BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Studi Tentang Akuntabilitas LPMP Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif analisis menggunakan metode kualitatif. Sehingga melalui pendekatan diharapkan didapat gambaran yang komprehensif terkait hubungan antara pemahaman stakeholder atas pelaksanan akuntabilitas LPMP dalam Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) di wilayah kerjanya melalui proses penyimpulan induktif dan dipaparkan secara sistemik berdasarkan data dan fakta yang diperoleh tanpa mengubah latar alamiahnya. Dalam usaha memperoleh pemahaman, maka peneliti tidak mereduksi narasi dan data lain menjadi lambang angka dan berusaha menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya sedekat mungkin dengan kenyataan. Moleong (2010:iv) menegaskan penelitian kualitatif mencoba mendalami dan
menerobosi
gejalahnya
dengan
menginterprestasikan
masalah
atau
menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana situasi alamiahnya. Peneliti tidak mereduksi narasi dan data lain menjadi lambang angka
44 Roberto Leonardo, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
45
dan berusaha menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya sedekat mungkin dengan kenyataan. Menurut Frankel (1998:379-402), Bogdan and Biklen (1982:27-29), dalam Satori (2009: 27-32) penelitian kualititafi memiliki karakteristik, yang secara ringkas antara lain : 1. Penelitian kualitatif
memiliki latar (setting) alamiah (natural) dengan
sumber data yang langsung dan instrumen kuncinya adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu pada penelitian ini penggalian data dilaksanakan pada suasana yang alami, berjalan apa adanya sehingga bisa ditangkap konteks dan bahkan gestures secara langsung dari para sumber informasi. Dan dengan demikian pula maka peneliti bertindak sebagai alat atau isntrument dalam hal memaknai segala sesuatu yang ditampilkan dan diucapkan oleh informan. 2. Penelitian bersifat deskriptif yang berarti narasi yang dihasilkan menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. 3. Penelitian ini menjadikan fokus penelitian sebagai batas dari pembahasan. Fokus penelitian kemudian dipecah lagi menjadi unit analisis, kategori, dan sub kategori yang dapat dijadikan patokan peneliti dalam mencari, menggali dan menganalisis data. 4. Desain awal penelitian ini bersifat tentatif dan verifikatif artinya desain bisa berubah sesuai dengan temuan data di lapangan. 5. Penelitian kualitatif ini menggunakan kriteria khusus untuk ukuran keabsahan data.
46
Karena sangat menekankan pada aspek kealamiahan itu, makanya dalam penelitian kualititatif pengamatan, wawancara dan partisipasi langsung dan penelaahan dokumen, merupakan beberapa metode pengumpulan data yang sering dilakukan. Karena melalui pendekatan ini, peneliti dapat menangkap secara utuh kealamiah dari informan yang terlibat dalam penelitiannya, seperti perasaan, persepsi dan perilaku hingga dapat ditemukan suatu pemahaman mendalam tentang suatu fenomena sesuai dengan fokus penelitian. Melalui cara ini, Jane Richie salah seorang peneliti kualitatif dalam (Moleong, 2010:6) menjelaskan peneliti dapat menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari sisi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang informan penelitian. Namun dalam tatanan penelitian yang dilakukan ini, partisipasi langsung memang tidak dilakukan. Karena yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pemahaman stakeholder yang lebih mengarah pada persoalan persepsi mereka atas pelaksanaan akuntabilitas LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan, sehingga wawancara baik dilakukan secara terstruktur dan mendalam menjadi referensi utama dalam menjaring pemahaman tersebut. Melalui pola pengumpulan data seperti ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lengkap mengenai pelaksanaan akuntabilitas LPMP berdasarkan perspektif stakeholder baik internal yakni kalangan LPMP sendiri ataupun eksternal berdasarkan perspektif stakeholder yang diwakili informan yang terlibat dalam penelitian ini.
