BAB III METODE
A.
Model Penelitian Penelitian ini menggunakan design Penelitian Eksperimen yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdapat lima kali pengulangan. Jenis rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
B.
Waktu dan Tempat Waktu: 2 bulan (September-Oktober 2016) Tempat: 1.
Penelitian dilakukan di green house kebun Biologi FMIPA UNY.
2.
Pengambilan hama Plutella xylostella dilakukan di sawah yang berada di bawah pengawasan Dinas Pertanian Kecamatan Berbah, Sleman yaitu Desa Purworejo, Pakem dan CV TOM Balangan, Wukirsari, Cangkringan.
C.
Objek Penelitian 1.
Tanaman sawi (Brassica juncea L.)
2.
Hama Plutella xylostella.
54
D.
Alat dan Bahan Alat:
17.
Ember
1.
Pot
18.
Sekop
2.
Sprayer
19.
Ayakan
3.
Timbangan
4.
Blender
5.
Solder
6.
Toples
7.
Cangkul
8.
Gunting
9.
Tray
10.
Kelambu
11.
Tongkat penyangga
12.
Pisau
13.
Erlenmeyer
14.
Kuas
15.
Kain kasa
16.
Botol plastik
Bahan : 1. Tembakau (daun) 2. Tanah 3. Air 4. Pestisida
kimia
(Dursban) 5. Kompos 6. Potongan genting 7. Hama
Plutella
xylostella 8. Benih tanaman sawi (Brassica juncea L.)
55
E.
Variabel 1.
Variabel bebas
: Variasi dosis pestisida nabati daun tembakau yang
masing-masing diambil dari larutan starter. Variasi dosis pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotina tabacum) adalah sebagai berikut: P0: Perlakuan kontrol air (0%) P1: Perasan daun tembakau 2,5% P2: Perasan daun tembakau 5% P3: Perasan daun tembakau 7,5% P4: Perasan daun tembakau 10% P5: Pestisida kimia (Dursban) 2.
Variabel terikat: Persentase mortalitas Plutella xylostella, jumlah pupa hama Plutella xylostella, tingkat kerusakan daun sawi dan berat basah tanaman sawi (Brassica juncea (L.))
3.
Variabel kontrol: Cara pembuatan pestisida nabati, umur hama Plutella xylostella, umur bibit sawi dan media tanam sawi, tanaman sawi varietas tosakan.
F.
Cara Kerja 1.
Persiapan Media Semai Media semai yang digunakan adalah tanah. Tanah yang akan digunakan diayak menggunakan ayakan tanah terlebih dahulu. Tanah tersebut dimasukan kedalam tray dengan volume tanah mencapai ¾ volume tray.
56
2.
Penyemaian Biji Sawi Benih sawi di beli di toko Tani Maju. Biji disemai di atas media yang telah dipersiapkan sebelumnya, setiap lubang didalam pot tray diisi dengan biji sawi sebanyak 2-3 biji. Selanjutnya persemaian disiram secara teratur pada pagi dan sore hari. Proses pernyemaian ini berlangsung selama 20 hari.
3.
Persiapan media Tanam Media yang digunakan adalah campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1 kemudian di homogenkan. Sebelum campuran tanah dan kompos dimasukan, pada dasar pot diletakkan pecahan genting, hal ini bertujuan agar sirkulasi air tetap lancar. Ukuran pot yang digunakan berdiameter 30cm. Kemudian campuran tanah dan kompos dimasukan kedalam pot dengan jumlah berat 3kg.
4.
Penanaman sawi Setelah 21 hari tanaman sawi di semai, tanaman sawi dipilih sebanyak 30 tanaman dengan ukuran yang sama (tinggi tanaman dan jumlah daun) kemudian ditanam dalam pot untuk digunakan sebagai media penelitian. Dalam satu pot terdapat satu tanaman sawi. Tanaman sawi ini disiram setiap hari pada pagi dan sore hari.
57
5.
