BAB III HIKMAH PUASA
Pemahaman pengertian puasa secara umum adalah menahan untuk tidak makan, minum dan bersetubuh mulai terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Selain hukumnya wajib bagi umat Islam, ibadah puasa juga dapat sebagai sarana latihan agar mampu mengendalikan diri (Imam Musbikin, 2004: 39). Seperti diungkapkan Quraish Shihab (1998) yang penulis kutip dari bukunya Sidik Tomo dkk (1998: 68) karena pada hakikatnya puasa merupakan pendidikan dan latihan kejiwaan agar manusia mampu mengendalikan diri serta mengarahkan keinginankeinginan. Pengendalian diri dan pengarahan ini sangat dibutuhkan oleh manusia, baik pribadi maupun kelompok, karena secara umum jiwa manusia sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal, terutama bagi mereka yamg memiliki kesadaran untuk mengendalian diri serta tekad yang kuat untuk melawan bisikan dan bujukan negatif. Maka seyogyanya bila orang berpuasa haruslah dapat menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang akan menodai puasanya, hingga puasanya itu akan bermanfaat dan menghasilkan ketaqwaan. Puasa itu tidaklah hanya menahan dari makan minum tapi juga menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Jika puasa dijalankan secara benar dan ikhlas karena Allah, maka akan membawa hikmah yang sangat banyak bagi manusia itu sendiri dalam berbagai aspek kehidupannya. Dan diantara hikmah tersebut antara lain :
48
49
A. Aspek Kesehatan Kesehatan merupakan nikmat Allah yang sangat berharga. Jika tubuh manusia sehat, maka seeorang dapat melakukan aktivitas secara baik dan lancar. Tetapi jika kesehatan seseorang itu terganggu, maka akan dapat menghambat aktivitasnya. Walaupun begitu, tidak sedikit manusia yang tidak hati-hati menjaga kesehatannya. Manusia sering mengabaikan kesehatan, akibatnya manusia menjadi sakit. Agar tubuh tetap sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan makan makanan secara teratur. Dengan berpuasa, maka pola makannya menjadi lebih teratur. Karena puasa mensyaratkan untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatanperbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, untuk itu maka akan sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Rasulullah bersabda, “berpuasalah kamu supaya kamu sehat.” Jika dianalisa hadis tersebut menyuruh berpuasa orang yang kesehatannya kurang stabil (misalnya karena kolesterol, darah tinggi dll), dianjurkan untuk berpuasa (diet). Sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 184 : “........dan puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”. Sebaliknya dalam surat alBaqarah dikatakan: sebaliknya dalam QS. al-Baqarah ayat 185 Allah berfirman: “..... maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah ia menggantinya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah
50
menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.......” Dari firman Allah ini apakah tidak bertentangan dengan hadis Rasulullah
tersebut?
Dan
jawabanya
adalah
“tidak”.
Sebab
yang
diperbolehkan untuk meninggalkan puasa dalam ayat ini adalah orang yang sakit jasmaniyah. Sedangkan anjuran Rasulullah untuk berpuasa dalam hadis tersebut agar orang yang berpuasa sehat secara jasmaniyah dan rohaniyah (Z.S. Nainggolan, 2007: 36-37). Banyak orang yang sehat jasmaniyahnya tetapi rohaniyahnya sakit. Tanda bahwa orang tidak sehat rohaniyahnya adalah jika di dalam hatinya diliputi rasa sombong, dengki, iri dan sifat-sifat negatif lainnya. Dan untuk mengikis bahkan menghilangkan “sakit” yang ada dalam hati manusia, metode yang tepat adalah dengan berpuasa. Dengan melaksanakan puasa tanpa berlebihan dalam berbuka maka akan memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan. Ketika seseorang berpuasa, organ tubuh manusia terutama alat pencernaan disuruh berhenti sejenak. Ibarat sebuah mesin jika digunakan secara terus-menerus tanpa istirahat, maka mesin tersebut akan cepat rusak atau aus. Begitu juga dengan organ manusia, dengan menberikan kesempatan kepada organ-organ pencernaan untuk istirahat, maka organ pencernaan tersebut tidak mudah sakit. Perlu diketahui bahwa seseorang yang hidupnya hanya untuk makan. Yaitu banyak makan secara tidak teratur, maka akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kencing manis, tekanan darah tinggi dan lain-lain. Maka penyakit yang menyerang perut, obatnya dari perut juga artinya orang
