BAB III MATERI PENGANTAR 3. Dunia Desain Grafis Pekerjaan desain grafis menuntut pemahaman terhadap esensi dunia visual, seni (estetika), cita rasa dan kreatifitas. Sebab desain grafis menerapkan elemen-elemen dan prinsip-prinsip desain (komposisi) dalammemproduksi sebuah karya visual seperti halnya pada desain logo dan pengalikasiannya kedalam media promosi. Desai grafis menerapkan beberapa prinsip, yakni : Kesederhanaan, Kesimbangan, Kesatuan, Penekanan, dan Repetisi. Sedangkan elemen-elemen yang diusungnya meliputi Gars, Bentuk, Ruang, Tekstur, dan Warna. Dan pada akhirnya sang penikmat karya visual akan memberikan penilaian, seperti apa yang dikatakan Kant: Nilai Estetis dan Nilai Ekstra. Nilai estetis diperoleh melalui penggunaan elemen-elemen dan prinsip-prinsip. Sedangkan nilai ekstra muncul : gerakan (animasi), percepatan, lambaian, suasana panas, atmosfer, tenang dan lain sebagainya. Desain adalah salah satu cara penyampaian pesan yang ingin disampaikan dalam media cetak yang dapat mempengaruhi para konsumen atas pesan yang disampaikan seperti himbauan, ajakan dalam suatu desain undangan dan poster. Seorang desainer grafis profesional harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas, serta mampu menganalisa dan memecahkan masalah secara visual. Komputer dan printer yang up-to-date merupakan teknologi modern yang hanya berfungsi sebagai sarana peningkatan produktivitas. Desainer grafis dengan kemampuannya dapat mempengaruhi orang, khalayak termasuk kelompok target untuk memberi tanggapan positif terhadap pesan visual dengan menggunakan tipografis, simbolisme, ilustrasi, dan fotografi untuk berkomunikasi secara visual. Adapun dalam melakukan aktifitasnya, desainer grafis tidak luput dari teoriteori desain yang pernah ia dapatkan di bangku perkuliahan, seperti prinsip dan elemen desain. 3.1 Elemen Dan Unsur Desain
Elemen atau unsur merupakan bagian dari suatu karya desain. Elemenelemen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki sikap tertentu terhadap yang lain, misalnya sebuah garis mengandung warna dan juga memiliki style garis yang utuh, yang terputus-putus, yang memiliki tektur bentuk, dsb. Elemen-elemen seni visual tersusun dalam satu bentuk organisasi dasar prinsip-prinsip penyusunan atau prinsip-prinsip desain. Dalam hal ini, susunan tersebut sering kali dijadikan dasar pertimbangan atas suatu kritik seni. Seorang desainer, dengan nalar dan perasaannya, membagun emosinya. Secara bersamaan, elemen-elemen itu dapat pula memancing berbagai sensasi. Menimbulkan persepsi yang merangsang, memberi sugesti, dan memperkaya imajinasi orang yang melihatnya. Desainer yang baik adalah seorang pembangun yang lengkap dengan segala persiapannya. Sejumlah bahan-bahan, materi kuantitas, dan elemen-elemennya terdiri dari garis, bidang, ruang, terang-gelap, bayangan, warna tone, serta tekstur. Perancangan dua dimensi akan membentuk “area”, sedangkan perancangan tiga dimensi membentuk “volume”. Dengan demikian, diperlukan persiapan menggunakan seperangkat peranti untuk membentuk rancangan tersebut. Dalam hal lain, peranti tersebut dapat disamakan dengan “bahasa”, yaitu “bahasa seni” yang berfungsi sebagai alat komunikasi serta sebagai alat pembentuk organisasi desain. Untuk dapat mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa untuk yang membentuknya yaitu : a. Titik Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya
relatif
kecil,
dimana
dimensi
memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu.
b. Garis
Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi yang memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan. Garis memiliki sifat seperti pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, lengkung, berombak, putus-putus, bertekstur dan sebagainya. Goresan suatu garis memiliki arti/ kesan sebagai berikut: - Garis tegak: kuat, kokoh, tegas, dan hidup. - Garis datar: lemah, tidur, dan mati - Garis lengkung: lemah, lembut, mengarah - Garis patah: tegas, tajam, hati-hati, naik turun - Garis miring: sedang, menyudutkan - Garis berombak: halus, lunak, berirama c. Bidang Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam
kepadatan
tertentu,
dan
dapat
pula
dihadirkan
dengan
mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih. d. Ruang Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih
mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.