Penyiapan Hama (Plutella xylostella) Larva hama (Plutella xylostella) sebagai bahan uji didapat dari sawah di bawah pengawasan Dinas Pertanian Kecamatan Berbah, Sleman. Jenis larva yang diambil untuk penelitian adalah jenis larva yang telah mencapai tahap instar 3, karena pada fase larva hama ini dinilai paling rakus memakan daun sawi.
6.
Pembuatan Larutan Pestisida Nabati dan Perlakuan Kontrol Pembuatan pestisida nabati
menggunakan daun tembakau sebagai
starter dengan takaran 100gr daun tembakau dalam 1000ml air (Mujib, Abdul. 2014: 69). Daun dicuci kemudian ditambahkan air sebanyak satu liter dan diblender. Setelah itu disaring agar tidak terdapat kotoran yang menyumbat sprayer dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu diambil untuk masing-masing dosis perlakuan, yaitu 10% (100ml starter dilarutkan dalam 900ml air), 7,5% (75ml starter dilarutkan dalam 925ml air), 5,0% (50ml starter dilarutkan dalam 950ml air), 2,5% (25ml starter dilarutkan dalam 975ml air) dan untuk perlakuan kontrol pestisida kimia melarutkan 2ml pestisida kimia Dursban ke dalam 1000ml air sesuai dengan petunjuk pada kemasan. 7.
Aplikasi Ulat dan Pestisida Nabati pada Sawi Ulat yang telah diperoleh kemudian dimasukkan satu per satu pada tanaman sawi yang telah berusia 21 hari setelah tanam. Setiap tanaman diberikan ulat sebanyak 5 ekor tiap tanaman.
58
Aplikasi ulat ini dilakukan pada sore hari karena saat sore hari ulat sudah mulai menyerang tanaman sawi. Larva dibiarkan selama satu hari tanpa pemberian pestisida. Setelah masuk hari ke dua, aplikasi penyemprotan pestisida nabati dilakukan. Penyemprotan pestisida nabati dilakukan sebanyak tiga kali pada tanggal 26 Oktober 2016, 28 Oktober 2016 dan 30 Oktober 2016. Penyemprotan dilakukan pada waktu sore hari pada pukul 15.00 hingga 17.00 (Julaily, Noorbetha. 2013:172). Setelah itu diamati setiap gejala yang timbul dari larva tersebut. Pengamatan dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2016, 29 Oktober 2016 dan 31 Oktober 2016. 8.
Panen Tanaman sawi dapat dipanen saat berusia 30 hari dengan ciri-ciri daun tanaman sawi telah memanjang agak membulat dan daun lebar kemudian sawi dibersihkan dan ditimbang berat basahnya (Permadi, 1996).
G.
Cara mengukur data 1.
Mortalitas hama Persentase hama yang mati dapat dihitung dari jumlah ulat yang mati pada setiap perlakuan. Persentase dapat dihitung dengan rumus (Amalia.2004): Persentase hama mati =
(
) (
59
)
x 100%
Pengamatan
dilakukan
setiap
hari
dengan
melihat
dan
memperhatikan ulat yang mati selama kurun waktu tujuh hari setelah aplikasi ulat dalam tanaman sawi tiap pot.
2.
Pembentukan Pupa Pengamatan dilakukan sehari setelah aplikasi pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotina tabacum) yaitu pada tanggal 27, 29 dan 31 Oktober 2016. Pegamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pupa yang terbentuk. Persentase larva yang menjadi pupa dihitung dengan rumus: Persentase pupa =
3.
(
)
x 100%
Tingkat kerusakan daun sawi Pengukuran dilakukan menggunakan kertas Milimeter blok pada saat panen.
4.
Berat basah sawi. Pengukuran berat basah sawi dilakukan dengan menimbang pada masing-masing perlakuan. Pengukuran berat basah sawi dilakukan langsung setelah tanaman sawi panen pada akhir penelitian. Hasil pengukuran akan dimasukan ke dalam tabel.
60
H.
Rancangan Analisis Data mortalitas, pembentukan pupa, tingkat kerusakan daun sawi dan berat basah tanaman sawi dianalisis dengan uji ANOVA (Analysis of Variance). Hasil uji ANOVA yang berpengaruh atau berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf nyata 5% (Hanafiah, 2004).
61