51
itu harus mengatur perutnya, yaitu mengatur makanan yang dikonsumsinya. Banyak pengobatan yang dilakukan oleh para dokter kepada pasien-pasiennya yang menderita suatu penyakit jasmani dianjurkan dengan cara berpuasa. Ditinjau dari aspek kesehatan, puasa mempunyai banyak sekali manfaat. Antara lain sebagai berikut: 1. Memperkuat
sistem
imunitas
(kekebalan
tubuh)
sehingga
dapat
melindungi tubuh dari ancaman terjangkitnya berbagai penyakit. Yaitu ditandai dengan semakin membaiknya fungsi sel-sel limpa, jumlah sel untuk kekebalan tubuh semakin bertambah, zat antibodi dalam tubuh meningkat serta meningkatnya lypoprotein yang berkepadatan rendah (LDL) menjadi semakin aktif. 2. Melindungi tubuh dari obesitas dengan segala resiko dan bahayanya. Obesitas adalah kelebihan berat badan atau yang lebih dikenal dengan istilah kegemukan.Obesitas terjadi akibat gangguan pada sistem asimilasi makanan. Selain itu tekanan lingkungan, faktor psikologis maupun sosial juga dapat menimbulkan obesitas. Obesitas dapat beresiko terkana penyakit seperti serangan jantung, penyumbatan pembuluh darah di sekitar jantung (thrombosit) serta penyakit arterioslerosis (penebalan pembuluh nadi). Obesitas dapat dicegah dengan terapi puasa. Pengaruh puasa sangat ideal untuk mengikis lemak-lemak yang tersimpan dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya obesitas dan menghindarkan dari resiko penyakit yang ditimbulkan akibat obesitas.
52
3. Puasa melindungi tubuh dari terbentuknya batu ginjal yang menjadi penyebab kencing batu. Karena puasa dapat menaikkan kadar sodium dalam darah, sehingga mencegah terjadinya pengkristalan garam kalsium yang nantinya bisa menjadi batu ginjal. Selain itu, selama berpuasa zat urea dalam urin bertambah sehingga dapat membantu menghalangi sedimentasi garam-garam urin yang menbentuk batu-batu kerikil di saluran air kencing. 4. Puasa mensterilkan tubuh dari bahaya racun yang menggumpal di dalam sel-sel atau jaringannya akibat makanan yang dikonsumsi. Khususnya makanan yang mengandung bahan pengawet olahan pabrik, obat-obatan yang diminum serta dari udara yang dihirup yang telah terkontaminasi dengan racun (Yusuf Al-Hajj Ahmad, 2002: 87-89). Puasa juga bermanfaat bagi pecandu rokok (Imam Musbikin, 2004: 103). Dengan berpuasa setidaknya dapat mengurangi kebiasaan para pecandu rokok untuk tidak merokok pada waktu siang hari. Karena merokok adalah salah satu hal yang dapat membatalkan puasa. Ketika sedang menjalani puasa darah pecandu rokok bersih dari racun nikotin. Apabila nikotin telah bersih dari tubuh perokok, maka akan dapat mengikis kecanduan terhadap rokok secara berangsur-angsur, dan kemungkinan bisa lenyap. Dengan itu kerja jantung menjadi lebih baik, peredaran darah akan normal sehinnga menjadikan tubuh lebih sehat. Selain itu, manfaat lain yang di dapat ketika seseorang berpuasa menurut prof. H.M. Hembing Wijayakusuma yang penulis kutip dari bukunya Imam
53
Musbikin
(2004:
143)
untuk
mengurangi,
bahkan
menghilangkan
ketergantungan seseorang terhadap narkoba, alkohol serta zat-zat sejenisnya dapat dilakukan melalui terapi puasa. Dengan berpuasa secara ikhlas, zat-zat yang
menyebabkan kecanduan dalam darah pecandu itu akan semakin
berkurang. Jika zat-zat tersebut sudah bersih dari tubuh, maka kecanduan terhadap narkoba lama-kelamaan akan hilang. Jadi puasa sangatlah bermanfaat bagi kesehatan, puasa tidak sekedar menahan lapar pada siang hari. Tetapi sejatinya dengan berpuasa bisa memberikan efek yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Disinilah makna penting dari ajaran puasa. Yaitu sebagai upaya pelatihan diet dari pola makan yang melampaui batas dan berlebih-lebihan. Dengan berpuasa berarti membatasi suplai makanan yang masuk ke dalam tubuh, penumpukan racun, kotoran dan sampah ke dalam tubuh dapat dicegah, sehingga tubuh bersih dari racun, kotoran dan sampah. Dengan begitu tubuh akan menjadi sehat.
