BAB III HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PERJANJIAN PEMASANGAN IKLAN
A. Pengertian umum tentang periklanan Lembaga pemasaran terkemuka yang ada di Inggris, mendefiniskan istilah pemasaran sebagai: proses manajemen yang bertanggung jawab terhadap identifikasi, antisipasi, serta pemenuhan kebutuhan konsumen, dan dalam waktu bersamaan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan institusi periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan sebagai pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang dan jasa tertentu dengan biaya yang semurah murahnya. Sebagai bentuk informasi yang bersifat pasif, maka iklan dapat juga diartikan sebagai ; Advertising is a means of passively promoting products and service. It is conducted using audio and visual media, including printed material such as newspaper and magazines, posters, hoardings, and leaflets. Televisions, whether terrestrial or satellite, radio and even the famous computer “ superhighway” are all used by advertisers. 7 Advertising yang dalam bahasa Latin disebut advertere yang artinya mengalihkan perhatian, sehingga advertising dapatlah diartikan sebagai sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian audience terhadap sesuatu. Menurut pendapat Frank Jefkins periklanan memiliki tujuan membujuk konsumen untuk membeli. Sedangkan menurut Institute of Practioners in Advertising (IPA) periklanan 7
Malcom Leder dan Peter Shears, “ Consumer Law” (four edition), Financial Times Management: 1996, hlm. 116.
35
Universitas Sumatera Utara
didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mengupayakan suatu pesan penjualan yang sepersuasif mungkin kepada calon pembeli yang paling tepat atas suatu produk berupa barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah – murahnya. Fred Danzig seorang editor Advertising Age pernah mengatakan bahwa iklan dapat membuat konsumen membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan atau diinginkannya, bahkan si konsumen tersebut rela membayar dengan harga yang lebih mahal. Kemudian, dikenal pula istilah advertorial, yaitu iklan dengan gaya penulisan redaksi, dengan ketentuan khusus dari masing – masing media. Iklan ini biasanya ditulis oleh redaktur media yang bersangkutan berdasarkan briefing dari Advertiser. Setelah mendapat persetujuan dari Advertiser, iklan tersebut baru dimuat di media dengan ketentuan harus mencantumkan kata “Advertorial”. Menurut
kalangan
ekonom
biasanya
definisi
standar
periklanan
mengandung 6 (enam) elemen yaitu : 8 1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar walaupun beberapa bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar, tetapi dengan jumlah yang sedikit. 2. Selain pesan yang harus disampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, melainkan juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan itu, sehingga kita sering mendengar atau melihat iklan yang
8
Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum Periklanan, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung,2004. hlm 6.
36
Universitas Sumatera Utara
selain menawarkan produknya juga menyampaikan siapaprodusennya. Misalnya iklan obat batuk hitam (OBH) Combi, selain menyampaikan pesan mengenai keampuhan obat batuk OBH, juga menyampaikan produsen OBH COMBI, yaitu COMBIPHAR. 3. Maksud utama kebanyakan iklan adalah untuk membujuk atau mempengaruhi konsumen untuk melakukan sesuatu. Di dalam iklan, pesan dirancang sedemikian rupa agar bisa membujuk dan mempengaruhi konsumen. 4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampaian pesan. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran. 5. Penggunan media massa ini menjadikan periklanan dikategorikan sebagai konsumen masal, sehingga periklanan mempunyai sifat bukan pribadi (nonpersonal). 6. Perancangan iklan harus secara jelas ditentukan kelompok konsumen yang akan jadi sasaran pesan. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang disampaikan dalam iklan tidak akan efektif. Definisi dari keenam elemen tersebut periklanan sebagai berikut :9 “ Advertising is paid nonpersonal communication from an identified sponsor using mass media to persuade or influence an audience.” Iklan memiliki berbagai macam jenis, berdasarkan sifatnya iklan dibedakan atas iklan niaga dan nonniaga. Iklan niaga dibuat untuk mempengaruhi khalayak/masyarakat supaya tertarik untuk memiliki, membeli, dan mengunakan
9
,Wells, Burnett, dan Moriarty (1998)
37
Universitas Sumatera Utara
produk yang diiklankan. Iklan nonniaga/layanan masyarakat dibuat untuk menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa simpati atau memberikan dukungan terhadap hal yang diiklankan. Berdasarkan tujuan, iklan dibedakan atas iklan penawaran/permintaan dan iklan pengumuman. Sedangkan berdasarkan ruang (space), iklan dibedakan iklan baris dan displai. Iklan baris adalah iklan yang menggunakan bahasa singkat dan padat. Iklan baris biasanya disusun berdasarkan golongan yang sama. Misalnya: iklan penjualan rumah masuk dalam kolom properti atau rumah dijual.
B. Sejarah Perkembangan Periklanan 1. Berawal dari Gerobak Sapi Pada tahun 1930an, banyak poster dan papan reklame ditempel pada panel samping gerobak sapi yang hilir mudik mengangkut barang. Pada masa itu, kebanyakan papan reklame dicetak diatas lembar plat seng atau logam yang cukup tebal. Banyak pula yang dilapis enamel agar tahan lama. Setelah tahun 1948, ketika bahan ”ajaib” yang bernama scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yang menggunakan scothlite tadi karena mampu memantulkan cahaya dengan efek mengagumkan. Plat-plat seng reklame itu kini merupakan kolekters item yang berharga di pasar benda-benda antik. Ketika itu, produk yang paling banyak diiklankan melalui media luar ruang bergerak (moving outdoor media) antara lain adalah produk-produk ban sepeda dari goodyear dan michelin, produk sabun dan tapal lidi dari unilever, limun (soda pop) merek regional, dan produk rokok dari berbagai produsen, termasuk cerutu impor. Media opportunity pada
38
Universitas Sumatera Utara
waktu itu memang sangat terbatas, tetapi orang-orang periklanan sudah sangat kreatif menggunakan setiap peluang yang ada termasuk media tradisional. Belum terbayangkan ketika itu bahwa jauh di kemudian hari kreativitas iklan telah melahirkan berbagai media untuk menempatkan iklan diluar ruang. Transit advertising telah menjadi sub bisnis besar dalam periklanan. Sisi-sisi bus dan kendaraan umum dipasangan panel iklan, atau spanduk yang ditarik pesawat terbang rendah, bahkan penutup velg roda (hubcaps) maupun lampung punggung taksi. Tetapi, gajah di Thailand yang sejak dulu sering ”ditempeli” papan iklan, sampai di zaman modern ini pun masih menjadi media iklan yang efektif. Surat kabar, tentu saja, merupakan media yang juga populer di Indonesia sejak pertengahan awal abad ke 19. tetapi, berdasarkan kriteria umumnya sebetulnya iklan surat kabar sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1621 ketika gubernur jenderal Jan Pieterszon Con (1619-1629) menerbitkan Memorie De Nouvelles pamflet informasi semacam surat kabar yang memuat berbagai berita dari pemerintah Hindia Belanda, khususnya yang menyangkut mutasi dan promosi para pejabat penting di kawasan ini. Pamflet ini berupa tulisan indah (silografi) yang diperbanyak dengan mesin cetak temuan Johannes Gutenberg (1445). 10 Berita-berita yang dimuat itu sebetulnya merupakan iklan karena pemuatannya di Memorie De Nouvelles sepenuhnya di biayai oleh pemerintah hindia belanda. Sekalipun sangat berbau perbenturan kepentingan (conflict of interest, bahasa masa kini = KKN), tetapi sang gubernur jenderal Con adalah juga penerbit media itu dan sekaligus memiliki reclame Bureau yang megatur
10
Baty Subakti dan Tim, “Sejarah Periklanan 1774 – 1984”.
