BAB III KAJIAN LAPANGAN
A. Museum Radya Pustaka Museum Radya Pustaka adalah sebuah museum yang menyimpan benda koleksi dari Keraton Kasunanan Surakarta, kepatihan, hasil pembelian, G.P.H Hadiwijaya, dan sumbangan. benda koleksi tersebut berupa, patung setengah badan R. Ng. Ranggawarsita, Buku karya Ranggawarsita, Yasadipura yang berisi ungkapan filsafah, tuntutan hidup, kisah raja, sejarah, sastra, perangkat gamelan kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu kuno, Rajamala berkepala besar, Berbagai macam patung kuno dari batu dan perunggu, dan berbagai jenis payung. Kelembagaan Museum Radya Pustaka dibentuk oleh badan hukum yayasan Paheman Radya Pustaka pada 11 November 1951. Dimana pemerintah RI di Jakarta juga membantu subsidi keuangan dan tenaga karyawan museum dengan pertimbangan tidak ada museum milik bangsa Indonesia yang setua museum ini. Museum Radya Pustaka terletak di Jl. Slamet Riyadi no. 275 Surakarta 57141, telp. (0271) 712306. Museum buka pada hari selasa-minggu, jam 09.00-14.00 wib, setiap tanggal 28 libur untuk pembersihan museum (www.karatonsurakarta.com). 1.
Sejarah Museum ini didirikan oleh Patih Karaton Surakarta yaitu Kanjeng Raden
Adipati Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890, semasa pemerintahan Sri Susuhunan Pakoe Boewono IX yang memegang pemimpinan, hingga tahun 1990. Bangunan ini menyimpan riwayat R.H.T Djojohadiningrat II, yang memprakasai pendirian sebuah perkumpulan Pahemanan Radya Pustaka dengan museum. Dimana dapat direalisasikan pada Selasa kliwon tanggal 15 Maulud Ehe 1820/ 28 oktober 1890. Pengurus Museum memberi penghargaan kepada pemrakarsa pendirian museum dengan memberi nama WALIDYASANA pada gedung sebelah timur museum. Pada tanggal 1 januari 1913 merupakan proses pemindahan Musem dari Dalem kepatihan ke Gedung kadipolo. Gedung tersebut digunakan untuk
66
67
museum dan Sriwedari digunakan untuk kebon Rojo. Hal itu didasarkan dari permintaan Pengurus Pahemanan kepada Sri Susuhunan dengan menjadikan Gedung kosong untuk kepentingan Radya Pustaka (www.karatonsurakarta.com). 2.
Kegiatan Museum Kegiatan yang dilaksanakan dalam Museum Radya Pustaka, antara lain
(www.karatonsurakarta.com) : -
Mengadakan Sarasehan yang terdiri dari Unsur utusan karaton Surakarta, Kasunanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Paku Alaman serta sejumlah hadirin.
-
Melahirkan ejaan Sriwedari (Kesepakatan dalam penulisan huruf jawa). Yang diputuskan Pemerintah pada tanggal 29 Desember 1922.
-
Mendirikan Panitibasa.
-
Menerbitkan Candrawati dan Nitibasa.
-
Menyelenggarakan beberapa kursus, seperti Pedalangan dan karawitan.
-
Menyelenggarakan pameran pembuatan wayang kulit, ukir, Batik.
-
Pameran antar Museum Internasional di Luar negeri.
-
Renovasi Museum dengan bantuan Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Ida Bagus mantra.
-
Menyelenggarakann lomba penulisan Museum Radya Pustaka bagi para siswa.
-
Renovasi gedung dan penataan isinya dengan bantuan Deparpostel dan Dedikbud
-
Menerbitkan buku berjudul Sultan Abdul
Kamit Herucakra Kalifatullah
Rasulullah di Jawa 1785 – 1855 dan himpunan naskah terbitan Museum Radya Pustaka dengan judul urip-urip. 3.
Program Ruang Museum Ruang yang ada dalam Museum Radya Pustaka, antara lain: Loket,
Informasi, R. Wayang, , R. Keramik, R. Teras Aji, R. Perpustakaan, R. Perunggu, R. Memorial, R. Rajamala, R. Miniatur, R. arca, Kantor, Gudang, Toilet.
68
Gambar III.1. Denah ruang Museum Radya Pustaka Surakarta Sumber : Survei penulis, 2015
4.
Perawatan Koleksi Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 1995 yaitu kewajiban museum dalam menjaga agar koleksi tetap aman dan terlindung didalam museum. Faktor-faktor kerusakan koleksi antara lain (Museum Nasional, 2006: hal. 6-8) : -
Tempertatur tidak sesuai, solusi: di sediakan ac split pada setiap ruang
-
Cahaya, solusi: koleksi disimpan dalam vitrin, cahaya alami hanya berasal dari pintu masuk
-
Serangga, solusi: Menggunakan obat serangga, dan larangan makan di dalam museum
-
Jamur dan jasad mikrobiologi, solusi: dilakukan pembersihan koleksi setiap tanggal 28.
-
Kontaminan, solusi: Menggunakan vitrin untuk menyimpan koleksi, terdapat tempat sampah.
Gambar III. 2. Tempat sampah Sumber : Survei penulis, 2015
-
Pencurian dan vandalism, solusi: Menggunakan CCTV, Vitrin dan Rak kaca
69
-
Kebakaran, solusi : Fire extinguisher pada setiap ruang dan alarm detector
Gambar III. 3. Fire extinguisher Sumber : Survei penulis, 2015
5.
Tinjauan Interior
a.
Elemen Pembentuk Ruang
-
Lantai, material menggunakan keramik, tanpa treatment lain. -
Gambar III. 4. Lantai Sumber: Survei penulis, 2015
-
Dinding, material yang di gunakan adalah cat putih. Selain itu dinding pada Museum ini dijadikan sebagai sarana dekorasi dengan menempelkan koleksi – koleksi seperti piring dan lukisan.
Gambar III. 5. Dinding Sumber: Survei penulis, 2015
-
Ceiling, material yang digunakan adalah kayu yang sudah di finishing sesuai dengan konsep. Selain itu lampu gantung terdapat pada beberapa bagian ruang. Warna yang diterapkan dalam ruang adalah putih gading.
Gambar III. 6. Ceiling Sumber : Survei penulis, 2015
70
b.
Interior Sistem
-
Penghawaan, menggunakan split. jendela tidak dibuka.
Gambar III. 7. Pengahawaan Sumber: Survei penulis, 2015
-
Pencahayaan, menggunakan wall lamp, spotlight, dan downlight.
Gambar III. 8. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2015
-
Akustik, terdapat mic, vcd dan audio didalam museum.
Gambar III. 9. Akustik Sumber: Survei penulis, 2015
c.
Utilitas
Museum Radya Pustaka menggunakan AC split dan AC Floor standing pada beberapa bagian , Ac tersebut dapat di pindah-pindah sesuai keinginan. Aksesbilitas : Terdapat 2 akses untuk masuk dan keluar dalam museum, tetapi yang lebih sering digunakan adalah pada akses pintu masuk. d.
Teknik Display Museum
Gambar III. 10. Display museum Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 11. Display uang logam Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 12. Display topeng Sumber: Survei penulis, 2015
71
Gambar III.13. Display wayang Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III.14. Display Gambar III.15. Display rajamala memorial Sumber: Survei penulis, 2015 Sumber: Survei penulis, 2015
B. Museum Benteng Vredeburg Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum yang berisi 6000 koleksi yang didominasi benda-benda yang digunakan pada masa perjuangan, seperti meriam, foto-foto perjuangan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia, dan diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa orde baru. Kegiatan yang ada dalam museum antara lain, dialog, diskusi, pelatihan dan pertemuan, pameran, pertunjukan dan festival. Jam operasional : Selasa – Jum’at : 08.00 -16.00 wib Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00 wib Senin tutup,hari libur nasional buka •
Lokasi : berada di ujung jalan Malioboro, Jl. Jend A. Yani no 6 jogjakarta
•
Tiket umum : Rp 2000,00 (dewasa), Rp 1000,00 (anak-anak).
1.
Sejarah Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang
mempunyai arti "Benteng Peristirahatan", dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765-1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng Perdamaian". Secara historis bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai perubahan fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada tahun 1945 - 1977 berfungsi sebagai markas militer RI.
72
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah. Oleh pemerintah melalui Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemilik, ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara pada tanggal 9 Agustus 1980. Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November 1992 resmi menjadi "Museum Khusus Perjuangan Nasional" dengan nama "Museum Benteng Yogyakarta". Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai
ruang
museum.(Sumber:www.gudeg.net/id/directory/121/49/museum-
benteng-vredeburg-Yogyakarta.html). 2.
Program Ruang Museum
Ruang yang ada didalam Museum Vredeburg, antara lain: Loket, Perpustakaan, Bimbingan, R. pameran, R. Diorama, Audio Visual, R. Pengkajian, Penyajian, Toilet, R. kepala museum, R. tata usaha, R. keuangan, R. kasubag, R. kepegawaian, R. perlengkapan, R. pengguna, R. pertemuan. 3.
Perawatan Koleksi
Penggunaan Vitrin, Rak kaca, Pigura, Pembersihan Museum 4.
Tinjauan Interior
a.
Elemen Pembentuk Ruang
-
Lantai, menggunakan keramik
Gambar III. 16. Lantai Sumber: Survei penulis, 2015
-
Dinding, menggunakan display built in
Gambar III. 17. Dinding Sumber: Survei penulis, 2015
73
-
Ceiling, material ceiling menggunakan gypsum dengan finishing cat putih. Lampu yang digunakan adalah indirect lighting dan exhaust fan
Gambar III. 18. Ceiling Sumber: Survei penulis, 2015
b. -
Interior Sistem Penghawaan, menggunakan exhaust fan dan AC
Gambar III. 19. Penghawaan Sumber: Survei penulis, 2015
-
Pencahayaan, memakai downlight
Gambar III. 20. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2015
c.
Utilitas
Dalam sistem keamanan museum menggunakan alam detector dan fire extinguisher pada setiap bagian sudut ruang.
Gambar III. 21. Fire extinguisher Sumber: Survei penulis, 2015
d.
Teknik Display Museum Teknik display museum yang utama dalam museum ini adalah pemakaian vitrin pada koleksi yang ada.
74
Gambar III. 22. Sistem display built in Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 23. Sistem display built in Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 24. Sistem display koleksi Sumber: Survei penulis, 2015
C. Monumen Yogya Kembali Monumen Yogya Kembali adalah museum yang berisi benda-benda koleksi berupa: replica, relief, foto dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum, yang kesemuanya menggambarkan perang kemerdekaan 1945 – 1949, Diorama. Alamat Monumen Yogya kembali : Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Telepon : (0274) 868225 dan 868239 Website : www.monjali-jogja.com E-mail :
[email protected] Buka setiap hari Selasa – Minggu, pukul 08.00 – 16.00 1.
Sejarah Monumen Yogya kembali dibangun pada tanggal 29 juni1985 diawali
dengan upacara tradisional pananaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku alam VII. Gagasan untuk mendirikan Monumen ini dilontarkan oleh colonel Sugiarto selaku walikotamadya
Yogyakarta
dalam
peringatan
Yogya
kembali
yang
diselanggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta, tanggal 29 juni 1983. Dipilihnya nama yogya kembali dengan maksud sebagai tetenger peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibukota Yogyakarta, tanggal 29 juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintah Belanda. Pembangunan Monumen dengan bentuk kerucut
75
dan terdiri dari 3 lantai ini selesai dibangun dalam waktu 4 tahun. Monumen Yogya kemali diresmikan pembukaannya oleh presiden pada tanggal 06 Juli 1989. 2.
Program Ruang Museum
Pembagian ruang yang ada di Monumen Yogya kembali, antara lain: Perpustakaan, Ruang serbaguna, Relief, Garbha graha, Diorama
Gambar III. 25. Denah Museum Monumen Yogya kembali Sumber: Survei penulis, 2015
3.
Perawatan Koleksi
-
Menggunakan vitrin
-
Menggunakan obat kimia
-
Terdapat jadwal pembersihan museum
4.
Tinjauan Interior
a.
Elemen Pembentuk Ruang
-
Lantai
Gambar III. 26. Lantai keramik Sumber: Survei penulis, 2015
-
Dinding
Gambar III. 27. Dinding kayu Sumber: Survei penulis, 2015
-
Ceiling Gambar III. 28. Lamber ceiling Sumber: Survei penulis, 2015
76
b.
Interior Sistem
-
Pengahwaan, menggunakan Ac central
-
Pencahayaan, terdapat pada setiap vitrin
Gambar III. 29. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2015
-
Akustik, Sound system, full audio pada area diorama
c.
Utilitas Menggunakan ac sentral pada ruang seminar. Dimana Sistem AC Central
dengan menggunakan air adalah sebuah sistem ac central yang menggunakan media air sebagai pembawa dinginnya. Biasanya pada skala kecil, unit indoor yang digunakannya adalah fan coil unit. Sedangkan pada skala yang besar biasanya menggunakan AHU/ Air Handling Unit. Untuk mendinginkan air yang akan di distribusikan, maka digunakan Chiller. Chiller bertugas memindahkan panas yang di dapat dari sirkulasi di dalam ruangan ke sistem sirkulasi luar gedung. Lalu air yang panas itu kemudian di dinginkan dengan menggunakan cooling tower. d.
Teknik Display Museum
Gambar III. 31. Sistem Gambar III. 30. Sistem display display vitrin Sumber: Survei penulis, 2015 Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 32. Display diorama Sumber: Survei penulis, 2015
77
Gambar III. 33. Relief Sumber: Survei penulis, 2015
D. Museum Sangiran Museum Sangiran adalah museum yang dikelola oleh Balai Pelestarian SItus Manusia Purba Sangiran ini menampilkan situs manusia purba terlengkap di asia. terdapat 13.809 fosil manusia purba. Mulai dari fosil manusia Homo neandhertal, Homo sapiens, sampai artefak bebatuan, juga terdapat fosil binatang bertulang belakang, binatang laut, dan air tawar. Buka setiap hari kecuali senin Selasa – Minggu : 08.00 – 16.00 WIB , Jum’at istirahat 11.30 – 12.30 WIB Jam operasional mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB Harga tiket domestic : Rp 5000 Harga tiket wisatawan asing : Rp 7500 1.
Sejarah Sejarah singkat Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama
kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Fosilfosil hominid mulai ditemukan pada tahun 1936 dan hingga tahun 1941 Koenigswald telah menemukan sejumlah fosil Homo erectus. Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna, artefak, dan fosil Homo erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran. Unit Kerja ini dibentuk pada tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang
78
penting bagi pengetahuan , khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, dengan nomor penetapan C.593. Dengan status ini pengelolaan Situs Sangiran menjadi prioritas sehingga perlu disusun Master Plan dan DED Pengembangan Situs Sangiran. 2.
Kegiatan Museum
-
Sebagai tempat penelitian manusia purba
-
Sebagai pusat informasi manusia purba
3.
Program Ruang Museum Mempunyai 3 ruang utama. Ruang pertama berisi sejumlah diorama yang
memberikan informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang kedua, yang lebih luas, menyajikan banyak bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran dan tentang sejarah eksplorasi di situs. Ruang ketiga, dalam presentasi yang mengesankan terpisah, berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah keseluruhan Sangiran, dengan gunung berapi seperti Gunung Lawu di latar belakang dan manusia dan hewan di latar depan, seperti yang dibayangkan sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang pendukung: Ruang audio visual, mess peneliti, gardu pandang sangiran, kantor, plaza atrium, Gapura, Rumah diesel, kios, loket, masjid, toilet 4.
Perawatan Koleksi
-
Menggunakan vitrin
-
Menggunakan rak kaca
-
Menggunakan obat kimia
-
Menggunakan AC
5.
Tinjauan Interior
a.
Elemen Pembentuk Ruang
-
Lantai , Menggunakan Lantai keramik putih, abu-abu.
Gambar III. 34. Lantai Sumber: Survei penulis, 2016
79
-
Dinding, pada dinding museum finishing menggunakan cat
Gambar III. 35. Dinding Sumber: Survei penulis, 2016
-
Ceiling, bewarna putih, menggunakan downlight, dilengkapi cctv, sprinkle.
Gambar III. 36. Ceiling Sumber: Survei penulis, 2016
b.
Interior Sistem
-
Penghawaan, menggunakan AC, standing cooler, exhaust fan
Gambar III. 37. Penghawaaan Sumber: Survei penulis, 2016
-
Pencahayaan, memakai downlight pada ceiling dan furniture
Gambar III. 38. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2016
- Akustik, menggunakan sounds system
Gambar III. 39. Akustik Sumber: Survei penulis, 2016
80
c.
Utilitas, keamanan dan penghawaan museum sangiran
Gambar III. 40. Utilitas Sumber: Survei penulis, 2016
d.
Teknik Display Museum
Gambar III. 41. Sistem display Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 43. Sistem display Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 42. Sistem display Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 44. Sistem display Sumber: Survei penulis, 2016
81
E. Museum Angkut Museum angkut adalah museum yang berisi berbagai macam perkembangan alat angkut. Museum dibuka setiap Senin-Minggu, jam buka 12.00 WIB-20.00 WIB. Alamat : Jl. Terusan Sultan Agung No.2 Kota Wisata Batu – Jawa Timur, Indonesia 1.
Sejarah Museum angkut didirikan pada tanggal 9 Maret 2014 oleh Jawa Timur Park
Group. Tujuan didirikan museum ini sebagai tempat pengetahuan perkembangan alat angkut terlengkap dan terbesar di Asia. Museum angkut memiliki luas 3,8 hektar berisi perkembangan berbagai macam alat angkut dari seluruh dunia mulai dari yang tradisional hingga modern, yang tidak bermesin hingga yang bermesin (www.museumangkut.com) 2.
Program Ruang Museum Ruang-ruang yang ada di Museum Angkut, antara lain: Hall, Zona Pecinan,
Zona Batavia, Gangster Town, Zona Eropa, Istana Buckingham, Las Vegas, Hollywood, Pasar Apung. Di setiap 2 zona terdapat café dan toilet. 3.
Tinjauan Interior
a.
Elemen Pembentuk Ruang
-
Lantai menggunakan, Keramik, lantai vinyl motif kayu, karpet, lantai acian.
Gambar III. 45. Lantai Sumber: Survei penulis, 2016
-
Dinding, menggunakan, kaca, besi baja, finishing: dinding ekspos, cat, mmt.
Gambar III. 46. Dinding Sumber: Survei penulis, 2016
82
-
Ceiling, menggunakan, baja, gypsum, kayu.dengan Lighting: lampu gantung, downlight, spotlight
Gambar III. 47. Ceiling Sumber: Survei penulis, 2016
b.
Interior Sistem
-
Penghawaan, menggunakan penghawaan alami dan buatan. menggunakan AC, exhaust fan.
Gambar III. 48. Penghawaan Sumber: Survei penulis, 2016
-
Pencahayaan, menggunakan lampu gantung, spotlight, downlight.
Gambar III. 49. Pencahyaan Sumber: Survei penulis, 2016
-
Akustik, menggunakan sound system dan karpet pada dinding.
Gambar III. 50. Akustik Sumber: Survei penulis, 2016
83
c.
Utilitas
Gambar III. 51. Emergency exit Sumber: Survei penulis, 2016
d.
Gambar III. 52. Lift Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 53. Ramp Sumber: Survei penulis, 2016
Teknik Display Museum
Gambar III. 54. Display mobil Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 56. Display zona game Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 55. Display sepeda Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 57. Display mobil Sumber: Survei penulis, 2016