e. Warna Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahan mendasar dari warna di antaranya adalah hue (spektrum warna), saturation (nilai kepekatan), dan lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut memiliki nilai 0 sampai 100. hal yang paling menentukan adalah lightness. Jika ia bernilai 0, maka seluruh palet warna akan menjadi hitam(gelap tanpa cahaya), sebaliknya jika lightness bernilai 100, warna akan berubah menjadi putih, alias tidak berwarna karena terlalu silau. Pada nilai 40 hingga 60 kita akan melihat warna-warna yang jelas. f. Tektur Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi kasar dan halus, dengan kesan pantul : mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya menjadi tekstur nyata dan tekstur. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila suatu permukaan terlihat kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Sementara itu, pada tekstur semua terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila dilihat tampak kasar, tetapi ketika diraba terasa halus. TEORI TENTANG WARNA Teori Brewster Teori Brewster menyatakan bahwa warna pokok (primer) adalah warna yang dapat berdiri sendiri dan bukan merupakan hasil percampuran dengan warna lain. Sementara itu, warna yang berasal dari percampuran antara dua warna pokok disebut warna sekunder. Warna pokok terdiri dari warna merah,
kuning, dan biru. Warna sekunder adalah warna hijau, jingga, dan ungu. Warna hijau dihasilkan dari campuran warna biru dan kuning, warna jingga diperoleh dari campuran warna merah dan kuning, sedangkan warna ungu diperoleh dari campuran warna merah dan biru. Warna yang diperoleh dari percampuran antara wanra primer dan warna sekunder disebut warna tertier. Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut memampukan Herbert Ives untuk menciptakan lingkaran warna. Teori tersebut kemudian banyak diikuti orang, terutama mereka yang berkecimpung dalam bidang seni rupa. Teori Brewster Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek fisik dan psikis. Teorinya menyatakan bahwa warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila. WARNA DALAM DUNIA KOMPUTER Warna dalam sistem komputer sangat berbeda. Kita tidak hanya menemui warna-warna sebagaimana yang kita temui pada dunia nyata, tetapi sistem warna digital akan mampu memberikan nuansa warna yang lebih luas lagi yang berjumlah hingga jutaan.
1. Additive Color (RGB) Warna Additive dibuat dengan bersumber pada sinar. Sebagai contoh yang mudah, bola lampu memancarkan sinar yang secara umum disebut sinar putih. Namun, jika bola lampu itu kita letakkan di balik kaca
yang berwarna biru, maka sinar yang memancar seolah berwarna biru. Jika warna kacanya diganti dengan warna kuning, sinarnya pun akan berubah menjadi kuning. Spotlight panggung pertunjukan juga demikian. Warna-warna dihasilkan dari filter yang terpasang di depan sumber sinar. Pesawat televisi maupun monitor komputer menggunakan sistem yang sama, yakni Additive Colors. Sumber sinar dari kedua alat tersebut difilter dengan komponen warna merah, hijau, dan biru (Red, Green, Blue). Ketiga warna itu selanjutnya akan menghasilkan spektrum warna yang dapat kita tonton, baik melalui jenis monitor atau TV Cathode Ray Tube (CRT) maupun Liquid Cristal Display (LCD). Selanjutnya, saat bekerja dengan komputer (tentu saja melalui layar monitor), Anda harus mengingat 3 konsep berikut. Kombinasi antara 3 komponen warna, yakni warna Merah, Hijau, dan Biru yang dimaksimalkan (diberi intensitas yang maksimal) akan menghasilkan warna putih. Sebaliknya, jika 3 komponen tersebut dikombinasikan clan intensitasnya dikurangi hingga habis, maka akan dihasilkan warna hitam. Hal itu sama seperti jika suatu sinar ditutup dengan rapat dan menghasilkan kegelapan. 2. Substractive Color (CMYK) Warna Substractive secara umum bisa dikatakan sebagai warna yang dapat dilihat mata kita karena adanya pantulan cahaya. Dengan demikian, warna yang tertangkap mata kita bukanlah merupakan sumber cahaya yang dipancarkan oleh permukaan benda berwarna itu. Sebagai contoh yang mudah dipahami, lampu spotlight yang diarahkan ke tembok bercat kuning akan memantulkan cahaya kuning ke mata kita. Hal itu bisa terjadi jika semua warna akan diserap oleh cat, kecuali warna kuning. Sementara itu, tembok itu sendiri tidak memancarkan warna apa pun. Hal tersebut terbukti dengan dipadamkannya lampu spotlight sehingga tembok itu tidak berwarna, alias gelap. Dalam penyebutan warna, gelap disebut hitam. CMYK adalah kependekan dari komponen warna dasar Cyan (Biru muda), Magenta (Merah), Yellow (Kuning), dan Black (Hitam). Warna-warna tersebut juga dipergunakan dalam proses pencetakan offset maupun printer
komputer. Dari keempat warna tersebut, Anda dapat mempergunakan nuansa persentase masing-masing warna, misalnya Cyan 10%, Cyan 20% hingga 100% akan menampilkan warna biru muda, agak tua, hingga biru 100%. Atau mencampur warna biru 10% dengan warna kuning 10%. Komposisi dalam Desain Untuk menghasilkan sebuah karya desain grafis yang bagus, perlu diperhatikan masalah komposisi. Komposisi adalah pengorganisasian unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya desain grafis secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian dengan keseluruhan.