39
Universitas Sumatera Utara
pemuatan ”berita di pamflet itu”. Con juga memakai Memorie de Nouvelles untuk memuat ”berita dengan pesan khusus ” untuk melemahkan daya saing peniaga portugis di kawasan maluku. Tentu saja, ada VOC dibelakang siasat perang dagang itu. Pada tahun 1744, terbitlah surat kabar pertama yang memakai teknologi cetak tinggi, dengan (plat cetak dari timah) di nusantara. Namanya : Bataviaasche Nouvelles. Tetapi, surat kabar yang juga disponsori oleh pemerintah hindia belanda pada masa gubernur Jenderal Gustaav Willem Baron Van Imhovv itupun sebetulnya lebih merupakan lembaran iklan karena memang lebih banyak menampilkan iklan dan dibiayai hampir sepenuhnya oleh pendapatan iklan pula. Maklum, surat kabar pada waktu itu hanya bertiras paling banyak hanya 2500 eks. Sehingga penghasilan sirkulasinya tentulah sangat sedikit. 11 Dari berbagai surat kabar yang terbit di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makasar, Manado, dan Medan pada pertengahan abad ke 19, dapat dilihat hadirnya berbagai iklan barang dan jasa yang memenuhi halaman-halaman media cetak. Beberapa nama koran besar di masa itu antara lain adalah: Bataviaasch Nieuwsblad, Nieuws van de Dag, Java Bode (batavia), Preanger Bode (Bandung), De Locomotief (semarang, semula Samarangsche Nieuws en Advertentieblad),
Nieuwe
Vorstenlanden
(solo),
Soerabaiasche
Courant
(Surabaya, semula Oostpost), Makassararsche Courant (makasar), Tjahaja Siang (manado), Sumatra Post (Medan), dan Soematra Bode (padang). Selain itu, telah mulai hadir pula berbagai surat kabar dalam bahasa melayu (sebelum kemudian menjadi bahasa indonesia sejak 1928.) surat kabar
11
H.W. Wamsteker,”60 Years Unilever in Indonesia 1933 – 1993”, Jakarta1993.
40
Universitas Sumatera Utara
berbahasa melayu yang populer pada masa itu antara lain adalah Medan Moeslimin, Medan Prijaji, Sinar de Jawa, Sinar Terang, dan Soerat Kabar Minggoean. Kebijaksanaan kontrol informasi yang diterapkan sangat ketat oleh pemerintah hindia belanda pun membuat surat kabar tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh sebagai lembaga pemberita. Peran pers Indonesia sebagai alat politik baru muncul pada awal abad ke 20 seiring dengan kegerakkan kebangkitan nasional dan lahirnya ordonasi pers yang mengatur pembredelan surat kabar. Di zaman ”kuda gigit besi” itu, iklan-iklan juga ramai diudarakan melalui radio, diproyeksikan di gedung bioskop dan ditampilkan melalui pertunjukan keliling (mobil propaganda) mirip tukang obat yang hingga kini masih banyak dijumpai di berbagai kota kecil. Iklan radio sebetulnya masih merupakan sebuah novelty pada awal bad ke-20 setelah radio commercial pertama dikumandangkan oleh stasiun WEAV di New York City pada 28 Agustus 1922. Sebuah perusahaan real estate di Quinsboro membayar US $50 untuk penyuaran pesan komersial selama 5 hari. “ Adventertie poenza kaperloean soedah kentara , kerna advertentie perloenja boeat perkenalken barang-barang dagangan kita ada publiek. Kaloe barang jang kita dagangken tidak dikenal, bagaiman bisa dapatken pembeli. “ Liem Kha Tong Sebelum iklan hadir di radio, pesan komersial sudah lebih dulu hadir melalui saluran telepon. Pada tahun 193, perusahaan telepon di Hongaria ”menjual spot 12 detik di antara musik dan berita yan dipanarkan lewat telepon dengan tarif sekitar US $0.50. Perusahaan telepon AT&T di Amerika Serikat juga
41
Universitas Sumatera Utara
pada awal abad ke-20 menerima pesan-pesan komersial yag dipancarkan melali cara call broadcasting ini. 12 Di Indonesia, radio sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Tidak lama setelah
Guglielmo
Marconi
menemukan
gelombang
suara
dan
mengembangkannya menjadi alat komunikasi yang bernama radio telegrafik, dan keudian berkembang lagi menjadi pemancar dan penerima gelombang radio. Radio Nederland WERELDOMROEP yang memancarkan siarannya ke seluruh dunia sejak taun 1920-an. Merupakan pemancar yang paling digemari kaum elite, khususnya orang-orang belanda di Indonesia pada waktu itu. Akan tetapi, radio swasta baru muai hadir cikal bakalnya di Indonesia sejak akhir tahun 1960-an, yitu sejak tumpasnya pemberontakan G30 S/PKI. Sebelumnya, di Indonesia hanya dienal RRI yang telah mengudara sejak tahun 1945. RRI sendiri dapat dirunut sejarahnya sejak stasiun radio bentukan pemerintah Hindia Belanda yang dikendalikan oleh tentara pendudukan jepang. Pada awalnya, beberapa mahasiswa di Bandung secara iseng-iseng mengudara dengan pemancar sederhana berkekuatan rendah. Pada waktu itu mereka menyebutnya sebaga radio amatir sebuah istilah yang salah kaprah kaena engertian amateur radio menjeaskan kegiatan yang berbeda dengan teknologi radio dua arah. Kata “amatir” disini agaknya dipakai sebagai antonym dari “professional.” Stasiun-stasiun radio “amatir” ini meruakan bagian dari perlawanan politik kaum muda terhadap sisa-sisa PKI. Sebelumnya, mereka juga telah melakukan perlawanan dengan membentuk lascar dan batalyon, seperti
12
Bondan Winarno. Rumah Iklan, kompas, 2008
42
Universitas Sumatera Utara
Laskar Arif Rachman Hakim yang merupakan onderboue dari KAMI. Maka, lahirlah radio ARH dan radio-radio semacam itu di Indonesia. Gerakan itu dengan cepet menyebar ke Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Radio Prambors kini telah mengembangkan jejarinnya dengan beberapa anak perusahaan stasiun radio yang masing-masing memiliki pasar khas di jalan Borobudur, Jakarta Pusat, juga dapat dirunut sejarahnya pada periode itu. Kehadiran radio-radio ”Amatir” itu segera mendapat lirikan para pengiklan yang memang sedang membutuhkan media alternatif. Salah satu perintis pengguna radio ”amatir” di Indoesia sebagai media iklan adalah Ajino moto. Embanjirnya iklan di radio kemudian meningkatkan profesionalisme para pengelola radio ”amatir” apalagi karena pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah no.55 tahun 1970 yang ewajibkan semua stasiun radio siaran niaga dipayungi dalm wadah badan hukum berbentuk PT. Sejak saat itu, istilah ”radio amatir” berubah menjadi ”radio siaran swasta niaga”.
