BAB III MASALAH-MASALAH YANG MEMPENGARUHI RUGI-RUGI ENERGI
3.1 Umum Pada penyaluran tenaga listrik, selalu akan terjadi rugi-rugi energi listrik, hal ini disebabkan bahwa lokasi pemakai tidak sarna dengan lokasi pernbangkit. Rugi-rugi energi listrik yang terjadi tentunya dalarn batas-batas kewajaran yang sudah barang tentu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha-usaha yang rnemadai. Rugi-rugi energi listrik dari tahun ke tahun rnasih berada di atas terget yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha-usaha penanggulangan rugirugi energi listrik selama ini rnasih belurn rnencakup sernua permasalahan sehingga untuk rnenentukan usaha-usaha tersebut perlu diperhatikan semua rnasalah yang mempengaruhi rugi-rugi energi listrik tersebut.
3.2 Masalah Teknis Perusahaan Bila suatu jaringan dilalui oleh arus listrik, akan ada jatuh tegangan (rugirugi tegangan) dan rugi-rugi tenaga (rugi-rugi energi) dalam jaringan tesebut. Rugirugi tegangan rnenyebabkan tegangan yang diterirna oleh pernakai lebih rendah dari pada tegangan pada ujung pengirirnan, sedangkan rugi-rugi tenaga menirnbulkan panas pada komponen yang bersangkutan. Pada jaringan
subtransmisi ada dua macam pernbebanan batas, yakni pernbebanan yang dibatasi oleb besarnya rugl-rugl pembebanan yang dibatasi oleh persentase ruglrugl tegangan.
3.2.1 Keadaan Jaringan Listrik Keadaan jaringan distribusi perlu mengalami penyempurnaan terutama dari persyaratan teknis penyambungan, misalnya : 1. Sambungan pada SUTM dan SUTR yang kurang sempurna. 2. Penampang penghantar yang tidak sesuai dengan beban yang tersambung. 3. Radius jaringan. 4. Daerah bebas hantaran. 5. Beban induktif. 6. Beban tidak seimbang.
3.2.1.1 Sambungan pada Saluran Tegangan :Menengah (SUTM) dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) yang Kurang Sempurna. Banyak dijumpai sambungan-sambungan baik pada SUTM maupun SUTR yang kurang sempurna saat diadakan pembangunan maupun pemeliharaan. Seperti pada wak"iu pemeliharaan / perbaikan tidak diperhatikan persyaratan teknis penyambungan misalnya 1. Penyambungan penghantar yang putus tidak menggunakan "joint sleeve"
31
tetapi dipuntir / di1ilit. 2. Jembatan antar konduktor pada persilangan I percabangan menggunakan konduktor yang penampangnya kecil, maka digunakan komduktor yang penampangnya minimal sama dan disambung dengan menggunakan paralel klem. Sambungan ("joint") penghantar harus mempunyai konduktivitas listrik yang baik serta kekuatan mekanis dan ketahanan ("durabilitas") yang tangguh
Poros Kawat Baja
Kelongsong Aluminium
Kelongsong Baja
A.C.S.R
Gambar 3.1. Sambungan Kompresi untuk Alumuniun Conductor, SteelReinforced (ACSR) 3.2.1.2
Penampang Penghantar tidak Sesuai dengan Beban yang
Tersambung. Hal ini bisa terjadi karena penampang penghantar dari pada jaringan tidak sesual untuk melayani beban yang besar, sebab jaringan dengan penampang penghantar yang kecil tidak mampu memikul beban yang besar, sehingga akan teljadi rugi-rugi energi. Untuk itu penampang penghantar disesuaikan dengan
32
beban yang tersambung.