B. Aspek Sosial Puasa disamping mengandung manfaat dan hikmah bagi kesehatan jasmani dan rohani, puasa juga dapat membina jiwa sosial yang tinggi atau sosial religius yang terpancar dari didikan puasa pada siang hari (Imam Musbikin, 2004: 110). Ketika manusia berpuasa, tentunya manusia tersebut merasakan lapar dan dahaga sehingga bisa mempengaruhi manusia. Manusia yang melaksanakan puasa akan tersentuh jiwanya jika melihat masih banyak
54
orang-orang yang kekurangan makanan. Dan juga bisa merasakan betapa susahnya orang-orang yang kelaparan. Puasa mengajarkan pengalaman sebagaimana kaum dhu’afa yang siang malam merasakan perutnya yang keroncongan, karna tidak ada makanan yang masuk ke dalam perutnya. Sebagai realisasi dari latihan ini maka setiap orang diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 2,5 kg beras pada akhir bulkan ramadhan untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Pembayaran zakat fitrah diwajibkan bagi setiap muslim dari bayi sampai orang tua bila ada kelebihan cadangan makanan mininal untuk satu hari. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, orang-orang yang berhak menerima zakat berjumlah 8 golongan, yaitu: 1. Fakir, yaitu orang yang sangat sengsara hidupnya karena tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
55
2.
Miskin, yaitu yang mempunyai pekerjaan, tetapi hasil dari pekerjaannya tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya (selalu kekurangan).
3. Amil, yaitu orang yang bekerja dalam urusan zakat, antara lain mengumpulkan, memelihara dan membagikan zakat kepada yang berhak. 4. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam, iman dihatinya masih tipis. Sehingga memerlukan bantuan supaya kuat imannya. 5. Riqob, yaitu hamba sahaya atau budak. Maksudnya pembayaran supaya hamba sahaya menjadi orang merdeka atau untuk membebaskan budak. 6. Ghorim, yaitu orang yang berhutang dan tidak mampu untuk membayar hutangnya. Tetapi ia berhutang untuk keperluan umum. 7. Sabilillah, yaitu orang yang berjuang untuk keperluan menyebarkan dan mempertahankan agama Allah. 8. Ibnusabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan dengan tujuan yang baik dan kehabisan bekal untuk kembali ke negrinya. Termasuk di dalamnya orang yang menuntut ilmu dan pengembangan agama atau untuk penyelidikan ilmiah. Zakat fitrah harus dibagikan merata kepada orang-orang yang termasuk 8 golongan di atas atau kepada golongan-golongan yang ada diantara mereka, dengan catatan jika jumlahnya mencukupi dan jumlah penerima terbatas. Tetapi kalau jumlahnya tidak mencukupi, maka lebih utamanya zakat fitrah dibagikan kepada fakir dan miskin. Zakat fitrah tidak boleh dibagikan kepada orang yang nafkahnya masih menjadi tanggungan si pembayar zakat.