Komposisi
yang
harmonis
dapat
diperoleh
dengan
mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip komposisi yang meliputi kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras, fokus (pusat perhatian), serta proporsi. a. Kesatuan (unity) Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan pada keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun kaitannya dengan ide yang melandasinya. Kesatuan diperlukan dalam suatu karya grafis yang mungkin terdiri dad beberapa elemen di dalamnya. Dengan adanya kesatuan itulah, elemenelemen yang ada saling mendukung sehingga diperoleh fokus yang dituju. Keseimbangan (balance) b. Irama (ritme) Irama merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Irama merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama. Desain grafis mementingkan interval ruang atau kekosongan atau jarak antar obyek. Misalnya jarak antarkolom. Jarak antar teks dengan tepi kertas, jarak antar 10 foto di dalam satu halaman dan lain sebagainya. c. Kontras
Kontras di dalam suatu komposisi diperlukan sebagai vitalitas agar tidak terkesan monoton. Tentu saja, kontras ditampilkan secukupnya saja karena bila terlalu berlebihan, akan muncul ketidakteraturan dan kontradiksi yang jauh dari kesan harmonis. d. Fokus (Point of interest) Fokus atau pusat perhatian selalu diperlukan dalam suatu komposisi untuk menunjukkan bagian yang dianggap penting dan diharapkan menjadi perhatian utama. Penjagaan keharmonisan dalam membuat suatu fokus dilakukan dengan menjadikan segala sesuatu yang berada di sekitar fokus mendukung fokus yang telah ditentukan. Jenis – jenis Gambar Dalam membuat logo khusunya masuk dalam tahap proses rough desain yaitu sudah melalui tahan pembuatan logo secara digital melalui komputer, sangatlah penting terlebih dahulu menentukan jenis gambar yang akan dipakai nanti. Pada umumnya logo di buat dalam format gambar berbasis vektor karena mempunya ukuran gambar yang tidak terbatas seperti halnya pada gambar bitmap. Untuk lebih jelasnya berikut adalah jenis gambar. 1. Bitmap Bitmap adalah suatu gambar yang tersusun atas dari pixel dan berkaitan dengan resolusi ketajaman gambar. Beberapa hal yang berkaitan dengan Bitmap adalah: Pixel (Picture Element) Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer, maka gambar tersebut sesungguhnya adalah kumpulan dari ribuan titik-titik yang sangat kecil dan tiap-tiap titik tersebut memiliki warna tertentu. Titik-titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai resolusi. Dan resolusi itulah yang mementukan kualitas dari gambar yang dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer umumnya mempunyai resolusi 72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh: gambar yang berukuran satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel. Misalnya gambar tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah pixel keseluruhan adalah tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah resolusinya, yaitu 51844 : 100 = 5,184 pixel per cm. Berarti jika suatu gambar
diperbesar
maka
resolusinya
akan
semakin
kecil
dan
mengakibatkan gambar menjadi tidak tajam. Semakin tinggi resolusi suatu gambar maka akan semakin tinggi kemampuan perbesarannya. Intensitas Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warna-warna tertentu dan jumlah warna yang dimiliki oleh suatu gambar dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high color, 16 juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih (black and white). Semakin banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan semakin bagus. Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis filenya. Misal file gambar yang berekstensi .jpg akan
memiliki maksimum 16 juta warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki jumlah warna maksimum 256.
2. Vektor Grafik
Gambar Vector
Gambar Bitmap
Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan gambarnya tidak dengan menggunakan pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang didefinisikan dalam persamaan matematis yang disebut vector. Misal untuk menggambar lingkaran, maka didefinisikan persamaan matematis dari lingkaran sehingga membentuk garis pembatas lingkaran. Di dalam garis pembatas tersebut diberi warna sehingga terbentuklah lingkaran. Kedua cara perpresentasian gambar tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk merepresentasikan gambar yang sangat kompleks dan detail. Tetapi
kekurangannya adalah ukuran filenya tergantung dari ukuran gambar dan resolusinya. Jika file bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan berkurang.
Sedangkan
pada
vector
grafik
ukuran
gambar
tidak
mempengaruhi ukuran file. Jika gambar diperbesar maka ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran file dari gambar vector grafik dipengaruhi oleh kompleksitas dari persamaan vector yang digunakan. Misal ada dua gambar yang besarnya sama. Gambar yang pertama adalah gambar lingkaran sedangkan gambar yang kedua adalah gambar tali yang melingkar tidak beraturan. Ukuran file gambar tali akan lebih besar daripada gambar lingkaran. Kekurangan dari vector grafik tidak mampu menampilkan secara detail dari kompleks. Perangkat lunak untuk image editor yang menggunakan gambar jenis bitmap antara lain adobe photoshop, corel photopaint. Sedangkan yang menggunakan gambar vector grafik antara lain corel draw, adobe illustrator, FreeHand, macromedia flash. Dari kelebihan dan kekurangan kedua jenis gambar
tersebut,
maka
sebelum
mendesain
suatu
obyek
perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu tujuan dari pembuatan obyek tersebut. Materi Promosi (Pos Materials) Setelah perancanagan logo selesai, makan dalam melaksanakan suatu acara diperlukannya suatu media informasi tentang acara tersebut yang ingin disampaikan kepada orang lain, media tersebut dikenal dengan Point of Sale Materials (POS Material) yang memiliki bentuk dan ukuran yang beragam diantaranya: 1. Leaflet Yaitu sebuah media publikasi yang berbentuk dua lipaatan atau lebih, yang biasanya berisi tentang uraian dari informasi yang ingin disampaikan, seperti detail produk isi acara kegiatan dan sebagainya. 2. Brosur Media cetak yang terdiri dari beberapa halaman yang dijilid menyerupai buku. 3. Poster
Media informasi yang dicetak dalam ukuran besar yang berisi pesan singkat dan biasanya di susun dengan beberapa gambar untuk menarik perhatian. 4. Undangan Format media cetak yang berisi tentang ajakan untuk menghadiri dalam suatu acara, sifatnya personal dan pribadi. 5. Iklan majalah Media informasi yang diterbitkan di halaman majalah, dengan tujuan agar setiap khalayak yang membaca majalah mengetahui informasi tersebut. 6. Merchandise / Souvenir Bentuk hadiah atau cinderamata dalam beragam bentuk seperti, kaos, gantungan kunci, pulpen, kipas, shopping bag dll.
