BAB III IMPLEMETASI SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82 DALAM TAFSIR ASH-SHOWI TENTANG MENGHORMATI GURU DI PONDOK PESANTREN DARULLUGHAH WADDA’WAH BANGIL PASURUAN JAWA TIMUR A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan Jawa Timur 1. Profil Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah a. Letak Geografis Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah terletak didataran rendah, pantai utara pulau Jawa, disebelah timur Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, wilayah kabupaten ini terkenal dengan daerah padat lalu lintas sebagai lintasan utama Banyuwangi-Surabaya, daerah ini terkenal sebagai pusat industri di Jawa Timur, dimana perusahaan–perusahaan banyak bermunculan di sekitar lokasi pesantren, yang lebih dikenal masyarakat Jawa Timur sebagai Daerah PIR (Pusat Industri Rembang), dimana pertumbuhan dunia usaha terutama industri besar, menengah maupun home industri cukup berkembang pesat di lingkungan industri ini, ditambah lagi Kecamatan Bangil menjadi transit bagi wisatawan domistik maupun mancanegara yang akan berwisata ke Daerah Batu Malang (sebagai penghasil Apel nomer 1 di Jawa Timur) melewati kabupaten Pasuruan.1
1
Observasi langsung ke lokasi pada hari jum’at 30 Januari 2015 jam 09.55.
60
61
Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah tepatnya terletak di Jalan Raya Raci nomer 51 PO BOX 8 Desa Raci Kelurahan Kraton Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, apabila kita datang ke desa tersebut maka kita akan melihat tanahnya agak gersang dan kurang subur, namun masih terlihat sebagian penduduk masih menanam sayuran–sayuran, umbi–umbian serta jagung, maupun pohon mangga sebagai komoditi unggulan daerah kabupaten pasuruan yang terkenal dengan kualitas buah mangganya. Pesantren sendiri dibangun ditengah perkampungan Desa Raci, tidak terlalu jauh dari jalan raya Bangil ke arah kota Pasuruan. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dekat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasuruan, sekitar 15 menit apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah memiliki luas area kurang lebih 4 hektar dengan batas–batasnya sebagai berikut : a.
Selatan
: dibatasi oleh Jalan Raya Raci.
b.
Barat
: dibatasi tanah persawahan dan perumahan masyarakat.
c.
Utara
: dibatasi oleh rel Kereta Api jalur Surabaya–Jember.
d.
Timur
: dibatasi oleh perkampungan penduduk.2
Ditinjau dari lokasi, Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah merupakan wilayah yang mudah dijangkau, karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan utama Bangil Kota Pasuruan, lokasi ini sangat strategis karena untuk mempermudah para santri maupun wali santri menuju ke lokasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Meskipun pesantren
2
Observasi langsung ke lokasi pada hari jum’at 30 Januari 2015 jam 09.55.
62
terletak ditengah lingkungan industri maupun perkotaan, namun pola hidup santri
masih
memegang
teguh
tradisi
kesantrian,
mereka
masih
menggunakan sarung, baju taqwa, gamis, sorban, rida’ dan lainnya, sehingga nuansa perkampungan santri akan terlihat dengan jelas. Kompleks Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah cukup luas, mulai dari pondok putri, pondok putra, rumah-rumah ustāż, halaman, masjid, taman, perpustakaan, kamar santri, gedung pasca sarjana, kantor, toko roti, biro haji dan umroh, hotel dan percetakan milik Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dan lain–lain, bangunan ini merupakan bangunan yang terbuat dari tembok. Papan nama pesantren yang berukuran besar terpampang jelas diatas bangunan pesantren, dari jalan raya terlihat jelas papan nama yang bertuliskan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah.3 b. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dirintis oleh Habib Hasan bin Ahmad Baharun pada tahun 1982. Wujud dan prakasa pesantren ini bermula dari keinginan beliau untuk mengembangkan dan mengenalkan bahasa Arab lebih luas karena beliau sendiri terkenal dengan kearifan dan keluasan ilmu beliau, terutama mengenai bahasa Arab. Semua ini terlihat dari kearifan beliau dalam mengajar dibeberapa pesantren yang ada di Jawa Timur.4
3
Observasi langsung ke lokasi disertai dengan wawancara pribadi dengan Ibu Kholifah yang merupakan penduduk Desa Raci pada hari jum’at 30 Januari 2015 jam 10.22 4 Dokumentasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah disertai dengan wawancara pribadi dengan 3 santriwati senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas dan Syakila bin Shahab pada hari Jum’at tanggal 30 Januari 2015 jam 16.25.
63
Berangkat dari semua itu, beliau ingin mendirikan sebuah lembaga yang berbasis bahasa Arab yang diberi nama Darullughah Wadda‟wah. Secara arti bahasa Dar al-Lughah Wa al-Da’wah (berasal dari bahasa Arab), Dar artinya rumah, Lughah artinya bahasa sedangkan Da´wāh artinya menyeru atau mengajak. Makna dari nama ini diharapkan dari pesanten tersebut dapat menjadi tempat untuk mendidik dan mencetak santri dalam bidang bahasa khususnya bahasa Arab, yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk menyebarkan Islam dan memberi ketauladanan dalam kehidupan dengan nilai Islami.5 Pada awal pembukaan pondok pesantren tersebut, beliau menerima enam orang santri dari kerabat-kerabatnya sendiri yang ingin menitipkan dan mempercayakan pendidikan putra-putrinya kepada beliau. Sejak saat itu para santri tinggal dirumah kontrakannya di Bangil Kabupaten Pasuruan. Dengan sarana dan prasarana yang sederhana, para santri tersebut dibina langsung oleh beliau dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Melihat keberhasilan pembinaan yang dilakukan beliau, maka kepercayaan masyarakat semakin besar sehingga dalam waktu relatif singkat jumlah santri berkembang dengan pesat. Dalam tahap perintisan pondok ini, beliau juga dibantu oleh al-Habib as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki alHasani, selaku musyrīf Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah yang
5
Dokumentasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah disertai dengan wawancara pribadi dengan 3 santriwati senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas dan Syakila bin Shahab pada hari Jum’at tanggal 30 Januari 2015 jam 16.25.
64
selalu memberikan dorongan dan bantuan demi kelangsungan dan kemajuan pondok ini.6 Selain membina santri putra, pada tahun 1983 beliau juga membuka atau menerima santri putri yang berjumlah kurang lebih enam belas orang. Lokasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah terus berpindah-pindah tempat kontrakan karena belum ada tempat khusus untuk menetap para santri beliau. Beliau menempati sampai sebanyak tiga belas rumah kontrakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1984.7 Dengan perkembangan jumlah santri yang sangat besar dan sulitnya mencari rumah kontrakan untuk santri dan ustāż, maka atas dukungan dana awal dari as-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, maka pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah pindah ke Desa Raci Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Sebuah desa yang pada saat itu masih jarang penduduknya dan belum ada sarana penerangan listrik, dengan lahan kurang lebih dua hektar dan jumlah santri kurang lebih 190 santri yang terdiri dari 142 santri putra dan 48 santri putri.8 Kemudian pada tahun 2000 lahan telah mencapai kurang lebih empat hektar dan hampir terisi penuh oleh bangunan untuk sarana pendidikan dan asrama santri. Jumlah penghuni kurang lebih 1200 orang santri yang berasal 6
Ustāżah Zahro al-Jufri dan 3 santri senior yaitu Fatimah Nada Alatas dan Syakila bin Shahab. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah 30 Januari 2015 jam 16.33. 7 Ustāżah Zahro al-Jufri dan 3 santri senior yaitu Fatimah Nada Alatas dan Syakila bin Shahab. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah 30 Januari 2015 jam 16.33. 8 Ustāżah Zahro al-Jufri dan 3 santri senior yaitu Fatimah Nada Alatas dan Syakila bin Shahab. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah 30 Januari 2015 jam 16.33.
