BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Konsep Diri Anak Jalanan usia Remaja. Bungin (2008), menjelaskan bahwa metode pengumpulan data penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengungkap dan menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan konsep diri anak jalanan usia remaja lebih mendalam. Peneliti berupaya untuk melakukan pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya, dan selanjutnya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati peneliti berkaitan dengan konsep diri anak jalanan. Dengan demikian dipilihlah metode kualitatif sebagai metode yang mampu menjabarkan dan mengaksplorisasi hasil pengamatan di lapangan yang diperoleh dari kegiatan observasi, dan wawancara yang dilakukan pada anak jalanan usia remaja.
3.1. Jenis Penelitian Sugiyono (2008), mengungkapkan bahwa dalam penelitian ilmu sosial, terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dilihat dari tujuannya, pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menghitung dan mengukur alat yang diteliti sedangkan pendekatan kualitatif berusaha untuk menangkap definisi, deskripsi, serta makna suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi pada diri seseorang. Menurut Moleong (2004), adanya perbedaan dalam kelebihan dan kekurangan masingmasing pendekatan menyebabkan munculnya alternatif pemilihan metode yang sesuai untuk
digunakan dalam suatu penelitian. Melihat semua perbedaan, kelbihan dan kekurangan masingmasing pendekatan juga dikaitkan dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitiannya. Pendekatan ini dinilai karena pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang berusaha untuk memahami diri manusia dari sudut pandang manusia itu sendiri.
3.2. Pendekatan Kualitatif Poerwandari (2009), menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif. Pendekatan kualitatif juga memungkinkan peneliti mempelajari isu-isu tertentu secara mendalam dan mendetail dan pengumpulan datanya pun tidak dibatasi pada kategori tertentu saja. Yang dihasilkan dan diolah pada pendekatan kualitatif sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan sebagainya. Menurut sugiyono (2008), pendekatan kualitatif member otonomi sebesar-besarnya kepada peneliti dalam mengembangkan proses-proses mental yang terjadi antara peneliti dan objek penelitian. Fenomena yang terjadi dalam penelitian membutuhkan proses-proses mental peneliti untuk memaknakannya. Peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki tingkat kristisme yang lebih dalam semua proses penelitian. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Analisa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angkaangka tetapi mendeskripsikan secara jelas dan terperinci serta memperoleh data yang mendalam
dari fokus penelitian. Penelitian kualitatif selalu berusaha mengungkap suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Hasil penelitian diarahkan dan ditekapkan pada upaya member gambaran seobyektif dan sedetail mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek studi.
3.3. Subjek Penelitian Menurut Poerwandari (2009) penelitian kualitatif berfokus pada kedalaman dan juga proses penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus yang sedikit. Patton (dalam Poerwandari,2009) mengatakan bahwa pedoman pengambilan sampel pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan akan mengambil subjek sebanyak yang mungkin dapat diwawancara, terdiri dari anak jalanan yang sehari-hari tinggal di jalanan, maupun hanya mencari bekerja di jalanan. 3.3.1. Karakteristik Subjek Sunjek dalam penelitian ini, dipilih berdasarkan karakteristik yang sesuai dengan judul penelitian yang diambil, yaitu: 1. Anak jalanan baik wanita, maupun pria 2. Anak jalanan yang berkategori (children of street) dan ( children on street) 3. Pendidikan minimal SD, karena diharapkan bisa menjawab pertanyaan dengan baik. 4. 4 anak jalanan remaja berusia 13-17 tahun 5. Berdomisili di Jakarta, dengan alasan membatasi ruang lingkup penelitian.
5.3.2. Prosedur Pengambilan Subyek
Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 2009), prosedur untuk penentuan subyek dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik (1) diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, (2) tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, dan (3) tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah/peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks.
3.3.3. Jumlah Subyek Penelitian Moleong, (2004), mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang fokusnya adalah pada kedalaman dan proses. Cenderung dilakukan dalam jumlah kasus yang sedikit. Jumlah partisipan sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui penelitian, tujuan penelitian, konteks pada saat itu, serta apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan partisipan yang tersedia (Poerwandari,2009). Subjek yang peneliti gunakan berjumlah enam orang, hal ini karena informasi yang didapatkan dari enam subjek sudah cukup menjawab semua informasi yang dibituhkan. Peneliti mendapatkan informasi subjek penelitian ini dari sebuah lembaga yang menaungi anak-anak jalanan.
5.4.
Metode Pengumpulan Data Hassan (dalam Sobur, 2003), mendefinisikan metode sebagai cara atau jalan. Dalam
konteks ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Poerwandari (2009), metodologi mengacu pada model yang mencakup prinsipprinsip teoritis maupun kerangka pandang yang menjadi pedoman mengenai bagaimana riset akan dilaksanakan dalam konteks paradigma tertentu.Secara literatur, metodologi berarti ilmu
tentang metode-metode,berisi standar dan prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman penelitian. Metodologi menerjemahkan prinsip-prinsip dari suatu paradigma ke dalam bahasa penelitian,dan memperlihatkan bagaimana dunia dapat dijelaskan, didekati dan dipelajari. Istilah metode menjelaskan sesuatu yang lebih sempit,yakni tentang cara yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti empiris. Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 2009), metode pengumpulan data dapat berupa wawancara berstruktur,kuesioner berskala,wawancara mendalam, diskusi, pengumpulan data dokumen ataupun cara lain. Bungin (2008), menjelaskan bahwa metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data. Menurut Sugiyono (2008), berdasarkan manfaat empiris,bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling indepeden terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam,observasi partisipasi,bahkan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet.