TATA LETAK (LAYOUT) Proses pembuatan tata letak adalah merangkaikan unsur-unsur desain menjadi suatu susunan yang menyenangkan dan dapat mencapai tujuan. Dalam melakukan proses ini diperlukan sense of art kita, karena itu harus dirancang dengan teliti dan seksama. Begitu halnya pada pembuatan material promotion seperti undangan, poster, iklan dll. Langkah pertama penyajian secara visual adalah hasil pemikiran yang meyangkut keputusan tentang ; 1. gagasan-gagasan yang kemudian dinyatakan dengan kata. 2. unsur-unsur yang akan di pakai (perlu atau tidaknya) unsur desain dalam suatu desain. 3. pentingnya hubungan gagasan dan unsur secara relatif. 4. urutan penyajian. Langkah-langkah proses Tata letak A. Tata letak Miniatur Pada mulanya desainer melakukan dengan gaya tata letak miniatur dengan ukuran yang bebas tetapi masih dilihat ukuran yang biasanya berbanding tertentu sesuai dengan ukuran yang sebenarnya (dalam skala). Sketsa kecil atau miniatur mempunyai tiga keuntungan:
a. Merupakan sarana ekonomis untuk menguji berbagai rancangan tata letak. b. Karena dapat dikerjakan dengan cepat, perancang bebas membuat percobaan yang tidak berhasil. Bila dibuat dengan ukuran penuh atau ukuran sesungguhnya, itu akan memakan waktu dan tenaga, dan akibatnya agak segan untuk membuang percobaan yang gagal. c. Pelaksanaan miniatur menimbulkan gagasan-gagasan lebih lanjut. Meskipun sketsa pertama dan kedua menemui sasarannya, tetapi dapat menghangatkan proses kreasi dan mendorong arus gagasan yang lebih produktif.
Contoh tata letak miniatur
B. Tata letak Kasar Tata letak miniatur yang terbaik diperbesar ukurannya menjadi tata letak kasar sebesar ukuran yang sesungguhnya. Ini dilakukan untuk percobaan, mungkin dibuat beberapa rancangan untuk diadakan revisi ataupun perubahan yang rancangannya menyerupai susunan yang sesungguhnya. Judul ditandai dengan huruf sebesar ukuran sebenarnya, Ilustrasi seringkali disketsakan secara cepatcepat tetapi juga dapat dirancangkan seperti dalam tata letak miniatur. Penempatan unsur-unsur harus sedemikian tepatnya sehingga pencetak dapat bekerja dari rancangan kasar dalam menyusun atau mewajah barang cetakan. Merancang tata letak dapat dikerjakan lebih sederhana dengan peralatan yang dibuat untuk keperluan tertentu. Kertas yang digunakan sebaiknya menggunakan kertas bond yang tembus sinar yang lebih dikenal sebagai kertas lay-out/tata letak. Juga diperlukan grafit lunak, arang dan pensil perujung pahat juga mistar
yang ada ukuran dalam inci, pika dan garis akik. Pensil yang dipergunakan sebaiknya menggunakan B atau 4 B, pensil nerujung pipih-pahat baik sekali untuk membuat huruf dan tekniknya mudah dipelajari.
Contoh tata letak kasar
C. Tata letak Komperhensif Tata
letak
komprehensif
ialah
tata
letak
yang
pasti,
memperlihatkan bagaimana wajah hasil akhir itu nantinya. Ilustrasinya seperti rupa pada judul-judul dan baris-baris utamanya ditandai secara tepat. Jenis komprehensif disiapkan dengan percobaan jenis susunan ditempelkan pada posisinya, bagi pemesan yang biasanya lebih menyukai penyajian yang telah lebih tepat dari pada yang masih kasaran. Susunan tata letak komprehensif hanya sekedar menunjukan gambaran impresif, kesan pandangan sekilas sehingga orang yang melihatnya dapat membayangkan bagaimana kira-kira kalau sudah jadi dalam bentuk barang cetakan. Yang penting adalah gambaran keseluruhan termasuk jenis huruf, besarnya huruf yang digunakan, cara penyusunanya bersama atau tanpa ilustrasi dan juga warna sekaligus.
