,58
2,844
0,096
Perempuan
47
117,30
Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,096 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
2. Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22 Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin Jenis Kelamin
N
M
F
P
Laki-laki
33
73,48
1,589
0,211
Perempuan
47
75,26
Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,211 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 22 dapat dilihat bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki. 3. Kematangan karir ditinjau dari usia Hasil uji statistik ditinjau dari usia dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23 Kematangan karir ditinjau dari usia Usia
N
M
SL
F
P
18
5
75,20
2,626
0,830
0,481
19
22
74,64
20
20
72,70
21
33
75,45
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji homogenitas diperoleh nilai statistik levene sebesar 2,626 (p > 0,05) yang menunjukkan sampel bersifat homogen. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh nilai p sebesar 0,830 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari usia. Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa nilai mean subjek tertinggi berada pada subjek yang berusia 21 tahun, kemudian diikuti nilai mean subjek yang berusia 18 tahun, nilai mean subjek yang berusia 19 tahun, dan nilai mean subjek yang berusia 20 tahun. 5. Dimensi kecerdasan adversitas Tabel 25 Kategorisasi nilai kecerdasan adversitas subjek berdasarkan dimensi Dimensi
Rentang nilai
Kategori
Jumlah
Persentase
Control
X < 26
Rendah
0
0
26 ≤ X < 39
Sedang
29
36,25
39 ≤ X
Tinggi
51
63,75
X < 10
Rendah
0
0
10 ≤ X < 15
Sedang
10
12,5
15 ≤ X
Tinggi
70
87,5
X < 14
Rendah
0
0
14 ≤ X < 21
Sedang
23
28,75
21 ≤ X
Tinggi
57
71,25
X < 16
Rendah
0
0
16 ≤ X < 24
Sedang
23
28,75
24 ≤ X
Tinggi
57
71,25
X<8
Rendah
0
0
Origin
Ownership
Reach
Endurance
Universitas Sumatera Utara
8 ≤ X < 12
Sedang
10
12,5
12 ≤ X
Tinggi
70
87,5
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa 70 subjek (87,5%) berada dalam kategori tinggi dan 10 subjek (12,5%) berada dalam kategori sedang pada dimensi origin dan endurance. Pada dimensi ownership dan reach terdapat 57 subjek (71,25%) berada dalam kategori tinggi dan 23 subjek (28,75%) berada dalam kategori sedang. Pada dimensi control terdapat 51 subjek (63,75%) termasuk dalam kategori tinggi, dan 29 subjek termasuk dalam kategori sedang (36,25%). 6. Dimensi kematangan karir Tabel 26 Kategorisasi nilai kematangan karir subjek berdasarkan dimensi Dimensi
Rentang nilai
Kategori
Jumlah
Persentase
Career
X < 10
Rendah
0
0
planning
10 ≤ X < 15
Sedang
32
40
15 ≤ X
Tinggi
48
60
Career
X < 10
Rendah
0
0
exploration
10 ≤ X < 15
Sedang
10
12,5
15 ≤ X
Tinggi
70
87,5
Career
X<3
Rendah
0
0
decision
3 ≤ X < 15
Sedang
2
2,5
making
15 ≤ X
Tinggi
78
97,5
Universitas Sumatera Utara
World of work X < 16 information
Rendah
0
0
16 ≤ X < 24
Sedang
16
20
24 ≤ X
Tinggi
64
80
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa 78 subjek (97,5%) termasuk dalam kategori tinggi dan 2 subjek (2,5%) termasuk dalam kategori sedang pada dimensi carer decision making. Pada dimensi career exploration terdapat 70 subjek (87,5%) termasuk dalam kategori tinggi dan 10 subjek (12,5%) termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa terdapat 64 subjek (80%) termasuk dalam kategori tinggi dan 16 subjek (20%) termasuk dalam kategori sedang pada dimensi world of work information. Pada dimensi career planning terdapat 48 subjek (60%) termasuk dalam kategori tinggi dan 32 subjek (40%) termasuk dalam kategori sedang.