3.2.1.3 Radius Jaringan 1. melebihi Radius jaringan tegangan menengah danHal tegangan rendah yangdiakibatkan terlalu panjang kekuatan daya yang diijinkan. terse but terutama Radius jaringan tegangan menengah dan tegangan rendah yang terlalu panjang melebihi kekuatan daya yang diijinkan. Hal terse but terutama diakibatkan oleh tingkat pembangunan suatu daerah yang terlalu pesat dan tidak diduga sebelumnya, sehingga beban yang bam berada di luar jangkauan jaringan yang sudah ada, untuk melayaninya diperlukan jaringan tambahan sehingga akibatnya radius jaringan melebihi ketentuan momen listrik yang diijinkan. 3.2.1.4 Daerah Bebas Hantaran Terbebasnya jalur hantaran dari kemungkinan kontak dengan benda lain adalah mutlak untuk mendapatkan perhatian, karena dengan terjadinya kontak dengan benda lain akan menyebabkan terjadi rugi-rugi energi yang diderita PLN. Di sisi lain para pelanggan akan menderita tegangan tidak normal yang kemudian diikuti pelayanan yang terhenti dengan lepasnya PMT ("circuit breaker"). Kemungkinan terjadinya kontak antara hantaran dengan benda-benda lain terutama dengan pohon-pohonan, maka untuk terjaminnya daerah bebas hantaran perIu dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pemangkasan pohon-pohon yang ada di sekitar jaringan dilaksanakan secara teratur. 2. Pengawasan terhadap pekerjaan bangunan atau bangunan lainnya agar tidak
33
melewati daerah bebas hantaran. Maka untuk itu perlu koordinasi dengan pemda setempat sebagai bahan pertimbangan dalam mengeluarkan surat ijin mendirikan bangunan.
Gambar 3.2 Daerah Bebas Hantaran Saluran Udara Tegangan Menengah Pada gambar 3.2. ditunjukkan bahwa jarak antara cabang-cabang pohon yang telah dipangkas dengan hantaran sebesar 2 meter, dengan tiang distribusi sebesar 3,5 meter, dan kawat netral sebesar 1 meter.
3.2.1.5 Beban Induktif
34
Sejalan dengan perkembangan pemanfaatan jasa listrik di bidang usaha dan industri yang semakin banyak menggunakan peralatan-peralatan listrik untuk mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik atau untuk keperluan lainnya yang mengakibatkan faktor kerja (cos θ) yang dirasakan oleh PLN sebagai tambahan rugi-rugi energi pada jaringan. Sebagai usaha untuk mengatasi hal tersebut, terutama konsumen besar agar menggunakan I memasang kVARh meter (alat untuk mengukur daya reaktif yang dibangkitkan oleh kapasitor) dengan maksud agar konsumen berusaha memperbaiki faktor kerja dari perlatan-peralatan yang dipakai. Pada saat ini sebagian pelanggan berdasarkan kontrak penyambungannya telah dilengkapi kVARh meter, dan yang paling tepat untuk mengurangi rugi-rugi energi adalah dengan pemasangan kapasitor.
3.2.1.6 Beban Tidak Seimbang Akibat dari beban yang tidak seimbang pada transformator memang secara langsung tidak dapat kita lihat, akan tetapi apabila ketidakseimbangan beban pada transformator ini kita pandang sebagai ketidaknormalan maka akan menimbulkan rugi-rugi energi. Secara teknik ketidakseimbangan beban pada transformator akan berakibat sebagai berikut : 1. Pada transformator akan timbul panas yang tidak normal akibat adanya arus sirkulasi.
35
2. Transtormator akan menjadi tidak efisien dalam pelayanan tenaga listrik. 3. Transformator akan menjadi tidak dapat melayani beban nominal. 4. Akan timbul arus pada netral transformator, sehingga akan timbul rugi-rugi energi pada netra1.
3.2.2 SistemPenyambungan Pelayanan Petumbuhan ekonomi yang baik, pembangunan peru mahan yang tepat dan tersebar baik di kota maupun di desa menyebabkan PLN berkewajiban untuk menyediakan sarana listrik yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 3.3. Sambungan Pelayanan ke Konsumen Keterangan : JTR = STR + SP SP
= SLP + SMP + APP
SR
= SLP +SMP
Dengan JTR
: J aringan Tegangan Rendah
36
STR
: Saluran Tegangan Rendah
SP
: Sambungan Pelayanan
SLP
: Sambuangn Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan APP : Alat Pengukur dan Pembatas SR
: Sambungan Rumah
3.2.3 Tertib Administrasi Manajemen Tertib adminstrasi manajemen meliputi : 1. Pemasangan kWh meter terlambat untuk sambungan baru. 2. Terlambat penggantian I pemasangan kembali kWh meter yang diangkat karena gangguan atau kasus Operasi Penanggulangan Aliran Listrik. 3. Keterlambatan manajemen dari bidang pengusahaan ke bidang teknik atau sebaliknya. 4. Sambungan peneranganjalan umum. 5. Catat meter.
3.2.3.1 Pemasangan kWh meter Terlambat untuk Sambungan Baru Sebagai akhir suatu rangkaian proses penyambungan aliran listrik pada pelanggan adalah terpasangnya kWh meter pelanggan, dengan demikian pemakaian aliran listrik oleh pelanggan yang bersangkutan sudah mulai dapat dimonitor / dicatat. Tetapi ada kalanya pemasangan kWh meter pada saat yang
37
dibutuhkan tidak tersedia, hal ini karena : 1. Informasi berupa sisa persediaan gudang tidak tepat. 2. Kurangnya koordinasi antara unsur / fungsi pelaksanaan pemasangan sambungan rumah dengan unsur I fungsi APP. 3. Fungsi pemasangan APP kurang mampu mengimbangi pelaksanaan pemasangan sambungan rumah dilaksanakan oleh pihak ketiga sedangkan pemasangan APP dilaksanakan oleh PLN untuk memenuhi kontrak waktu penyambungan, sedangkan syarat-syarat teknis dan administrasi sudah dipenuhi oleh pelanggan yang bersangkutan. Ada kalanya pelanggan yang bersangkutan aliran listriknya terpaksa dinyalakan walaupun belum terpasang kWh meter, sehingga pemakaian aliran listrik dari saat menyala sampai terpasang kWh meter tidak tercatat dan tentu saja ha1 tersebut merupakan kerugian bagi PLN.
3.2.3.2 Terlambat Penggantian I Pemasangan Kembali kWh meter yang Diangkat karena Gangguan atau Kasus Operasi Penanggulangan Aliran Listrik. Da1am memberikan pe!ayanan kepada pelanggan, PLN berusaha semaksimal mungkin untuk memperhatikan keluhan-keluhan atau gangguangangguan yang terjadi pada instalasi mi1ik PLN misalnya kWh meter pada rumah pelanggan. Keluhan konsumen menengenai kWh meter umumnya berupa putaran piringan
38
yang tidak normal I terlalu cepat atau macet sarna sekali. Dalam kejadian seperti diatas, kWh meter diangkat I dibongkar serta dibawa ke PLN untuk diidentifikasi gangguannya. Selama kWh meter diangkat, rumah pelanggan tetap dilayani aliran listriknya walaupun tanpa kWh meter, sehingga pemakaian listrik tidak tercatat.
3.2.3.3 Keterlambatan Manajemen dari Bidang Pengusahaan ke Bidang Teknik atau Sebaliknya Terlambatnya "up-dating" data dari bagian teknik ke bagian Tata Usaha Langganan (TUL) yang dapat mengakibatkan terlambatnya penyelesaian pencatatan data listrik sehingga rekening belum dapat diterbitkan. Selain itu tidak beresnya kWh meter terpasang yang harus dipertimbangkan sehingga kemungkinan tidak akuratnya penunjukkan "stand meter".
3.2.3.4 Sambungan Penerangan Jalan Umum Kerugian energi pada penerangan jalan umum dapat tmjadi karena disebabkan antara lain: 1. Kurangnya koordinasi pada pemasangan penerangan jalan umum antara pemerintah daerah dengan PLN sehingga sulit mengikuti perkembangan jumlah titik lampu dari waktu ke waktu. Dimana penentuan energi terpakai penerangan jalan umum tidak dengan kWh meter tetapi dihitung atas dasar jumlah VA dari lampu dikalikan 0,375. 2. Tidak berfungsinya peralatan pemutus otomatis (saklar waktu, photo
39
cell) karena kurangnya pemeliharaan sehingga lampu jalan menyala pada siang hari.
3.2.3.5 Catat Meter Kita menyadari bahwa hasH meter adalah sangat menentukan omset penjualan energi yang menghasilkan pendapatan perusahaan, oleh karena itu fungsi pencatatan meter haruslah mendapat perhatian yang serius. Tidak tertibnya peneatatan meter akan menimbulkan rugi-rugi energi yang tidak diharapkan, tidak tertibnya yang dimaksud antara lain : 1. Pembacaan kWh meter yang tergesa-gesa karena mengeJar target, mengakibatkan a.
Kesalahan pembacaan stand meter
b.
Kesalahan penulisan
c.
Penulisan yang kurang jelas
2. Adanya pembaeaan yang ditafsir 3. Kekeliruan pada pembuatan daftar pencatatan meter (DPM)
3.2.4 Alat Pengukur dan Pembatas Seperti kita ketahui bahwa rupiah pendapatan dan penjualan energl ditentukan dari hasil peneatatan meter disamping tergantung dari pelaksanaan pencatatan itu sendiri seperti telah diterangkan pada bagian catat meter di atas, juga keadaan alat pengukur dan pembatas merupakan hal yang sangat penting,
40
mengingat data besaran yang ditunjukkan merupakan satu-satunya dokumen dari besaran yang ditunjukkan merupakan satu-satunya dokumen dari besaran penggunaan / pemakaian energi listrik oleh pelanggan, sehingga keadaan alat pengukur dan pembatas harus benar-benar selalu dalam kondisi sempurna, karena ketidaksempurnaan atau kelainan alat pengukur dan pembatas tersebut dapat menimbulkan kerugian energi yang sang at berarti, walaupun semua persyaratan penyambungan ke langganan lainnya baik dan benar. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah : 1. Pengawatan 2. Cara I kondisi peneraan 3. Pemasangan kWh meter 4. Merek kWh meter 5. Umur kWh meter
3.2.4.1 Pengawatan Salah satu contoh dalam alat pengukur dan pembatas adalah pada waktu pekerjaan pengawatan, sehingga menimbulkan kerugian baik pada pihak PLN maupun pihak konsumen, yaitu dengan tidak bekerjanya alat pengukur dan pembatas secara benar. Kesalahan-kesalahan tersebut diatas dapat disebabkan karena: 1. Terjadinya lose kontak pada terminal kWh meter, sehingga arus listrik yang mengalir tidak terukur dengan benar.
41
2. Pengawatan yang keliru / salah sehingga polaritas arus dan tegangan tidak benar, akibamya putaran kWh meter tidak sesuai dengan yang diharapkan, antara lain : putaran piringan kWh meter terbalik, perputaran terlambat (lebih kecil dari putaran yang sebenamya).
3.2.4.2 Cara / Kondisi Peneraan Faktor peneraan kWh meter juga sangat mempengaruhi tingkat penjualan kWh yang ingin kita capai. Kesalahan yang teIjadi akibat peneraan kWh meter akan menyebabkan kerugian kWh yang akan dipikul oleh perusahaan maupun pihak konsumen, namun demikian kecenderungan justru teIjadi kerugian dipikul pleh pihak perusahaan.
3.2.4.3 Pemasangan kWh meter Di dalam pelaksanaan kWh meter pada pelanggan telah pula diatur standar PLN guna memberikan keandalan maupun mempersempit ruang gerak konsumen dalam melakukan usaha-usaha pencurian aliran listrik, yaitu : 1. Pemasangan kWh meter diluar bangunan 2. Urutan pengawatan dalam kWh meter.
3.2.4.4 Merek kWh meter Dengan semakin pesatnya perkembangan konsumen PLN saat ini, mengakibatkan muncul berbagai macam merek kWh meter yang beredar dan
42
dipergunakan oleh PLN. Peranan PLN dalam hal ini harus betul-betul selektif dalam memilih dan mempergunakan merk kWh meter yang dapat memberikan jaminan akan presesi tidaknya "performance" dari kWh meter tersebut. Temyata di sini mutu dan kWh meter juga menentukan tingkat pertumbuhan dan rugi-rugi energi yang dialami oleh PLN. Oleh karena itu seyogyanya PLN memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga rugi-rugi energi yang diakibatkan oleh mutu kWh meter dikurangi.
3.2.4.5 Umur kWh meter Seperti halnya peralatan-peralatan lainnya, k\Vh meter juga mempunyai batas umur yang harus kita perhatikan, sebab semakin berkurang "performance" yang sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap ketelitiannya. Saat ini masih banyak dijumpai di lapangan bahwa pemasangan kWh meter pada pelanggan telah mencapai umur lebih dari 5 tahun bahkan lebih dari 10 tahun. Sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan bahwa kWh meter 3 phase yang telah berumur lebih dari 5 tahun harus diperiksa ulang, begitu pula kWh meter 1 phase yang berumur lebih dari 10 tahun. Bila hal tersebut tidak mendapatkan perhatian pihak perusahaan, tentu akan menimbulkan dampak pula terhadap rugi-rugi energi yang kita alami.
3.3 Masalah Non Teknis Perusahaan Dalam masalah ini penulis men cob a untuk mengungkapkan masalah-
43
masalah yang timbul karena faktor non teknis perusahaan sebagai penyebab timbulnya rugi-rugi energi yang diderita perusahaan saat ini Menyadari akan semakin meningkatnya perkembangan perusahaan, baik di sektor pembangkit, jaringan, maupun pelanggan tentunya akan semakin bertambah kompleknya masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Peningkatan tersebut sudah barang tentu menuntut kita harus dapat meningkatkan adminsitrasi manaJemen
maupun
meningkatkan
pelayanan
kepada
konsumen
guna
mengimbangi pesatnya laju perkembangan perusahaan yang kita alami. Seperti diketahui dalam proses penyaluran energi listrik dari suatu tempat ke tempat lain pada umumnya akan terjadi rugi-rugi energi, dimana rugi-rugi tersebut teIjadi karena adanya faktor non teknis perusahaan yang sampai saat ini masih menjadi kendala bagi perusahaan. Dalam masalah ini penulis mencoba membahas tentang : 1. Masalah pencurian aliran listrik. 2. Sumber kerugian pada tat a usaha langganan. 3. Mutu material.