47
B. Pemilihan Informan dan Unit Analisis Pada penelitian yang dilakukan ini, pemilihan informan dilakukan melalui pemilihan bertujuan (purposive sample). Menurut Maleong pemilihan bertujuan ini paling relevan digunakan pada pendekatan penelitian kualitatif, karena sangat berkaitan dengan faktor kontekstual. Bukan pada variasi pebedaan yang muncul yaang nantinya dikembangkan menjadi generalisasi. ”Pada penelitian kualitatif tidak ada sample acak tapi sample bertujuan”, Maleong (2010:224). Pendekatan penelitian ini meski sample telah ditetapkan pada awal penilitian, namun itu tidak berarti bahwa sample tersebut sudah dipastikan akan menjadi sample yang relevan. Hal itu dilakukan karena persyaratan administrasi yang diminta oleh Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, untuk memberikan daftar siapa saja yang akan menjadi informan dalam penelitian ini. Namun dalam perkembangannya, lima dari enam nama yang diharapkan sebagai informan tersebut memang mendukung fokus penelitian yang dilakukan. Melalui teknik triangulasi yang dilakukan untuk mendapatkan validasi informasi, pada sample ke empat dan kelima telah terjadi kejenuhan data. Sehingga pengembangan jumlah informan untuk penelitian yang berfokus pada pemahaman stakeholder terhadap akuntabilitas LPMP pada PMP ini dianggap sudah terpenuhi. Pendekatan serupa juga dilakukan dalam pemilihan sample untuk kalangan internal LPMP. Berdasarkan fokus penelitian, melalui teknik triangulasi yang dilakukan telah didapat kejenuhan data melalui empat sample yang didapat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah LPMP Provinsi Riau. Dikaitkan dengan pemilihan informan maka mereka yang dipilih sebagai informan adalah
48
orang-orang yang berada di sekitar pelaksanaan akuntabilitas LPMP pada PMP sesuai fokus penelitian. Tabel dibawah adalah sample yang terpilih dalam penelitian ini.
Tabel 3:1 Gambaran Informan Kode Informan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
G001 G002 G003 P001 P002 DN001 Kepala LPMP Riau SUII SUYR MSRM MSAE PSNB
Latar Belakang Guru (senior) Guru (senior) Guru Pengawas Pengawas (Senior) Kabid/Mewakili Kadis Pejabat LPMP Staf (PJU) LPMP Staf (PJU) LPMP Staf (PJU) LPMP Staf LPMP Staf LPMP
C. Sumber Data Data hasil dari wawancara tersebut masih berupa data mentah. Namun untuk dapat dianalisis data tersebut dipindahkan ke media tulisan.”Raw data (the scibbled field note,the dictate tape, the direct tape recording) must be processed before they are available for analysis, Milles and Huberman (1994,51). Data lainnya adalah data tertulis yang mendukung fokus dan rumusan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan data tertulis seperti aturan perundangundangan, SK Kepala LPMP Riau dan dokumen internal di LPMP Riau.
49
Pada penelitian kualitatif data utamanya berupa kata-kata dan tindakan, sementara data lainnya seperti penelusuran dokumen tertulis, ataupun statistik dan lainnya hanya berperan sebagai data pendukung, (Lofland dan Lofland (Moleong,2010:157)). Karena itu, catatan penelitian tentang wawancara, pengamatan serta teknik penelitiannya yang berfokus untuk mendapatkan katakata dan tindakan menjadi alat pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif. Bahkan dalam perkembangan teknologi saat ini, alat perekam digital seperti kamera digital, camcorder atau media lainnya dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk merekam kata-kata dan tindakan yang diamati. Pencatatan tetap mendapatkan tempat utama dalam penelitian kualitatif, karena hasil rekaman tersebut sesuai dengan metodologi ini tetap harus dianalisis, karena itu Satori dan Komariah (2010) menegaskan catatan lapangan menjadi hati dari penelitian kualitatif. Namun kata-kata dan tindakan seperti apa yang mesti dikumpulkan peneliti? dalam konteks inilah peneliti perlu untuk mengembangkan sebuah fokus penelitian. Dalam penelitian ini, data-data yang dikumpulkan tersebut adalah datadata yang memiliki korelasi dengan pemahaman stakeholder atas pelaksanaan akuntabilitas LPMP pada PMP. Pembatasan masalah melalui fokus ini penting, karena kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, tak hanya sekedar instrumen pengumpul data, peneliti sekaligus adalah perencana, analis, dan penafsir atas data yang telah dikumpulkannya.Karena itu, kecerdasan sosial seorang peneliti dalam praktiknya
50
dilapangan mendapat point yang cukup tinggi, karena dengan interaksi tersebut dapat diperoleh perspektif emik yang sesungguhnya.