Contoh gambar komprehensif
D. Gambar kerja final artwork Sesudah tata letak komprehensif disetujui untuk dilaksanakan dalam produksi cetak masih perlu dipersiapkan apa yang dinamakan “gambar kerja” (artwork). Pembuatannya sudah tentu harus disesuaikan dengan tata letak komprehensifnya. Gambar kerja yang baik, dilakukan dengan cermat, rapi dan bersih karena dengan demikian akan memperlancar penanganan di bagian pemotretan.
Contoh gambar kerja (final artwork)
Tipografi Tipografi
merupakan
representasi
visual
dari
sebuah
bentuk
komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki
potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata.
Energi
ini
dapat
dimanfaatkan
secara
positif
apabila
dalam
penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, sertainteraksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya. Perjalanan desain dan gaya huruf latin mulai diterapkan pada awal masa kejayaan kerajaan ROMAWI. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukkan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani. Pada awalnya alfabet Latin hanya terdiri dari 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26. Kemajuan teknologi selanjutnya terjadi pada tahun 1984 ketika Adobe Systems merilis PostScript Font dan di tahun 1991 Apple Computer dan Microsoft Corporations mengeluarkan TrueType Font. Postscript Font dan TrueType Font adalah huruf elektronik atau yang disebut font. Huruf digital sesungguhnya berupa bahasa komputer yang berfungsi menerjemahkan kodekode untuk menghasilkan tampilan bentuk huruf yang sempurna baik di layar monitor amupun pada saat pencetakan. Saat ini dapat ditemukan bergam jenis huruf digital yang digunakan dalam program komputer.
Anatomi Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disebut dengan ground.
Jenis jenis Huruf Berikut ini bebera pa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig , antara lain sebagai berikut : 1. Serif / Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. 2. Serif
Sans
Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
3. Egyptian Adalah
jenis
huruf
yang
memiliki
ciri
kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
4. Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
5. Miscellaneous Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Dalam
pemilihan jenis huruf,
yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya. Seperti misalnya pada produk minyak wangi untuk wanita jarang yang menggunakan jenis huruf Egyptian karena berkesan kuat dan keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf Roman yang bernuansa klasik dan lembut sehingga cocok dengan karakter minyak wangi dan wanita.
TEORI CETAK Sejarah singkat mesin cetak
Mesin cetak digunakan untuk membuat banyak salinan halaman yang identik. Kini digunakan untuk mencetak buku dan surat kabar. Kini segalanya dilakukan secara otomatis. Saat mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg, ia harus meletakkan huruf bersama-sama. Tiap huruf ada di balok logam dalam sebuah bingkai. Lalu ia bisa memindahkan kertas dan tinta di atasnya, mirip seperti perangko. Huruf itu akan meninggalkan beberapa tinta di kertas itu. Bentuk pencetakan yang sangat sederhana dapat ditemukan di Cina dan Korea sekitar tahun 175 AD. Tampilan yang terbalik di atas kayu, dan kemudian perunggu telah dibuat di tahun ini. Alat ini kemudian dibubuhi tinta kemudian ditempatkan di atas secarik kertas dan digosok dengan lembut menggunakan sebuah tongkat bambu. Terobosan besar datang sekitar tahun 1440 oleh Johannes Gutenberg dari kota Mainz, Jerman. Gutenberg menciptakan sebuah metode pengecoran potongan-potongan huruf di atas campuran logam yang terbuat dari timah. Potongan-potongan ini dapat ditekankan ke atas halaman berteks untuk percetakan. Metode penemuan pencetakan oleh Gutenberg secara keseluruhan bergantung kepada beberapa elemennya diatas penggabungan beberapa teknologi dari Asia Timur seperti kertas, pencetakan dari balok kayu dan mungkin pencetakan yang dapat dipindahkan, ciptaan Bi Shen, ditambah dengan permintaan yang meningkat dari masyarakat Eropa untuk pengurangan harga buku-buku yang terbuat dari kertas. Metode pengetikan ini bertahan selama sekitar 500 tahun. Pada tahun 1424, perpustakaan Universitas Cambridge hanya memiliki 122 buku masing-masing mempunyai nilai setara dengan sebuah pertanian atau kebun anggur. Permintaan untuk buku-buku ini didorong dengan naiknya tingkat melek huruf di antara orang-orang kelas menengah dan mahasiswa di Eropa Barat. Pada saat itu, Renaissance masih dalam awal perkembangannya dan masyarakat lambat laun menghilangkan kemonopolian pendeta atas tingkat melek huruf. Pada saat pencetakan dari balok kayu tiba di Eropa kira-kira pada saat yang bersamaan dengan tibanya kertas, metode ini tidak
