BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang bagaimana bagaimanakah analisis penyelesaian resolusi konflik antarumat beragama dalam perspektif Pendidikan Kewarganegaraan berbasis masyarakat adalah pendekatan penelitian kualitatif sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan upaya kuantifikasi atau perhitungan-perhitungan statistik, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Vernon van Dyke(1965: 114) pada prinsipnya adalah ukuranukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang bertalian satu sama lainnya. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan dan memverifikasi dan menyimpulkan
data
tidak
menggunakan
perhitungan-perhitungan
secara
matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: “Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting”.
76
77
Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap ”makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Pilihan kualitatif tersebut mendorong penelitian ini untuk menggunakan pendekatan fenomenologi yang sering dipublikasikan memiliki semboyan “kembali kepada hal-hal itu sendiri” (Zuruch zu den sachen zelbs). Paradigma yang dibangun oleh kaum fenomenologis sendiri bahwa teori yang dipakai untuk menyatakan secara definitif suatu objek haruslah menurut pelaku sosial sebagai suatu realitas. Fenomenologi, seperti yang banyak dipakai dalam penelitian kehidupan beragama di Indonesia termasuk konflik antarumat beragama, tidak berpretensi untuk menjelaskan tentang agama sebagai persoalan teologis, melainkan melihat agama sebagai fakta religious yang historis, sosiologis, dan psikologis, dan fakta
78
religious itu subjektif berupa pandangan, pikiran, perasaan, ide, emosi, kehendak, dan atau pengalaman/tindakan. Hal itu sangat relevan (sesuai) dengan fokus penelitian ini yang berupa pemikiran, pandangan, pengetahuan, dan sikap para informan tentang konflik antarumat beragama dan rumusan penyelesaian konflik antarumat beragama yang dipakai sebagai dasar terpenting dalam menganalisis penyelesaian
konflik
antarumat
beragama
dalam
perspektif
Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis masyarakat. Fakta sosial dan religious baik berupa tatanan, pengalaman, maupun gagasan-pandangan, dalam pengertian fenomenologi adalah realitas subyektif yang berpusat pada para pelaku dan warga masyarakat atau informan yang menjelaskan tentang suatu peristiwa dimana fakta sosial itu menampakkan diri. Alfred Schutz, tokoh terpenting pendekatan fenomenologi, dengan dipengaruhi filosofEdmund Husserl, menegaskan bahwa bagaimanapun ilmu pengetahuan haruslah selalu berpijak pada yang eksperiensial, sesuatu yang bersifat pengalaman. Husserl sendiri berpendapat bahwa hubungan antara persepsi dengan objek-objeknya tidaklah pasif, karena itu kesadaran manusia secara aktif mengandung objek-objek pengalaman. Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan beberapa alasan: 1. Peneliti mencoba mengungkap dokumen terkait resolusi konflik yang telah dilakukan pada konflik Yasmin. Beberapa alasan menggunakan dokumen tersebut sebagaimana dikemukakan Guba & Lincoln dalam A. Chaedar Alwasilah (2003:156):
79
a. Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari. b. Dokumen
merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk
mempertahankan diri terhadap tuduhan atau kekeliruan interfrestasi. c. Dokumen itu sumber data alami, bukan hanya muncul dari konteknya, tetapi
juga menjelaskan kontek itu sendiri. d. Dokumen itu relatif mudah dan murah. e. Dokumen itu sumber data yang non-reaktif. f. Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya bagi
informasi yang diperoleh melalui interview atau observasi. 2. Penelitian ini berfokus pada analisis penyelesaian resolusi konflik