1.
Wawancara Ada berbagai kategori wawancara yang disampaikan para ahli, kalau
Patton (Moleong, 2010:187) membaginya berdasarkan tingkat formalitasnya, penggunaan petunjuk wawancara serta berdasarkan kebakuannya, sementara Guba dan Lincoln (Moleong,2010:188) membaginya berdasarkan jumlah peserta wawancara dalam suatu waktu, teknik wawancara yang digunakan, wawancara riwayat dan sifatnya terbuka atau tertutup serta keterstrukturannya. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan secara formal. Informan mengetahui dengan pasti maksud dan tujuan dari wawancara tersebut dilangsungkan. Sementara mengenai bagaimana wawancara dilakukan, peneliti mengambil dua pendekatan berbeda. Untuk kalangan informan diuar LPMP Riau digunakan pendekatan wawancara terstruktur dan mendalam. Karena itu, kepada mereka tersebut penulis menggunakan panduan wawancara dan perkembangannya sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan. Menurut Patton (Malleong, 187), pada konteks pewawancara tidak perlu membuat sebuah pertanyaan yang baku yang berlaku sama untuk semua informan, namun hanya membuat pokok-pokok dari persoalan yang akan dipertanyakan sesuai dengan kondisi informan. Sehingga urutan dan kata-kata yang digunakan tidak seragam.
51
a.
Rapport Bagaimana gambaran yang didapatkan tersebut sesuai dengan kondisi
alamiahnya, dalam konteks ini peneliti memang berupaya untuk membangun rapport terutama dengan informan yang berasal dari kalangan luar LPMP. Karena kepercayaan mereka terhadap peneliti menjadi faktor penting dalam memaknai pemahaman mereka terhadap pelaksanaan akuntabilitas LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan. Sesuai dengan paradigma yang dianut dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah salah satu instrumen. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengunjungi informan lebih dari satu kali. Pada kunjungan pertama, peneliti hanya memperkenalkan diri sekaligus memberikan gambaran singkat mengenai topik-topik yang akan didiskusikan bersama dengan informan tersebut, sekaligus untuk memahami gambaran umum dari respon yang disampaikan informan baik secara verbal ataupun non verbal. Pada kunjungan kedua, peneliti melakukan wawancara secara terstruktur dan mendalam namun berupaya untuk menjaga wawancara tersebut berjalan secara santai dan terkesan hanya sebagai sebuah diskusi sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Pada pertemuan ketiga, peneliti mendiskusikan transcrib wawancara yang telah dilakukan dengan informan agar terjadi kesamaan pemahaman antara apa yang mereka sampaikan dengan apa yang telah dituangkan dalam bentuk tertulis.
52
b. Catatan Lapangan Moleong (2010:210) mengungkapkan catatan lapangan terdiri atas informasi yang dijaring, waktu kegiatan dilaksanakan, tempat pengambilan data serta nama atau identitas dari informan. Kalau informan berkeberatan namanya ditulis secara terang, dapat saja nama tersebut disamarkan. Isi catatan lapangan secara umum terdiri atas dua bagian, yakni bagian deskriptif dan bagian reflektif. Model catatan lapangan yang digunakan pada penelitian
ini
menggunakan
menggambarkan
topik
yang
model
matrik.
dibicarakan,
Dimana sementara
bagian bagian
deskriptif reflektif
menggambarkan pemaknaan yang dipahami peneliti serta eksplorasikan yang harus dilakukan. Secara umum, pada bagian reflektif ini termuat hal-hal terkait dengan sesuatu yang dipelajari, tema yang mulai muncul, pola umum dan gagasan atau pemahaman baru terkait penelitian yang dilakukan. 2.