56
Zakat fitrah dan harta yang diberikan kepada fakir miskin, dimaksudkan agar tidak ada manusia yang sedih dan merasa lapar khususnya pada saat mencapai hari kemenangan setelah selesai melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Zakat menurut bahasa artinya pembersihan. Maka dengan berzakat harta menjadi bersih, jiwa orang yang membayar zakat menjadi bersih dan masyarakatpun akan bersih dari pertentangan dan permusuhan yang mengakibatkan keamanan umum terganggu. Zakat fitrah merupakan suatu pelajaran sosial dari bagian pelaksanaan dan hikmah puasa yang wajib dibayarkan bagi orang-orang yang sedang melaksanakan puasa. Karena orang yang mengeluarkan zakat menunjukkan bahwa orang tersebut perduli kepada sesama. Selain itu dengan berzakat juga mengajarkan untuk berbagi, terutama kepada orang yang kurang mampu. Zakat juga berisi pendidikan mental dan moral (Fachrudin : 84). Dengan berzakat dapat menghilangkan sifat kikir yang ada dalam diri manusia, termasuk juga sifat tamak dan mementingkan diri sendiri. Disamping itu zakat juga dapat mensucikan jiwanya, mandapat kebersihan mentalnya serta memupuk perasaan kasih sayang kepada sesama manusia. Dengan mensyari’atkan zakat, Islam telah mengajarkan dengan kenyataan bahwa harta itu benar-benar menpunyai fungsi sosial jika diarahkan sebagaimana mestinya. Pelaksanaan ibadah puasa selama 1 bulan sejatinya merupakan suatu latihan atau training yang tinggi dalam mendidik mental dan fisik manusia serta menjadi sebuah pelajaran untuk saling perduli terhadap sesama manusia
57
yang masih mengalami kekurangan makanan. Dengan berpuasa, benar-benar bisa merasakan bagaimana rasa lapar dan haus sebagaimana masih banyak orang-orang yang tiap hari mengalami kelaparan dan kehausan. Selain itu, pelaksanaan puasa adalah kesempatan untuk melembutkan hati karena puasa yang dijalankan dengan baik akan menyebabkan hati menjadi lembut dan perasaan menjadi halus (M. Said, 2009: 53). Kelembutan hati bisa ditandai dengan perasaan yang mudah berkasih sayang dan membantu orang lain. Terutama membantu orang-orang yang kesusahan. Untuk itu,tidak heran ketika bulan ramadhan tiba banyak sekali orang-orang yang bersedekah kepada sesama. Baik itu berupa pemberian ta’jilan di masjid atau mushola yang merupakan salah satu wujud dari bentuk keperdulian sosial. Puasa mempunyai titik singgung yang sangat kompleks dengan masalah-masalah sosial. Puasa tidak hanya mengajarkan untuk tidak makan dan minum saja, akan tetapi puasa juga mengajarkan hubungan baik antara manusia individual maupun secara kelompok dan juga hubungan baik kepada Allah. Selain itu puasa akan menciptakan suatu kedisiplinan sosial yaitu suatu proses atau keadaan ketaatan umum atau dapat juga disebut sebagai ketertiban umum.bagi Islam bentuk disiplin sosial adalah kesadaran memahami dan melakukan hak dan kewajiban bagi para pemeluknya, baik dalam sikap, perilaku, perkataan, perbuatan maupun pemikiran. Jika puasa dilaksanakan secara benar maka akan timbul sikap solidaritas sosial. Sikap ini merupakan disiplin sosial yang sangat erat hubungannya dengan ajaran Islam dan
58
mempunyai aspek cakupan yang sangat luas, seluas aspek kehidupan manusia. Ini artinya bahwa dengan puasa yang merupakan salah satu ajaran Islam sebenarnya bisa dijadikan sumber referensi nilai bagi bentuk-bentuk kehidupan sosial. Lebih dari itu, sikap sosial dapat dijadikan motivasi dalam melaksanakan ajaran dan perintah agama. Ini berarti menunjukkan bahwa mempunyai sikap sosial yang tinggi dalam melaksanakan suatu ibadah. Jadi puasa memang tidak hanya sekedar menahan untuk tidak makan, minum dan berhubungan badan yang bagi kebanyakan orang mengira bahwa jika seseorang telah menahan diri dari tiga perkara tersebut sepanjang hari, maka seseorang tersebut telah menjalankan puasa, telah bebas dari kewajibankewajibannya dan telah tertunaikan segala kewajiban allah atas dirinya. Sebenarnya ketentuan seperti itu hanya menjelaskan puasa yang ditinjau dari aspek lahiriyah dan dari sisi pelaksanaannya saja. Bentuk lahiriyah dari ibadah puasa bukan merupakan hakikat puasa sebagaimana telah diperintahkan Allah dan diwajibkan atas hamba-Nya. Sesungguhnya Allah telah memulai perintah puasa dengan firman-Nya, hai orang-orang yang beriman dan diakhiri dengan agar kamu bertaqwa. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa sebenarnya perintah untuk menjalankan ibadah puasa tidak hanya sebagai bentuk ibadah wajib yang harus dijalankan, tetapi sebenarnya dengan pelaksanaan puasa tersebut diharapkan dapat menjadikan manusia itu bertaqwa. Ciri manusia yang bertaqwa dapat ditandai dengan hubungan baik kepada Allah semata tetapi juga manusia yang menpunyai hubungan baik kepada sesama makhluk.
59
Dari perintah untuk menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh kepada manusia bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada kesalehan dalam artian yang sebenarnya, timbul dari diri mereka. Sikap tenggang rasa dan terutama sikap keadilan sosial diharapkan dapat menyatu dalam diri seseorang yang menjalankan ibadah puasa. Puasa juga diharapkan bisa menciptakan sikap saling sayang kepada sesama muslim yang sedang mengalami kesusahan dan musibah. Karena sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri untuk itu manusia senantiasa memerlukan bantuan orang lain dalam pemenuhan kehidupannya. Untuk itu manusia dituntut untuk dapat menjaga interaksi sosialnya dengan baik. Sikap sosial sebagai salah satu manfaat atau hikmah dalam berpuasa tentunya akan membawa kepada kemakmuran mesyarakat luas tidak hanya sebatas orang Islam tetapi kepada seluruh umat manusia sebagai penghuni bumi yang semakin hari semakin rusak.
C. Aspek Etika Di dalam jasad manusia terdapat 2 sifat atau naluri yang saling bertentangan, yaitu sifat atau naluri binatang dan sifat atau naluri malaikat. Naluri binatang senantiasa mempengaruhi manusia untuk berbuat dan berperikalu yang dapat merendahkan harkat dan martabat manusia. Jika manusia dikuasai oleh naluri ini, maka manusia dapat lebih rendah derajatnya dari binatang. Sebaliknya naluri malaikat akan selalu membujuk manusia ke
60
arah yang lebih baik yaitu selalu berbuat sesuai dengan aturan. Baik itu aturan agama ataupun norma-norma yang berlaku. Sejarah etika dan keagamaan pada dasarnya adalah suatu bayangan antara jasad dan ruh. Apabila moral dan tabiat manusia yang emosional telah terpengaruh, maka manusia akan berperilaku buruk dan kotor. Dan mulailah manusia tersebut melanggar aturan agama yang melampaui batas. Sehingga hal
itu
mengakibatkan
melemahnya
akal
pikiran,
rusaknya
ikatan
kekeluargaan dan masyarakat mengalami kekacauan dan kerusuhan. Manusia kemudian meninggalkan tugas kekholifahan yang telah diserahkan Allah kepadanya. Disisi lain apabila manusia telah dikuasai olah desakan meterial dan dorongan kebinatangan, maka dengan bebas manusia akan melanggar batasbatas agama dan moral. Puasa adalah salah satu cara agar manusia tidak selalu disetir oleh dorongan-dorongan material yang hanya memusatkan pada perhatiannya pada pemusatan nafsu badaniyah dan kecenderungan yang meterialistis tanpa mengenal batas. Di samping itu manusia terdidik untuk bersikap dan beretika yang baik. Menurut M.J. Langeveld (1959) yang penulis kutip dalam bukunya Mudhor Achmad halaman 15, Etika adalah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik buruk. Sedangkan menurut Ahmad Amin (1983: 3) etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya,
61
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka yang menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya dibuat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa etika adalah suatu teori tentang sikap dan perbuatan manusia yang bisa dinilai berdasarkan baik dan buruknya atau perbuatan terpuji dan perbuatan tercela yang terdapat dalam mayarakat. Dalam agama, etika disebut dengan akhlak yang mempunyai arti perangai, tabi’at, adat atau sistem perilaku yang dibuat. (Kaelany, 2000: 56). Sedangkan menurut Al- Ghazali yang penulis kutip dalam bukunya Rachmat Djatnika (1996: 27) akhlak (perangai) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran. Dari 2 pengertian di atas dapat dipahami bahwa akhlak pada dasarnya adalah perbuatan yang biasa dilakukan secara berulang-ulang dan sudah menjadi kebiasaan sehingga mudah mengerjakannya dan tidak memerlukan pikiran. Hal itu berarti akhlak atau etika manusia itu tidak di dapat secara instan atau cepat, melainkan melalui suatu proses dan bertahap secara terus-menerus. Agar manusia mempunyai akhlak yang baik atau akhlakul karimah, maka kesehariannya menusia tersebut harus melakukan atau membiasakan diri berakhlak yang baik. Dan untuk melatih kebiasaan beretika baik, salah satu caranya dapat dilakukan dengan berpuasa.