antarumat beragamadalamperspektif Pendidikan Kewarganegaraan berbasis masyarakat pada konflik Yasmin di Bogor Jawa Barat. Penekanan kualitatif pada proses secara khusus memberi keuntungan dalam penelitian hal ini dapat terlihat dari performan masyarakat ataupun pra informan yang dapat dilihat dalam aktivis keseharian. 3. Penelitian ini mencoba mengungkap bagaimana analisis penyelesaian
resolusi konflik antarumat beragama pada konflik Yasmin di Bogor Jawa Barat dalam perspektifPendidikan Kewarganegaraan berbasis masyarakat. Metode lebih merupakan alat, bukan tujuan dalam suatu penelitian (Supriadi dalam Alwasilah, 2009: 16).Oleh sebab itu metodologi adalah proses, prinsipprinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban (Bogdan dan Taylor dalam Mulyana, 2002:145).Pengertian ini menegaskan bahwa metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji
80
masalah penelitian.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus yang dibatasi oleh tempat, waktu dan peristiwa tertentu. Hal ini sejalan dengan Creswell (1998: 61), bahwa “a case study is an exploration of bounded system or a case (or multiple case) over time through detailed, in-depth data collection involving multiple sources of information rich in context”, maksudnya bahwa metode kasus ini adalah suatu eksplorasi terhadap sistem yang dibatasi, atau sebuah kasus (beberapa kasus) yang terjadi dalam waktu yang lama melalui pengumpulan data secara mendalam dan terperinci, yang meliputi berbagai sumber informasi yang sangat berkaitan dengan konteksnya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial (Mulyana, 2002:195). Sedangkan, menurut Licoln dan Guba (2002; 201) menyatakan bahwa metode studi kasus mempunyai keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut: a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subyek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden. d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (trustworthiness). e. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Sepakat dengan pernyataan Stake (2009: 299) bahwa studi kasus bukanlah pilihan metodologis melainkan lebih sebagai pilihan objek yang diteliti, maka
81
argumen terpenting dipilihnya studi kasus dalam penelitian ini adalah karena konflikantarumat beragama begitu sering terjadi dengan setting yang berbedabeda. Konflik antarumat beragama di Indonesia merupakan fenomena yang partikular-karakteristik dan memerlukan penjelasan yang lebih mendalam dan spesifik. Meski peneliti kasus biasanya mencari sesuatu yang umum dan khusus dari sebuah kasus, namun hasil akhirnya hampir selalu menyajikan sesuatu yang unik dan spesifik (Stoufer dalam Stake, 2009: 302). Mengikuti anjuran Stake (2009; 309), dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah menghabiskan waktu secukupnya di lapangan dan secara langsung terjun dan bersentuhan dengan berbagai aktivitas dan operasi kasus yang diteliti (kasus Yasmin), sambil mereflekasikan dan merevisi makna-makna yang bermunculan. Peneliti juga berusaha melacak apa saja karakter alami yang muncul dalam peristiwa, dalam latar lokasi, dan berbagai ungkapan nilai yang ada. Apa yang tidak dapat dijangkau oleh peneliti sendiri, dalam hal ini, dapat diperoleh dengan cara mewawancarai orang-orang yang memahaminya atau dengan mencari dokumen-dokumen yang mencatatnya.
B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok. Pertama, sumber informan (human resources) sebagai sumber primer yang dipilih berdasarkan kedekatan dan pengetahuan informan dengan peristiwa konflik yang berlangusung dari berbagai kalangan. Untuk sebuah studi fenomenologi, kriteria informanyang baik adalah “all individuals studied represent people who have experienced the phenomenon” (Creswell, 1998:118).
82
Jadi lebih tepat memilih informan yang benar-benar memiliki pengalaman dan dia mampu mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya tentang sesuatu yang dipertanyakan. Informan yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Para pelaku konflik, mereka yang menyaksikan peristiwa konflik, dan mereka yang terlibat dalam penyusunan resolusi konflik, baik yang bertempat tinggal di kelurahan Curug Mekar maupun di luarnya. 2. Sejumlah
ulama,
pendeta,pemimpin
organisasi
massa
Islam
(NU,
Muhamadiyah, Persis dan PUI), pemimpin jemaat GKI Yasmin, dan sejumlah tokoh masyarakat baik muslim maupun kristen di Bogor Barat, terutama yang terlibat dalam penyusunan resolusi konflik. 3. Sejumlah pejabat birokrasi pada pemerintah Kota Bogor, Kantor Kementerian Agama Kota Bogor, Kecamatan Bogor Barat, Kelurahan Curug Mekar, dan para aparat pemerintahan di tingkat RT dan RW yang berdekatan dengan lokasi gereja GKI Yasmin dibangun. Kedua, sumber bahan cetak (kepustakaan) sebagai sumber sekunder yang yang tidak diperoleh dari informan maupun dari luar informan. Data sekunder diperlukan untuk memperkuat, melengkapi, atau menguji kebenaran data yang diperoleh dari informan. Sumber bahan cetak ini meliputi transkripsi/catatan hasil wawancara mendalam dengan para informan; dokumen tertulis berupa dokumen resmi negara, berupa surat keputusan, laporan-laporan, notulen rapat, transkripsi workshop/seminar/symposium, buku, makalah, artikel, klipping tentang konflik, resolusi konflik, dan Pendidikan Kewarganegaraanyang diperoleh dari surat kabar, majalah, jurnal, situs internet,
baik yang terkoleksi di berbagai
83
perpustakaan, terjual di toko-toko buku maupun tersimpan/terdokumentasikan di kantor-kantor terkait. C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang yang berkonflik, tokoh agama, dan birokrat kota Bogor. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Creswell (2010; 264) dan Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) tentang ciri-ciri kualitatif khususnya dalam instrumen penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi studi wawancara mendalam, studi dokumentasi, studi literatur dan observasi. Pengambilan data dilakukan dengan metode snowball sampling dengan proses jumlah kecil informan kemudian melibatkan pihak yang terkait dengan informan
84
awal untuk dijadikan informan dan seterusnya sehingga menjadi besar seperti bola salju (snowball). Untuk menggali informasi dari sumber data yang dipilih digunakan sejumlah teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dengan menyaksikan secara langsung realitas sosial, fakta sosial, atau peristiwa sosial yang menjadi objek penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada lingkungan Kota Bogor dimana peristiwa konflik antara sekelompok kaum muslim dengan jemaat gereje GKI Taman Yasmin terjadi, yang diteliti secara non partisan, terutama untuk menyaksikan bagaimana para pelaku konflik bergerak dan berhubungan dengan pihak-pihak luar yang berkaitan dengan konflik itu untuk membangun resolusi konflik. b. Wawancara mendalam (indepth inverview) dilakukan dengan para informan baik secara formal maupun informal, interaktif, dan melalui pertanyaan dan jawaban yang terbuka. Walaupun pada awalnya peneliti sudah mempersiapkan daftar pertanyaan, pada pelaksanaannya, tidak kaku mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat. Wawancara mengalir sesuai dengan respon atau jawaban informan. Hal terpenting dari kegiatan wawancara adalah dapat menggali semua data yang dicari.Seperti pada tradisi fenomenologi sebagaimana dikemukakan Creswell (1998:122) “for a phenomenological study, the process of collecting information involves primarily in-depth interviewrs”, maka dalam penelitian ini wawancara mendalam merupakan
85
teknik
pengumpulan
data
yang
diutamakan.
Hasil-hasil
wawancara
terdokumentasi dalam perekam audio (tape recorder) dan perekam gambar hidup (handycam) dan foto. c. Studi Dokumentasidilakukan untuk mempelajari sumber-sumber tertulis baik berupa laporan penelitian, dokumen resmi negara, buku teks, surat edaran, pamplet, selebaran, artikel di media massa, dan catatan-catatan pribadi, makalah, dan artikel di jurnal, Studi dokumentasi ini dipilih atas dasar bahwa dalam sumber-sumber tertulis tersebut akan dapat diperoleh ungkapan pemikiran dan pernyataan sikap dari para pakar, birokrasi/politisi, para pelaku konflik, para pihak yang terlibat dalam membangun resolusi konflik, dan para pengamat dalam bidang yang menjadi pusat perhatian penelitian ini. D. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan analisis resolusi konflik antarumat beragama melalui pendekatan kewarganegaraan. Meskipun demikian, pemilihan subjek penelitian tidak dimaksudkan untuk mencari persamaan yang mengarah pada pengembangan generalisasi, melainkan untuk mencari informasi secara rinci yang sifatnya spesifik yang memberikan citra khas dan unik. Kriteria pertama adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni di dalam dan di luar sekolah,
86
wawancara di rumah, wawancara di kantor, wawancara formal dan informal, berkomunikasi resmi, dan berkomunikasi tidak resmi. Kriteria kedua, pelaku, yang dimaksud adalah orang terkait dengan konflik Yasmin. Kriteria ketiga adalah peristiwa, yang dimaksud adalah pandangan, pendapat dan penilaian tentang resolusi konflik antarumat beragama yang telah dilakukan di Yasmin. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah gereja Yasmin di kota Bogor Jawa Barat, hal ini berdasarkan pertimbangan, sebagai berikut: Penelitian ini mengambil lokasi di Gereja Yasmin di Kota Bogor, peneliti mengambil lokasi tersebut karena pertimbangan: 1. Berdasarkan perspektif PKn kasus Yasmin memperlihatkan adanya tidak ada sinkronisasi antara kebijakan di pemerintahan daerah dan di kebijakan di pemerintah pusat /Mahkamah Agung sehingga terjadi ketidakpastian hukum. 2. Konflik Yasmin
terjadi di tingkat negara antara wali kota dan
Mahkamah Agung. E. Teknik Analisa Data Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (1982:145) adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan apa yang telah ditemukan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif-induktif,analisis data dilakukan dengan mencari korelasi antara satu fakta dengan yang lain untuk menemukan pengertian
87
dan makna yang lebih tepat karena pada dasarnya fakta-fakta itu cenderung berserak dan fragmentaris. Identifikasi bagian-bagian, memahami relasi antar bagian,
memahami
hubungan
bagian
dengan
keseluruhan,
dan
mengungkapkannya merupakan kegiatan paling penting dalam analisis ini, termasuk di dalamnya melakukan interpretasi dan pemaknaan. Secara umum, untuk analisis data penelitian ini, peneliti melakukan tiga alur kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data kualitatif disederhanakan dan ditransformasikan dengan aneka macam cara, antara lain seleksi yang ketat, ringkasan atau uraian singkat, penggolongan dalam suatu pola yang lebih luas (Miles & Huberman, 1992:16-19). Penyajian data adalah susunan sekumpulan informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti berupaya menggunakan cara yang menggunakan naratif teks, bagan, dan grafik teks.
Analisis data
kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulan-kesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diversifikasi selama proses penelitian. Verifikasi tersebut berupa tinjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan, yang
88
mungkin berlangsung sekilas atau malah dilakukan secara seksama dan memakan waktu lama, serta bertukar pikiran para responden untuk mengembangkan intersubjektif. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, sehingga membentuk validitasnya (Miles & Huberman, 1992:19). Proses analisis data sebagaimana terurai di atas, digambarkan dalam bagan berikut:
Pengumpulan data Penyajian data Reduksi data Kesimpulan: Penarikan/verifikasi
Bagan 3.1Komponen-komponen Analisis Data (Miles & Huberman, 1992:20)
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi, maka alur analisis data mengikuti apa yang disampaikan Creswell (1998:147-150) sebagai berikut: 1. Peneliti memulai dengan mendeskripsikan secara menyeluruh pengalamannya. 2. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (dalam wawancara) tentang bagaimana orang-orang memahami topik, rinci pernyataan-pernyataan tersebut (horisonalisasi data) dan perlakuan setiap pernyataan memiliki nilai yang
89
setara, serta kembangkan rincian tersebut dengan tidak melakukan pengulangan atau tumpang tindih. 3. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam unit-unit bermakna (meaning unit), peneliti merinci unit-unit tersebut dan menuliskan sebuah penjelasan teks (textual description) tentang pengalamannya, termasuk contoh-contohnya secara seksama. 4. Peneliti kemudian merefleksikan pemikirannya dan menggunakan variasi imajinatif (imaginative variation) atau deskripsi struktural (structural description), mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui perspektif yang divergen (divergent perspectives), mempertimbangkan kerangka rujukan atas gejala (phenomenon), dan mengkonstruksi bagaimana gejala tersebut dialami. 5. Peneliti kemudian mengkonstruksikan seluruh penjelasannya tentang makna dan esensi (essence) pengalamannya. 6. Proses
tersebut
merupakan
langkah
awal
peneliti
mengungkapkan
pengalamannya, dan kemudian diikuti pengalaman seluruh partisipan. Setelah semua itu dilakukan, kemudian tulislah deskripsi gabungannya (composite description). F. Uji Validitas Data Penelitian Secara umum, untuk memeriksa keabsahaan data dalam penelitian kualitatif (Lincoln & Guba, 1985:290), peneliti menggunakan kriteria truth value, applicability,consistency, dan netrality yang sering juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability dan confirinbility.
90
Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik. Selain itu , peneliti juga melakukan triangulasi dengan melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Sesuai dengan konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini.Dalam uraian-uraian di bawah ini dijelaskan lebih jauh tentang pengujian keabsahan temuan penelitian. 1. Credibility (derajat kepercayaan–validitas internal) Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dapat dicapai dengan cara-cara: (1) peneliti cukuplama di lapangan; (2) triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahaan data dengan cara mengecek atau membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain; (3) peer debriefing (pembicaraan dengan kolega, termasukpembicaraan dengan rekan-rekan kuliah yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan peneliti), dan (4) melakukan member-check. 2. Transferability (derajat keteralihan – validitas eksternal) Konteks transferabilitas dalam penelitian ini yaitu, permasalahan
91
dalam kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan pemakai. Dalam hal ini, tugas peneliti adalah mendeskripsikan setting penelitian secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam dan rinci. Sedangkan tugas pemakai adalah menerapkannya jika terdapat kesamaan antara setting penelitian dengan setting penerapan. Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti yang tepat. 1. Dependability(derajat keterandalan) Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasiinterpretasi, rekomendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang seluruh proses dan hasil penelitian. 2. Confirmability(derajat penegasan-objektivitas) Dengan audit trial, peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan dilapangan sehingga dapat ditelusuri kembali, peneliti juga dapat melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing agar diperoleh penafsiran yang akurat.
92
Pada hakekatnya, teknik utama untuk menentukan derajat penegasan atau confirmability (objektivitas) adalah dengan cara melakukan audit-trail, baik terhadap proses maupun mendeteksi catatan-catatan lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali dengan mudah. Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi untuk memperoleh penafsiran yang akurat dan memperpanjang penelitian. Berdasarkan uraian diatas penulisan laporan penelitian memenuhi syarat ilmiah jika penelitiannya mempunyai kredibilitas yang tinggi dan hasilnya diterapkan oleh orang lain (aplikabilitasnya tinggi), serta mempunyai audibilitas dan confirmabilitas yang tinggi. Karena dalam pelaksanaan penelitian kualitatif hal ini harus terpenuhi untuk membedakan secara tegas fakta atau opini, maka penelitian kualitatif dapat dikatakan mempunyai nilai ilmiah atau memenuhi syarat ilmiah G. Tahap-Tahap Penelitian Secara garis besar, terdapat lima tahap proses yang dilalui yaitu: Persiapan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, pemeriksaan keabsahan atau validasi penelitian serta pengambilan kesimpulan hasil penelitian. Tahapan persiapan penelitian merupakan langkah awal dalam penelitian yang dilakukan dan dalam persiapan penelitian adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui signifikansi penelitian, rumusan dan batasan penelitian, kerangka penelitian dan hal lain yang dilakukan dalam tahap awal penelitian seperti yang telah dibahas pada Bab I. selain itu, pada studi pendahuluan ini pula, dilakukan pemilihan metode penelitian yang cocok dengan
93
topik yang dipilih serta tujuan penelitian yaitu metode dan pendekatan penelitian kualitatif. Pada tahap pengumpulan data, diawali dengan penentuan populasi dan sample penelitian yang relevan dengan karakteristik masalah yang diteliti. Selanjutnya
dilakukan
pengumpulan
data
dengan
menggunakan
teknik
wawancara, observasi dan kajian dokumentasi. Langkah ketiga adalah pengolahan dan analisis data. Dalam tahapan ini peneliti berupaya melakukannya sesegera mungkin setelah data terkumpul. Analisis dilakukan secara konsisten dan berulang dengan merujuk pada pertanyaan penelitian.