Telaah Dokumen Telaah dokumen yang dimaksud adalah penggunaan data berupa tulisan
dan catatan resmi, arsip-arsip, statistik, dan tabel yang telah ada dan dikumpulkan oleh pihak lain pada saat penelitan berlangsung. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aturan perundang-undangan yang terkait dengan pendidikan, SK dan SK Kepala LPMP Riau serta Database peserta kegiatan fasilitasi LPMP. D. Analisis Data Proses analisis data pada penelitian kualitatif dapat dikatakan sudah berlangsung sejak data dikumpulkan, namun sifatnya baru sementara. Analisis
53
data yang sesunguhnya dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Patton (Moleong,2010:280) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sementara menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan hipotesis kerja. Namun dalam hal penafsiran data, dua pakar ini agak berbeda. Kalau Patton melihat secara berbeda antara analisis dengan penafsiran data, sementara Bogdan dan Taylor melihatnya dua hal tersebut tidak terpisahkan. Alasan Patton membedakan tahapan analisis dengan penafsiran karena dia berpandangan perlunya data diorganisasikan sebelum ditafsirankan untuk diketahui maksud dan tujuan dari data tersebut, sehingga melalui penafsiran data dapat diberikan arti atas hasil analisis yang dilakukan dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Sementara Bogdan dan Taylor lebih fokus pada pemaknaan dari data, sehingga dia tak membagi secara tahapan pengorganisasian dengan penafsiran. Namun menurut Moleong (2010,280) pendekatan tersebut sama, karena itu dia menawarkan sebuah definisi yang mensintesiskan dua pendekatan, yakni analisis data disebut sebagai upaya untuk mengorganisasikan data guna menemukan hipotesis kerja ataupun tema. Karena menurut dia, analisis data dibimbing oleh upaya untuk menemukan tema dan hipotesis kerja (Moleong, 2010:153). Secara umum tahapan analisis data tersebut terdiri atas 1. Reduksi data 2. Kategorisasi data
54
3. Penarikan kesimpulan atau penafsiran data Reduksi data merupakan upaya membuat sebuah abstraksi dari data-data hasil penelitian yang telah dilakukan. Didalam abstraksi ini termuat rangkuman inti, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga karena sangat berguna untuk mendukung fokus penelitian. Karena itu, kecermatan terhadap penelaan hasil catatan lapangan menjadi faktor penting dalam proses ini. Setelah
data
diabstraksi
tahapan
selanjutnya
adalah
melakukan
kategorisasi atas data. Kategorisasi ini terdiri atas satuan-satuan informasi yang dapat berdiri sendiri. Tahapan ini biasanya berlangsung secara paralel dengan proses pengkodean. Pada dasarnya satuan adalah sebuah upaya untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut Patton (Moleong,2010:249) ada dua tipe satuan, yakni tipe asli dan tipe hasil konstruksi analisis. Tipe asli menggunakan perspektif emik. Tahap akhir dalam proses analisis adalah mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data sebelum tahap berikutnya adalah penafsiran atas data. Meski ahli lainnya menyebutkan antara analisis data dan penafsiran atas data adalah satu hal yang sama. Dalam penelitian ini, tahap reduksi dan tahap kategorisasi data telah dilakukan secara bersamaan pada catatan lapangan sebagaimana yang terlampir dalam laporan ini. Pada bagian laporan tersebut, data-data hasil penelitian langsung dikategorisasikan berdasarkan konsep akuntabilitasi yang dirujuk dalam penelitian ini, sementara pemaknaan atas data terlihat pada kolom makna yang merupakan perspektif etik. Sementara bagaimana data dipaparkan, hal itu dapat dilihat pada bab IV laporan penelitian ini.