62
Ketika berpuasa, seseorang diharuskan untuk bisa mengontrol diri. Baik mengontrol diri dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Sebagaimana Hadist Rasulullah:
فان. إذا اصبح احدكم يوما صائما فال يرفث وال جيهل:عن اىب هريرة رواية قال إىن صائم إىن صا ئم: فليقل،ا مرؤ شامته ا و قاتله “Bersumber dari Abu Hurairah r.a. bahwa sesungguhnya pada suatu riwayat Rasulullah SAW bersabda “apabila salah seorang diantara kamu sedang berpuasa, maka hendaklah dia jangan berbicara yang keji dan kotor. Apabila ia dicaci maki atau dikutuk oleh seseorang maka hendaklah dia katakan saja “ sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku sedang berpuasa.” (Adib Bisri Mustafa, 1993: 373-374).
Dari Hadist Rasulullah di atas, dapat dipahami bahwa puasa akan sangat efektif dalam pembentukan etika manusia. Jika orang yang berpuasa menjalankan pesan nabi dalam hadist tersebut, maka niscaya tidak akan ada manusia yang bertengkar apalagi sampai menyakiti hati sesama yang disebabkan oleh ucapannya, karena manusia akan senantiasa menjaga perkataannya dengan tidak berkata kotor dan mencaci maki. Puasa merupakan madrasah moralitas yang besar dan dapat dijadikan sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji. Antara lain ketika berpuasa seseorang diharuskan untuk bisa mengendalikan diri, mengasah kesabaran dan mengontrol emosi. Dengan membiasakan diri melakukan halhal tersebut saat berpuasa, maka sifat-sifat itu akan melekat dalam dirinya dan mencerminkan kepribadiannya. Puasa adalah jihad melawan nafsu, menangkal godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang terkadang terlintas di pikiran. Puasa merupakan ibadah yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada
63
Allah, yang disyari’atkan untuk mendidik jiwa dan melatih kesabaran (Sayyid Sabiq,1978:260). Berdasarkan uraian di atas bahwa etika yang baik memang harus ada dan dijalankan oleh manusia. Puasa merupakan salah satu ajaran Islam yang syarat dengan hikmah yang terkandung di dalamnya. Diantara hikmah yang terdapat dalam puasa adalah pembentukan sifat dan perilaku manusia untuk beretika dengan baik. Rasa haus dan lapar yang diikuti dengan pembersihan jiwa serta diwujudkan dalam tatanan kemasyarakatan maka jelas akan tercipta saling menghormati dan mengasihi sesama manusia. Selain itu sebagai seorang muslim hendaknya melihat segala kenikmatan dan kebaikan yang diberikan oleh Allah. Nikmat-nikmat yang tidak terhitung itu dimulai sejak berada dalam kandungan ibunya sampai manusia kembali kepada sang pencipta. Hendaklah manusia mensyukurinya dengan lisan, mengucapkan pujian kepada-Nya karena Dia berhak dipuji dan dibarengi dengan tindakan kebajikan di dalam mentaati segala perintah-Nya. Begitulah seharusnya cara beretika manusia kepada Allah, karena menolak nikmat, menolak keutamaan dan mengingkari kebaikan tidaklah etis. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nahl ayat 53:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
64
Jadi dengan berpuasa yang dijalan dengan sesungguhnya maka akan membuat manusia bisa beretika dengan benar. Tidak hanya beretika terhadap sesama manusia tetapi juga bagaimana manusia beretika kepada Allah