E. Pembahasan Hasil pengujian hipotesa menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,579 dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja. Kualitas keterkaitan antara kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja sebesar 0,579. Menurut Hadi (2000), jika nilai r sebesar 0,579 maka dapat dinyatakan bahwa hubungan kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja memiliki korelasi sedang atau cukup. Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir
Universitas Sumatera Utara
pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 66,5% sumbangan faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir mahasiswa bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kecerdasan adversitas yang tinggi maka akan diikuti dengan kematangan karir yang tinggi juga. Begitu pula sebaliknya dengan kecerdasan adveristas yang rendah juga akan diikuti dengan kematangan karir yang rendah pula. Sehingga dapat dikatakan mahasiswa bekerja yang memiliki kematangan karir tinggi dan kecerdasan adversitas yang tinggi akan dapat menentukan pilihan karirnya dengan baik. Menurut Seligman (dalam Hawadi & Komandyahrini, 2008) menyebutkan beberapa ciri yang dapat menandai kematangan karir yang positif, yaitu meningkatnya selfawareness, meningkatnya pengetahuan mengenai pilihan yang relevan, meningkatnya kongruensi antara self-image (kemampuan, minat, nilai -nilai, kepribadian) dan tujuan karir, dan tujuan karir yang semakin realistis. Selain itu, juga ditandai dengan meningkatnya kompetensi untuk membuat perencanaan terkait karir dan kesuksesan karir, mengembangkan sikap positif terkait karir (orientasi terhadap pencapaian, kemandirian, penuh pertimbangan, komitmen, motivasi dan selfefficacy), serta bertambahnya kesuksesan dan kepuasan terhadap perkembangan karir dalam hidupnya. Sehingga dalam melaksanakan tugas perkembangan karir tentu para mahasiswa bekerja menghadapi hambatan. Kematangan karir mengandung makna bahwa mahasiswa mampu menyelesaikan tugas perkembangannya saat ini yaitu bekerja sambilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Singg (2005) bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki kematangan karir dan tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab adalah kesadaran individu tentang tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban (Adhika, 2004). Menurut Stoltz (2000) tanggung jawab termasuk dalam salah satu
Universitas Sumatera Utara
dimensi kecerdasan adversitas yaitu ownership yang merupakan pengakuan terhadap akibatakibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan tanggung jawab, selain control, origin, reach dan endurance. Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kecerdasan adversitas berjumlah 59 orang (73,75%). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi adalah individu yang optimis, berpikir, bertindak secara tepat dan bijaksana, mampu memotivasi diri sendiri, berani mengambil resiko, berorientasi pada masa depan, serta disiplin. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi termasuk dalam tipe climber. Climbers merupakan individu yang selalu melakukan usaha, tanpa memperhitungkan keuntungan atau kerugian, dan nasib buruk atau baik. Tipe ini benar-benar memahami tujuan atas apa yang akan dikerjakan, tahu bahwa terdapat manfaat jangka panjang dan usaha yang dilakukan sekarang ini akan memberikan keuntungan di kemudian hari (Stotlz, 2000). Climbers selalu menerima tantangan yang diberikan dan yakin bahwa segala hal dapat dan akan terlaksana, meskipun individu lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Climbers juga merupakan individu yang gigih, ulet, tabah, introspeksi diri dan terus bertahan sehingga dapat menghadapi kesulitan dengan keberanian dan disiplin. Tipe ini juga menyambut baik kesempatan untuk bergerak maju dalam setiap usaha, terbiasa menghadapi situasi sulit karena mengerti bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup sehingga menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan. Climbers dapat memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi, berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari hidup dan cenderung membuat segala hal terwujud. Tipe ini bersedia mengambil resiko, menghadapi tantangan, mengatasi rasa takut, mempertahankan visi, memimpin, dan bekerja keras hingga pekerjaan tersebut selesai (Stotlz, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kecerdasan adversitas berjumlah 21 orang (26,25%). Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas sedang termasuk dalam tipe campers. Campers merupakan tipe individu yang menunjukkan sejumlah usaha dan inisiatif tetapi cepat puas dalam mencapai kesuksesan sehingga mengakhiri usaha yang telah dilakukan. Tipe ini akan bekerja keras dalam hal apa pun agar merasa aman hingga mencapai tingkat tertentu tetapi tidak mau mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan terbatas dalam menghadapi kesulitan (Stotlz, 2000). Campers menjalani kehidupan yang tidak menyenangkan karena sudah merasa cukup puas dengan apa yang telah dicapai dan mengorbankan kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin terjadi. Campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika usaha yang dimiliki mampu diarahkan dengan semestinya dan tidak memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga kurang berhasil dalam berprestasi. Motivasi tipe ini adalah rasa takut dan kenyamanan (Stotlz, 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi. Dimensi origin dan endurance berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu termasuk mahasiswa bekerja pernah mengalami masa-masa sulit, menganggap kesulitan berasal dari pihak luar dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. Mahasiswa bekerja juga optimis, menganggap kesulitan dan penyebab kesulitan sebagai hal yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinan akan terjadi lagi serta memandang kesuksesan sebagai hal yang berlangsung terus menerus atau bahkan permanen (Stotlz, 2000). Dimensi ownership dan reach berada pada urutan kedua yang menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja bersedia bertanggung jawab dan mengakui akibat dari tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dan kesulitan yang dihadapi tidak akan mempengaruhi sisi lain kehidupan, merespon peristiwa buruk sebagai hal yang khusus dan terbatas. Dimensi control berada pada urutan akhir. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja mampu mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, menemukan cara untuk menghadapi kesulitan, pantang menyerah, dan cepat tanggap dalam mencari penyelesaian (Stotlz, 2000). Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan (Stotlz, 2000) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang lebih rendah daripada laki-laki. Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kematangan karir berjumlah 58 orang (72,5%). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang tinggi memiliki kemandirian, mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; mampu memperoleh informasi mengenai dunia kerja, menggunakan kesempatan dan informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan memiliki kepercayaan diri, serta ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan (Super dalam Watkins & Campbell, 2000). Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kematangan karir berjumlah 22 orang (27,5%). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang sedang masih kurang memiliki kemandirian, belum cukup mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; merasa cukup memiliki informasi mengenai dunia kerja, kurang memanfaatkan kesepatan dan informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; merasa cukup memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, kurang mengetahui cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan kurang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kepercayaan diri, serta kurang ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan (Super dalam Watkins & Campbell, 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kematangan karir berada pada kategori tinggi. Dimensi career decision making berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan serta juga menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja siap mengambil keputusan. Dimensi career exploration berada pada urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiwa bekerja berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor Super (dalam Watkins & Campbell, 2000). Dimensi world of word information berada pada urutan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja tahu cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peranperan dalam dunia pekerjaan serta dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. Dimensi career planning berada pada urutan terakhir yang menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kepercayaan diri, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, dan mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu (Super, dalam Watkins & Campbell, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan Naidoo (1998) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawadi dan Komandyahrini (2008) yang mengungkapkan bahwa pada tingkat SMA, tidak ditemukan perbedaan kematangan karir yang berarti antara laki -laki dan perempuan. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh Ciptarini (2004) yang melakukam penelitian pada mahasiswa UI, yaitu laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan kematangan karir yang berarti walaupun perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika dilihat dari tingkat pendidikan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller, dan Winstoa (dalam Naidoo, 1998) pada siswa junior, senior, dan alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Berdasarkan hasil matriks kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan kebanyakan mahasiswa bekerja memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi dengan kematangan karir yang dicapai berada pada kategori tinggi yaitu 72,5%. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi, mahasiswa bekerja juga memiliki kematangan karir pada kategori tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian dan dibagian akhir akan dijelaskan tentang saran-saran yang bersifat psikis dan metodologis yang dapat berguna untuk penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini.
A. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja dengan r = 0,579 dan p = 0,000. 2. Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja dalam penelitian ini sebesar 33,5% dan 66,5% terdapat faktor lain dalam pembentukan kematangan karir. 3. Berdasarkan kategori data kecerdasan adversitas diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi yaitu sebesar 73,75% (59 orang). 4. Berdasarkan kategori data kematangan karir diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kematangan karir berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 72,5% (58 orang). 5. Berdasarkan matriks kategorisasi, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa bekerja di USU yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kecerdasan adversitas pada kategori tinggi dan memiliki kematangan karir pada kategori tinggi sebesar 72,5%.
Universitas Sumatera Utara
6. Perempuan memiliki nilai mean yang tinggi pada variabel kecerdasan adversitas sebesar 117,30 dan pada variabel kematangan karir sebesar 75,26. 7. Mahasiswa bekerja yang berusia 21 tahun memiliki nilai mean tertinggi pada variabel kematangan karir sebesar 75,45. 8. Dimensi kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi, dimana dimensi origin dan endurance berada pada urutan pertama sebesar 87,5%, kemudian diikuti oleh dimensi ownership dan reach pada urutan kedua 71,25%, dan yang terakhir adalah dimensi control sebesar 63,75%. 9. Dimensi kematangan karir berada pada kategori tinggi, dimana dimensi career decision making berada pada urutan pertama sebesar 97,5%, kemudian diikuti oleh dimensi career exploration sebesar 87,5%, selanjutnya dimensi world of work information sebesar 80%, dan terakhir dimensi career planning sebesar 60%. 10. B. SARAN 1. Saran Metodologis a. Peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh dalam tercapainya kematangan karir, misalnya faktor
suku dan latar
belakang social ekonomi keluarga. b. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan menggunakan sampel yang spesifik misalnya mahasiswa yang bekerja pada bidang tertentu. c. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan dapat menambahkan wawancara dan observasi sebagai metode tambahan yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam pembahasan hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
d. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memperhitungkan banyaknya jumlah sampel pada populasi sehingga sampel yang akan diambil dapat terwakili dari jumlah populasi yang ada. Peneliti tidak disarankan langsung menetapkan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian melainkan melihat secara keseluruhan jumlah sampel dari populasi yang ada.
2. Saran Praktis a. Bagi mahasiswa bekerja 1. Mendapatkan pengetahuan tentang kecerdasan adversitas, kematangan karir
dan
kegunaannya sehingga dapat mendeteksi dimensi mana yang sudah atau belum dimiliki. 2. Memperhatikan jam kerja dalam seminggu agar dapat membagi waktu sehingga tidak timbul efek negatif dari kuliah sambil kerja. b. Bagi Orangtua, dosen atau konselor 1. Orangtua berperan penting dalam pembentukan anak sehingga perlu mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan adversitas pada mahasiswa agar dapat menerapkan pendidikan yang tepat. 2. Orang dewasa seperti orangtua, dosen atau konselor yang ada di sekitar para mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pemilihan karir. Adanya stimulus stimulus yang diberikan pada para mahasiswa untuk mencoba melakukan identifikasi terhadap potensi dan karir yang dipilihnya bisa dijadikan pijakan dalam poses pengembangan karir mahasiswa selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara