48
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya adalah ekspor komoditi karet sebagai dependent variabel sedangkan nilai tukar, harga jual FOB dan harga di pasar internasional sebagai independent variabel.
3.2. Metode Penelitian Woody,1927 dalam Moh. Nazir, 2003:13 mengemukakan pengertian penelitian sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dengan menggunakan metode penelitian ini penulis berusaha untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006.
49
3.3. Operasionalisasi Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel Konsep Teoretis (1) Ekspor (Y)
Nilai tukar (X1)
Harga jual FOB (X2)
Harga di Pasar Internasional (X3)
Konsep Empiris
Konsep analitis
Skala
(2)
(3)
(4)
Variabel Terikat (Y) Nilai ekspor karet di Nilai ekspor karet di Indonesia periode 1990- Indonesia periode 19902006 2006 dalam rupiah Variabel Bebas (X) Nilai tukar rupiah Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap dolar AS di periode 1990-2006 Indonesia periode 19902006 dalam rupiah/US$ Besarnya harga jual Besarnya harga jual ekspor komoditi karet ekspor komoditi karet di di Indonesia Periode Indonesia periode 19901990-2006 2006 berdasarkan harga pokok FOB dalam rupiah Besarnya harga jual Besarnya harga jual ekspor komoditi karet ekspor komoditi karet di di pasar internasional pasar internasional Periode 1990-2006 periode 1990-2006 berdasarkan indeks harga di pasar dunia (1990=100)
Interval
Interval
Interval
Interval
3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun data yang akan digunakan, diolah serta dianalisis dalam penelitian ini adalah ekspor komoditi karet sebagai dependent variabel sedangkan nilai tukar, harga jual FOB dan harga di pasar internasional sebagai independent variabel. Sumber data dari penelitian ini berasal dari BI, BPS, statistik perdagangan luar negeri, dan buku – buku laporan hasil penelitian.
50
3.5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan merupakan jenis data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Studi ini digunakan untuk mencari hal-hal yang berupa catatan, laporan maupun dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini penulis mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian yang sudah dikelola Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. 2. Studi literatur Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh atau mengumpulkan data dari buku, laporan, majalah, jurnal, karya-karya ilmiah serta media cetak yang terkait dengan masalah yang dibahas secara relevan, termasuk data dari internet. 3. Obeservasi Adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian atau pencatatan secara sistematik dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara teliti. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi tidak langsung karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat, dengan menacatat berbagai data penelitian yang bersifat kuantitatif dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
51
3.6. Prosedur Pengolahan Data Prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberpa langkah sebagai berikut : 1. Menyeleksi data yang sudah terkumpul Menyeleksi data dilakukan untuk mengetahui dan memeriksa lengkap tidaknya data yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan dengan cara memilih dan memeriksa kesempurnaan dan kejelasan dari data yang diperlukan. 2. Mentabulasi data Mentabulasi data yaitu menyajikan data yang telah diseleksi dalam bentuk data yang siap untuk diolah menjadi tabel-tabel yang selanjutnya akan ditelaah dan diuji secara sistematis. 3. Menganalisis data Menganalisis data berarti mengetahui pengaruh maupun hubungan antar variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. 4. Melakukan pengujian hipotesis 5. Kesimpulan dan saran
3.7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square / OLS ) dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu program software computer SPSS versi 11.5 for windows dan Eviews 5.0. Tujuan teknik analisis ini adalah untuk membuktikan apakah nilai tukar, harga
52
jual FOB dan harga di pasar internasional berpengaruh terhadap ekspor komoditi karet. Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Yt = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + εt Keterangan :
β0
= konstanta = koefisien regresi = ekspor = nilai tukar = harga jual FOB = harga di pasar internasional = variabel pengganggu = menunjukkan periode waktu tertentu