2. Perintis Periklanan Indonesia Sejarah memang membuktikan bahwa iklanlah yang mengembuskan nafas awal bagi kehidupan surat kabar di Indonesia. Pada masa-masa awal keidupan pers Indonesia dan keadaan ini berlanjut hingga awal abad ke-20 surat kabar tidak lain adalah advertentieblad (media iklan) belaka. koran (dari bahasa Belanda: het krant, dan dari bahasa perancis: courant ), sebagian besar isi beritanya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan, dan pengumuman resmi Pemerintah Hindia Belanda. Sesuai dengan khalayaknya, iklan disurat kabar menampilkan produk-produk yang merupakan konsumsi kelas atas. Misalnya, sebuah toko P&D
43
Universitas Sumatera Utara
(provisien en dranken= kebutuhan makanan dan minuman) yang mengumumkan datangnya kapal dari Negeri Belanda membawa mentega dan stok keju baru. Cerutu dan bir juga merupakan komoditas impor di masa itu, dan sering muncul diiklankan di surat kabar. Pada masa itu, mobil malah jarang muncul di iklan surat kabar. Mungkin karena masih merupakan seller’s market dan pembeli mobil malah harus antre sebelum mobil yang dipesan didatangkan dari negri jauh. Berbeda sekali dengan kondisi pasar kendaraan bermotor yang sangat kompetitif di masa sekarang. Pada awal abad ke-20 perusahaan terbesar pada saat itu, Aneta, mendatangkan tiga orang tenaga spesialis periklanan dari Negeri Belanda. Mereka adalah: F. Van Bemmel, Is van Mens, dan Cor van Deutekom. Mereka didatangkan atas sponsorship BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij, perusahaan minyak terbesar saat itu) dan General Motors yang perlu mempromosikan produk-produk mereka. Van Bemmel kemudian ditawari pekerjaan oleh pemilik surat kabar De Locomotief di Semarang unuk mendirikan sebuah perusahaan periklanan. Tidak lama kemudian, Van Bemmel pun hengkang dari perusahaan yang dirintisnya itu, dan kemudian mendirikan sendiri sebuah perusahaan periklanan bernama NV Overzeesche Handelsvereniging untuk menangani berbagai produk impor seperti mobil dan sepeda. Van Bemmel hanya perlu bekerja selama 10 tahun di Indonesia, dan pulang kembali ke Negeri Belanda untuk membangun sebuah Bank dari hasil keuntungan yang diraupnya selama berusaha di Indonesia. Pada masa perintisan periklanan Indonesia, hampir semua perusahaan periklanan merupakan afiliasi perusahaan media sesuatu yang
44
Universitas Sumatera Utara
di masa sekarang justru dianggap sebagai perbenturan kepentingan. Pemilik surat kabar Java Bode, misalnya, juga memilki sebuah perusahaan periklanan HM van Drop yang diawaki oleh seorang bernama C.A Kruseman. Ia dianggap sebagai salah seorang perintis dalam periklanan di Indonesia. Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki dan dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yang melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yang ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan. Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yang memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya surat kabar Sinar Terang. Iklan-iklan yang ditangani Yap Goan ho kebanyakan untuk produk buku. Khususnya yang diterbitkan untuk masyarakat Cina. Setelah ditutupnya Sinar Terang, Yap Goan Ho kembali berusaha mengembangkan sendiri perusahaan periklanannya. Untuk itu dia mengumpulkan modal dari bekerja mencari iklan bagi beberapa suratkabar. Dia mengkhususkan diri pada iklan-iklan pelelangan barang milik para pejabat Belanda. Kebanyakan barang-barang milik para pejabat yang akan mengakhiri masa jabatannya di Hindia Belanda. Iklan-iklan pelelangan ini utamanya ditujukan pada khalayak pribumi, dan sebagian besar dimuat di
45
Universitas Sumatera Utara
suratkabar De Locomotief. Tokoh Cina keturunan lain adalah Liem Bie Goan. Seperti juga Yap Goan Ho, perusahaan periklanan Liem Bie Goan juga dikontrak oleh suratkabar. Suratkabar yang mengontraknya adalah Pertja Barat yang terbit di Padang tahun 1890-1912. Iklan yang menonjol dari perusahaan periklanan ini adalah produk pecah belah. Khalayak sasarannya adalah penduduk Eropa yang tinggal di Hindia Belanda. Dari luar Jawa tercatat juga nama Kadhool sebagai tokoh lain periklanan. Seperti Yap Goan Ho, dia juga mantan penulis naskah di perusahaan periklanan De Locomotief. Kadhool sekolah di Hwee Koan, Cina. Perusahan periklanannya bernama Firma Tie Ping Goan, namun dikelola dan dimiliki sendiri oleh Kadhool. Tidak ada catatan mengapa nama perusahaan periklanan ini tidak menggunakan namanya. Di duga, Tie Ping Goan adalah nama lain dari Kadhool. Iklan-iklan Tie Ping Goan umumnya dipesan oleh suratkabar Tjaja Sumatra yang terbit dari tahun 1899-1933 di Sumatera Timur (sekarang Riau). Produk-produk yang ditangani perusahaan periklanan Kadhool kebanyakan hotel-hotel di sekitar Bandung. Bagi masyarakat Belanda masa itu, daerah Bandung dikenal sebagai Parisj van Java (Paris-nya Pulau Jawa), sehingga menjadi tempat peristirahatan sangat bergengsi bagi para pengusaha perkebunan Eropa yang tinggal di Sumatera. Tie Ping Goan bertahan hingga terjadinya depresi ekonomi tahun 1930. Rintisan yang banyak dilakukan oleh kelompok Cina keturunan ini, menurut F. Wiggeres yang menulis dalam Pemberita Betawi, 1909, karena merekalah yang sangat mementingkan perdagangan. Untuk dapat lebih berhasil, kata Wiggeres pula, perdagangan tidak bisa lepas dari kebutuhan periklanan. Orang pribumi yang memiliki percetakan
46
Universitas Sumatera Utara
dan suratkabar, baru pada tahun 1906 dengan munculnya NV Medan Prijaji. Tiras suratkabar yang dipimpin oleh RM Tirto Adisoerjo ini utamanya beredar di Batavia, Bogor dan Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi politik, karena banyak memuat berita-berita tentang kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan hukum bagi kaum pribumi. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga perusahaan periklanan. Orang yang mengelola perusahaan periklanan Medan Prijaji adalah Raden Goenawan. Raden Goenawan, lulusan HIS (Holland Inlandsche School), Batavia, menjadi teman dekat Tirto Adisoerjo sejak di sekolah itu. Selain dalam jabatan tersebut, Adisoerjo dan Raden Goenawan juga merangkap bersama-sama menangani bidang percetakan Medan Prijaji. Suratkabar ini mereka beri nama kecil Surat Kabar Minggoean dan Advertentie.Raden Goenawan juga pernah bekerja di perusahaan periklanan NV Soesman’s yang berkedudukan di Batavia. NV Soesman’s banyak mengiklankan penyediaan tenaga kerja pendatang dari Jawa ke Sumatera Timur.Raden Goenawan mengelola perusahaan periklanan Medan Prijaji sejak berdirinya tahun 1906. Meskipun hanya mampu bertahan hingga tahun 1912, Medan Prijaji tercatat memperoleh keuntungan sebesar f.75.000 pada tahun terakhir hidupnya. 13 Tokoh periklanan pribumi yang sangat patut diperhitungkan adalah Tjokroamidjojo. Dia memimpin NV Handel Maatschppij dan Drukkerij “Serikat Dagng Islam”, Semarang, yang menerbitkan suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar
13
Bondan Winarno. Rumah Iklan, kompas, 2008
47
Universitas Sumatera Utara
ini merupakan suratkabar pribumi yang dapat bertahan agak lama (1914-1924). Karir Tjokroamidjojo dimulai dengan bekerja sebagai pembantu redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906. Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan dan percetakan di Semarang. Perusahaan periklanan Sinar Djawa tercatat sebagai satu-satunya perusahaan periklanan di Hindia Belanda yang mempunyai “agen besar” (perwakilan) untuk benua Eropa dan Amerika. Perwakilan ini berkedudukan di Societie Europeenne de Publicitie, 10 Rue de la Victoire, Paris. Fungsi perwakilan ini pun cukup efektif dan bersifat timbal-balik. Yang utama adalah untuk menangani komoditas impor dari Eropa dan Amerika. Namun juga untuk mengiklankan tour keliling Jawa dengan kereta api, ataupun hotel-hotel Eropa di Hindia Belanda. Laba usaha Sinar Djawa mengalami pasang surut. Merosot pada tahun 1915-1916, akibat terkena dampak Perang Dunia I, sehingga hanya mencapai f. 25.000 pada periode ini. Padahal pada tahun sebelumnya telah mencapai f. 45.000. Sepanjang kepemimpinan Tjokroamidjojo hingga tahun 1924, Sinar Djawa berhasil menggaet total keuntungan senilai f. 200.000,-. 14 M.Sastrositojo adalah pemilik dan pengelola perusahaan periklanan NV Medan Moeslimin. Perusahaan periklanan ini mengkhususkan diri pada iklaniklan produk buku, terutama buku-buku yang dicetak oleh Albert Rusche & Co.. Buku-buku yang diiklankannya pun khusus beraksara Jawa. Kebijaksanaan
14
Bondan Winarno. Rumah Iklan, kompas, 2008
48
Universitas Sumatera Utara
mengkhususkan pada iklan-iklan buku ini dilakukan, untuk menyesuaikan diri dengan suratkabar Medan Moeslimin yang memang dikhususkan untuk pembaca orang Jawa yang baru melek huruf. Itu pun terbatas pada bacaan yang menggunakan aksara Jawa. Misi yang diemban Medan Moeslimin tampaknya tidak dapat sepenuhnya ditunjang dari penghasilan usaha periklanan. Karena tercatat adanya dukungan keuangan dari beberapa perusahaan batik di Solo. Salah satu pendukung utama keuangannya adalah perusahaan batik milik Hadji Misbach. M. Sastrositojo adalah lulusan HIS, yang kemudian magang selama 2 tahun di perusahaan periklanan NV Doenia Bergerak, sebagai penulis naskah iklan.
3. Perusahaan Periklanan Perintis Salah satu perusahaan consumer products yang aktif beriklan pada masa itu adalah Unilever-amalgamasi perusahaan Margarine Union (Belanda) dan Lever Brothers (Inggris)- yang sejak tahun 1933 telah membangun pabrik sabun di Bacherachtsgracht, Batavia (sekarang Angke, Jakarta Barat). Setelah berdirinya pabrik sabun itu,Unilever juga membangun pabrik margarin. Sebelumnya, produk-produk Unilever diimpor langsung dari Negeri Belanda. Hadirnya Unilever juga kemudian membawa masuknya cikal bakal Lintas (singkatan dari Lever International Advertising Services) ke Nusantara. Semula, Lintas adalah divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan periklanan independen. Apa yang dilakukan Lintas yang berlogo bola dunia pada masa-masa awal itu sebetulnya tidak lain adalah melakukan adaptasi bentuk-bentuk iklan yang telah mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa
49
Universitas Sumatera Utara
di bagian dunia lainnya, serta melakukan media placement. Perlu dicatat bahwa Lintas pada saat itu sudah memiliki keberanian membuat iklan dalam bahasa daerah. Misalnya, iklan Margarine Blue Band dalam bahasa Sunda memakai judul ”Pamoeda Sehat… Rajat Kiat” (Pemuda Sehat…Rakyat Kuat), dengan tagline ”Blue Band Mengandoeng Seueur Vitamin” (Mengandung Banyak Vitamin). ”Model organisasi” seperti Lintas itulah yang agaknya kemudian ditiru oleh beberapa usahawan di Batavia dan kota-kota besar Indonesia lainnya. Sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa perusahaan periklanan (ketika itu disebut reclamebureau atau advertentiebureau) sudah beroperasi di Indonesia. Hingga masa pendudukan Jepang, beberapa perusahaan periklanan ynag terkenal di Jakarta adalah, antara lain: •
A de la Mar, di Koningsplein (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka),
•
Aneta (sebagai bagian dari kantor berita bernama sama), di Passer Baroe (sekarang Museum LKBN Antara di Jalan Antara),
•
Globe, di Jalan Kali Besar Timur,
•
IRAB (Indonesia Reclame en Advertentiebureau), semula berkantor di Molenvliet (sekarang Jalan Hayam Wuruk), tetapi kemudian pindah ke Asem Reges (kemudian menjadi Sawah Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi),
•
Preciosa, di Gang Secretarie (kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV ),
•
15
Elite 15
Sam August Himawan, Asmono Wikan, dan Moh. Ridwan “30 Tahun Periklanan Indonesia”(draft naskah).
50
Universitas Sumatera Utara
Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang-orang Belanda, kecuali IRAB dan Elite yang diselenggarakan oleh kaum Bumiputra. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan lanskap periklanan Indonesia. Karena banyak warga Belanda yang mengungsi-sebagian lagi ditawan maka kondisi vakum itu diisi dengan munculnya berbagai perusahaan periklanan baru milik kaum pribumi. Sayangnya, tidak cukup catatan tentang kehadiran perusahaan periklanan yang dijalankan etnis Tionghoa. Padahal, dari mulut ke mulut kita sering mendengar bukti-bukti peran mereka dalam perintisan periklanan Indonesia. Yang jelas, etnis Tionghoa sangat berperan dalam menumbuhkan dunia persuratkabaran di Indonesia, sehingga dengan demikian dapat dilihat pula keterlibatan mereka dalam periklanan secara langsung maupun tidak. Sekalipun kebanyakan perusahaan periklanan baru itu berukuran kecil, tetapi tercatat lima perusahaan periklanan yang berskala cukup besar, yakni Elite, RAB, Korra, Pikat, Tandjoeng. Selama masa pendudukan Jepang, merosotnya aktivitas ekonomi ikut mengkerdilkan dunia periklanan Indonesia. Setelah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kepercayaan kepada Republik yang muda ini tampak dengan kembali bergairahnya kehidupan perekonomian. Sayangnya, kecenderungan itu tidak berlangsung lama karena Belanda mulai menggelar aksi militernya terhadap Indonesia. Keadaan perekonomian pun redup kembali. Pemerintah Republik Indonesia sempat hijrah ke Yogyakarta selama empat tahun. Keadaan ini berakhir setelah dicapainya kesepakatan pengakuan kedaulatan dalam KMB pada akhir tahun 1949.
