BAB III KESIMPULAN
Di dalam sebuah pemberitaan terdapat sebuah proses yang mengandung nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan individu maupun kelompok. Proses pemberitaan ini lah yang akan memperlihatkan bagaimana seseorang, suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam sebuah pemberitaan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa media “tidak netral” ketika mengkonstruksi realitas sosial. Tujuan utama dari media massa adalah mengkonstruksi berbagai realitas yang akan diberitakan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa sehingga menjadi sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dalam media massa, bahasa digunakan sebagai alat untuk menggambarkan sebuah realitas dan dapat menentukan gambaran (makna citra) mengenai sebuah realitas di benak khalayak (Badara, 2012:9). Seperti
pada
pemberitaan
mengenai
kelompok
Taliban
yang
dipublikasikan oleh media elektronik Prancis Le Monde, terdapat beberapa fakta pemakaian bahasa yang menunjukkan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam pemberitaan tersebut. Le Monde adalah salah satu media elektronik yang paling sering diakses di Prancis banyak memberikan gambaran negatifnya terhadap Taliban. Berdasarkan hasil analisis data dari empat artikel pemberitaan mengenai peristiwa penyerangan sebuah sekolah untuk anak-anak militer di Peshawar menunjukkan bahwa Le Monde memiliki pandangan negatif terhadap Taliban. Hal
72
ini tercermin dari pemilihan kata dan argumentasi yang digunakan untuk membingkai pemberitaan-pemberitaan tersebut. Analisis yang telah dilakukan pada bab II menunjukkan bahwa representasi Taliban dalam pemberitaan tersebut dapat dilihat berdasarkan tiga kategori yakni, representasi Taliban berdasarkan identitasnya, representasi Taliban berdasarkan aksinya dan representasi Taliban berdasarkan opini publik. Dari ketiga kategori tersebut terlihat bahwa Le Monde memberikan gambaran Taliban sebagai kelompok pemberontak, kelompok penyerang, kelompok teroris, kelompok yang kejam, kelompok yang mengerikan, merupakan musuh negara Pakistan dan sedang berada dalam keadaan yang melemah. Secara keseluruhan dari gambaran tersebut, Taliban sebagai kelompok teroris memiliki persentase tertinggi yaitu sebanyak 38%. Kemudian diikuti dengan representasi Taliban sebagai kelompok yang kejam dan kelompok yang mengerikan dengan nilai persentase sebanyak 17%, representasi Taliban sebagai kelompok pemberontak sebanyak 12%, 8% menunjukkan bahwa Taliban berada dalam keadaan yang melemah, 6% sebagai kelompok penyerang dan 2% sebagai musuh negara Pakistan. Dari hasil analisis tersebut dapat terlihat bahwa Taliban digambarkan dengan representasi dan gambaran yang negatif. Namun, representasi Taliban yang paling ingin ditampilkan oleh Le Monde adalah representasi Taliban sebagai kelompok teroris karena memiliki persentase kemunculan tertinggi sebanyak 38% sedangkan representasi Taliban sebagai musuh negara Pakistan adalah gambaran
73
yang tidak ingin ditonjolkan oleh Le Monde karena persentase kemunculannya hanya sebanyak 2%. Gambaran Taliban sebagai musuh negara Pakistan ditandai dengan penggunaan kata ennemi du Pakistan. Hal ini menunjukkan bahwa Le Monde tidak hanya menginginkan Taliban dianggap sebagai musuh Pakistan saja tetapi sebagai musuh dunia dikarenakan hampir semua aksi yang dilakukan Taliban yang disebutkan dalam pemberitaan-pemberitaan tersebut merupakan kejahatan terorisme dimana setiap negara di dunia melakukan perlawanan terhadap segala bentuk aksi dan tindakan teroris. Sedangkan, gambaran Taliban sebagai kelompok teroris menjadi gambaran yang paling ditonjolkan oleh media dikarenakan Le Monde sebagai salah satu media Prancis yang merupakan salah satu negara yang juga ikut memerangi segala bentuk aksi terorisme. Pernyataan tersebut tertuang dalam Rencana Undang-Undang (RUU) Prancis