secocok metode yang digunakan di Timur untuk komunikasi sastra. Pencetakan blok lebih serasi untuk penulisan Cina karena posisi hurufnya tidak kritis, tetapi keberadaan lebih dari 5.000 huruf dasar membuat teknologi orang peran dasar membuat teknologi cetakan Cina yang dapat berpindah-pindah menjadi tidak efisien dan secara ekonomi tidak praktis, dalam istilah keuntungan untuk penerbit buku Cina Kuno. Hal ini berbeda dengan abjad bahasa Latin, kebutuhan akan penjajaran barisan yang tepat dan sebuah karakter yang sederhana menempatkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan sebagai kemajuan luar biasa untuk masyarakat Barat. Penggunaan mesin cetak merupakan sebuah kunci perbedaan teknologi yang memberikan penemu Eropa keuntungan atas rekanan mereka yang berasal dari Cina, yaitu mesin cetak yang berbasis sekrup yang digunakan dalam produksi anggur dan minyak zaitun. Hal ini merupakan kecanggihan mesin kira-kira di tahun 1000, alat yang digunakan untuk mengaplikasikan tekanan di atas bidang yang datar merupakan alat yang biasa digunakan di Eropa. Pencetakan seperti yang berkembang di Asia Timur tidak memakai mesin cetak seperti di kasus Gutenberg. Walaupun penemuan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Cina dan Korea mendahului mesin cetak Gutenberg, dampak mesin cetak dan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Asia Timur tidak mempunyai pengaruh besar seperti pada masyarakat Eropa Barat. Hal ini mungkin karena jumlah pekerja yang terlibat dalam memanipulasikan ribuan tablet porselen sangat besar, atau di Korea, tablet logam, yang diperlukan dalam penggunaan penulisan huruf Cina. Namun, ratusan ribu buku, atas subyek
yang
berkisar
antara
Confucian
Classics
hingga
ilmu
pengetahuan dan ilmu pasti, dicetak menggunakan teknologi yang lebih tua dari percetakan dari balok kayu, membuat kebudayaan percetakan dunia pertama. Dampak dari mesin cetak Gutenberg di Eropa hampir sama dengan perkembangan tulisan, penemuan abjad atau Internet, hingga ke efeknya di masyarakat. Seperti tulisan tidak menggantikan berbicara, percetakan tidak pernah mencapai posisi kekuasaan yang total. Naskah
yang ditulis tangan terus dihasilkan, dan berbagai macam model grafik komunikasi terus menerus mempengaruhi satu sama lain. Mesin cetak juga merupakan faktor pendiri dari himpunan ilmuwan yang dengan mudah menceritakan penemuan mereka lewat pendirian jurnal ilmiah yang disebarkan secara luas. Hal ini membantu mereka membawa masuk revolusi ilmiah. Kepengarangan menjadi lebih berarti dan menguntungkan karena adanya mesin cetak. Tiba-tiba hal ini menjadi penting siapa yang mengatakan atau menulis apa, dan apa yang merupakan perumusan dan masa susunan yang tepat. Hal Ini memperbolehkan pengarang untuk menyebutkan persis referensi, yang menghasilkan peraturan, "Satu orang Pengarang, satu kerja (hak), satu potong informasi" (Giesecke, 1989; 325). Sebelumnya, pengarang bukan sesuatu yang penting, sejak salinan Aristotle yang dibuat di Paris tidak akan identik dengan yang asli di Bologna. Untuk banyak karya sebelum mesin cetak, nama pengarang secara menyeluruh hilang. Karena proses mencetak menjamin bahwa informasi yang sama jatuh pada halaman yang sama, halaman yang diberi nomor, daftar isi, dan indeks menjadi biasa, meskipun mereka dulunya belum dikenal. Proses membaca juga diubah, lambat laun berubah dalam beberapa abad dari pengukuran lisan sampai membaca pribadi. Ketersediaan bahan cetak yang luas juga menyebabkan kenaikan drastis di tingkat melek huruf dewasa di seluruh Eropa. Dalam lima puluh atau enam puluh tahun penemuan mesin cetak, seluruh peraturan klasik sudah dicetak ulang dan disebarluaskan di seluruh Eropa (Eisenstein, 1969; 52). Sejak lebih banyak orang mempunyai akses terhadap pengetahuan baik baru maupun lama, lebih banyak orang dapat membicarakan karya ini. Selanjutnya, sejak produksi buku adalah perusahaan yang lebih komersial, undang-undang hak cipta pertama disahkan untuk melindungi apa yang sekarang disebut hak-hak kepemilikan intelektual. Sedetik perkembangan popularisasi pengetahuan ini adalah kemunduran bahasa Latin sebagai bahasa kebanyakan karya yang diterbitkan, untuk digantikan oleh bahasa sehari-hari di masingmasing bidang, menambah jenis karya yang diterbitkan. Secara paradoksal, kata yang di cetak juga membantu untuk mempersatukan
dan menstandarisasi ejaan dan sintaksis logat asli, dan mempunyai efek yang
mengurangi
keanekaragaman
mereka.