55
E. Validitas Data Validatas data terkait dengan sejauh mana data-data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada metodologi penelitian kualitatif kriteria yang digunakan adalah 1. Derajat kepercayaan (credibility) 2. Keteralihan (Transferability) 3. Kebergantungan (Dependability) Melalui
uji
derajat
kepercayaan
ini,
peneliti
harus
mampu
mendemonstrasikan bahwa metodologi penelitian dilaksanakan secara benar serta mendemonstrasikan bagaimana upaya yang telah dilakukannya sehingga hasil penelitian tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Pada uji ini diperlihatkan sejauh mana pengumpulan data dan analisis data hingga penafsiran data dilakukan berdasarkan kaidah penelitian kualitatif dilakukan, sehingga tidak ada lagi persoalan mengenai metodologi yang digunakan. Teknik yang digunakan untuk menguji derajat kepercayaan ini melalui perpanjangan waktu penelitian, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan teman sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah melalui trianggulasi serta melalui diskusi dengan pembimbing. Keteralihan
terkait
dengan
bagaimana
hasil
penelitian
ini
bisa
diaplikasikan ditempat lain. Keteralihan dalam penelitian kualitatif tidak bisa
56
secara an sich diterapkan pada suatu populasi tertentu. Namun hal itu sangat terkait dengan kesamaan konteks antara dimana penelitian dilakukan dengan lokasi dimana penelitian akan diimplementasikan hasilnya.Karena itu, deskriptif menjadi kunci utama yang perlu dipertanggungjawabkan sehingga dapat diketahui dalam konteks seperti apa penelitian ini dilakukan. Teknik pemeriksaan yang dilakukan dalam keteralihan ini adalah uraian rincian. Melalui pemeriksaan ini, peneliti harus dapat menyajikan data sedetil dan secermat mungkin yang dapat menggambarkan konteks dimana penelitian dilakukan. Temuan sendiri bukan menjadi fokus dalam keteralihan ini, namun bagaimana temuan tersebut dirinci sehingga tergambar konteks kejadian nyatanya itu yang sangat menentukan. F.
Profil LPMP Provinsi Riau Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Riau berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 07 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat yang bernaung dibawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam Permendiknas tersebut, ditegaskan LPMP merupakan UPT dengan eselon IIIa yang terdiri atas satu orang kepala, satu orang kepala sub bagian umum ditambah tiga orang kepala seksi serta memiliki sejumlah tenaga fungsional yakni widyaiswara. Lebih rincinya struktur organisasi LPMP sesuai Permendiknas tersebut dapat digambarkan seperti struktur dibawah
57
Kepala LPMP
Kepala Sub Bagian Umum
Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi
Kepala Program dan Pengembangan sistem Informasi
Kepala Seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan
Kelompok Fungsional
Gambar 3:1 Organisasi LPMP Berdasarkan Permendiknas Nomor 07 Tahun 2007 Pada BAB I, Pasal 2 dan Pasal 3, Permendiknas yang ditandatangani pada tanggal 3 Februari 2007 tersebut disebutkan tugas pokok dan fungsi LPMP. Pasal 2 LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, LPMP menyelenggarakan fungsi: Pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;
58
Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; Supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional; Fasilitasi sumberdaya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan; dan pelaksanaan urusan administrasi LPMP. Dalam pengimplementasian tugas pokok dan fungsi tersebut, LPMP sejak tahun 2008 lalu telah menetapkan visi dan misi dari organisasi ini, sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan tupoksi. VISI Menuju Pencapaian Standar Nasional Pendidikan di Propinsi Riau Melalui Penjaminan Mutu Pendidikan. MISI 1. Menciptakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Secara Berkesinambungan 2. Mendorong Terciptanya Peraturan Daerah Mengenai Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota 3. Mengembangkan Indikator-Indikator Capaian Dalam Memperkuat Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Termasuk Melalui Tim Pengujian LPMP (Examination Team) 4. Melaksanakan Pemetaan, Supervisi, Dan Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan Di Propinsi Riau 5. Membangun Partisipasi Masyarakat Serta Pemangku Kepentingan Dalam Pencapaian Mutu Pendidikan Sumber Daya Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) LPMP Riau per 1 Desember 2010 lalu, sampai saat ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di LPMP Provinsi
59
mencapai 86 orang, yang terdiri atas 75 orang tenaga administrasi dan 11 orang widyaiswara, yang dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3:2 Sumber Daya Manusia LPMP Riau Pendidikan Status
Tenaga Administrasi Widyaiswara
Pasca
Jumlah
SLTA
D3
S1
24
2
35
14
75
-
-
2
9
11
Sarjana
Berdasarkan sebaran per subbagian dan seksi yang ada yang di LPMP Provinsi riau, sebagian besar pegawai yang ada dikonsentrasikan pada sub bagian umum. Berdasarkan SK Kepala LPMP Riau no.024/F21/KP/2011, sebaran pegawai LPMP Riau seperti point dibawah : Tabel 3: 3 Sebaran SDM per Seksi No
Subbagian/seksi
Jumlah PJU
Total Pegawai
1
Sub Bagian Umum
6 PJU
47
2.
