perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III KOTA SOLO dan KALI PEPE
A. Karakteristik Kota Solo 1. Potensi Geografis dan Kebijakan Pengembangan a. Potensi Geografis Berdasarkan
analisa
para
perancang
kota
Kasunanan
Surakarta. Pemilihan site di dusun Kasupan desa Sala sebagai pusat keraton Kasunanan Surakarta diyakini akan membawa kemakmuran, gemah ripah loh jinawi. Saat sekarang ini kota Solo telah menjelma menjadi salah satu barometer kehidupan kota-kota di sekitarnya; kawasan Solo Raya (SOBOSUKAWONOSRATEN; Solo, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten). Hal tersebut disebabkan secara geografis Solo memang berada di tengah-tengah kawasan Solo Raya yaitu di antara 110˚45’15’-110˚45’35’ BT dan 70˚36’-70˚56’ LS 1
Gambar. III.1 Letak geografis kota Solo yang berada ditengah-tengah kawasan Subosukawonosraten.
Dengan letak geografis Kota Solo yang berada di persilangan kota-kota besar di pulau Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya, Jogja),
▪
1
commit to user www.surakarta.go.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadikan Kota Solo nampak dinamis dalam setiap perkembangan kehidupan Kota. Kota Solo terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan
Laweyan,
Serengan,
Pasar
Kliwon,
Jebres
dan
Banjarsari.
Gambar. III.2 Wilayah kota Solo serta pembagian wilayah masing-masing kecamatan.
Jaman dahulu kawasan Desa Sala adalah hamparan rawa yang berada di pingiran Bengawan Beton (kemudian lebih akrab disebut Bengawan Sala). Kawasan tersebut dikelilingi Gunung Lawu (3.265 m dpl) di sebelah timur, gunung Merapi (2.911 m dpl) disebelah barat, gunung Merbabu (3.142 m dpl) disebelah barat serta rangkaian pengunungan kapur di sebelah selatan dan sebelah utara. Dengan kondisi geologis di antara gunung berapi (saat ini yang masih aktif adalah gunung Merapi) serta ketinggian tanah 92 m dpl (dataran rendah) menjadikan kawasan tersebut cukup subur dan cocok sebagai daerah pertanian. Namun, wilayah seluas 44,04 ha tersebut kini telah menjadi lahan yang ditanami “batu” dan hanya menyisakan sedikit lahan pertanian di Kecamatan Banjarsari dan kecamatan Jebres.
Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 26 ºC
to user sampai dengan 28 ºC.commit Sedangkan kelembaban udara berkisar antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71% sampai dengan 87%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 23. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 484 mm jatuh pada bulan Januari. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar juga jatuh pada bulan Januari sebesar 25,47 mm per hari hujan. Air hujan adalah anugerah yang melimpah bagi kota Solo. Namun, sayangnya tetesan air dari langit ini sering kurang dimanfaatkan dan bahkan menjadi genangan musibah banjir bagi kota Solo. Letak geografis yang berada di daerah sekitar katulistiwa, juga menjadikan Solo kaya akan sumber energi alternatif yaitu sinar matahari dan angin. b. Kebijakan Umum Pengembangan Kota Solo
Sebagai kota yang mapan dan berkategori sebagai kota besar dan sedang berkembang menuju kota metropolitan, maka kota Surakarta mempunyai banyak fungsi dengan skala pelayanan yang beragam. Kota Surakarta diharapkan dapat berfungsi sebagai : ·
Kota industri, yang berskala lokal, regional, nasional, dan internasional yang mampu yang mampu berkembang sepadan dengnan kota – kota industri lainnya dari berbagai skala baik di Jawa Tengah, Pulau Jawa, maupun di Indonesia.
·
Kota perdagangan, yang berskala lokal, regional, nasional, maupun internasnional yang mampu berkembang sepadan dengan kota – kota perdagangan lainnya dari berbagai skala, baik Jawa Tengah, Jawa, maupun Indonesia.
·
Kota pari wisata – budaya yang berskala loikal, nasional, maupun internasional yang mampu berkembang sepadan dengan kota pariwisata – budaya lainnya dari berbagai skala, baik Jawa Tengah, Jawa, maupun Indonesia.
·
Kota pendidikan yang berskala lokal, regional, nasional, maupun internasional yang mampu berkembang sepadan dengan kota – kota pendidikan lainnya di Jawa Tengah, Jawa,
commit to user
maupun Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Kota fasilitas sosial yang berskala lokal, regional, naupun internasional yang mampu berkembang sepadan dengan kota – kota fasilitas sosial di Jawa Tengah, Jawa, maupun Indonesia.
·
Kota pusat pemerintahan dan pengendali pembangunan ekonomi – sosial politik bagi wilayahnya dan daerah pengaruhnya.
1) Rencana Struktur Tata Ruang Kota
Beberapa hal utama dalam penyusunan kembali konsep tata ruang kota Surakarta antara lain ;
a) Upaya pengembangan fisik kota ke arah Barart dan Utara, di mana arah Utara dimungkinkan sebab banyak daerah belum terbangun yang masih termasuk dalam wilayah administrtif kotamadya
Surakarta.
Sedangkan
arah
Barat
dengan
pertimbangan berorientasi ke lapangan terbang Adi Sumarmo dan kota Semarang sebagai pintu gerbang wilayah Jawa Tengah.
b) Upaya pengisian tata pembangunan kota Surakarta yang menurut Pola Dasar Pembangunan dan REPELITADA (Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah) dibagi dalam 4 wilayah pembangunan. c) Upaya pembagian Sub Wilayah Pembangunan ( SWP ) yang mempunyai fungsi dan karakteristik pembangunan atau mempunyai dominasi fungsi dan orientasi pembangunan fasiulitas tertentu. d) Upaya pemberian pemerataan kesempatan berkembang yang sama pada tiap SWP, dengan konsep luwes dan bercampur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Seminimal mungkin melakukan perombakan atau perubahan fungsi
ruang
yang
telah
ada,
misalnya
keprasan,
pembongkaran bangunan permanen, dan sebagainya. f)
Semaksimal mungkin memanfaatkan pertumbuhan yang sudah ada, sepanjang masih dalam batas – batas kelayakan kehidupan kota.
g) Penataan ruang sehingga dapat menciptakan kondisi ” Berseri ”, Bersih, Sehat,Rapi, Indah, dan “Atlas “, Aman, Tertib, Lancar, dan Sehat.
Untuk
kawasan
yang
yang
belum
terbangun
kebijaksanaanya adalah digunakannya lahan yang relatif tidak subur, sehingga meningkatkan fungsi lahan tersebut, sedangkan lahan yang subur tetap dipertahankan sebagai lahan pertanian dan mempertahankan keadaan fisik lahan sehingga mudah dalam pelayanan sarana dan prasarana kota maupun kemudahan dalam pembangunan fisik kota 2) Kebijakan Umum Pengembangan Fungsi Kota Surakarta
Secara geografis, konstelasi regional Kota Surakarta dengan pusat – pusat pertumbuhan sekitarnya meliputi : ·
Ke arah Utara, menuju Kota Purwodadi.
·
Ke arah Timur, menuju Kota Sragen dan Karanganyar dan kawasan wisata Tawangmangu.
·
Ke arah Selatan, menuju ke Kota Sukoharjo dan Wonogiri.
·
Ke arah Barat, menuju ke Kota Yogyakarta dan Semarang.
Mendasarkan pada posisi geografis Kota Surakarta tersebut serta pola pergerakan manusia dan barang yang terjadi, Kota Surakarta memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemacu pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arus manusia dan barang dari dan ke kota Surakarta cukup kuat, hal ini mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi dan karakter perkembangan Kota Sirakarta. Akibat adanya arus pergerakan tersebut, di sepanjang ruas jalan utama yang dilaluinya berpotensi berkembang kegiatan ekonomi, misalnya toko, industri, hotel, bengkel, dan sebagainya yang pada dasarnya memberikan pelayanan terhadap arus yang melaluinya tersebut.
Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan di atas, maka fungsi yang akan dikembangkan di Kota Surakarta adalah sebagai berikut ;
a) Secara makro, Kota Surakarta berperan sebagai Kota Pelayanan Nasional, yaitu kota yang memiliki potensi dan dikembangkan beberapa kegiatan yang memiliki jangkauan Pelayanan Nasional. b) Sebagai salah satu pusat pertumbuhan utama wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian Timur. c) Sebagai Kota Budaya yang dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial dan kultur budaya masyarakatnya. d) Sebagai kawasan perkotaan yang memberikan pelayanan dan pengaruh
positif
terhadap
wilayah
sekitarnya,
meliputi
Kabupaten Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan Boyolali. e) Sebagai simpul pergerakan barang dari wilayah kabupaten sekitar menuju ke wilayah yang lebih luas. f) Sebagai home based perjalanan wisata di Jawa Tengah. 3) Arah Pengembangan Kota Secara spasial, perkembangan Kota Surakarta baik secara eksternal maupun internal yang memiliki kecenderungan sebagai berikut ; a) Secara
eksternal,
Kota
Surakarta
mampu
menumbuh
kembangkan kawasan perkotaan di sekitarnya yang meliputi
commit toColomadu, user kawasan Kartosuro, Solobaru, Jaten, Palur,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kaliyoso, sehingga membentuk mata rantai kegiatan sosial ekonomi lintas wilayah yang secara fisik sudah termasuk dalam kategori kawasan perkotaan metropolitan. b) Terjadinya disparitas pertumbuhan antara kawasan Solo Bagian Selatan yang sudah sangat intensif dan kawasan Solo Bagian Utara yang kurang memiliki daya tarik untuk berkembang. c) Intensitas pemanfaatan ruang Kota Surakarta ( terlebih Surakarta bag. selatan ) sudah sangat padat dan ruang terbuka untuk umum ( publik space ) sangat terbatas.
Mendasarkan pada pertimbangan di atas, Kota Surakarta dalam
jangka
waktu
10
tahun
ke
depan
diarahkan
perkembangannya sebagai berikut. Secara eksternal, perlu adanya penggaturan secara terpadu lintas wilayah melalui perencanaan struktur kawasan perkotaan metropolitan, sehingga kawasan perbatasan yang selama ini sering terjadi konflik, berubah menjadi kerja sama yang sinergis yaitu dengan cara mengarahkan perkembangan Kota Surakarta Bagian Utara melalui pengembangan jaringan infrastruktur serta pengalokasian kegiatan baru yang mampu merangsang dan menjadi daya tarik terhadap
kegiatan
lainnya
dan
mengembangkan
dan
merekomendasikan adanya perkembangan vertikal pada kawasan kota yang padat ( Surakarta Bagian Selatan ). 4) Kebijakan Umum Pengembangan Fasilitas Sosial Secara umum fasilitas sosial yang ada di kota Surakarta masih dapat dipertahankan, sedang untuk pengembangannya didasarkan pada tingkat kebutuhan beberapa jenis fasilitas sosial tertentu sesuai dengan jangkauan dan tingkat pelayanannya. Beberapa jenis fasilitas sosial dikembangkan menurut pertimbangan kebutuhan pelayanan lokal Kota Surakarta, namun beberapa
fasilitas
sosial
juga
dikembangkan
berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan tingkat regional dan Nasional.