Kenaikan
dalam
kepentingan bahasa nasional yang bertentangan dengan masyarakat Eropa Latin disebutkan sebagai salah satu sebab kenaikan nasionalisme di Eropa. Karya Johannes Gutenberg dalam mesin cetak di mulai sekitar 1436 ketika dia sedang bekerja sama dengan Andreas Dritzehan, seseorang yang pernah dibimbing oleh Gutenberg dalam pemotongan batu permata, dan Andreas Heilmann, pemilik pabrik kertas. Tetapi rekor resmi itu baru muncul pada tahun 1439 ketika ada gugatan hukum melawan Gutenberg; saksi-saksi yang ada membicarakan mengenai cetakan Gutenberg, inventaris logam (termasuk timah), dan cetakan ketikannya. Masyarakat di Eropa pada saat itu juga sedang mengembangkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan, termasuk pandai emas Procopius Waldfoghel dari Perancis dan Laurens Janszoon Coster dari Belanda. Tetapi, mereka tidak dikenal karena telah menyumbang kemajuan spesifik kepada mesin cetak. Gutenberg adalah orang pertama yang membuat cetakan dari campuran timbal, timah, dan antimon yang kritis untuk menghasilkan cetakan tahan lama yang menghasilkan buku cetak bermutu tinggi dan terbukti menjadi lebih cocok untuk percetakan daripada cetakan tanah liat, kayu atau perunggu yang diciptakan di Asia Timur. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan yang didapatnya pada saat Gutenberg bekerja untuk seorang pandai emas professional. Untuk membuat cetakan timbal ini, Gutenberg menggunakan sesuatu yang membuat penemuannya dipertimbangkan sebagai penemuan yang paling cerdik, matriks istimewa memungkinkan pembentukan cetakan baru yang cepat dan tepat dari kerangka yang seragam. Gutenberg juga diakui karena memperkenalkan tinta berbasis minyak yang lebih tahan lama dibandingkan tinta berbasis air yang dulu dipergunakan. Sebagai bahan percetakan dia menggunakan naskah yang terbuat dari kulit binatang dan kertas, yang terakhir diperkenalkan di
Eropa dari Cina dengan menggunakan cara orang Arab beberapa abad yang lalu. Di dalam kitabnya, Gutenberg membuat percobaan terhadap percetakan berwarna untuk beberapa bagian awal halaman, tersedia hanya dalam beberapa salinan. Karya baru-barunya, The Mainz Psalter yang dikeluarkan pada tahun 1453, sepertinya di disain oleh Gutenberg tetapi diterbitkan di bawah terbitan penggantinya, Johann Fust dan Peter Schöffer, menggunakan huruf cetak awal berwarna merah dan biru yang rumit. Majalah Life menganggap Mesin Cetak adalah penemuan yang paling luar biasa pada 1000 tahun terakhir. Penting untuk disadari bahwa abjad mungkin merupakan kunci keberhasilan mesin cetak4. Pada dasarnya, offset printing adalah hasil karya menggunakan bahan tinta di atas kertas atau media lainnya. Berbagai teknik offset printing service muncul sepanjang sejarah, namun empat teknik offset printing utama yang terkenal adalah woodcut, etsa, litografi dan screenprint (sablon). Dari keempat teknik printing tersebut, yang paling tua adalah woodcut atau cukil kayu. Berikut sekilas penjelasan istilah dalam perkembangan teknologi printing service dari dulu hingga sekarang. Woodcut Muncul pertama kali di cina pada abad 9 untuk printing brochure dan desain di atas kain dan kartu mainan, baru kemudian menyebar ke eropa sekitar abad ke 15 dan satu abad kemudian menjadi suatu bentuk seni printing service yang penting, antara lain lewat karya Albrecht Durer dan seniman eropa lainnya. Akhir abad ke-19 dan awal abad 20, teknik woodcut mengalami kebangkitan besar. Salah satu karya pada masa itu adalah offset printing poster berukuran 32,1 cm x 22,2 cm karya Emil Nolde (1912). Etsa Adalah salah satu dari teknik offset printing poster intaglio (jenis intaglio lainnya adalah engraving, drypoint, mezzotin dan aquatint).
Teknik etsa ditemukan pada awal abad 16 setelah adanya penemuan bahwa asam bisa digunakan untuk menampilkan ukiran diatas pelat metal. Rembrant van Rijn, Fransisco Goya dan Pablo Picasso merupakan beberapa seniman yang pernah menggunakan teknik offset printing service ini untuk menciptakan karya seni terpenting mereka. Screenprint Adalah salah satu bentuk cetak offset printing brochure stensil. Selama tahun 1930-an sejumlah seniman Amerika mulai membuat karya seni dengan teknik screenprint dan pada akhir dekade itu juga digunakan kata “serigraf” untuk membedakan hasil karya offset printing brochure screenprint dari karya seni komersial lainnya. Selama dekade 1960-an teknik screenprint meledak, terutama berkat gerakan aliran seniman pop seperti Andi Warhol. Litografi Ditemukan pada tahun 1798 oleh seorang aktor dan penulis berkebangsaan Jerman Aloys Senefelder. Teknik printing brochure ini mendapat perhatian besar pada tahun 1890-an setelah Pierre Bonnard, Henri de Toulouse-Lautrec dan seniman lainnya menciptakan cetak warna. Litografi merupakan teknik printing poster yang mendasari cetak offset. Buku dan Koran yang ada pada saat ini dicetak menggunakan teknik printing poster offset litografi. Teknik printing lainnya yang juga biasa dipakai yaitu fleksografi, relief print (umumnya digunakan untuk pembuatan catalog), screen printing, rotogravir, inkjet, hot wax dye transfer dan cetak laser.