Seksi Data
2 PJU
9
3
Seksi PMS
2 PJU
9
4
Seksi FSDP
3 PJU
10
5
Widyaiswara
1 Koordinator
11
Total
86
Selain itu guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, LPMP Riau juga memiliki 16 orang tenaga honorer yang tanggungjawab mereka lebih difokuskan untuk menunjang kebersihanan sarana dan prasarana LPMP Riau. Mengingat besarnya sumber daya manusia yang terdapat di LPMP Riau,
60
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari lembaga, di tiap subbagian dan seksi juga dibentuk struktur baru yang disebut Penanggungjawab Urusan yang tugas mereka adalah membantu kepala subbagian atau kepala seksi masing-masing dalam tatanan operasional. Lebih rinci dapat dilihat pada gambar dibawah :
Kepala Riau
LPMP
Kasubbag Umum
Kasi Program dan Sistem Info.
Kasi FSDP
Kasi PMS
PJU Kepegawaian PJU Keuangan
PJU Pengumpulan dan pengolahan data dan Sistem Informasi PJU Evaluasi, Peng. dan Pelaporan Data dan Informasi Mutu Pendidikan/Peng elola ICT
PJU Pemetaan Mutu Pendidikan
PJU Peningkatan Kompetensi PTK
PJU Supervisi Mutu Pendidikan
PJU Pengelola sumber Daya Pendidikan
PJU Perencanaan
PJU Fasilitasi Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar
PJU Ketatausahaan dan Pengelola Lab Biologi PJU Rumah Tangga dan Perlengkapan
Kelompok Fungsional Widyaiswara
Gambar 3: 2 Struktur Organisasi LPMP Riau Fasilitas
yang dimiliki
LPMP Riau berdasarkan informasi dari
Penanggungjawab Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan dapat dirinci dalam tabel seperti dibawah:
61
Tabel 3:4 Sarana dan Fasilitas LPMP Riau No
Sarana dan Prasarana
Fungsi
1
Gedung utama
Perkantoran/administrasi
2
Gedung Kantor II
Perkantoran WI dan Klinik
3
Kantor III
Perkantoran, ruang arsip
4
Ruang Belajar Sultan Syarif Kasim
ruang kelas
5
Ruang Belajar Ali Haji
ruang kelas
6
Ruang Belajar Hang Tuah
ruang kelas
7
Ruang Belajar Hang Jebat
ruang kelas
8
Ruang Belajar Tuanku Tambusai
ruang kelas dan aula
9
Aula Ki Hajar Dewantara
aula
10
Perpustakaan
perpustakaan
11
Labor
8 kelas
12
Mess Tamu (2 gedung)
Mess Tamu
13
Asrama
4 Unit Penginapan
14
Dapur
Dapur
15
Sarana Lap Olahraga
5 jenis
17
Perumahan Pegawai
5 Unit
18
Sarana dan prasarana pengairan
62