51
Universitas Sumatera Utara
Kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Jakarta menandai kebangkitan baru perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan nasional mulai bertumbuhan,
seiring
dengan
masuknya
kembali
beberapa
perusahaan
multinasional. Perusahaan-perusahaan Belanda yang semula mengungsi, pun kembali lagi melakukan usahanya. Salah satunya adalah Unilever. Era baru itu juga disambut oleh Unilever dengan meluncurkan berbagai produk baru. Dunia periklanan seakan berdarah kembali. Beberapa perusahaan periklanan yang tercatat hadir di Jakarta pada masa itu antara lain adalah: Azeta, Contact, Cotecy, De Unie, Elite, IRAB, Studi Berk, dan Titi. Pada awal dasawarsa 1950’an yang paling banyak ditempatkan di dunia cetak adalah iklan obat-obatan. Sayangnya, menjamurnya iklan obat-obatan itu tidak dibarengi dengan etika dan tanggung jawab para insan periklanan. Banyak obat-obatan yang diiklankan itu sebetulnya diragukan manfaatnya, atau malah membahayakan kesehatan penggunanya. Keadaan yang nyaris lepas kendali ini akhirnya ditata dengan terbitnya ketentuan Menteri Kesehatan pada tahun 1954 yang mengatur keharusan untuk mendapatkan lisensi manfaat dan keselamatan obat sebelum dipasarkan, dan ketentuan agar iklan obat harus menjelaskan manfaat obat secara jelas.
4. Kebangkitan Asosiasi Periklanan Indonesia Menurut catatan, pada tahun 1951, istilah periklanan pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh pers indonesia, Soedarjo Tjokrosisworo, untuk menggantikan istilah reklame atau advertensi yang ke belanda-belandaan. Senapas dengan semangat kebangsaan itu, sebuah biro reklame di bandung yang sebelumnya bernama Medium, juga mengubah nama menjadi Balai Iklan. Atas
52
Universitas Sumatera Utara
prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi perusaaan-perusahaan
periklanan.
Asosiasi
ini
diberi
nama
Bond
van
Reclamebureaux in Indonesia atau dalam bahasa indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama asosiasi yang masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas anggotanya adalah memang perusahaanperusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Belanda. Sebelas perusahaan periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu: Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, dan Studio Berk. Akan tetapi, kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan besar khususnya yang dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaan-perusahaan periklanan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak memukau jalan untuk disampaikan ke dalam PBRI. Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi perusahaan periklanan nasional yang dimliki dan diawaki oleh orang-orang Indonesia. Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) dibentuk pada tahun 1953, dan sertamerta menjadi organisasi tandingan bagi PBRI. Tidak jelas mengapa semangat nasionalisme di dalam SBRN tidak memunculkan istilah iklan yang sudah dikenal sejak dua tahun sebelumnya, dan masih menggunakan istilah biro reklame yang berbau Belanda. Anggota SBRN yang tercatat adalah 13 perusahaan periklanan: Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka, Lingga, Titi, dan Trio. Tidak semua perusahaan perilanan bersedia bergabung ke dalam asosiasi. Contonya adalah Medium yang telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih untuk
53
Universitas Sumatera Utara
tidak bergabung dengan salah satu dari dua asosiasi tersebut. Tjetje Senaputra, pemiliknya berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display dan karena itu tidak menganggap perusahaan sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja dan berita keluarga. Ada pula dugaan bahwa terbentuknya SBRN diilhami oleh keterbelahan penerbit surat kabar yang juga memiliki dua asosiasi, yaitu: Perserikatan Persuratkabaran Indonesia (PPI), dan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), PPI merupakan kelanjutan dari Verenigde Dagblad Pers di masa Hindia Belanda. Tentu saja keterbelahan perusahaan-perusahaan periklanan itu membuat prihatin F. Berkhout, Ketua PBRI pada saat itu. Ia kemudian menghubungi beberapa pimpinan SBRN dan mnawarkan dibentuknya fusi atau peleburan dari kedua asosiasi tersebut. Bila tujuannya sama, mengapa harus memakai dua kendraan yang justru menyulitkan pembinaan ke luar maupun ke dalam, di samping juga tidak mencuatkan kesan persatuan. Gagasan fusi itu tampaknya diterima secara umum oleh kedua belah pihak. Orang-orang Belanda yang semula menguasai berbagai posisi dan fungsi di PBRI sepakat untuk mengundurkan diri agar digantikan oleh orang-orang Indonesia. Tetapi fusi itu secara organisatoris ternyata tidak pernah menjadi kenyataan. Dalam
tubuh
SBRN
terjadi
perpecahan,
sehingga
semua
anggotanya
mengundurkan diri dan bergabung ke dalam PBRI. Baru pada tahun 1956, melalui forum rapat umum anggota, secara aklamasi Muhammad Napis dikukuhkan sebagai ketua PBRI. Pada tahun 1957, PBRI menyelenggarakan Kongres Reklame
54
Universitas Sumatera Utara
seluruh Indonesia yang pertama. Dalam kongres tersebut, kata ”perserikatan” diubah menjadi ”persatuan”.
5. Awal Artis Memasuki Periklanan Indonesia Iklan sebgai salah satu alat pemasaran yang ampuh langsung saja berdenyut dengan nafas baru yang segar. Beberapa perusahaan periklanan muncup pada masa ini. Demikian juga media untuk beriklan. Dan periklanan pun menjadi marak. Dasawarsa 1970an juga ditandai dengan tampilanya selebritis Indonesia sebagai bintang iklan. Sabun Lux produksi Unilever boleh jadi merupakan trendsetter di bidang itu. Sejak dasawarsa 1950an, Lux sudah memakai slogan ”dipakai oleh 9 dari 10 bintang-bintang film”. Lux diidentifikasikan dengan bintang-bintang film rupawan berkelas dunia, antara lain : Sophia Loren. Pada dasawarsa 1970an, slogan itu diubah sedikit menjadi ”sabun kecantikan bintang-bintang film”. Unilever juga mulai memakai bintang-bintang film Indonesia untuk menjadi duta produknya. Widyawati, bintang film populer berpribadi lembut dengan kecantikkan memukau, tampil sebagai spokesperson Lux. Beberapa bintang film papan atas pun silih berganti tampil sebagai ”The Lux Lady”. Salah satu yang legendaris adalah Christine Hakim, bintang film temuan Teguh Karya. Produk detergen bermerk rinso pun memilih Krisbiantoro sebgai duta produk. Kris adalah seorang penyanyi merangkap master of ceremony yang kocak dan menjadi presenter berbagai program televisi populer pada saat itu. Popularitas Krisbiantoro pun serta merts menjadi tuas yang ampuh untuk mendongkrak popularitas rinso.level International Advertising Services (Lintas) perusahaan periklanan yang menganai produk-produk Unilever tidak hanya
55
Universitas Sumatera Utara
menumpang popularitas selebritis, melainkan juga melahirkan bintang-bintang baru. Robby Sugara, misalnya, ”hanyalah” seorang head waiter di sebuah restoran ketika terpilih menjadi bintang ”The Brisk Man”. Kehidupannya pun melejit seperti meteor.
6. Kelahiran Periklanan Modern Indonesia Berbagai merk internasional mulai bermunculan di Indonesia dan dengan garangnya berupaya meraup pangsa pasar sebesar-sebesarnya. Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank, adalah sebagian dari namanama besar yang mulai membanjiri pasar Indonesia. Pada saat yang sama, muncul pula local brands yang dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga-lembaga perbankan yang juga sedang bertumbuh pesat. Salah satu sektor yang paling hidup pada dasawarsa 1970an itu adalah industri farmasi dengan berbagai jenis obat baru yang diluncurkan pada saat itu antara lain adalah Bodrex-obat sakit kepala yang populer hingga saat ini. Begitu populernya nama Bodrex bahkan sampai dijadikan ikon jurnalistik Indonesia untuk menyebut wartawan yang datang tak diundang. Suasana baru di dunia usaha itu memicu berbagai kelahiran perusahaan periklanan. Tentu saja, yang pertama kali muncul justru perusahaan-perusahaan periklanan yang secara ilmiah terbawa oleh masuknya perusahaan multinasional ke Indonesia. Contohnya adalah Olgilvy & Mather yang berkibar di Jakarta dengan nama IndoAd di bawah pimpinan Emir Muchtar, karena hadirnya klien-klien O&M di Indonesia, seperti: American Express, dll. Sebelumnya O&M lahir di Indonesia dengan nama SH Benson, kemudian berubah menjadi Olgivy &Mather. Perubahan nama O&M menjadi
56
Universitas Sumatera Utara
IndoAd terkait Peraturan Menteri Perdagangan pada tahun 1970 yang melarang perusahaan periklanan asing di Indonesia. Contoh lain adalah McCann Erickson yang dibawa oleh Coca cola dan kemudian mengibarkan bendera Perwanal Utama di bawah pimpinan Savrinus Suardi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan nasional lama pun mendapat angin dari transformasi ekonomi yang terjadi. Perusahaan itu antara lain: Bhineka yang dipimpin oleh tokoh lama Muhammad Napis, dan InterVista yang dipimpin oleh Nuradi seorang mantan diplomat yang beralih ke dunia periklanan. InterVista adalah sebuah fenomena yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia, khususnya karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Setelah Proklamasi kemerdeaan Indonesia, Nuradi diangkat menjadi pegawai Departemen Luar Negeri, Nuradi bertugas sebagai jurubahasa yang mendampingi Presiden Soekarno. Sebagai karyawan Departemen Penerangan, tugas Nuradi adalah penyiar siaran bahasa Inggris di RRI. Pada tahun 1950, Nuradi ditunjuk untuk menjalankan misi khusus Uni soviet, dan kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa di New York selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat menyelesaikan studi di Harvard University. Perintis periklanan yang bernama Nuradi ini. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi
57
Universitas Sumatera Utara
Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan Hongkong. Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke
58
Universitas Sumatera Utara
Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd.. Pada awalnya, Nuradi hanya mengiklankan produk-produk milik ayahnya (Hotel Tjipajung) dan kenalannya (PT Masayu, agen alat-alat berat). Ia juga membuat iklan untuk usaha milik Judith Wawaruntu, sahabatnya yang secara timbal balik menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan Intervista. Ketika menangani klien Lambretta, merek Scooter masa lalu, Nuradi untuk pertama kali membuat slide untuk iklan di Bioskop. Terobosan ini merupakan awal dari gebrakkan-gebrakkan Nuradi selanjutnya. Pada dasawarsa 1970an, InterVista telah mampu membuat film iklan produksi dalam negri, bahkan memperkerjakan seorang sutradara pribumi untuk menanganinya secara khusus. Tidak heran bila dalam waktu singkat InterVista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti, Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa dan lain-lain. Beberapa karya iklan InterVista di masa itu, selalu mengundang decak kagum dan menjadi pengingat (mnemonic) dibenak
masyarakat,
misalnya:
Ini Bir Baru,
Ini Baru Bir (Anker),
Indomilk…..sedaaap, Makin Mesra dengan Mascot (rokok). Awal dasawarsa 1970an juga ditandai oleh lahirnya berbagai perusahaan periklanan ketika itu lebih umum disebut biro iklan seperti: Libelle pimpinan Yo Wijayakusumah, Trinanda Chandra pimpinan Abdoel Moeid Chandra (juga pemilik radio swasta niaga dengan nama sama), Prima Advera pimpinana Usamah, AdForce pimpinan Sjahrial Djalil, Fortune pimpinan Indra Abidin bekerja sama dengan Mochtar Lubis, Hikmad & Chusen pimpianan H. Hamid Moerni, Metro pimpinan Henry Saputra, Rama Perwira, dan lain-lain.
59
Universitas Sumatera Utara
7. Berdirinya Indonesia)
PPPI
(Persatuan
Perusahaan
Periklanan
Popularitas The Jakarta Admen Club bahkan melebihi organisasi resmi yang sebetulnya lebih dulu terbentuk pada tahun 1972, yaitu Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Seperti telah dikemukakan pada Bab 1, asosiasi perusahaan periklanan yang pertama berdiri di Indonesia pada tahun 1949 dengan nama Bond van Reclame Bureaux in Indonesia atau dalam bahasa Indonesia disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama resminya justru yang berbahasa Belanda, karena pada waktu itu sebagian besar pelaku di industri periklanan adalah orang-orang Belanda maupun keturunan Belanda. Demikian juga para pengurusnya adalah orang-orang belanda dan keturunannya. Baru setelah PBRI diketuai oleh orang Indonesia, Muh.Napis,maka pada tahun 1957 diputuskan perhgantian namanya resmi menjadi PBRI. Dengan nama baru itu juga dilekukan penyesuaian istilah dari “perserikatan” menjadi “persatuan”. Napis adalah seorang tokoh periklanan Indonesia yang ternyata berhasil memimpin PBRI secara terus-menerus hingga memasuki dasawarsa 1970-an. Napis sendiri ternyata sudah jenuh menjadi Ketua PBRI selama belasan tahun, dan menganggap bahwa situasi seperti itu dapat mengarah kepada hal-hal yang tidak demokratis. Pada tahun 1971, Napis menyelenggarakan referendum di antara anggota PBRI untuk memilih ketua yang baru, di samping juga meminta usulan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta usulan perubahan kebijakan dan strategi. Namun, ternyata referendum itu tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Napis tetap secara aklamasi diterima sebagai ketua PBRI.