β1 β2 β3 Y X1 X2 X3
εt t
Dalam penelitian ini ada beberapa pengujian data yang akan dilakukan penulis yaitu: 1. Uji linieritas Uji linier pada penelitian ini dapat dilihat pada diagram pencar (scatter diagram) dimana apabila plot titik-titik tidak mengikuti pola tertentu maka berarti linier. 2. Uji normalitas Pada penelitian ini uji normalitas (test of normality) dilakukan dengan menggunakan alat statistik nonparametrik uji yang disertai gambar normal probability plots. Pada penelitian ini untuk menguji distribusi normalitas data yakni dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
53
Kriteria pengujian Kolomogorov Smirnov yaitu : a. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikasinya lebih dari 0,05 dan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisis parametrik. b. Data dikatakan berdistribusi tidak normal jika signifikasinya kurang dari 0,05 dan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisis non parametrik
3.7.1. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini pengujian hipotesis akan dilakukan baik secara simultan ataupun secara parsial. Adapun pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan melalui uji dua pihak yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Uji Dua Pihak Daerah Penerimaan Ha
Daerah Penerimaan H0
Daerah Penerimaan Ha
Dimana : Ho : ρ = 0 (tidak ada pengaruh antara X dan Y) Ha : ρ ≠ 0 (ada pengaruh antara X dan Y)
1. Pengujian hipotesis secara simultan Ho : β 1 , β 2 , β 3 ,....β k = 0 , artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependent
54
Ho : β 1 , β 2 , β 3 ,....β k ≠ 0 , artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependent Uji signifikansinya dapat dihitung melalui rumus:
Fstatistik =
R 2 /(k − 1) (1 − R 2 ) /( N − k )
(Sumber:Gujarati, 1995:120)
Keterangan: R2= korelasi ganda yang telah ditemukan K = jumlah variable independent N = banyaknya data F = F hitung/statistic yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel Setelah diperoleh Fhitung atau Fstatistik, selanjutnya bandingkan dengan Ftabel dengan α disesuaikan, adapun cara mencari Ftabel dapat digunakan rumus: Ftabel =
k n − k −1
keterangan: k = jumlah variable independent n = banyaknya data F= F tabel pada α yang disesuaikan Kriteria: Ho diterima jika F statistik < F tabel (α, k/n-k-1) Ho ditolak jika F statistik > F tabel (α, k/n-k-1) Artinya, apabila Fstatistik < Ftabel, maka koefisien ganda yang diuji tidak signifikan, tetapi sebaliknya apabila Fstatistik > Ftabel maka koefisien ganda yang
55
diuji adalah signifikan dan menunjukkan ada pengaruh secara simultan, dan ini dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
2. Pengujian hipotesis secara parsial Ho : βi = 0 , artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari variabel independent terhadap variabel dependent Ho : β i ≠ 0 , artinya ada pengaruh yang nyata dari variabel independent terhadap variabel dependent Kriteria : Ho diterima jika t statistik < t tabel (α/2, n-k) Ho ditolak jika t statistik > t tabel (α/2, n-k) Artinya, jika t
statistik
>t
tabel
koefisien korelasi parsial tersebut signifikan dan
menunjukkan adanya pengaruh secara parsial antara variabel terikat dengan variabel bebas, atau sebaliknya jika t
statistik
tabel
maka korelasi parsial tersebut
tidak signifikan dan menunjukkan tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel terikat dan variabel bebas. Untuk menguji hipotesis parsial digunakan uji t dengan formula:
t=
βi Se
; i = 1,2,3
(Gujarati, 1993 :114)
Adapun tingkat kesalahan yang dirolelir dalam penelitian ini sebesar α = 0,05 atau 5% atau tingkat signifikansinya 5%. Semua pengolahan data diatas dilakukan melalui software program SPSS For Window Release 11.5 dan EViews 5.0.
56
pengolahan data dengan komputer ini dimaksudkan supaya diperoleh hasil yang tepat dan akurat.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) R2 atau disebut juga koefisien regresi adalah angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan atau distribusi variabel bebas dalam menjelaskan atau menerangkan variabel terikatnya dalam fungsi yang bersangkutan. Koefisien determinasi didefinisikan sebagai berikut : R2 =
JumlahKuadrat Re gresi ( ESS ) JumlahKuadratTotal (TSS ) (Sumber:Gujarati, 1995:139)
Besarnya R2 diantara 0 dan 1 (0< R2<1). Jika nilainya semakin mendekati satu, maka model tersebut baik dan tingkat kedekatan antara variabel bebas dan variabel terikatpun semakin dekat pula.