3.4.1. Wawancara menurut Banister,dkk (dalam Poerwandari, 2009) wawancara adalah percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu yang berkenaan dengan topic yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksporasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Menurut Bungin (2008), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Yate (2009), mengatakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Menurut Popovich (2001), wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang orang lain, dengan tujuan penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Lincoln dan Guba (dalam Yate, 2009), mengemukakan bahwa tujuan wawancara antara lain mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Dalam bidang psikologi wawancara dapat digunakan untuk mencapai dua tujuan utama, yaitu pengukuran psikologis dan pengumpulan data penelitian. Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dengan responden. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstuktur merupakan wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan disajikan, namun tidak langsung menanyakan pada sasaran pertanyaan inti dalam penelitian (Moleong,2004). Wawancara semi terstruktur dilakukan karena hampir semua subjek merasa kaku dan tidak terlalu nyaman karena sifat pertanyaannya terkesan formal dan serius.
3.4.2. Observasi
Observasi barangkali menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam suatu penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses pengamatan. Beberapa penelitian, baik kualitatif maupun kuantitatif, mengandung aspek observasi di dalamnya (Moleong,2004). Menurut Rahayu dan Tristiadi (2004), istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti
“melihat”
dan
“memperhatikan”.
Istilah
observasi
diarahkan
pada
kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencacat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar-aspek dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratorim (eksperimental) maupun konteks ilmiah. Sugiyono (2008), mengatakan bahwa observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra lainnya. Bungin (2008), mengemukakan bahwa metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Menurut Poerwandari (2009), observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang selidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan,baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes. Menurut Rahayu dan Tristiadi (2004), observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Justru
karena observasi selalu terlibat dalam proses pengambilan data, observasi kadang dianggap dapat dilakukan oleh siapa pun. Dalam penelitian ini, metode observasi merupakan metode pendukung dalam memperoleh data. Peneliti hanya bersikap sebagai pengamat selama proses pengambilan data.
1.5.
Alat Bantu Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat bantu penelitian berupa pedoman
wawancara, informed consent, lembar pencatatan observasi, serta sebuah alat perekam. Alat-alat tersebut diharapkan dapat membantu peneliti dalam memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan relevan. •
Pedoman Wawancara Popovich (2001), menyatakan bahwa pedoman wawancara berguna untuk memandu
peneliti dalam melakukan proses wawancara dengan responden guna mendapatkan informasi yang diperlukan sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya Yate (2009), menjelaskan bahwa jika penelitian yang bersifat ekploratif tidak menggunakan metode wawancara sebagai pedoman penelitian, maka data dan informasi yang diperoleh disinyalir tidak memenuhi kualifikasi dari penelitian yang telah ditetapkan. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
•
Alat perekam
Alat perekam dapat menjadi alat bantu efektif karena dapat merekam semua percakapan atau pembicaraan, sehingga dalam pelaksanaannya peneliti tidak perlu sibuk mencatat jawaban dari subjek yang bersangkutan. Melalui bantuan alat perekam, diharapkan proses wawancara dapat berjalan dengan lancer dan peneliti dapat berkonsentrasi penuh dengan isi wawancara. Alat perekam ini baru akan digunakan setelah peneliti mendapat izin dari subjek. Karena hal ini menyangkut etika penelitian.
•
Buku catatan Buku catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada subjek yang
bersangkutan selama wawancara berlangsung. Perlu diperhatikan dalam mencatat jangan sampai subjek merasa terganggu atau hilang konsentrasi.
•
Informed concent Merupakan lembar persetujuan yang diberikan sebelum di adakannya penelitian dan
ditandatangani oleh partisipan responden yang merupakan pengesahan dari mereka untuk dilakukan penelitian kepada subjek penelitian.
3.6.
Prosedur Penelitian
3.6.1. Tahap Persiapan Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain: menentukan topic atau permasalahan, mencari informasi dan data mengenai permasalahan, merumuskan masalah
penelitian, membentuk skema penelitian, menyusun pedoman wawancara, mencari subjek dan tempat penelitian, dan melakukan penelitian berupa wawancara terhadap subjek. 1.6.2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi yang akan dilakukan pada awal bulan Desember 2012. Pemilihan subjek didasarkan pada tujuan penelitian, yakni Konsep diri anak jalanan usia remaja maka peneliti memerlukan data berupa latar belakan anakanak jalanan yang berusia remaja. Untuk mendapat informasi yang lengkap dan sistematis, maka peneliti menggunakan metode kualitatif. 1.7.
Tahap Analisa Data Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2008) analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam tahap analisa data, peneliti melakukan triangulasi. Teknik triangulasi yang peneliti pakai adalah teknik triangulasi data. Rahayu dan Tristiadi (2004) menyebutkan bahwa teknik triangulasi data dilakukan dengan maksud agar dalam pengumpulan data peneliti dapat menggunakan multi sumber data. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan dengan sumber lainnya. 1.7.1. Jenis Analisis Pada penelitian ini menggunakan analisis intra kasus dan antar kasus. Pada analisis intra kasus penelitian hasil wawancara subjek dan
menghubungkan dengan teori yang dipakai.
Sedangkan pada penelitian antar kasus penelitian membandingkan hasil wawancara subjek dengan teori dan dapat mengelompokkan jawaban-jawaban yang berbeda yang dimunculkan individu pada pertanyaan yang sama.