60
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1972, Pemerintah Republik Indonesia tiba-tiba merasa perlu untuk mengatur industri periklanan. Harsono yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika (Dirjen PPG) Departemen penerangan,
memprakarsai
diselenggarakannya
Seminar
Periklanan-forum
nasional resmi pertama yang diselenggarakan di Indonesia untuk membicarakan arah industri periklanan. Seminar ini diseenggarakan di restoran Geliga, Jalan wahid Hasyim, Jakarta Pusat, dengan ketua penyelenggaraan H.G. Rorimpandey, Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yang ketika itu juga Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan. (catatan penulis: sebetulnya, Christianto Wibisono yang ketika itu menjadi Direktur Majalah Tempo pada tahun 1971 telah menyelenggarakan sebuah seminar periklanan untuk mendiskusikan dalam menyikapi masuknya elemen asing ke dalam industri perikalanan Industri Indonesia. Tetapi, lingkup seminar ini masih bersifat terbatas di tataran pelaksana periklanan-bukan pengambil keputusan di tingkat asosiasi dan regulator). Dalam kesempatan itu pemerintah menyatakan bahwa PBRI adalah satusatunya wadah perusahaan periklanan yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Pernyataan ini tampaknya didorong oleh kenyataan telah hadirnya berbagai perusahaan periklanan yang disponsori pihak asing, dan tidak merasa berkepentingan untuk menjadi anggota PBRI. Sekalipun pada tahun 1970 Menteri Perdagangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo telah menerbitkan surat keputusan yang melarang kehadiran perusahaan periklanan asing di Indonesia, namun kenyataannya praktik “Ali Baba” tetap menghadirkan banyak negara asing di industri periklanan Indonesia. Pernyataan Pemerintah itu membuat hampir
61
Universitas Sumatera Utara
semua perusahaan periklanan yang baru didirikan sekitar 1970-an kemudian mendaftar-kan diri menjadi anggota PBRI. Seminar periklanan itu juga memuncukan napas dan harapan baru akan munculnya generasi modern periklanan Indonesia. Keinginan untuk berorganisasi secara serius pun mulai tampak hidup. Napis pun semakin berharap bahwa penggantinya akan segera muncul. Kebetulan, pada tahun 1972 itu juga berlangsung Asian Advertising Congress (AAC) VIII di Bangkok. Masih dengan semangat Seminar Periklanan, beberapa tokoh periklanan Indonesia pun segera berangkat menghadiri kongres tersebut. Mereka antara lain adalah: Christian Wibisono, Ken Sudarto, Sjahrial Djalil, Ernst Katoppo, Abdul Moeid Chandra, Jacoba Muaja, Usamah, dan Yo Wijayakusumah. Tidak tanggung-tanggung, delegasi Indonesia pada waktu itu secara nekat juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah AAC IX pada tahun 1974. hebatnya lagi, usulan itu ternyata diterima. Pertumbuhan pesat industri periklanan Indonesia tentulah menjadi faktor pembobot yang menghasilkan keputusan itu.Semangat untuk menjadi tuan rumah Aac IX itulah yang membuat insan periklanan Indonesia semakin membulatkan tekad untuk berorganisasi secara rapi. Pada tanggal 20 Desember 1972, bertempat di restoran Chez Mario milik Muhammad Napis di jalan Ir. H. Juanda III/23, jakarta Pusat, diselenggarakan Rapat Anggota PBRI. Rapat itu juga dihadiri Direktur Bina Pers dari Direktorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departmen Penerangan, Drs. Tjoek Atmadi. Rapat
62
Universitas Sumatera Utara
itu mengagendakan pemilihan pengurus baru, serta membahas kemungkinan dibentuknya sebuah asosiasi periklanan dengan visi dan lingkup yang lebih luas. Abdul Maeid Chandra, seorang putra Madura aktivis PBRI yang memiliki stasiun radio Trinanda Chandra dan perusahaan perilanan dengan nama yang sama, akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum. Di jajaran pengurus tercatat beberapa orang tokoh periklanan Indonesia, seperti: Savrinus Suardi, Usamah, Sjahrial Djalil, dan Yo Wijayakusumah. Mereka adalah muka-muka baru yang sebelumnya bukan merupakan aktivis PBRI. Rapat Anggota juga menyepakati pembubaran PBRI dan pembentukan asosiasi yang baru dengan nama Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Dengan pembentukan PPPI, secara resmi hilang pula istilah ”biri reklame” yang berbau kebelanda-belandaan, digantikan dengan istilah yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman: ”perusahaan periklanan”. Desakan untuk mengganti istilah ”biro reklame” juga didasari pada kenyataan bahwa tukang pembuat stempel di pinggir jalan pun menyebut diri mereka sebagai biro reklame. Pada saat didirikan, PPPI beranggotakan 30 perusahaan periklanan. Sahrial Djalil AdForce menyumbangkan logo bagi asosiasi yang baru itu. PPPI juga segera merumuskan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga yang baru untuk menampung aspirasi periklanan modern. 1. Jenis – Jenis Iklan Iklan
pada
umumnya
mempunyai
sasaran
pokok
untuk
memperkenalkan, menjual, atau meningkatkan penjualan produk barang dan atau jasa yang diumumkan. Kedudukan hukum iklan sebagai janji/ unsure dari
63
Universitas Sumatera Utara
perjanjian memberikan implikasi hukum dari iklan tersebut. Kedudukan demikian itu memberikan posisi penting dari iklan sebagai sarana dalam pengembangan kegiatan niaga pada khususnya dan pengembangan ekonomi bangsa dan Negara pada umumnya. Lagi pula, kedudukan iklan sedemikian itu menjadi penangkal dari pihak – pihak yang terkait dalam bisnis periklanan dalam melakukan usahanya dengan maksuddan itikad yang tidak baik. Mencegah suatusarana yang positif dimanipulasi menjadi sarana menjalankan persaingan usaha secara tidak sehat (unfair), yang tidak saja akan merugikan mereka yang menjadi sasaran ( consumer target ), tetapi juga para pengusaha yang menjalankan kegiatan periklananya secara jujur. Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi 7 (tujuh) kategori pokok, yakni : a. Iklan konsumen b. Iklan bisnis ke bisnis atau iklan antar bisnis c. Iklan Perdagangan d. Iklan Eceran e. Iklan Keuangan f. Iklan Langsung g. Iklan Lowongan Kerja 16 Dan adapun jenis – jenis iklan yang biasa dipasang di Radio 88 LaFemme FM adalah mengenai :
16
Op. Cit.,hlm. 39.
64
Universitas Sumatera Utara
1) Acara Tentang Wanita dan anak dan keluarga 2) Obat – obatan 3) Tempat perawatan kulit dll untuk wanita 4) Dan lain – lain.