Teknik dan proses cetak Percetakan adalah sebuah proses industri untuk pemproduksikan massal tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah mesin cetak yang
merupakan sebuah bagian
penting dalam penerbitan dan percetakan transaksi.
Banyak media cetak saat sekarang ini dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Biasanya imaji yang akan dicetak terlebih dahulu dilukiskan ke atas pelat offset dengan bantuan printer laser kemudian pelat ini akan diolah mesin cetak menjadi pola penintaan yang akan ditimpakan ke atas kertas cetak. Warna-warna bisa didapatkan dengan menimpakan beberapa pola warna dari setiap pelat offset sekaligus. Teknik percetakan umum lainnya termasuk cetak relief, sablon, rotogravure, dan percetakan berbasis digital seperti pita jarum, inkjet, dan laser. Dikenal pula teknik cetak poly untuk pemberian kesan emas dan perak ke atas permukaan dan cetak emboss untuk memberikan kesan menonjol kepada kertas. Teknologi cetak yang semakin maju dan semakin mudah yaitu Computer-To-Plate, yaitu proses pembuatan image atau gambar pada plat cetak. Proses ini dikerjakan pada tahapan "prepress" - proses persiapan cetak. CTP atau disebut juga "direct-to-plate" berarti proses pembuatan plat cetak secara langsung dari (file) komputer. Kecenderungan industri adalah bergerak ke arah digital, penggunaan CTP semakin banyak ditemukan pada percetakan terutama dinegara maju. Penggunaan komputer selain masalah ekonomis, mengingat biaya buruh yang mahal maka aspek fleksibilitas penggunaan komputer yang menghilangkan proses fotografi menjadi pertimbangan penting perubahan ke CTP. Proses Pra-cetak (pre press): § Mempersiapkan media kertas: seperti kertas HVS, BC, kenstruk, doorslags, matte paper, NCR, kertas wangi, duplex, ivory, dan sebagainya. disesuaikan dengan keperluan. Bisa juga blanko cetak, yaitu bahan cetak yang ukuran dan bentuknya telah jadi dan tinggal masuk ke proses cetak.
§ Membuat final artwork file yang akan dicetak disesuaikan ukuran warna dan materi cetak lainnya tentukan di sini, dan biasanya diakhiri dengan diprint di kertas folio, kertas kalkir, atau film sparasi. § Rekam Plat: hasil settingan yang telah diprint tadi direkam (semacam dicopy) ke plat kertas atau plat aluminium (paper plate/aluminium plate) sehingga naskah cetakkan pun terdapat di atasnya, dan plat cetak inilah yang akan dipasang pada mesin cetak. § Bikin matres untuk foil atau emboss (bila diperlukan). § Peralatan grafika yang digunakan dikenal dengan istilah Mesin Repro.
Proses Cetak: §
Plat cetak beserta bahan kertas yang telah siap pada proses pracetak tadi lalu dipasang di mesin cetak, dan ditempatkan di posisinya masing-masing berdasarkan fungsinya. Plat cetak dipasang di atas roll yang terdapat di atas mesin, sedangkan bahan kertas dipasang pada tempat mendatar di bawah roll tersebut. Dan tinta pun dipersiapkan pula pada tempatnya (warna sesuai yang diinginkan)
§
Setelah plat cetak, bahan kertas, dan tinta siap atau terpasang, maka mesin
pun
dijalankan..
dan
terjadilah
proses
cetak.
Tinta
bersinggungan roll yang telah terpasang plat cetak, dan tinta bersinggungan pula dengan bahan kertas yang ada, sehingga terjadilah pemindahan naskah yang ada di plat cetak ke bahan kertas tersebut melalui tinta, dan kertas pun keluar satu persatu berisi naskah yang sudah jadi.
Proses Finishing, diantaranya: o Proses potong atau serit kertas, dengan tujuan untuk membagi beberapa kertas hasil cetak tadi menjadi beberapa bagian, atau bisa juga hanya sekedar untuk merapihkan kertas.
o Foil, membubuhi kertas dengan tulisan atau gambar “mengkilat” seperti warna emas, perak, biru, merah, dsb. o Embossed, menghiasi kertas cetak dengan tulisan atau gambar, dimana hiasan tersebut berbentuk kertas yang timbul atau tenggelam akibat matres. o Proses laminating gloss/doff, UV gloss/doff, spot UV, dsb. Kertas cetak tadi dilapisi dengan plastik mengkilat atau plastik buram/dop pada bagian luarnya sehingga menimbulkan kesan estetis tersendiri. o Pon’s, memotong kertas menjadi bentuk-bentuk tertentu akibat potongan pisau mesin pons. Bentuknya bisa berupa format untuk lipatan amplop, dus, dsb. o
Lem, untuk menyambungkan atau menyatukan kertas cetakan semisal amplop. dan lain-lain semisal menjilid, jahit benang/kawat, nomerator, lipat susun/sisip, membungkus dengan plastik, dsb. tergantung keperluan.