mengenai perang melawan terorisme. RUU tersebut mengandung berbagai ketentuan yang berkaitan dengan keamanan dan pengecekan perbatasan. Dalam RUU tersebut juga disebutkan bahwa aksi teroris adalah tindakan yang berkaitan dengan suatu rencana proyek individu atau kolektif yang bertujuan untuk mengganggu ketertiban umum dengan intimidasi atau terror. Selain itu, terdapat tujuh pelanggaran aksi terorisme seperti yang dijelaskan pada pasal di bawah ini1. La liste définie à l'article 421-1 du code pénal vise 7 catégories d'infractions : les atteintes volontaires à la vie ainsi qu'à l'intégrité de la personne, l'enlèvement et la séquestration ainsi que le détournement d'aéronef, de navire et de tout autre moyen de transport ; les vols, les extorsions, les destructions, dégradations et détériorations ainsi 1
https://www.senat.fr/rap/l05-117/l05-1173.html diakses pada tanggal 6 Juni 2016 pukul 20.36
74
que les infractions en matière informatique ; les infractions en matière de groupes de combat et de mouvements dissous ; la fabrication, la détention ou l'échange de produits dangereux (explosifs, armes et munitions de première et quatrième catégories, armes biologiques ou à base de toxines, armes chimiques) ; le recel du produit de l'une des quatre infractions précédentes ; les infractions de blanchiment ; les délits d'initié.
Pasal 421-1 di atas menjelaskan tujuh kategori pelanggaran untuk aksi terorisme. Pelanggaran aksi terorisme tersebut mencakup : Kekerasan yang mengancam kehidupan orang lain, penculikan, pembajakan pesawat, kapal dan transportasi lainnya ; pencurian, perusakan dan berbagai pelanggaran di bidang teknologi informasi ; pelanggaran yang berkaitan dengan kelompok-kelompok tempur maupun berbagai organisasi atau gerakan ; Pembuatan, kepemilikan atau perdagangan produk berbahaya (bahan peledak, senjata dan amunisi, senjata biologis atau, senjata kimia berbasis racun); menyembunyikan hasil salah satu dari empat pelanggaran sebelumnya. Penjelasan mengenai pelanggaran aksi terorisme dalam RUU tersebut berkaitan dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh Taliban. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, Taliban merupakan salah satu gerakan islam yang menginginkan pembentukan negara dengan hukum islam yang benar. Taliban melakukan berbagai aksi-aksi seperti pemboman, penyanderaan, penembakan, dan pembunuhan yang direncanakan. Semua aksi tersebutlah yang menjadi cerminan dari representasi Taliban sebagai kelompok teroris. Aksi-aksi tersebut merupakan aksi terorisme yang disebutkan dalam pasal 421-1 di atas khususnya pada ayat yang berbunyi “Pelanggaran yang berkaitan dengan kelompok-kelompok tempur maupun berbagai organisasi atau gerakan ;
75
Pembuatan, kepemilikan atau perdagangan produk berbahaya (bahan peledak, senjata dan amunisi, senjata biologis atau, senjata kimia berbasis racun)”. Selain aksi-aksi Taliban yang merupakan dalam aksi terorisme yang tertuang dalam RUU Prancis mengenai perang melawan terorisme, Prancis juga merupakan salah satu negara yang pernah menjadi korban dari aksi kejahatan Taliban. Beberapa aksi kejahatan Taliban terhadap Prancis antara lain penculikan dua orang jurnalis Prancis di Kabul, Afghanistan pada tahun 2011, serangan di Kapisa yang menewaskan empat prajurit tentara Prancis pada tahun 2012 dan bahkan Taliban pernah mengancam akan melakukan serangan di Paris karena keterlibatan Prancis dalam pasukan NATO yang berada di bawah kepemimpinan Amerika dengan pasukan terbanyak kelima di Afghanistan. Oleh karena itu, Le Monde sebagai salah satu media nasional Prancis merepresentasikan Taliban dengan gambaran yang negatif sesuai dengan apa yang telah Taliban lakukan terhadap Pakistan seperti pada pemberitaan dan Prancis sebagai negara asal media Le Monde sekaligus negara yang pernah menjadi korban dari aksi kejahatan Taliban tersebut.
76