3.7.2. Uji Asumsi Untuk menguji stasioneritas, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi diantaranya multikolinieritas, heteroskedastis dan autokorelasi.
a. Uji Multikolinearitas Istilah Multikolinieritas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch. Pada mulanya multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang ”sempurna” atau
57
pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. (Gujarati, 1995:157) Konsekuensi dari multikolinearitas adalah sebagai berikut: apabila ada kolinearitas sempurna diantara X, koefisien regresinya tak tertentu dan kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitas tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar. Sebagai hasilnya, nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat.(Gujarati, 1995:172) Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model regresi OLS, menurut Gujarati (1995:166) dapat dilakukan beberapa cara berikut ini : a. Dengan R2 , multikolinier sering diduga kalau nilai koefisien determinasinya cukup tinggi yaitu antara 0,7 – 1,00. Tetapi jika dilakukan uji t, maka tidak satupun atau sedikit koefisien regresi parsial yang signifikan secara individu. Maka kemungkinan ada gejala multikolinier. b. Dengan koefisien korelasi sederhana (zero coefficient of correlation), kalau nilainya tinggi menimbulkan dugaan terjadi multikolinier tetapi belum tentu dugaan itu benar. c. Dengan matrik melalui uji korelasi parsial, artinya jika hubungan antar variabel independent relative rendah < 0,80 maka tidak terjadi multikolinier. d. Dengan nilai toleransi (tolerance, TOL) dan faktor inflasi varians (Variance Inflation Factor, VIF). Kriterianya, jika toleransi lebih dari 0,01 atau mendekati satu dan nilai VIF < 10 maka tidak ada gejala multikolinearitas.
58
Sebaliknya jika nilai toleransi tidak sama dengan satu atau mendekati nol dan nilai VIF > 10, maka diduga ada gejala multikolinearitas Gujarati (1995 : 168-171) mengungkapkan bahwa apabila terjadi Multikolinieritas maka disarankan untuk mengatasinya dengan cara melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Informasi Apriori b. Menghubungkan data Crosss sectional dan data urutan waktu. c. Mengeluarkan suatu variabel dan bias spesifikasi. d. Transformasi variabel serta penambahan variabel baru. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti varians tiap disturbance ui, tergantung (conditional) pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan, adalah suatu angka konstan yang sama dengan
atau varian yang sama. Ini merupakan
asumsi homoskeditas, atau penyebaran (scedasticity) sama (homo), yaitu varians yang sama. (Gujarati, 2001:177). Heteroskedastisitas dapat dideteksi melaui beberapa cara antara lain : melalui sifat dasar masalah, metode grafik, pengujian park, pengujian glejser (glejser yest), dan pengujian Rank Spearman. (Gujarati, 2001:183-188). Dalam penelitian ini untuk meneliti heteroskedastisitas peneliti akan menggunakan metode grafik. Kriteria metode grafik adalah: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang dapat membentuk suatu pola tetentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.
59
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut wakru (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Dalam konteks regresi, model regresi linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau pengganggu ui. (Gujarati, 1995:201). Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan : a) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar b) Variance populasi σ2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^σ2). c) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated) d) Jika σ2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^βi). e) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.
(Gujarati, 1995:207)
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi antara lain : 1. Metode Grafik, 2. Uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), 3. Uji Durbin Watson (Durbin Watson d test), 4. Uji Breusch-Godfrey (Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi yang mempunyai orde tinggi. (Gujarati, 1995:201).
60
Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut : 1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1. 2. Hitung nilai d (Durbin-Watson). 3. Dapatkan nilai kritis dl-du. 4. Pengambilan keputusan : Jika H0 adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif, maka jika d < dL
: menolak H0
d > 4 - dL
: menolak H0
dU < d < 4 - dU
: tidak menolak H0
dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL : pengujian tidak meyakinakan. (Gujarati, 1995:217) Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif, jika digambarkan adalah sebagai berikut: Gambar 3.2 Statistik d Durbin-Watson
f(d) Menolak Ho bukti autokorelasi positif
0
Daerah keraguraguan
dL
Daerah keraguraguan
Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya
dU
2
4-dU
Menolak H*o bukti autokorelasi negatif
4-dL
4 d
(Gujarati, 1995:216)
61