commit to user
Aplikasi kebijakan tersebut dilakukan dengan mempertahankan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitas – fasilitas sosial yang ada dan merelokasikan fasilitas yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan lokasi keberadaannya, serta memprioritaskan pengembangan fasilitas sosial untuk merangsang perkembangan kota. 5) Kebijakan Umum Pemanfaatan Ruang Kota Dalam
pengembangan pola
pemanfaatan
ruang
kota
Surakarta, menggunakan pola atau konsep yang sesuai dengan karakteristiknya,
yaitu
dengan
menggunakan
2
konsep
pendekatan yakni ; a) Konsep Mix Used Planning, yaitu konsep rencana tata guna tanah yang menetapkan adanya beberapa daerah yang bersifat campuran bagi beberapa jenis kegiatan yang saling menunjang. b) Konsep Flexible Zonning, yaitu konsep tata guna tanah yang memberikan toleransi bercampurnya kegiatan lain pada daerah peruntukan tertentu, dengan catatan kegiatan lain tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan utama, dan bahkan saling menunjang.
2. Tata Hijau di Kota Solo Mulai tahun 2010 pembangunan Kota Solo akan dirancang dengan menyatukan nilai budaya dengan lingkungan yang diistilahkan dengan konsep eco-cultural (ekologi dan budaya).
Untuk mewujudkan konsep ini, Pemkot Solo telah membentuk tim yang akan membuat detail konsep tersebut yang terdiri dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), serta unsur pemerintahan wilayah.
Salah satu konsep makronya adalah pembuatan hutan kota melalui perbanyakan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Idealnya, RTH kota Solo adalah 30 persen dari keseluruhan wilayah. Akan tetapi, RTH Solo barumencapai 18 persen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk meningkatkan luasan RTH, Pemkot akan memanfaatkan lahan-lahan kosong guna dijadikan hutan kota. Pada tahapan awal, pemkot akan menginventarisasi tanah negara, dan tanah-tanah negara itulah yang nantinya akan dijadikan hutan kota.
Selain pembuatan hutan kota, konsep eco-cultural (ekologi-budaya) juga diwujudkan dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah warga. Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surakarta. Kegiatan serupa juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai sejak bulan Juni 2010.
3. Sungai di Solo a. Historis Peradaban kerajaan/kota hampir sebagian besar bermula dari sungai. Mesir dengan Nil, Paris dengan Sheine, Sriwijaya dengan Musi, Majapahit dengan Brantas dan kerajaan/kota lainnya.
Demikian halnya Solo, Jauh sebelum Keraton Surakarta Hadiningrat berdiri, atau tepatnya pada zaman Mataram, tersebutlah sebuah dusun bernama Nusupan. Dusun itu terletak di sebelah tenggara Desa Sala, wilayah yang kemudian menjadi tempat perpindahan Keraton Kartasura. Letak geografis dusun tersebut sangat unik.
Dalam buku Babad Solo karangan RM Said disebutkan, ada sungai besar yang dinamakan Bengawan Beton membelah wilayah dusun itu menjadi dua bagian. Lalu di antara tepian bengawan yang membelah dusun itu terdapat sebuah bandar atau pelabuhan sungai. Pelabuhan itulah yang membuat Dusun Nusupan sangat ramai.
commitituto user Apalagi ketika pelabuhan menjadi sarana perdagangan para
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saudagar dari Gresik dan Surabaya yang menuju Kutha Gedhe (ibu kota Mataram). Atau sebaliknya, sebagai sarana transportasi para saudagar dari Kutha Gedhe yang ingin berdagang ke Gresik dan Surabaya. "Kawontenan makaten punika ngantos dumugi ing jaman Kartosura tuwin ngantos dumugi Surakarta. Saderengipun wonten sepur”. (Keadaan seperti itu berlangsung hingga zaman Keraton Kartasura
serta
hingga
zaman
Surakarta
Keraton
Hadiningrat)," papar RM Sajid dalam buku tersebut.
