74
BAB III Konvergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Pengkorespondensian bunyi onomatope dan mimetik telah dilakukan pada bab II, yang berhasil mempertemukan distribusi bunyi yang sama. Fakta ini membangkitkan pertanyaan yang memerlukan suatu penjelasan:kenapa mereka sama sementara faktanya adalah B.Indo dan B.Ing merupakan dua bahasa yang berasal dari rumpun yang berbeda? Pada bagian 1.1 telah disampaikan secara singkat bahwa adanya konvergensi bunyi bukan karena kedua bahasa diturunkan dari bahasa induk yang sama, atau misalnya B.Indo meminjam kata dari B.Ing dan sebaliknya, tetapi lebih karena sifat dasar onomatope itu adalah suka meniru bunyi-bunyi sehingga bahasa-bahasa yang hubungannya jauh, potensial memiliki lambang yang identik atau hampir mirip untuk fenomena bunyi yang sama. Namun demikian, ada empat jawaban yang dapat diajukan terhadap pertanyaan tersebut yang kemudian akan menjadi empat pembahasan utama dalam bab III ini. Pertama, karena persamaan inventarisasi fonem. Kedua, karena persamaan kaidah fonotaktik. Ketiga, karena fenomena kinestesia. Keempat, karena persamaan simbolisme bunyi yang berlaku baik pada B.Indo atau B.Ing.
3.1 Persamaan Inventarisasi Fonem Pada 1.6.3.3 telah diulas mengenai persamaan sistem fonologi antara B.Indo dan B.Ing. Setelah segmentasi dan korespondensi bunyi pada 2.1, bagian
75
ini akan merekapitulasi konvergensi fonem-fonem khas sebagai akibat dari persamaan sistem fonologi tersebut. No
Onomatope Hewan
Fonem yang khas
1
Ayam
/k/
2
Sapi
/m/
3
Bebek
/w/+ /k/
4
Tikus
/i/
5
Burung gagak
/k/
6
Anjing
/u/
7
Kodok (berukuran lebih besar)
/k/+/r/+/k/
8
Kodok (berukuran lebih kecil)
/b/
9
Kambing
/b/
10
Ular
/s/
11
Burung kecil
12
Keledai
/h/
13
Tokek
/k/
14
Angsa
/o/+/ŋ/
15
Kucing
/m/
/i/+/t/
Tabel 11. Fonem khas onomatope hewan
No
Onomatope aktifitas fisik
Fonem yang khas
1
Makan
/m/
2
Minum
/g/+/l/+/ə/+/k/
3
Tamparan/menampar
/l/
4
Tepuk tangan
/l/
76
5
Menjentikkan sesuatu
/i/+/k/
6
Menghisap saat makan
/s/
7
Memuntahkan sesuatu dari mulut
/p/
8
Makan sesuatu yang renyah
9
Melahap makanan
/p/
10
Pukulan tinju
/b/
11
Langkah kaki biasa
/k/+/r/
/t/+/p/
Tabel 12. Fonem khas onomatope aktifitas fisik
No
Onomatope Suara alam
1
Hujan gerimis
2
Angin berhembus
3
Gelembung-gelembung air
4
Benda jatuh keair dengan tenang tanpa menimbulkan banyak percikan
5
Desir zat padat berupa butiran
Fonem yang khas /i/ /w/+/u/ /l/ /p/+/l/ /∫/
Tabel 13. Fonem khas onomatope bunyi alam
No
Onomatope macam-macam benda
Fonem yang khas
1
Mengetuk pintu
/k/
2
Klakson mobil
/i/
3
Klakson kereta api
4
Ledakan kecil
5
Peluit
6
Deru mesin mobil/motor
/t/+/u/+/t/ /u/+/m/ /i/+/t/ /r/+/u/+/m/
77
7
Ban kendaraan berdecit
/i/
8
Dering telepon (telepon tombol putar)
/r/+/i/+/ŋ/
9
Berderit (pintu, jendela, peti)
/k/+/r/+/k/
10
Gong
11
Lonceng ukuran kecil
/i/+/ŋ/
12
Bel pintu
/i/+/ŋ/
13
Detak jam dinding
/t/+/k/
14
Sesuatu yang retak
/k/+/r/+/k/
15
Klik (kamera, pelatuk revolver)
16
Menyapu daun-daun kering
17
Bunyi melesat (sesuatu yang besar seperti pesawat dan rudal)
/w/
18
Lintasan lemparan sesuatu yang kecil (batu)
/w/+/i/
19
Desing peluru
/i/+/ŋ/
20
Gerakan cepat berulang (pukulan tangan,ayunan tongkat,tali skipping)
/w/
21
gelas kaca yang dipukulkan dengan sendok/pisau alumunium
/t/+/i/+/ŋ/
22
Membuka kunci
/k/+/l/+/k/
23
Pedang ditarik dari sarungnya
/i/+/ŋ/
24
Benturan logam, baja dan besi
/ŋ/
25
Kain robek
/r/
26
Alat musik drum
/u/
27
Alat musik terompet
/t/
/ŋ/
/k/+/l/+/i/+/k/ /r/+/k/
Tabel 14. Fonem khas onomatope macam-macam benda
No
Mimetik phenomimes
Fonem yang khas
78
1
Menyentuh memanggil)
2
Citra kilau
beberapa
kali
(untuk
/t/ /l/+/i/+/ŋ/
Tabel 15. Fonem khas mimetik phenomimes
3.2 Persamaan Kaidah Fonotaktik Pada bagian 1.6.3.4 telah diperikan kaidah fonotaktik B.Indo dan B.Ing. Terbukti dua bahasa yang mempunyai khasanah fonem yang hampir mirip, memungkinkan juga mempunyai tata aturan yang kurang lebih sama mengenai distribusi fonem dalam upaya pembentukan silabe dan kata. Berikut ini adalah evidensi dari persamaan kaidah fonotaktik yang menyebabkan konvergensi bunyi onomatope dan mimetik. Evidensi hanya dijumpai pada dua segmen yang menempati posisi onset. Gugus Onomatope Konsonan /kr/ Bunyi kodok 2
B.Indo
B.Ing
[krɔk krɔk]
[krəƱk krəƱk]
Bunyi makan sesuatu yang renyah
[kriuk kriuk] [krəs krəs]
[krnt∫ krnt∫]
Bunyi berderit pintu, peti, jendela
[kriek kriek]
[krik krik]
Bunyi sesuatu yang retak (tulang retak, kayu retak, dinding retak)
[krak krak]
[kræk kræk]
/kl/
Bunyik klik/bunyi ringan cepat/tiba-tiba (tekan tombol kamera, pelatuk revolver,)
[klik]
[klIk]
/gl/
Bunyi minum
[glək glək glək]
[glək glək glək]
79
/pl/
Benda jatuh ke air dengan tenang/tidak menimbulkan banyak percikan
[pluŋ]
[plɔp]
Tabel 16. Konvergensi gugus konsonan
3.3 Fenomena Kinestesia Kinestesia adalah adanya kaitan antara makna dari kata dengan atribut fisik artikulasi (Anderson dalam Thomas & Clara,2004:9). Evidensi-evidensi terkait dengan fenomena ini adalah yang berhubungan dengan aktifitas manusia, seperti makan, minum, memuntahkan makanan. Fonem Onomatope khas /am/, Bunyi makan /m
Penjelasan fenomena kinestesia Bunyi vokal [a] dan [] diucapkan dengan membuka rongga mulut, kemudian disusul dengan bunyi bilabial [m] yang diucapkan dengan menutup rongga mulut. Kemudian membuka lagi secara berulang. Ini mewujudkan aktifitas makan.
/glək/
Bunyi minum
Bunyi velar [g] dan [k] diucapkan dengan pangkal lidah (dorsum) yang harus menempel pada langitlangit lunak (velum). Dalam aktifitas minum penempelan pangkal lidah dimaksudkan untuk memberikan jeda saat memasukkan air secara konstan melalui rongga mulut.
/up/, /ap/
Bunyi melahap makanan
Bunyi vokal [u] dan [a] diucapkan dengan membuka rongga mulut, kemudian disusul dengan bunyi hambat bilabial [p] yang diucapkan dengan menutup rapat bibir. Ini merupakan aktualisasi aktifitas melahap makanan.
Tabel 17. Konvergensi bunyi berdasarkan fenomena kinestesia
80
3.4 Persamaan Simbolisme Bunyi Penelitian empiris mengenai simbolisme bunyi telah memiliki sejarah yang panjang dan juga banyak menuai kontroversi dan perdebatan, apakah simbolisme bunyi itu hanya berlaku dalam satu bahasa saja atau bersifat universal yaitu berlaku di semua bahasa yang ada di dunia. Terlepas dari seputar perdebatan tersebut, penegasan atas sifat kesemestaan dalam simbolisme bunyi dimulai dari penelitian tentang simbol bunyi yang maknanya berhubungan dengan ukuran besar dan kecil (magnitude symbolism) khususnya bunyi vokal. Edward Sapir adalah pelopor penelitian ini pada tahun 19295 yang kemudian banyak menuai kajian-kajian lanjutan oleh para peneliti lain setelahnya (Nuckolls,1999:230). Magnitude symbolism terdiri dari dua konsep, yakni konsep diminutif (diminutive)- konsep yang berhubungan dengan makna kecil, dan konsep ogmentatif (augmentative) – konsep yang berhubungan dengan makna besar. Berlimpahnya evidensi menunjukkan temuan-temuan yang konsisten mengenai kesemestaan pola ini di semua bahasa yang pernah diteliti, terlepas apakah bahasa-bahasa yang diteliti tersebut memiliki relasi historis atau tidak. Dalam bagian 3.4 ini, akan diupayakan penemuan pola-pola simbol bunyi yang sama yakni yang sama-sama berlaku dalam B.Indo dan B.Ing.
5
Sapir bereksperimen dengan dua kata artifisial mil dan mal, kemudian memberikan acuan arbitrer ‘meja’ untuk kata-kata tersebut. Lima ratus informan ditanyai kata mana dari mil dan mal yang mengindikasikan meja kecil dan meja besar. 83% anak-anak dan 93% orang dewasa dari para informan dengan konsisten memberi jawaban mil adalah jenis meja kecil.
81
3.4.1 Vokal Depan Vokal Belakang Pemanfaatan hubungan antara ukuran kecil dengan vokal /i/, dan antara ukuran besar dengan vokal /a/ dinamai dengan magnitude symbolism.
Jadi,
semakin tinggi bunyi vokal tersebut atau semakin ke depan, maka semakin dimaknai dengan segala yang berukuran kecil. Sebaliknya, semakin rendah bunyi vokal tersebut atau semakin ke belakang, maka maknanya adalah pembesaran. Pola ini dapat diskemakan sebagai berikut.
Tabel 18. Skema magnitude symbolism bunyi vokal (Diadaptasi dari Silverstein dalam Hinton, 1994)
Selain makna pengecilan untuk bunyi vokal tinggi dan pembesaran untuk bunyi vokal rendah, masih ada makna-makna lain yang dilekatkan pada bunyibunyi vokal itu, seperti: terang dan gelap, cepat dan lambat, dekat dan jauh. Motivasi yang mendasari magnitude sound symbolism ini adalah adanya kombinasi faktor-faktor artikulasi, akustik dan biologi (Nuckolls,1999:230). 1. Vokal Depan Baik pada B.Indo maupun B.Ing, fonem vokal depan diyakini membawa informasi kecil atau sesuatu yang bentuknya kecil. Pemaknaan ini didasarkan pada faktor artikulatoris, misalnya bunyi tinggi depan [i] diucapkan dengan
82
meninggikan bagian lidah depan sampai hampir menyentuh langit-langit bagian depan sehingga menyebabkan ruang mulut menjadi sempit dan kecil. Dalam pada itu, rongga bibir pun tampak tidak membuka lebar. Jadi, bibir atas dan bibir bawah membentuk ruang yang sempit. Kesempitan inilah yang dimanfaatkan untuk menyarankan makna kecil. Selain makna kecil yang dilekatkan pada vokal depan, juga ada makna-makna lain seperti terang, kilau dan tajam. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope dan mimetik B.Indo dan B.Ing. Makna Kecil Onomatope dan mimetik
B.Indo
B.ing
[cit cit]
[skwik skwik]
[cit cit] *[cuit cuit] [wεbεk wεbεk]
[twit twit] [rIbIt rIbIt]
Bunyi ringan cepat/tiba-tiba pada sesuatu benda yang berbentuk kecil
[klik]
[klIk]
Bunyi lintasan cepat di udara sesuatu yang berbentuk kecil (seperti batu)
[wiŋ]
[wi]
Suara desing peluru
[siŋ]
[zIŋ]
[priit priit]
[wit wit]
[tin tin]
[bip bip]
[tiŋ tiŋ tiŋ]
[dIŋ dIŋ dIŋ]
Bunyi tikus Bunyi burung kecil Bunyi kodok (berukuran kecil)
Bunyi peluit Bunyi klakson mobil Bunyi lonceng ukuran kecil
Tabel 19. Evidensi vokal depan yang bermakna kecil
Penjelasan : tanda bintang pada B.Indo [cuit cuit] adalah pengecualian yang berupa diftong /ui/. Karena pergerakan diftong ini bermula dari vokal belakang ke depan, maka disebut diminutivisasi atau pengecilan.
83
Tabel 20. Skema pergerakan diminutivisasi [cuit cuit]
Dengan demikian, tiruan bunyi burung B.Indo [cuit cuit] tetap mengacu pada burung yang tubuhnya kecil, atau lebih kecil dari burung gagak. Kemudian, tiruan bunyi klakson mobil B.Indo [tin tin] dan B.Ing [bip bip] tergolong dalam kategori ini karena ukuran mobil jelas lebih kecil apabila dibandingkan dengan kereta api yang bunyi klaksonnya ditirukan dengan [tut tut]. Makna Terang dan Kilau Onomatope dan phenomimes Citra sesuatu yang berkilau Citra kerlip bintang
B.Indo
B.ing
[cliŋ cliŋ]
[blIŋ blIŋ]
[kəlip kəlip]
[twIŋkəl twIŋkəl]
Tabel 21. Evidensi vokal depan yang bermakna terang dan kilau
Makna Tajam Onomatope
B.Indo
B.ing
Bunyi pedang yang ditarik dari sarungnya
[sriŋ]
[∫iŋ]
Tabel 22. Evidensi vokal depan yang bermakna tajam
2. Vokal Belakang Apabila vokal depan dihubungkan dengan pembawa informasi kecil, sebaliknya fonem vokal belakang diyakini membawa informasi besar atau sesuatu yang bentuknya besar. Pemaknaan ini didasarkan pada faktor artikulatoris,
84
misalnya bunyi rendah [a] diucapkan dengan tanpa melibatkan persentuhan lidah dengan langit-langit keras sehingga menyebabkan ruang mulut menjadi terbuka lebar. Wujud organ wicara inilah yang dimanfaatkan untuk menyarankan makna besar. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing. Onomatope
B.Indo
B.ing
Bunyi ayam
[kukuruyuk]
[kh Dkə dudl du]
Bunyi kodok (berukuran lebih besar)
[krɔk krɔk]
*[krəƱk krəƱk]
Bunyi angsa
[kwoŋ kwoŋ]
[hɔŋk hɔŋk]
Bunyi burung gagak
*[keak keak] *[kaok kaok] [kak kak] [moo]
[krα krα]
Bunyi anjing
[guk guk]
[wƱf wƱf]
Bunyi kucing
*[meoŋ]
*[miau]
[tuut tuut]
[tut tut]
Bunyi sapi
Bunyi klakson api/kapal laut
kereta
[mu]
Tabel 23. Evidensi vokal belakang yang bermakna besar
Penjelasan : rangkaian bunyi yang dibubuhi tanda bintang * adalah pengecualian yang berupa diftong dan triftong. Pergerakan diftong yang bermula dari vokal depan ke belakang dan dari tinggi ke rendah ini disebut dengan ogmentativisasi atau pembesaran.
Tabel 24. Skema pergerakan ogmentativisasi [krəƱk krəƱk]
85
Skema 25. Skema pergerakan ogmentativisasi [keak keak] dan [kaok kaok]
Dengan demikian, tiruan bunyi kodok B.Ing [krəƱk krəƱk] tetap mengacu pada kodok yang tubuhnya lebih besar dari kodok yang berbunyi [rIbIt rIbIt], dan burung gagak B.Indo juga tetap mengacu pada burung yang tubuhnya lebih besar dari burung gereja yang berbunyi [cuit cuit]/[cit cit] dan tentunya lebih kecil dari ayam yang berbunyi [kukuruyuk]. Ini menurut tingkatan besar kecilnya tubuh dalam kelompok spesies unggas. Sementara itu, pergerakan triftong pada bunyi kucing [miau] - B.Ing dan diftong pada [meoŋ] – B.Indo dapat diskemakan sebagai berikut.
Tabel 26. Skema pergerakan ogmentativisasi [meoŋ] dan [miau]
Berdasarkan skema di atas, diftong pada bunyi [meoŋ] – B.Indo bergerak dari vokal depan ke belakang, sedangkan triftong pada bunyi [miau] – B.Ing bergerak dari vokal tinggi menuju vokal rendah dan berakhir pada vokal belakang. Akhir dari pergerakan ini yakni vokal belakang tetap mengacu pada seekor hewan yang besar, lebih besar dari tikus yang berbunyi [cit cit] dan [skwik skwik], serta lebih
86
kecil umumnya dari anjing yang berbunyi [guk guk] dan [wƱf wƱf]. Ini menurut tingkatan besar kecilnya tubuh dalam kelompok spesies mamalia. Selain mencetuskan makna besar, vokal belakang juga dihubungkan dengan suara-suara yang berat, gaduh dan keras. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing. Onomatope
B.Indo
B.ing
[buk]
[bDp]
Ketuk pintu
[tok tok tok]
[nDk nDk nDk]
Menggedor pintu
[dor dor dor]
[mp mp mp]
[tut tut]
[tut tut]
Gong
[goŋ]
[dɔŋ]
Ledakan kecil
[tum]
[bum]
Alat musik drum
[duk]
[bum]
[tut tut] *[kriuk kriuk] *[kraus kraus] *[krauk krauk] [gələgar]
[tut tut] [krnt∫ krnt∫]
Pukulan tinju
Klakson kereta api/kapal laut
Bunyi klakson kereta api/kapal laut Bunyi makan sesuatu yang renyah
Suara guntur Deru mesin mobil/motor
[brum]
[broum] [bum] [vrum]
Tabel 27. Evidensi vokal belakang yang berhubungan dengan suara berat, gaduh, dan keras
Penjelasan : rangkaian bunyi yang dibubuhi tanda bintang * adalah pengecualian yang berupa diftong. Pergerakan diftong yang bermula dari vokal depan [i] dan [a] ke belakang [u] ini disebut dengan ogmentativisasi atau pembesaran.
87
3.4.2 Konsonan Stop Tansuara Stop Bersuara Apabila bunyi vokal dibedakan atas bunyi depan dan belakang atau tinggi dan rendah yang bermakna besar dan kecil, maka bunyi konsonan dibedakan atas konsonan tansuara dan bersuara. Bunyi tansuara dan bersuara dibedakan lagi atas bunyi stop/hambat dan frikatif/geseran. 1. Stop Tansuara Konsonan stop tansuara meliputi fonem /p/, /t/ dan /k/. Pada B.Indo dan B.Ing, bunyi stop tansuara membangkitkan kesan bunyi yang ringan, cepat, tibatiba dan tidak berangsur atau tidak berlangsung lama. Kesan ringan, cepat dan tiba-tiba ini nampak didasarkan atas fonetik artikulatoris, yakni bagaimana fonemfonem tansuara itu dihasilkan tanpa harus melibatkan getaran pita suara. Onomatope dan mimetik
B.Indo
B.ing
Bunyi kodok (berukuran kecil)
lebih
[wεbεk wεbεk]
[rIbIt rIbIt]
Bunyi besar)
lebih
[krɔk krɔk]
[krəƱk krəƱk]
[cit cit]
[skwik skwik]
[toplak toplak toplak] [kətəpak kətəpak] [tuk tik tak tik tuk] [glək glək glək]
[klIpətiklɔp] [glək glək glək]
[hap]
[glup]
[plak]/[pak]
[slæp]
[plok plok plok] [pok pok pok] [tik]
[klæp klæp klæp]
[buk]
[bDp]
kodok
(berukuran
Bunyi tikus Bunyi langkah kuda
Bunyi minum Bunyi melahap makanan Bunyi tamparan Bunyi tepuk tangan Bunyi menjentikkan sesuatu Bunyi pukulan tinju
[flIk]
88
Bunyi hujan gerimis
[tik tik tik]
[pItə(r) pætə(r)]
Bunyi mengetuk pintu
[tok tok tok]
[nDk nDk nDk]
Bunyi mengetuk pintu dengan lirih
[tok tok tok]
[ræt tæt tæt]
Bunyi peluit
[prit prit]
[wit wit]
Bunyi detak jam
[tak tak]
[tIk tɔk]
[klik]
[klIk]
[cəklεk]
[klIk klæk]
[bret]
[rIp]
[tuk tuk]
[thæp thæp]
[srεk srεk]
[reIk reIk]
Sesuatu yang tajam tertancap (anak panah, pisau, kapak)
[tap]
[wæk]
bunyi cium
[cup]
[smæk]
[tap tap tap]
[thæp thæp thæp]
Bunyi klik (tombol kamera, pelatuk revolver) Bunyi membuka kunci Bunyi robek Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil) Bunyi menyapu daun-daun kering
Bunyi langkah kaki biasa
Tabel 28. Evidensi konsonan stop tansuara yang mengacu pada bunyi yang ringan, cepat, tiba-tiba dan tidak berangsur atau tidak berlangsung lama.
2. Stop Bersuara Konsonan stop bersuara meliputi fonem /b/, /d/ dan /g/. Pada B.Indo dan B.Ing, bunyi stop bersuara membangkitkan kesan bunyi yang berat, gaduh dan keras dan dikonotasikan dengan makna sesuatu yang bertabrakan/berbenturan dan kekejaman. Kesan berat, gaduh dan keras ini nampak didasarkan juga atas faktor artikulatoris, yakni bagaimana fonem-fonem bersuara itu dihasilkan dengan harus melibatkan getaran pita suara. Dalam disertasi Magnus, fonem /b/ yang mengawali suatu kata dalam B.Ing biasanya mengacu pada bunyi-bunyi ledakan dan hewan-hewan besar, seperti bear (beruang), boar (babi hutan), bull (banteng), buffalo (kerbau), buck
89
(rusa jantan). Bahkan, sekalipun hewan itu kecil sebangsa serangga, masih dapat digolongkan pada paling besar dan paling menjengkelkan dalam kelompok filumnya – bee (lebah), beetle (kumbang), bug (serangga hama) (Magnus, 2001:71). Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing tentang konsonan stop bersuara yang dihubungkan dengan suara yang berat, keras dan gaduh. Onomatope
B.Indo
B.ing
Bunyi tembakan
[dor]
[bæŋ]
Bunyi pukulan tinju
[buk]
[bDp]
[gələgar]
[broum] [bum] [bum bum bum]
Suara guntur Alat musik drum
[duk duk duk]
Tabel 29. Evidensi konsonan stop bersuara yang membangkitkan kesan bunyi yang berat dan keras
3.4.3 Frikatif Tansuara Frikatif Bersuara 1. Frikatif Tansuara Bunyi frikatif tansuara membangkitkan kesan bunyi yang ringan, dan berangsur. Evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing hanya tiruan bunyi desis ular. Onomatope Bunyi ular
B.Indo
B.ing
[sss]
[hIs]
Tabel 30. Evidensi konsonan frikatif tansuara yang membangkitkan kesan bunyi yang ringan dan berangsur
2. Frikatif Bersuara Bunyi frikatif bersuara membangkitkan kesan bunyi yang lebih kasar dari yang ditimbulkan oleh bunyi frikatif tansuara [s]. Fonem /∫/ dihubungkan dengan
90
suara dari sesuatu yang berpancar seperti zat cair dan suara desir dari zat padat yang berupa partikel berbutir sangat halus seperti pasir. Berikut ini evidensi hanya ditemukan pada onomatope bunyi desir pasir. Onomatope Desir zat padat berupa butiran
B.Indo
B.ing
[∫∫∫∫]
[∫∫∫∫]
Tabel 31. Evidensi konsonan frikatif bersuara yang berhubungan dengan suara desir dan dari sesuatu yang berpancar seperti zat cair
3.4.4 Lateral Fonem lateral /l/ dalam B.Ing berkonotasi dengan unsur linearitas, unsur kilau dan berhubungan dengan zat cair (Magnus,2001:93). Berikut ini evidensinya yang juga ditemui dalam onomatope dan mimetik B.Indo. Onomatope dan Mimetik
B.Indo
B.ing
Bunyi minum
[glək glək glək]
[glək glək glək]
Gelembung gelembung air
[blup blup blup]
[glb glb glb]
[pluŋ]
[plɔp]
[cliŋ cliŋ]
[blIŋ blIŋ]
Bunyi benda jatuh ke air dengan tenang/tidak menimbulkan banyak percikan Citra kilau (kilau perhiasan/bersih)
Tabel 32. Evidensi konsonan lateral yang berkonotasi dengan unsur linearitas, unsur kilau dan berhubungan zat cair
3.4.5 Velar Nasal Fonem velar nasal /ŋ/ pada B.Indo dan B.Ing membangkitkan kesan bunyi yang bergema dan berangsur, seperti sesuatu yang terbuat dari logam yang dibenturkan atau dipukul. Fonem ini juga dihubungkan dengan pendar cahaya dari sesuatu yang berkilau.
91
Onomatope dan Mimetik
B.Indo
B.ing
[kriŋ kriŋ]
[rIŋ rIŋ]
[goŋ]
[dDŋ]
[tiŋ tiŋ tiŋ]
[dIŋ dIŋ dIŋ]
Bunyi bel pintu
[tiŋ toŋ]
[dIŋ dDŋ]
Bunyi pedang yang tertarik dari sarungnya
[sriŋ] [tring] [taŋ taŋ]
[∫iŋ] [klæŋ klæŋ]
Bunyi gelas kaca yang dipukul dengan sendok/pisau alumunium
[tiŋ tiŋ tiŋ]
[tIŋ tIŋ tIŋ]
citra kilau (kilau perhiasan/bersih)
[cliŋ cliŋ]
[blIŋ blIŋ]
Bunyi dering telepon Bunyi gong Bunyi lonceng berukuran kecil
Bunyi benturan logam, baja dan besi
Tabel 33. Evidensi konsonan velar nasal yang membangkitkan kesan bunyi yang bergema
3.4.6 Semi Vokal B.Indo mempunyai dua fonem semi vokal yaitu /w/ dan /y/, sedangkan B.Ing mempunyai tiga fonem yaitu /w/, /r/ dan /j/. Fonem /w/ pada B.Indo dan B.Ing sama-sama berhubungan dengan gerakan. Segi fonetik artikulatoris membuktikan bahwa pengucapan fonem /w/ memang perlu menggerakan kedua bibir secara bersamaan. Onomatope
B.Indo
B.ing
Angin berhembus
[wuus]
[wu∫]
Bunyi melesat (sesuatu yang besar seperti pesawat dan rudal) Bunyi melesat (sesuatu yang kecil seperti batu kecil) Bunyi gerakan cepat berulang (ayunan tongkat, pukulan tangan, tali skipping)
[wus]
[fwD∫] / [swiŋ]
[wiŋ]
[wiuw] / [wi]
[wut wut wut] [wug wug wug]
[wd] [swIŋ swIŋ swIŋ]
Tabel 34. Evidensi semi vokal yang membangkitkan berhubungan dengan gerakan
92
3.4.7 Fonem /r/ Mengingat B.Indo tidak memasukkan fonem /r/ ini dalam kelompok fonem semi vokal, maka fonem ini mendapat bagian pembahasan tersendiri disini. Fonem /r/ pada B.Ing muncul dalam banyak kata yang bermakna pengrusakan (Magnus,2001:81). Fonem ini dihubungkan dengan kata-kata merobek, merusak, dan gesekan dua benda yang kasar, terlepas di manapun posisinya dalam sebuah rangkaian bunyi. Evidensinya dijumpai juga dalam B.Indo. Onomatope Bunyi makan sesuatu yang renyah
Bunyi berderit (pintu, jendela, peti)
B.Indo [kriuk kriuk] [krəs krəs] [kraus kraus] [kriek]
B.ing [krnt∫ krnt∫] [krɔ nt∫] [krik]
Bunyi sesuatu yang retak
[krak]
[kræk]
Bunyi hancur karena tabrakan yang keras
[bruk]
[kræ∫]
[srεk srεk]
[reIk reIk]
[bret]
[rIp]
Menyapu daun-daun kering Bunyi robek
Tabel 35. Evidensi fonem /r/ yang bermakna pengrusakan dan gesekan