bin Yahya, Sakinah Wadda‟wah, Bangil, bin Yahya, Sakinah Wadda‟wah, Bangil, bin Yahya, Sakinah Wadda‟wah, Bangil,
65
dari berbagai penjuru tanah air bahkan dari negeri mancanegara. Tenaga pengajar dan masyāikh yang membina berjumlah kurang lebih 100 orang yang merupakan alumni dari dalam dan luar negeri. Pelajaran yang diberikan kepada santri merupakan materi yang terdapat dalam kitab-kitab kuning salaf yang diakui mu‟tabar keshahihannya oleh pondok-pondok pesantren ahlu as-sunnah wa al- jamā´ah di Indonesia.9 Kesuksesan Ustāż Hasan Baharun dalam berda´wāh dan membangun Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah tidak lepas dari peran besar seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan
serta
ketegarannya
dalam
menghadapi
kehidupan
oleh
ayahandanya al-Habib Muhammad al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi sang suami. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh Ustāżah Khodijah ketika Ustāż Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka Ustāżah Khodijah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula. Pada tanggal 23 Mei 1999 bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H Ustāż Hasan
9
Ustāżah Zahro al-Jufri dan 3 santri senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas dan Syakila bin Shahab. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, Bangil, 30 Januari 2015 jam 16.33.
66
bin Ahmad Baharun meninggal dunia, kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau yaitu Ustāż Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.10 Ustāż Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun selaku penerus Ustāż Hasan Baharun pada tahun 2006 membuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda‟wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan yang merupakan cabang dari Pondok Pesantren pusat yang berada di Desa Raci. Pondok ini digunakan khusus untuk anak-anak kecil madrasah ibtidāiyyah. Pondok ini merupakan pondok paling mewah karena dilengkapi taman bermain, komputer dan game lainnya yang bernafaskan pendidikan Islami. Pondok ini biasa disebut dengan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Baalawi.11 Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah juga memiliki madrasah ibtidāiyyah (MI), madrasah śanāwiyah (MTs), madrasah āliyah (MA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). STAI Darullughah Wadda‟wah membuka program Strata Satu (S-1) yang diselenggarakan melalui sistem kredit semester (SKS) mencakup dua bidang keahlian yaitu Jurusan Syariah program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah dan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA).12
10
Ustāżah Zahro al-Jufri dan 3 santri senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas dan Syakila bin Shahab. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, Bangil, 30 Januari 2015 jam 16.33. 11 Ustāżah Aminah Makarim, Ustāżah Zahro al-Jufri dan 5 santri senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas, Syakila bin Shahab, Najmah al-Hinduan, Fitriyah al-Haddad. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Januari 2015 jam 17.37. 12 Ustāżah Aminah Makarim, Ustāżah Zahro al-Jufri dan 5 santri senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas, Syakila bin Shahab, Najmah al-Hinduan, Fitriyah al-Haddad. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Januari 2015 jam 17.37.
67
c. Biografi Pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah (Habib Hasan bin Ahmad Baharun)13 Habib Hasan bin Ahmad Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Habib Ahmad bin Husein Baharun dengan Fatmah binti Ahmad Bachabazy. Adapun silsilah nasab yang mulia dari beliau adalah Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Baharun yang nasabnya menyambung kepada Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib yang merupakan
cucu
Rasulullah
SAW.
Sejak
kecil
kedisiplinan
dan
kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlāq dan sifat yang terpuji. Sejarah pendidikan agama beliau selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makārimul Akhlāq Sumenep Madura dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustāż Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari pamanpamannya sendiri yaitu Ustāż Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ustāż Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ustāż Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet. Beliau belajar dan mendalami ilmuilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan al-Faqih al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya. 13
Ustāżah Aminah Makarim dan Ustāżah Zahro al-Jufri. Wawancara. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Januari 2015 jam 17.55.
68
Beliau sering mengikuti ayahnya ke Pontianak untuk berda´wāh sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustāż Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya, maka disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan. Sifatsifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu membayarnya. Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan, beliau dikenal suka membantu
menyelesaikan
permasalahan
dan
konflik
yang
terjadi
dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokohtokoh masyarakat yang bermusuhan. Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda´wāh keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan. Dengan penuh kearifan dan bijaksana, dikenalkannya da´wāh Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam, dan alhamdulillah da´wāh yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Setiap daerah yang beliau masuki untuk berda´wāh, beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dahulu kepada tokoh masyarakat dan ulama atau kyai setempat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berda´wāh didaerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlāq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta
69
tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap da´wāh yang beliau lakukan. Pada waktu melakukan da´wāh beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker atau Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan orang yang punya hajat atau yang mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir atau tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara lakilaki dan perempuan dan perbuatan maksiat atau dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT, sedangkan pahala da´wāh yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT. Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berda´wāh kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan
dagangannya
tidak
pernah
berkembang
karena
keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk dida´wāhi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga apabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai, waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
70
Selain berda´wāh beliau aktif pula dipartai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi juru kampanye yang dikenal berani dan tegas didalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif dipartai Golkar membebaskan beliau dari tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berda´wāh di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama dua tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berda´wāh walaupun telah menetap di Jawa Timur. Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang untuk mengembangkan bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya. d. Tatanan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah 1) Peraturan
dan
Tata
Tertib
Pondok
Pesantren
Darullughah
Wadda’wah14 a) PASAL 1 : ASAS Setiap santri wajib mengamalkan ajaran al-Qur’an, Hadits, Ijma' Ulama dan Qiyas. b) PASAL 2 : ATURAN UMUM Setiap santri wajib :
14
Dokumentasi Pondok Pesantren Dārullughah Wadda‟wāh
71
1) Mematuhi segala peraturan dan tata tertib pondok pesantren, selama ia menjadi santri. 2) Menjaga nama baik pondok pesantren. 3) Berakhlaq mulia. c) PASAL 3 : KEWAJIBAN SETIAP SANTRI 1) Memiliki Kartu Tanda Anggota (Kartu Pelajar) Pondok Pesantren. 2) Mengikuti pelajaran dengan rutin dan tekun pada waktu yang telah ditentukan (dijadwalkan). 3) Melaksanakan sholat fardhu berjama’ah di masjid. 4) Berbicara dengan Bahasa Arab bagi santri tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. 5) Memakai qomish, kopyah putih dan sorban waktu sholat berjama’ah dan belajar (santri putra), qomish hitam dan kerudung (santri putri). 6) Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan serta keindahan pondok pesantren. 7) Mengikuti setiap kegiatan yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren dengan penuh kedisiplinan untuk setiap santri, yaitu sholat berjama'ah, tahfidh al-mufradat, latihan muhadoroh (pidato), halaqoh hadhromiyah, olahraga (riyadhoh), dan pendidikan umum (muadalah) sesuai jenjangnya masing-masing. 8) Membawa kartu izin ketika pulang atau pergi dan menyerahkan kembali kepada pengurus ketika kembali ke pesantren. 9) Berada dalam kelas setelah bel berbunyi.
72
10) Menela’ah pelajaran di kamar masing-masing dengan tenang dan agar tidak mengganggu santri lain. 11) Tidur malam pada jam 22.00 dan bangun pagi pada jam 04.00. d) PASAL 4 : LARANGAN SETIAP SANTRI 1) Merokok di dalam atau di luar pondok pesantren. 2) Menonton bioskop atau pertunjukan lainnya. 3) Membawa foto atau gambar yang tidak wajar, radio, tape recorder, mp3 player atau benda-benda sejenisnya. 4) Membawa dan menggunakan HP (Handphone). 5) Membawa senjata tajam atau benda-benda lain sejenisnya. 6) Memiliki dan menggunakan ATM. 7) Mengikuti pelajaran di luar pesantren tanpa seizin mudir al-ma’had. 8) Keluar dari pondok pesantren tanpa izin dari pengurus. 9) Mengadakan latihan olah raga diluar waktu yang telah ditentukan. 10) Duduk di warung makanan dan minuman. 11) Memasuki kamar santri lain tanpa seizin pengurus kamar tersebut. 12) Tidur di tempat atau kamar santri lain. 13) Memakai barang orang lain tanpa izin dari pemiliknya (ghosob). 14) Pulang ke rumahnya tanpa surat izin dari pimpinan pondok pesantren. 15) Berbicara kotor. e) PASAL 5 : SANKSI-SANKSI 1) Dita‟zir
atau
pelanggarannya.
dikenakan
sanksi
atau
denda
sesuai
dengan
73
2) Dicukur rambutnya (gundul). 3) Membersihkan kamar mandi dan lain-lain (sesuai dengan keputusan yang diberikan). 4) Diskorsing. 5) Dikeluarkan dari pondok pesantren (dicabut haknya sebagai anggota pondok pesantren). f) PASAL 6 : ATURAN TAMBAHAN 1) Liburan Belajar : a) Yang diperbolehkan pulang atau keluar : 1) Liburan semester pertama: 20 s/d 30 Rabi'ul Awal (10 hari). 2) Liburan semester kedua: 20 Sya'ban s/d 10 Syawal (50 hari). 3) Liburan hari jum'at 2 minggu sekali, dengan surat izin dari jam 07.00 s/d 10.30 WIB. b) Yang tidak diperbolehkan pulang atau keluar : a) Liburan Idul Adha selama 4 (empat) hari (tanggal 09 – 12 Dzulhijjah). b) Liburan setelah ujian semester pertama dan kedua selama satu minggu (waktu persiapan nilai dan pengisian raport). c) Liburan Hari-hari Besar Islam. 2) Pembagian Waktu (aktivitas) Harian : a) Waktu belajar atau Ta’lim Diniyah jam 07.15-12.00 sedangkan Ta’lim Mu'adalah jam 14.00-17.30.
74
b) Halaqoh hadromiyah (Shobahiyah) jam 05.00-06.00 sedangkan Halaqoh Maghribiyah jam 18.00-19.00. c) Waktu bermusyawaroh antar santri jam 21.00-22.00. 3) Waktu Ujian a) Semester pertama dilaksanakan pada akhir Shofar s/d 12 Robiul awal. b) Semester kedua dilaksanakan pada akhir Rojab s/d 12 Sya’ban. 4) Absensi a) Ketidakhadiran dalam ujian akhir bagi santri yang tidak sakit dinyatakan gugur (tidak naik kelas), sedangkan bagi yang sakit disediakan ujian susulan. b) Ketidakhadiran dalam proses belajar mengajar akan mengurangi total nilai raport. 2) Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah15 Pondok
pesantren
merupakan
wahana
perjuangan
menuju
terpeliharanya kelangsungan pengamalan ajaran agama islam secara utuh. Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat sangatlah besar manfaatnya. Hal ini karena pondok pesantren telah berperan aktif dalam mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dengan pendekatan da‟wāh islāmiyyah. Peran positif ini telah tercatat sebagai sumbangan yang sangat berharga dalam sejarah bangsa Indonesia. Peran pondok pesantren ini harus terus ditingkatkan untuk mengimbangi
15
laju
perkembangan
pembangunan
Dokumentasi Pondok Pesantren Dārullughah Wadda‟wāh
nasional
secara
75
keseluruhan. Pondok pesantren harus lebih memantapkan keberadaannya sebagai lembaga pembinaan mental spiritual agar kader-kader muslim benar-benar dapat bertahan dalam mempersiapkan diri untuk menjadi subjek pembangunan yang berpijak pada ajaran akidah Islamiah. Hal ini menjadi dasar pijakan bagi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah untuk lebih memantapkan kehadirannya serta dapat berperan aktif dalam membentuk pribadi muslim yang sanggup menjadi subjek pembangunan menuju tercapainya kesejahteraan umat. Dalam
pengembangannya,
Pondok
Pesantren
Darullughah
Wadda‟wah memiliki visi dan misi sebagai berikut : a) Visi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah 1) Menjadi lembaga pendidikan Islam atau pondok pesantren terkemuka di Kabupaten Pasuruan dan Jawa Timur pada umumnya yang mempunyai pendidikan terpadu dan pengabdian kepada masyarakat. 2) Menjadi lembaga pendidikan Islam atau pondok pesantren yang dibangun
atas
dasar
komitmen
yang
kokoh
dalam
upaya
mengembangkan kehidupan yang disinari oleh ajaran Islam. 3) Menjadi pusat pemantapan akidah, pengamalan ilmu, amal, dan akhlak yang luhur sebagai sendi masyarakat yang damai dan sejahtera. b) Misi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah 1) Membina dam mengantarkan generasi muda Islam (santri) memiliki keimanan yang kuat atau tangguh, berilmu tinggi (fāqih fiddin), serta berkepribadian yang baik dan mulia (berakhlāq al-karīmah).
76
2) Memberikan keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai Islam dan budaya luhur bangsa Indonesia. 3) Membekali santri dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan atau teknologi dan keterampilan sehingga mampu menghadapi perkembangan global. 4) Mengantarkan santri atau generasi muda Islam menjadi kader-kader da’wah yang mampu menyelesaikan problematika umat dan dapat membawa masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik dan maju. 5) Mempersiapkan generasi muda Islam (santri) menjadi generasi penerus estafet kepemimpinan umat dan bangsa yang berwawasan luas, kritis dan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. 6) Tujuan dari segala tujuan adalah semata-mata melaksanakan perintah Allah SWT dan senantiasa mengharap hidayah dan ridha-Nya. c) Adapun tujuan dari Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah adalah : 1) Meningkatkan kadar ketakwaan dan keimanan terhadap Allah SWT. 2) Mengembangkan keilmuan yang bermanfaat. 3) Memupuk jiwa santri untuk melakukan pengabdian pada agama, masyarakat dan Negara. 3) Kurikulum Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah16 Kurikulum yang diajarkan di Pondok pesantren Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah sangat beragam sekali, hampir semua disiplin
16
Dokumentasi Pondok Pesantren Dārullughah Wadda‟wāh.
77
keilmuan diajarkan. Adapun kurikulum yang diajarkan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah antara lain: 1) Aqidah. 2) Tajwid. 3) Akhlak atau Tasawwuf. 4) Bahasa Arab yang meliputi: Insya’, Muthola’ah, Mukhawaroh, Ilmu alat yaitu Nahwu Shorrof, Arud, dan Mantiq. 5) Fiqih. 6) Ushul al-Fiqh 7) Tafsir. 8) Ilmu Tafsir. 9) Hadist. 10) Ilmu Hadist. 11) Siroh atau Tarikh. 4) Keadaan Santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah17 Keadaan Santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Putri JUMLAH NO.
JENJANG PENDIDIKAN SANTRIWATI
17
1.
I’dadiyyah
195
2.
Ibtidaiyah
856
3.
Tsanawiyah
178
4.
Aliyah
97
Observasi langsung ke lokasi disertai dengan wawancara kepada perwakilan santri setiap kelasnya pada hari Sabtu 31 Januari 2015 jam 09.10.
78
5.
Takhassus
14
e. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah18 Pondok pesantren yang di dalamnya terdapat bentuk personil yaitu pengasuh, pengurus, serta para santri semua itu memerlukan suatu wadah atau organisasi, agar jalannya pendidikan dan pengajaran dapat berjalan lancar dan baik. Struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan atau penempatan orang-orang dalam suatu kelompok, sehingga tersusunlah pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan ke sana dari kelompok itu. Struktur atau susunan pengurus Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil adalah sebagai berikut: Struktur Keorganisasian Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Putri Bangil PENGASUH Ustd. Srf. Khodijah al-Hinduan
PENASEHAT Ust. Segaf bin Hasan Baharun
KETUA UMUM Ustd. Nafisah Murtadho
18
Dokumentasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah
79
BENDAHARA
SEKRETARIS
WARDAH SUWELE
MU’AWANAH
SEKSI I
SEKSI II
SEKSI III
SEKSI IV
SEKSI V
SEKSI IV
UBUDIYAH
KEAMANAN
TARBIYAH
KEBERSIHAN
KESEHATAN
RIYADHOH
Dari skema di atas masing-masing memiliki tugas sebagai berikut: a. Pengasuh, memiliki tugas : 1) Memberi wewenang kepada penasehat. 2) Mengawasi dan mengontrol keadaan santri. b. Penasehat, memiliki tugas : 1) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengasuh. 2) Mengontrol jalannya organisasi. c. Ketua, memiliki tugas : 1) Bertanggung jawab kepada pengasuh ma’had atas segala kegiatan ma’had. 2) Mengarahkan bawahan dalam melaksanakan tugasnya. 3) Mengambil kebijaksanaan pada suatu masalah yang tidak dapat di selesaikan oleh pengurus yang berwenang.
80
4) Bertanggung jawab atas segala kegiatan di luar ma’had. d. Bendahara, memiliki tugas : 1) Bertanggung jawab atas administrasi keuangan ma’had. 2) Mengatur kebutuhan keuangan masing-masing seksi. 3) Menghimpun dana sosial dari pengurus ma’had. e. Sekretaris, memiliki tugas : 1) Melaporkan kepada ketua hasil kegiatan ma’had yang telah dilaksanakan oleh masing-masing seksi. 2) Meminta laporan kepada masing-masing seksi atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sekali. 3) Bersama seksi tata usaha melaksanakan tugas kesekretariatan. 4) Membukukan semua hasil kegiatan ma’had yang telah di laksanakan pada tiap semester. 5) Pendapatan rekapitulasi santri minimal sebulan sekali. f. Seksi Ubudiyah : 1) Mengawasi kedisiplinan dan kekhusyuan dewan ustadz dan santri dalam menjalankan kewajiban dalam proses ibadah. 2) Bekerjasama dengan pihak madaris untuk dapat mendisiplinkan masingmasing santri dalam bidang keibadatan. g. Seksi Tarbiyah : 1) Bertanggung jawab
atas
terselenggaranya
lingkungan ma’had. 2) Mengadakan halaqoh di setiap malamnya.
pendidikan
ta’lim
di
81
3) Mengusahakan peningkatan kualitas dan keilmuan santri dengan belajar. h. Seksi Keamanan : 1) Bertanggung jawab atas keamanan ma’had. 2) Bertanggung jawab atas surat izin pulang, keluar, sakit. 3) Melaporkan segala hasil kegiatan kepada ketua. i. Seksi Kebersihan : 1) Menciptakan suasana “berseri” di lingkungan ma’had 2) Memberikan dan mengkoordinasi tugas piket kebersihan sekitar ma’had. j. Seksi Kesehatan : 1) Bertanggung jawab atas kesehatan santri beserta segala kebutuhan 2) Mengembangkan usaha yang dapat menunjang kualitas santri. k. Seksi Riyādhoh: 1) Bertanggung jawab atas terlaksananya riadhoh yang dilaksanakan di pagi hari 2) Membentuk santri berjiwa kuat dan sehat Selain adanya kepengurusan dari pihak pondok pesantren tersebut, maka penunjang terlaksananya semua kegiatan dari setiap organisasi, semua itu tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari kepengurusan santri seperti adanya Badan Ekskutif Mahasiswa dan Orsada (Organisasi Santri Darullughah Wadda‟wah). f. Kegiatan Santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah 19
19
Wawancara kepada beberapa perwakilan santriwati Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah pada hari Jum’at tanggal 30 Januari 2015 jam 21.15.
82
No
Waktu
Jenis Kegiatan
(WIB) 1
03.00-04.55
Qiyāmul Lail (Sholat Tahajjud)
2
04.55-05.20
Sholat subuh dan wirid
3
05.25-05.50
Mukhāwaroh, membaca al-Qur’an, dan ta‟līm hadromi
4
05.57-06.03
Riyādhoh (olah raga)
5
06.04-07.15
Piket dan persiapan sekolah
6
07.30-12.00
Kegiatan belajar
7
12.00-12.30
Persiapan sholat dzuhur
8
12.30-12.45
Shalat dzuhur dan wirid
9
12.55-13.25
Pembacaan tahlil dan baca al-Qur’an
10
13.25-15.00
Istirahat siang
11
15.00-15.25
Shalat ashar dan wirid
12
15.35-16.00
Kerjabakti dan pemeriksaan kebersihan
13
16.00-17.00
Sekolah umum
14
18.20-18.35
Shalat maghrib dan wirid
15
18.45-20.00
Ta‟līm hadromi atau pembacaan wirid
16
20.25-20.40
Shalat Isya dan wirid
17
20.50-21.00
Hafalan mufrodat
18
21.00-21.30
Ta‟līm dan makan malam
19
22.00
Istirahat malam
83
g. Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah20 1) i‟dādiyyah : Jenjang ini ditempuh oleh santri sebagai persiapan untuk masuk ke jenjang ibtidāiyyah, sehingga lama masa pendidikan dalam jenjang ini ditentukan oleh kemampuan santri dalam mencapai tingkat layak untuk masuk ke jenjang ibtidāiyyah. 2) ibtidāiyyah : Jenjang ini terdiri dari 4 (empat) kelas atau tingkatan, yang masing-masing tingkat atau kelas ditempuh santri selama satu tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi santri yang mempunyai prestasi tertentu menyelesaikan studinya kurang dari empat tahun. 3) tsanāwiyyah : Jenjang ini terdiri dari 3 (tiga) kelas atau tingkatan. Masingmasing tingkat atau kelas ditempuh santri selama satu tahun. 4) āliyah : Jenjang ini adalah jenjang formal tertinggi di pondok pesantren yang terdiri dari 3 (tiga) kelas atau tingkatan. Masing-masing kelas atau tingkatan ditempuh selama satu tahun. 5) takhaşşuş: Jenjang ini adalah jenjang khusus bagi santri lulusan āliyah dinīyyah, delegasi dari pondok pesantren lain yang ingin melanjutkan studinya ke Timur Tengah dan bagi mereka yang berdasarkan beberapa pertimbangan sebaiknya diletakkan dalam kelas khusus ini.
20
Ustadzah Aminah Makarim, Ustadzah Zahro al-Jufri dan 5 santri senior yaitu Fatimah Nada bin Yahya, Sakinah Alatas, Syakila bin Shahab, Najmah al-Hinduan, Fitriyah al-Haddad. Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Januari 2015 jam 17.37.
84
2. Pembinaan dan Pendidikan Kajian Al-Qur’an dan Tafsir Al-Qur’an di Lingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah a. Proses Pembelajaran Kajian Al-Qur’an serta Kitab Tafsir di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah21 Kajian al-Qur’an yang terdapat di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah antara lain pengajaran baca al-Qur’an (ilmu tajwīd) yaitu salah satu ilmu yang mulia karena berkaitan dengan firman-firman Allah SWT22, ilmu tajwīd biasanya ditekankan pada beberapa hal, yaitu: Pertama, kemampuan mengenali dan membedakan huruf-huruf al-Qur’an (huruf hijāiyyah) secara benar. Kedua, kemampuan untuk mengucapkan atau melafalkan kata-kata dalam al-Qur’an dengan fasih sesuai dengan makhraj (tempat keluarnya huruf-huruf hijāiyyah dari rongga mulut). Ketiga, mengerti dan memahami hukum-hukum atau patokan-patokan pembacaan al-Qur’an. Selain ilmu tajwīd, yaitu ilmu tartīl (membaca al-Qur’an dengan baik dan benar). Ilmu tartīl adalah membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa, dengan memberikan hak setiap huruf, seperti menyempurnakan mad (panjang) atau memenuhi ghunnah (dengungan)23. Diantaranya
yaitu
memperhatikan
potongan
ayat,
permulaan
dan
kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca. Tata cara membaca al-Qur’an yang dinukil dari 21
Observasi langsung ke lokasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah serta megamati dan mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah pada hari Jum’at tanggal 30 Januari 2015 sampai dengan hari Senin tanggal 2 Februari 2015. 22 Ibrahim Eldeeb. Be A Living Quran. ( Tangerang: Lentera Hati, 2009). Hlm 91. 23 Ibrahim Eldeeb. Be A Living Quran. hlm 91.
85
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara bacaan. Ummu Salamah pernah menggambarkan cara membaca al-Qur’an Rasulullah SAW dengan tartīl, yaitu jelas huruf per huruf seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi. Ibnu Abbas berkata: “Membaca satu surah dengan cara tartīl lebih aku senangi daripada membaca al-Qur‟an seluruhnya”.24 Di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah pelaksanaan ilmu tartīl (belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar) yaitu setelah sholat subuh. Para santri membentuk kelompok dengan dipimpin oleh satu santri senior untuk mengajarkan bagaimana membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Sedangkan untuk ilmu tahfīdz al-Qur’an (menghafal al-Qur’an) pelaksanaanya yaitu setelah sholat subuh juga yang hanya diikuti oleh santri-santri yang mengikuti program tahfīdz al-Qur’an ditempat yang berbeda. Dari kajian-kajian al-Qur’an diatas, terdapat juga kajian tafsir alQur’an di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Secara garis besar, tafsir al-Qur’an dibedakan menjadi tiga macam, yakni tafsir dirāyah (tafsir dengan akal atau ra‟yu), tafsir riwāyat (tafsir yang menitikberatkan pada penggunaan ayat-ayat lain, hadits Nabi, dan pendapat sahabat) dan tafsir isyāri (tafsir yang menurut dzahir ayat ada petunjuk-petunjuk yang
24
Ibrahim Eldeeb. Be A Living Quran. hlm 125.
86
tersirat)25. Penekanan pembelajaran tafsir al-Qur’an di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah diberikaan pada: Pertama, yaitu kemampuan mengetahui kedudukan suatu kata dalam struktur kalimat (i‟rāb) serta mengetahui dan membedakan makna mufradat (pengertian kata-kata) ayatayat al-Qur’an baik ditinjau dari segi morfem (sharaf) maupun persamaan katanya (murādif). Kedua, yaitu asbābu an-nuzūl, makiyyah-madaniyyah, serta nasikh dan mansukh suatu ayat. Ketiga, yaitu kandungan ayat secara tekstual maupun kontekstual sehingga santri menemukan relevansi ayat itu dalam realitas kehidupan. Keempat, yaitu perbandingan penjelasan maknamakna ayat al-Qur’an suatu kitab tafsir dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Kelima, di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah kitab tafsir yang dibaca adalah kitab tafsir yang berupa penjelasan dari kitab tafsir Jalalain yaitu (tafsir ash-Showi), tafsir ini dipelajari oleh santri diwaktu sekolah, sedangkan pembacaan kitab tafsir yang dibaca rutin setiap seminggu sekali diwaktu malam rabu adalah (tafsir ayātul ahkām) kitab tafsir yang bercorak hukum. Kajian-kajian tersebut merupakan suatu kewajiban sebagai santri di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah yaitu dengan mempelajari cara baca al-Qur’an dengan bagus beserta pembelajaran kitab tafsirnya. Antusias para santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dengan kajiankajian tersebut tampaknya mereka sangat merespon, sehingga sebagian besar para santri tidak mengenal lelah dan tidak merasa bosan untuk 25
Muhammad Ali Ash-Shabuni. Studi Ilmu Al-Qur‟an. (edisi terjemahan oleh Aminudin). ( Bandung: CV Pustaka Setia, 1999). hlm 247-248.
87
mengkaji dan mendalami serta memahami kajian-kajian al-Qur’an tersebut. Pada dasarnya mempelajari al-Qur’an bukan hanya sebagai peraturan di pondok pesantren saja, akan tetapi belajar al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi seorang Muslim khususnya ummat Nabi Muhammad SAW, apalagi mereka adalah santri yang selalu berhubungan dengan aktifitas pemahaman dan pengertian tafsir al-Qur’an secara lebih detail dan terprogram. b. Metode Pembelajaran Kitab Tafsir di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah26 Proses pembelajaran kitab tafsir di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah yaitu dengan metode Bandungan. Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam proses pengajarannya, kitab yang dibaca oleh Ustāż hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Ustāż. Untuk Ustāż yang mengajar kajian kitab tafsir adalah Ustāż al-Habib Husein bin Agil, beliau bertempat tinggal di Probolinggo Jawa Timur beliau adalah seorang guru yang menguasai bidang tafsir al-Qur’an, merupakan alumni dari Mekkah alMukarromah yaitu murid dari as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki alHasani. Beliau menuntut ilmu di Mekkah selama kurang lebih 4 tahun dibawah bimbingan langsung para ulama-ulama yang ada di Mekkah.
26
Observasi langsung ke lokasi Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah serta megamati dan mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah pada hari Jum’at tanggal 30 Januari 2015 sampai dengan hari Senin tanggal 2 Februari 2015.
88
Ustāż Husein bin Agil dalam praktek mengajarnya selalu menukilkan ayat-ayat suci al-Qur’an serta menyampaikan penafsiran ayat-ayat tersebut dengan jelas dan lengkap, kemudian sering kali memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan asbābun nuzūlnya ayat tersebut sehingga para santri antusias dan mudah untuk menerima penjelasan kajian tafsir al-Qur’an tersebut secara jelas, mudah dimengerti dan membuat para santri mendapatkan pengetahuan baru terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an tersebut. Metode pengajaran yang dijalankan Ustāż Husein bin Agil yaitu menerapkan sistem komunikasi yang efektif kepada para santrinya, sehingga santri yang belum memahami kajian tafsir al-Qur’an tersebut langsung menanyakan apa maksud isinya dan kemudian Ustāż Husein bin Agil akan segera memberikan jawaban yang lengkap dan jelas, kadang-kadang beliau memberi kesempatan kepada santrinya untuk belajar menjelaskan tafsir alQur’an tersebut sehingga para santri akan terbiasa belajar mempelajari kitab tafsir al-Qur’an lebih mudah dan menyenangkan. Metode ini ternyata cukup berhasil menggugah dan memberi semangat maupun antusias para santri untuk belajar mengkaji tafsir al-Qur’an lebih dalam lagi. B. Implementasi Surat al-Kahfi Ayat 60-82 Dalam Tafsir Ash-Showi Tentang Menghormati Guru Di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah 1. Pemahaman Sebagai Implementasi Sebagai santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dalam memahami surat al-Kahfi ayat 60-82 adalah hal yang harus menjadi
89
landasan utama didalam proses menjalankan tugas sebagai seorang santri / murid dalam melakukan aktivitas sehari-harinya sebagai murid yang menuntut ilmu, dari petikan dan hikmah surat al-Kahfi ini yaitu menceritakan Nabi Musa yang berperan sebagai murid Nabi Khidir merupakan cerminan bagaimana sikap utama sebagai seorang santri / murid melakukan kewajibannya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap gurunya dan tidak melakukan tindakan yang melanggar ketentuan dalam proses belajar dan mengajar, agar tujuan-tujuan yang tersirat dari ayat 60-82 pada surat al-Kahfi tersebut mengarahkan dan membimbing para santri / murid untuk mengikuti akhlāq Nabi Musa, dimana sebagai seorang Nabi dan Rasul tetap istiqāmah menjalankan perintah Allah SWT untuk belajar terhadap Nabi Khidir. Dengan akhlāq inilah perjalanan antara hamba Allah SWT yang luar biasa ini menjadi cerminan utama hubungan antara seorang murid dan gurunya, supaya dikemudian hari mendapatkan kemuliaan
hidup
dan
kebahagiaan
didunia
dan
diakhirat
karena
menghormati guru. Pernyataan tersebut nampak ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah perwakilan dari kelas takhaşşuş, mereka adalah Mahmudah Alaydrus, Farah al-Gadri, Hanan Assegaf, Afaf al-Haddar, Gamar al-Jufri dan Fatimah Alaydrus. Berikut adalah kutipan wawancara dengan mereka: Kisah yang terdapat pada surat al-Kahfi ayat 60-82 tersebut dapat dijadikan contoh bagaimana tugas seorang murid yang sedang menuntut ilmu kepada gurunya, sedangkan yang menjadi murid dalam cerita itu adalah seorang Nabi yang mempunyai kedudukan dan maqām lebih tinggi dari pada gurunya. Beliau adalah Nabi Musa yang posisinya sebagai murid, sedangkan Nabi Khidir adalah gurunya. Kisah tersebut
90
juga dapat dijadikan panutan untuk para murid khususnya supaya diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari, yaitu dengan menjalankan tugas-tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Supaya akhlak yang disuri tauladankan oleh Nabi Musa dapat tampak di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, karena tujuan mencari ilmu yaitu mendapatkan kemuliaan hidup dan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Aplikasinya seperti contoh ihtirom kepada semua guru wa-bil khusus ahlu al-bait, taat dan patuh pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh pondok, jangan sampai mempunyai keinginan untuk melanggar 27 peraturan, karena hal tersebut dapat membuat para guru kecewa.
Menurut pemahaman beberapa santri di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah yaitu perwakilan santri dari kelas āliyah, kandungan isi yang terdapat didalam surat al-Kahfi tersebut antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Doa bersama sebelum dan setelah kegiatan belajar mengajar, kemudian mencium tangan guru. 2. Sholat wajib dan sunah berjamaah dengan guru, kemudian doa bersama dengan guru setelah melakukan sholat. 3. Mengikuti pengajian dan bimbingan keagamaan secara terus menerus sesuai dengan jadwal yang sudah diberikan oleh guru. 4. Menjaga ketertiban, kebersihan dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah sesuai dengan perintah dari guru, karena dengan melakukan hal-hal tersebut kita akan mendapat penilaian dari guru sebagai santri yang baik dan senantiasa supaya kita memperoleh ridho dari mereka.
27
Mahmudah Alaydrus, Farah al-Gadri, Hanan Assegaf, Afaf al-Haddar, Gamar al-Jufri dan Fatimah Alaydrus. Santri dari perwakilan kelas takhaşşuş. Wawancara Pribadi, Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 31 Juli 2015 jam 10.15.
91
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara dengan beberapa santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah perwakilan dari kelas āliyah yaitu Rahma al-Jufri, Sabika Alaydrus, Yasmin Alatas, Rugayyah al-Kaff, Maimunah al-Haddad, Amira al-Haddad, Fatimah bin Agil dan Fatimah alKaff, Alwiyah al-Jufri, Fitriyah al-Hasni, Nabila Alatas, Fakhita al-Haddad, Aminah al-Haddad, Alwiyah Alatas, Farwah al-Habsyi, Naswa Assegaf, Khodijah Assegaf dan Alwiyah al-Haddad berikut ini: Kisah Nabi Musa yang menuntut ilmu kepada Nabi Khidir tersebut dapat diaplikasikan sebagai berikut: soeorang murid harus taat terhadap gurunya, contohnya yaitu dengan mencium tangan mereka setelah melakukan sholat berjamaah, setelah ta‟līm dan ketika bertemu dimanapun, berdiri ketika guru lewat khususnya ahlu al-bait, menjaga kebersihan pondok, taat peraturan dan tata tertib pondok, serta dapat diaplikasikan juga melalui berbagai macam kegiatan rutinan di pondok seperti mukhāḍoroh, karena kegiatan seperti itu juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara murid dan guru. Hal itu semua dilakukan 28 karena hanya ingin mendapatkan ridho dari mereka.
Sedangkan menurut dari beberapa santri lain, mereka memahami bahwa surat al-Kahfi ayat 60-82 merupakan suatu surat yang berisi tentang kisah Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir. Dari kisah tersebut dapat dipetik hikmah yang harus diteladani oleh para santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Sikap yang ditunjukkan oleh Nabi Musa merupakan sesuatu yang luar biasa, dimana sebagai seorang Nabi dan Rasul tetap serius dalam mencari ilmu kepada seseorang yang secara maqām lebih
28
Rahma al-Jufri, Sabika Alaydrus, Yasmin Alatas, Rugayyah al-Kaff, Maimunah alHaddad, Amira al-Haddad, Fatimah bin Agil dan Fatimah al-Kaff, Alwiyah al-Jufri, Fitriyah alHasni, Nabila Alatas, Fakhita al-Haddad, Aminah al-Haddad, Alwiyah Alatas, Farwah al-Habsyi, Naswa Assegaf, Khodijah Assegaf dan Alwiyah al-Haddad. Santri dari perwakilan kelas āliyah. Wawancara Pribadi, Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 29 Juli 2015 jam 10.11.
92
rendah daripada Nabi Musa. Hal ini mencerminkan bahwa dalam mencari ilmu itu tidak ada perbedaan antara orang yang mempunyai jabatan, kekayaan ataupun usia. Sehingga kita sebagai santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dapat mengambil suri tauladan yang baik dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini. Berikut kutipan wawancara yang disampaikan oleh perwakilan santri yang berstatus mutakhārijāt: Menuntut ilmu tidak harus kepada orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi dari kita, tidak harus kepada orang yang usianya lebih tua dari kita, tidak harus kepada orang yang mempunyai materi lebih dari kita, karena keilmuan seseorang tidak diukur berdasarkan hal-hal tersebut. Seperti yang telah dikisahkan didalam surat al-Kahfi ayat 60-82 bahwa seorang Nabi Musa yang sangat jelas mempunyai kedudukan, derajat dan maqām yang lebih tinggi dari Nabi Khidir akan tetapi mau untuk menuntut ilmu kepadanya. Karena sesungguhnya perbedaan jabatan, kekayaan ataupun usia bukanlah hal yang dapat menghalangi seseorang untuk menuntut 29 ilmu.
Sedangkan menurut beberapa santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah perwakilan dari kelas śanāwiyah bahwa dalam memahami kandungan surat al-Kahfi ayat 60-82 ini mereka berpendapat seorang santri harus melakukan dan menjalankan sikap sopan santun, tata krama dan adab asor terhadap para gurunya. Seperti misalnya cara berbicara kepada guru, cara bertanya kepada guru, cara duduk dihadapan guru, cara menatap guru, itu semua harus mencerminkan tata krama yang sudah dicontohkan oleh
29
Afifah al-Habsyi, Muzdalifah al-Haddad, Lubnah bin Abdul Aziz, Ummu Khoir atTamimi. Santri yang sudah berstatus mutakhārijāt (yaitu santri yang sudah lulus akan tetapi mengabdi di pondok pesantren terlebih dahulu) dan mereka biasanya menggantikan mengajar apabila ada guru yang berhalangan mengajar. Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 29 Juli 2015 jam 20.45.
93
Nabi Musa. Selain itu juga apa yang telah dilakukannya berharap mendapatkan pahala dan ridho dari Allah SWT karena menghormati guru. Berikut kutipan wawancara dengan santri dari kelas śanāwiyah: Seorang murid harus bersikap sopan santun terhadap guru, yaitu dengan memperhatikan bagaimana cara duduk dihadapan guru, cara bertanya kepada guru, cara duduk dihadapan guru, cara menatap guru, karena itu semua merupakan sebuah tata krama yang telah di suri tauladankan oleh Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Karena apabila guru ridho kepada kita, maka pasti Allah akan meridhoi kita dan kita akan mendapatkan pahala. Dalam hal ini karena ruang lingkupnya adalah di pondok pesantren, maka mengimplementasikannya dengan cara berpakaian yang sopan jika bertemu dengan guru, taat peraturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pondok pesantren, senantiasa mengikuti kegiatan yang disitu dihadiri oleh guru misalnya sholat berjamaah, doa bersama dan lain-lain karena melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat memperat hubungan antara guru dengan santri.30
Kemudian santri yang lain mengatakan kaitannya dengan ketidak sabaran Nabi Musa didalam menjalankan tugas sebagai seorang murid ini harus menjadi masukan terhadap para santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, artinya didalam proses belajar itu harus sabar, tenang dan tawāḑu´ terhadap apa yang diperintahkan oleh para gurunya sehingga pelajaran tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari sehingga ilmu yang didapat akan berkah dan bermanfaat untuk dirinya dan untuk orang lain yang berada dilingkungannya. Berikut kutipan wawancara dengan santri dari kelas i‟dādiyyah dan ibtidāiyyah: Kesabaran, ketenangan dan ketawāḑu´an merupakan kunci sukses untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat. Seperti yang telah 30
Warda Ghonim, Syakila al-Mutahar, Lala al-Mutahar, Ummu Zahra bin Shahab, Nihayah bin Shahab dan Nafisah bin Shahab. Santri perwakilan dari kelas śanāwiyah .Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Juli 2015 jam 09.15.
94
dikisahkan oleh Nabi Musa ketika beliau tidak sabar akan hal-hal yang dilakukan oleh Nabi Khidir, dari ketidak sabaran Nabi Musa inilah yang menyebabkan mereka berdua berpisah. Oleh karena itu, kejadian tersebut dapat dijadikan masukan untuk para santri Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah bahwa dalam menuntut ilmu itu diperlukan 31 kesabaran, ketenangan dan ketawāḑu´an.
2. Perilaku Sebagai Implementasi Dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, tradisi penghormatan kepada guru merupakan sesuatu yang wajib, karena guru adalah orang tua yang menjadi tumpuan terhadap aktifitas kegiatan baik secara umum maupun secara khusus. Ditinjau dari sudut umum, guru adalah sebagai orang yang berilmu, berwawasan luas dan penuh kelebihankelebihan dibandingkan dengan para santri. Sedangkan dari sudut khusus, guru merupakan cerminan sebagai orang tua yang selalu menjadi tumpuan, keluhan, keceriaan, tempat curhat maupun sebagai tempat menerima nasihat yang paling utama dilingkungan Pondok Pesantren. Kehidupan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah dari mulai tidur sampai menjelang tidur lagi selalu berkaitan dengan aktifitas antara santri dan guru. Pada saat santri bangun tidur sekitar pukul 03.00 WIT mereka melakukan aktifitas ibadah antara lain sholat taĥajjud yang dipimpin langsung oleh para guru. Kegiatan sholat taĥajjud ini merupakan hubungan yang amat dekat antara seorang guru dengan murid-muridnya. Guru mengajak para santri untuk bermunajat kepada Allah SWT bersama-sama. 31
Banun Assegaf, Alwiyah Assegaf, Aminah al-Kaff, Zulfa Alaydrus, Syifa Assegaf dan Ummu Hani Bafaqih. Santri perwakilan dari kelas i’dādiyyah. Kemudian Nabila al-Hasni, Nisma Assegaf, Aminah Assegaf, Lailatul Fajriyah, Kamiliatul Maula, Khodijah Assegaf, Rachila Alaydrus, Zakiah al-Hasni, Adibah Assegaf dan Munira al-Masyhur. Santri perwakilan dari kelas ibtidāiyyah. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Juli 2015 jam 10.12.
95
Kegiatan ini merupakan cerminan para santri menjalankan apa yang diperintahkan oleh guru. Mereka tidak ada yang membantah, tidak ikhlas, menggerutu maupun melakukan hal-hal yang tidak baik. Para santri selalu mentaati perintah gurunya (sami‟nā wa „ato‟nā) dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan. Kadang-kadang acara sholat taĥajjud bersama ini, sering para santri meneteskan air mata teringat akan perbuatan-perbuatan yang kurang bagus dan berusaha untuk memohon maaf kepada kedua orang tua yang ada dirumah melalui do’a dan juga memohon maaf kepada guru sebagai orang tua yang ada di pondok pesantren. Berikut adalah kutipan wawancara perwakilan dari kelas i‟dādiyyah dan ibtidāiyyah: Sholat tahajud merupakan salah satu kegiatan yang dapat mempererat hubungan antara guru dengan murid, karena di waktu tersebut guru mengajak santri-santrinya untuk bermunajat kepada Allah SWT bersamasama, sehingga dari para santri kadang-kadang ada yang sampai menangis. Dengan demikian, santri akan terasa selalu dekat kepada 32 gurunya.
Penghormatan
yang
Darullughah Wadda‟wah
dilakukan
para
santri
Pondok
Pesantren
menurut beberapa santri antara lain, selalu
mentaati tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang membuat para guru kecewa. Penghormatan semacam ini merupakan tradisi utama dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Berikut merupakan kutipan wawancara kepada santri perwakilan dari kelas takhaşşuş: 32
Banun Assegaf, Alwiyah Assegaf, Aminah al-Kaff, Zulfa Alaydrus, Syifa Assegaf dan Ummu Hani Bafaqih. Santri perwakilan dari kelas i’dādiyyah. Kemudian Nabila al-Hasni, Nisma Assegaf, Aminah Assegaf, Lailatul Fajriyah, Kamiliatul Maula, Khodijah Assegaf, Rachila Alaydrus, Zakiah al-Hasni, Adibah Assegaf dan Munira al-Masyhur. Santri perwakilan dari kelas ibtidāiyyah. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Juli 2015 jam 10.12.
96
…
akhlak yang disuri tauladankan oleh Nabi Musa harus diimplementasikan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, karena tujuan mencari ilmu yaitu mendapatkan kemuliaan hidup dan kebahagiaan didunia dan diakhirat yaitu seperti contoh iĥtirām kepada semua guru wa-bil khusus ahlu al-bait, taat dan patuh pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh pondok, jangan sampai mempunyai keinginan untuk melanggar peraturan, karena hal tersebut dapat membuat para guru kecewa.33
Disamping itu, setiap selesai acara kegiatan apapun para santri akan selalu mendatangi para guru untuk mencium tangannya dan memohon do’a agar menjadi wanita solehah, berbakti kepada kedua orang tua yang ada dirumah dan orang tua yang ada dipondok, dan yang paling utama adalah mendapatkan barokahnya guru. Hal ini terlihat bahwa semua santri menyadari tradisi yang dilakukan semacam ini merupakan penghormatan sebagai birul wālidain baik dirumah maupun dipondok pesantren. Penghormatan kepada guru, yang sering dilakukan oleh para santri dan ini merupakan ciri khas dari Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, apabila ada guru yang sedang lewat mereka semua serentak berdiri, berjejer dan mendatanginya untuk mencium tangan guru-guru tersebut (terkhusus apabila guru dari ahlu al-bait yang lewat).34 Menurut keterangan dari saudari Khodijah Alaydrus, Labibah Shahab, Soraya Assegaf, Khumaira Assegaf, dan Nadia Assegaf ketika waktu kegiatan tadarus al-Qur’an setelah melakukan sholat subuh berjama’ah para
33
Mahmudah Alaydrus, Farah al-Gadri, Hanan Assegaf, Afaf al-Haddar, Gamar al-Jufri dan Fatimah Alaydrus. Santri dari perwakilan kelas takhaşşuş. Wawancara Pribadi, Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 31 Juli 2015 jam 10.15. 34 Wawancara dengan beberapa santri perwakilan dari setiap kelasnya yaitu 6 santri dari kelas i’dādiyyah, 10 santri dari kelas ibtidāiyyah, 6 santri dari kelas sanawiyah, 18 orang santri dari kelas āliyah, 6 santri dari kelas takhaşşuş dan 14 santri yang berstatus mutakhārijāt.
97
santri pasti mendekati para guru untuk memohon do’a agar semua yang dilakukannya terutama kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik serta mendapat ridho dari Allah SWT. Sebagai bentuk penghormatan kepada guru, kadang-kadang para santri meminta hafalan do’a untuk dijadikan mujāhadah35 Berikut adalah kutipan wawancara dengan mereka: Ketika waktu kegiatan tadarus al-Qur’an setelah sholat subuh berjama’ah, para santri semuanya mendekati para guru dan berebut untuk mencium tangan mereka serta meminta di do’akan olehnya, selain itu para santri juga meminta mujāhadah dari para guru. Peristiwa tersebut merupakan 36 salah satu bentuk penghormatan kepada guru.
Kegiatan yang lain, yaitu proses belajar mengajar yang berkaitan dengan pendidikan keislaman yang berdasarkan nilai-nilai agama, dalil nash alQur’an dan hadits Rasulullah SAW. Disini para santri mendengarkan dengan penuh hikmat tanpa ada yang bersuara sedikitpun untuk mendengarkan materi pelajaran sekolah. Demikianlah penghormatan yang luar biasa terhadap guru, sehingga aktifitas belajar mengajar dapat berjalan dengan bagus, karena akhlāq terhadap guru sudah menjadi kewajiban utama dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Berikut adalah kutipan wawancara dari para santri yang berstatus mutakhārijāt: Santri-santri di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah sangat menampakkan penghormatannya kepada guru yaitu ketika kegiatan belajar, mereka mendengarkan dengan penuh hikmat tanpa ada yang 37 bersuara sedikitpun untuk mendengarkan materi pelajaran sekolah. 35
Suatu tugas dan tanggungjawab yang diperintah oleh guru supaya tugas tersebut dilakukan oleh para santri, seperti contoh seorang guru memberikan mujāhadah untuk membaca istighfar setiap hari sebanyak 1000 kali selama seminggu. 36 Khodijah Alaydrus, Labibah Shahab, Soraya Assegaf, Khumaira Assegaf, dan Nadia Assegaf. Santri perwakilan dari beberapa kamar. Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Dārullughah Wadda‟wāh Bangil, 29 Juli 2015 jam 21.11. 37 Afifah al-Habsyi, Muzdalifah al-Haddad, Lubnah bin Abdul Aziz, Ummu Khoir atTamimi. Santri yang sudah berstatus mutakhārijāt (yaitu santri yang sudah lulus akan tetapi
98
Kemudian pengajian kitab diluar waktu terjadwal, ini biasanya dilakukan oleh ustaż al-Habib Segaf bin Hasan Baharun yang merupakan ustaż utama dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah putri (banāt) dalam memberikan pelajaran-pelajaran terhadap para santrinya. Hal inilah yang menambah semangat santri untuk menjadi manusia yang selalu ta’at dan patuh terhadap para guru dilingkungan Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah.38 Ada program khusus yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah sebagai cara mengimplementasikan kandungan surat al-Kahfi ayat 60-82, antara lain yaitu menjalin hubungan ukhuwah islāmiyyah dan kekeluargaan antara guru dan para santri, dengan tujuan menyatukan visi dan misi ke depan sebagai calon-calon pendakwah pada saat mereka sudah lulus dari Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah. Program tersebut antara lain, lomba pidato Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia secara bergiliran dari perwakilan setiap kamarnya, misalnya minggu pertama yang mengikuti ceramah hanya dari 7 kamar dan begitu seterusnya) ini dilakukan setiap seminggu sekali (biasanya dilakukan setiap malam senin), kegiatan seperti ini dinamakan mukhādhoroh (lomba pidato Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia). Setelah itu dilakukan setiap 3 minggu sekali (lomba ini merupakan hasil dari penilaian kegiatan pidato bergilir mengabdi di pondok pesantren terlebih dahulu) dan mereka biasanya menggantikan mengajar apabila ada guru yang berhalangan mengajar. Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 29 Juli 2015 jam 20.45. 38 Observasi langsung ke lokasi dan mengikuti pengajian yang narasumbernya adalah Habib Segaf bin Ahmad Baharun (selaku ketua pengasuh Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah putri (banāt) pada hari Rabu tanggal 29 Juli 2015 jam 19.00.
99
setiap kamarnya yang dilakukan oleh seluruh santri putri di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah), dan melantunkan secara bersamasama asmā‟ul husna setelah melaksanakan sholat fardhu berjama’ah. Berikut kutipan wawancara dengan santri perwakilan dari kelas āliyah: Banyak kegiatan yang dapat mempererat hubungan guru dengan santri, seperti misalnya kegiatan mukhādoroh, kegiatan ini dihadiri oleh guru dan santri, sehingga dengan kebersamaan ini dapat terjalin hubungan komunikasi yang lebih baik lagi antara guru dengan santri. Dengan begitu 39 hubungan antara keduanya akan terasa sangat dekat sekali.
Sebagai santri di Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah, pada saat akan bertemu dengan para guru, mereka selalu menjalankan aturan tata tertib sebagai berikut : 1. Berpakaian sopan dan rapi dan selalu nampak agamis (memakai abaya hitam jika bertemu dengan asātiżāt, serta memakai cadar jika bertemu dengan asātiż). 2. Dalam berbicara dengan guru, selalu bersikap sopan dan santun bersandarkan pada akhlāk al-karīmah. 3. Disiplin waktu dan mematuhi tata tertib yang ada, sehingga dapat menumbuhkan sikap hormat dari santri kepada gurunya. 4. Taat beribadah dan menjalankan syariat agama serta selalu ta´ᶎīm terhadap para guru, dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang telah disampaikan melalui materi-materi pelajaran.
39
Rahma al-Jufri, Sabika Alaydrus, Yasmin Alatas, Rugayyah al-Kaff, Maimunah alHaddad, Amira al-Haddad, Fatimah bin Agil dan Fatimah al-Kaff, Alwiyah al-Jufri, Fitriyah alHasni, Nabila Alatas, Fakhita al-Haddad, Aminah al-Haddad, Alwiyah Alatas, Farwah al-Habsyi, Naswa Assegaf, Khodijah Assegaf dan Alwiyah al-Haddad. Santri dari perwakilan kelas āliyah. Wawancara Pribadi, Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 29 Juli 2015 jam 10.11.
100
Berikut adalah kutipan wawancara dengan santri perwakilan dari kelas śanāwiyah: … Dalam hal ini karena ruang lingkupnya adalah di pondok pesantren, maka mengimplementasikannya dengan cara berpakaian yang sopan jika bertemu dengan guru, taat peraturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pondok pesantren, senantiasa mengikuti kegiatan yang disitu dihadiri oleh guru misalnya sholat berjamaah, doa bersama dan lain-lain karena melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat memperat hubungan antara guru dengan santri.40
40
Warda Ghonim, Syakila al-Mutahar, Lala al-Mutahar, Ummu Zahra bin Shahab, Nihayah bin Shahab dan Nafisah bin Shahab. Santri perwakilan dari kelas śanāwiyah. Wawancara Pribadi. Pondok Pesantren Darullughah Wadda‟wah Bangil, 30 Juli 2015 jam 09.15.