Surakarta
2
Dalam perkembangannya nama bengawan kemudian berubah. "Sasampunipun kondhang dumugi sanes nagari, nama Bengawan Beton lajeng santun nama gantos ngangge nama bebekel ngriku. Lajeng kaaran Bengawan Sala” (Setelah terkenal hingga ke negara lain, nama Bengawan Beton lalu berubah nama berganti dengan nama bekel di situ. Lalu disebut Bengawan Sala -sekarang sering dilafalkan orang dengan Bengawan Solo), jelas RM Sajid. Itulah sekelumit sejarah tentang nama Bengawan Solo, sungai besar yang sekarang menjadi “trademark” Kota Solo. Dengan mengalunnya lagu Bengawan
Solo
karya
mbah
Gesang,
semakin
lengkaplah
kepopuleran Bengawan Solo.
Selain Bengawan
Solo, keberadaan
Kali Pepe ternyata
dipercayai oleh beberapa ahli sejarah terkait erat dengan sejarah Kota Solo. Nama Kali Pepe sudah disebut-sebut sejak zaman Kerajaan Pajang, atau sekitar pertengahan abad XVI. Ini terungkap dalam salah satu serat "Sri Radya Laksana" karya Mas Ngabehi Pradya Duta. Serat ini bertutur tentang kepindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta. 3
Seperti yang dikatakan pakar sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat, RT Pustaka Raharjonagoro atau Drs Mufti Raharjo, dan Kepala Museum Radya Pustaka KRHT Darmodipura, Kali Pepe diyakini telah ada semenjak zaman Kerajaan Majapahit, meski bukti ▪
2
▪
3
http://prameswaradani.blogspot.com/2009/03/tentang-solo.html commit to user http://prameswaradani.blogspot.com/2009/03/tentang-solo.html
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertulis yang menyebut nama kali tersebut tak ada. "Pada zaman Majapahit, di Bengawan Solo terdapat 44 bandar (pelabuhan kecil) dari mulai Jawa Timur. Bandar terakhir berada di pertemuan dua arus sungai yang berada di daerah Semanggi," ujar dia mengawali ceritanya tentang sejarah Kali Pepe. Pertemuan ini adalah Bengawan Solo dan sungai yang kemungkinan besar adalah Kali Pepe, dan bertemu di daerah Semanggi. Hal ini, kata dia, terpetik dalam sebuah buku berjudul Indonesian Sociology Studies karya Shcricke dan G Noorduyn. 4
Bengawan Solo dan Kali Pepe, dua buah sungai yang memiliki arti penting keberadaan kota Solo. Sungai ini adalah sungai yang menjadi saksi sejarah dimana kebudayaan dan kegiatan perdagangan di Solo berkembang pesat di masa lampau dengan fungsi ekologisnya sekaligus fungsi fisiknya sebagai jalur transportasi perdagangan. Dengan hidupnya kali pepe nyatanya memberikan dampak positif pula bagi
hidup
dan
berkembangnya
daerah-daerah
pinggiran
di
sekitarnya. Jejak-jejak kejayaan itu masih dapat dilihat dari kekayaan ragam arsitektur, keragaman sosial-budaya dan keragaman aktifitas dikawasan tersebut. Hanya saja kondisinya sekarang cenderung degradatif seiring menurunnya pula kualitas fisik dan fungsi kali pepe.
Belum terlambat untuk sekali lagi menghidupkan kawasan yang kaya potensi ini. Yang dibutuhkan adalah adanya terobosan perencanaan untuk memicu bangkitnya lagi potensi potensi yang dimiliki di kawasan pinggiran kali pepe. Sebuah kemasan baru agar potensi-potensi tersebut semakin menonjol dan terlihat.
▪
4
commit to user http://prameswaradani.blogspot.com/2009/03/tentang-solo.html
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penanganan Kali Pepe Pada masa lalu kondisi Kali Pepe airnya tampak ‘menyejukkan’ mata. Keberadaannya yang membelah kota Solo menjadi jalur transportasi bagi hilir mudik perahu dari tengah kota hingga bandar benton.