3.3.1 Masalah Pencurian Aliran Listrik. Yang dimaksud dengan pencurian aliran listrik ialah pemakaian tenaga listrik secara tidak sah oleh konsumen sehingga menimbulkan rugi-rugi energi. Kasus-kasus pencurian aliran listrik yang terjadi saat ini cukup banyak yang juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan angka rugi-rugi energi yang
44
dialami cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka rugi-rugi energi di negara lain. Kalau semula diperkirakan bahwa penyebab rugi-rugi energi di jaringan adalah kekurangan konsumen saja, temyata terdapat penyebab lain yaitu akibat kurang pengawasan dan tindakan indisipliner pegawai / petugas PLN. Dengan demikian usaha-usaha untuk menurunkan rugi-rugi energi tidak hanya dipandang dari segi teknisnya saja, melainkan juga harus kita tinjau dari faktor sosial yang berlangsung.
3.3.2 Sumber Kerugian pada Tata Usaha Langganan. Sumber kerugian pada tata usaha langganan dapat disebabkan oleh : 1. Juru catat meter 2. Kesalahan dalam pembuatan rekening 3. Waktu pencatatan kWh meter
3.3.2.1 Juru Catat Meter Orang yang mencatat meter ini dapat mempunyai sifat yang tidak baik seperti angka meter menjadi salah, karena catat bahkan juga mencatatnya sudah betul tetapi menghitungnya (selisih) salah, yang berarti juru catat tidak cermat atau ceroboh. Tetapi dapat juga tidak dilihat, tetapi ditulis di buku atau daftar dengan cara mernperkirakannya. Ini sudah masuk itikad tidak baik karena angka dikarang, dari jauh mungkin karena malas dan di sisi lain tidak rnernperoleh
45
keuntungan finansial, dan di sisi lain mengubah angka kWh meter (dikecilkan) karena bekerja sarna dengan pelanggan, mungkin juru catat mendapat keuntungan finansial.
3.3.2.2 Kesalahan dalam Pembuatan Rekening Sudah ada kemajuan dengan kemputer kita dapat mendeteksi kelainankelainan yang mungkin terjadi. Rekening dapat juga salah karena infermasi mengenai faktor meter keliru diberikan. Perlu diperhatikan masalah pengecekan ulang "recheck".
3.3.2.3 Waktu Penc.atatall kWh meter Dengan menggunakan kWh bulanan, maka baik buruknya nilai rugi-rugi dipengaruhi eleh disiplin tidaknya juru catat yang seharusnya dicatat pada tanggal yang sudah ditetapkan. Bila pencatatan dilakukan sekian hari setelah tanggal yang dijadwalkan, rugi-rugi akan menjadi lebih baik. Tetapi pencatatan dilakukan sebelum tanggal yang dijadwalkan, maka rugi-rugi menjadi lebih jelek (buruk).
3.3.3 Mutu Material. Keberhasilan dari suatu pekerjaan tidak terlepas dari mutu material yang dipasang, dimana mutu material yang baik akan menjadi keandalan suatu sistem. Di dalam memulai suatu pekerjaan biasanya memang dibuat ketentuanketentuan I spesifikasi teknik mengenai jenis serta mutu peralatan yang dipasang, namun
46
sering
dijumpai
adanya
penyimpangan-penyimpangan
akibat
kurangnya
pengawasan maupun penguasaan pegngetahuan terhadap mutu material eleh petugas I pengawas. Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena mutu material yang dipasang tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, disamping itu mutu material yang jelek akan membawa dampak negatif terhadap keandalan sistem. Oleh karena itu para pengawas PLN dituntut untuk mampu menilai dengan baik apakah setiap material yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat kelayakan, dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap: a.
Merk yang telah mendapat sertifikat.
b.
Rating "capacity" material, ampere, "'voltage" sesuai dengan "name plat".
c.
Keadaan fisik / kondisi material.
d.
Bahan yang digunakan.
e.
Pengukuran tahanan isolasi dan peneraan.
47