Aliran
airnya
tenang
dan
menenangkan
mata
yang
memandangnya. debit airnya yang relatif stabil baik di musim penghujan maupun kemarau dapat dijadikan sumber persediaan air bagi kota Solo. Kondisi bantarannya juga tidak kalah nyaman untuk sekedar jalan-jalan menikmati udara pagi dan senja kota Solo. namun sayang, Itu nostalgia masa lalu.
PROKASIH (Program Kali Bersih) Kali Pepe hanya bersifat temporer, seakan ikut hanyut bersama aliran Kali Pepe. Badan Kali Pepe telah berubah menjadi jalur transportasi sampah dan limbah bukan perahu seperti dahulu. Aliran airnya tidak tentu, kadang sedikit kadang berlebih. Dengan adanya pintu air Tirtonadi dan luapan air Kali Pepe yang membelah tengah kota Solo dapat “diatasi” dan sebagian besar dialirkan ke Kali Anyar. Penyerapan air ke tanah semakin berkurang dengan talud-isasi bantaran Kali Pepe, Kali Pepe terkesan hanya sebagai sarana drainase kota bukan sebagai alat penyimpan air secara alami. Kondisi bantaran juga semakin ramai, bukan orang jalan-jalan, melainkan rumah-rumah marginal.
Menjadikan Kali Pepe lebih indah adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan bagi segenap masyarakat kota Solo. terlebih dengan program beutifikasi Solo oleh pemerintah kota. Ada beberapa hal yang dirasa perlu untuk ditangani, antara lain sebagai berikut. 1) Fungsi Air Kali Pepe Dengan letaknya yang strategis membelah kota Solo, keberadaan Kali Pepe sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ruang
publik
kota dengan menghusung konsep
riverfront. Apalagi kedepan gaung ”eco-cultural city” semakin
commit user aset ekologis serta aset sejarah bergema, bukankah KalitoPepe
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kota Solo? Selain itu dengan isu water crisis dan water war, Kali Pepe juga bisa digunakan sebagai tempat penyimpanan dan penyedia air bagi kota Solo di masa depan. Fungsi-fungsi tersebut adalah memungkinkan, selama ada komitmen dari semua pihak. 2) Kualitas Air Kali Pepe Dengan kualitas air yang baik, keberadaan riverfront yang difungsikan sebagai ruang publik kota akan lebih nyaman dan indah terutama dalam hal visualisasi. Pencemaran air sungai di Solo sudah membahayakan. Berdasarkan analisis parameter kunci yaitu; BOD (biological oxigen demand), COD (chemical oxigen demand), tembaga (Cu2+), dan seng (Zn2+) kantor lingkungan hidup Pemkot Surakarta pada kemarau bulan September 2003, tingkat pencemaran di sepuluh lokasi di lima sungai di Solo sangat tinggi dan Kali Pepe adalah satu diantaranya.
Walaupun banyak sekali polutan yang berlayar di Kali Pepe, dibeberapa titik masih ditemui biota ikan-ikan kecil dan rerumputan yang masih survive dengan ‘mengkonsumsi’ air Kali Pepe. Namun, kualitas air Kali Pepe yang demikian perlu untuk diperbaiki. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan: ·
Penyadaran segenap wong Solo agar tidak lagi membuang sampah di Kali Pepe, hal ini membutuhkan proses yang lumayan panjang. Akan tetapi hal itu bisa dilakukan selama komitmen semua pihak. Bisa mencontoh program “Lixo na Lata” (Lempar sampahmu, dalam bak sampah) yang telah dilakukan pemerintah kota Rio De Janeiro.
·
Untuk menjaga kualitas air, limbah rumah tangga tidak dialirkan ke badan Kali Pepe, melainkan ke saluran drainase kota (bawah tanah) yang sudah ada. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, bisa menggunakan aliran air Kali Pepe dengan syarat adanya pengolahan limbah terlebih dahulu
commit user sebelum dialirkan ke to Kali Pepe.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user