2. Tata Cara Pemasangan Dampak
dari
system
perekonomian
kapitalis
liberal
telah
merekonstruksi kultur masyarakat untuk ikut serta terlibat dalam lalulintas perdagangan barang dan jasa, khususnya bagi Negara – Negara berkembang. Budaya masyarakat konsumtif adalah cermin dari konstruksi masyarakat baru ( new society ) yang tidak lain merupakan implikasi dari era industrialisasi. Kecenderungan bagi pelaku usaha untuk mengeksploitasi minta beli tersebut dengan memasarkan sebanyak – banyaknya produk barang dan atau jasa. Salah satu alat yang sering dipakai dalam lalu lintas perdagangan tersebut adalah iklan ( promosi ). Sebagai alat promosi, iklan memegang peranan penting bagi pelaku usaha (produsen) untuk menunjang sekaligus meningkatkan usahanya. Melalui jasa periklanan pengusaha mencoba memancing dan membangkitkan minat (animo) konsumen, untuk membeli produk barang atau jasa. Disamping itu, konsumen pun memerlukan iklan sebagai salah satu alat informasi untuk mengetahui produk konsumsi yang mereka butuhkan. Hakikat iklan bagi konsumen merupakan janji dari semua pihak yang mengumumkannya. Dengan demikian, iklan dalam segala bentuknya mengikat para pihak tersebut dengan segala akibat hukumnya. Iklan bagi konsumen merupakan alat
65
Universitas Sumatera Utara
atau salah satu sumber informasi mengenai sesuatu barang. Besarnya peranan iklan
sebagai alat informasi di satu pihak harus pula diikuti dengan
pengawasan terhadap mutu iklan di pihak lain, sehingga iklan tidak menjadi suatu produk jasa informasi yang bersifat tidak aman (unsafe product) dan mengandung unsur itikad baik (unfair behavior). Sebagai salah satu bentuk jasa, maka mutu iklan sangat bervariasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kualifikasi, kualitas, dan itikad baik dari pihak – pihak dimaksud adalah: 1. Perusahaan periklanan (advertising), yaitu perusahaan yang menjual jasa periklanan bagi produk barang atau jasa. 2. Media periklanan, yaitu setiap media komunikasi massa, baik berupa media cetak (surat kabar, majalah, tabloid ) maupun media elektronik (televisi dan radio), termasuk juga media luar ruangan, seperti : Pamflet dan spanduk. 3. Pemasangan iklan (pengiklan), yaitu setiap badan hukum (perusahaan) dan perorangan yang mengiklankan suatu produkbarang atau jasa. 4. Konsumen, yaitu setiap pemakai dan penikmat produk barang atau jasa yang diiklankan. 5. Pemerintah selaku pengawas berjalannya aturan main (rule of the game) yang baik dan jelas dalam bisnis periklanan. 3. Hak Dan Kewajiban Masing – Masing Pihak Hak – hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan, dimana kedua belah pihak adalah si pemasang iklan (sebagai klien )dan Radio 88 LaFemme FM Medan :
66
Universitas Sumatera Utara
a. Hak pemasang iklan adalah meminta agar pihak Radio 88 LaFemme FM Medan memasang iklan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, kewajiban pemasangan iklan adalah membayar biaya iklan sesuai dengan yang telah di sepakati. b. Hak pihak Radio 88 LaFemme FM Medan adalah menerima imbalan dari pemasangan iklan karena telah memberikan jasa pemasangan iklan, kewajiban pihak Radio 88 LaFemme FM Medan adalah menyiarkan iklan sesuai jadwal yang telah disepakati dengan pemasang iklan. Maraknya produk iklan yang hanya mementingkan aspek promosi untuk menarik minat beli konsumen dapat dilihat pada ajang untuk kreatifitas insane periklanan Indonesia dalam Citra Pariwara 2002 yang digelar di Teater Terbuka Candi Prambanan Yogyakarta. Festival pelaku usaha periklanan tersebut mendapatkan catatan tersendiri bagi pemerhati teknologi komunikasi dan multimedia KRMT ROY SURYO. 17 Menurutnya ada beberapa iklan yang bersifat tidak aman (unsafe product), yang menganjurkan orang untuk melanggar hukum dan bahkan bisa membahayakan orang lain, yaitu : 1. Iklan rokok yang menggambarkan kemeriahan pesta di sebuah gedung harus terhenti gara – gara mati lampu. Kemudian, seorang pria yang bergaya seperti James Bond segera menarik penjepit rambut wanita untuk menggantikan sekering lampu yang putus setelah tersambar petir. Dari sudut teknologi kelistirikan, maka iklan itu membahayakan orang lain.
17
Media Indonesia, “ Komunikasi Bisnis “, Edisi 13 Oktober 2002, hlm. 9.
67
Universitas Sumatera Utara
Kalau listrik korsleting, penjepit rambut dari besi itu bukan memutuskan aliran listrik melainkan justru penghantar listrik. 2. iklan mobil yang menampilkan seorang guru sebagai model, malah menganjurkan public melanggar lalu lintas ketika ia menyalip sebuah mobil dengan melintas garis tidak putus dijalan. Padahal garis tidak putus itu penanda tidak boleh menyelinapkarena berbahaya di kondisi jalan menanjak dan banyak tikungan. 3. Iklan obat penambah stamina. Modelnya 2 (dua) orang selebriti diperlihatkan asyik memakai ponsel sambil mengemudikan mobil. Akan tetapi, setelah bertemu, keduanyan bukan parker dulu, melainkan malah berhenti di perlintasan kereta api untuk ngobrol. Dari contoh – contoh ini sudah menjadi satu kebiasaan buruk (unfair behavior) dari pelaku usaha yang hanya melihat iklan dari sisi promosi untuk menarik minat beli konsumen, tetapi mengabaikan fungsi iklan sebagai alat informasi yang jujur dan bertanggung jawab. Sejak lahirnya Undang – Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen sampai
dengan sekarang perlindungan hukum bagi konsumen masih sangat rendah. Bentuk –bentuk iklan tersebut diatas, ditinjau dari aspek hukum sebagai hak konsumen untuk mendapatkan informasi (right to information) yang jujur dan bertanggung jawab tidak patut ditayangkan, karena menganjurkan orang (konsumen) untuk melanggar hukum dan membhayakan orang lain. Pertanyaan yang kemudian muncul pada tartan hukum ekonomi adalah bagaimana caranya menjaga kegiatan promosi periklanan tidak
68
Universitas Sumatera Utara
menjurus pada
informasi yang
menganjurkan konsumen
melakukan
pelanggaran melalui peraturan perundang – undangan. Meskipun ketentuan peraturan perundang – undangan tentang iklan tidak harus mematikan kreativitas bisnis tersebut.
4. Bentuk Penyelesaian Sengketa Di dalam proses terjadinya 1 (satu) iklan, baik melalui media cetak maupun elektonik, termasuk didalamnya pemasangan iklan di Radio, pada umumnya inisiatif datang dari pengusaha/ perusahaan pengiklan (produsen, distributor, supplier, dan retailer). Kemudian, perusahaan periklanan dengan persetujuan perusahaan pengiklan secara tayangan/ disiarkan di Radio sebagai informasi bagi masyarakat konsumen secara luas. Tetapi tetap saja didalam suatu hubungan kerja kadang kala akan terjadi suatu konflik, yang bisa terjadi dari aspek hukum Pidana maupun Perdata, uraiannya sebagai berikut : a) ASPEK HUKUM PIDANA Salah satu kasus yang patut dicatat sehubungan dengan iklan yang tidak bertanggung jawab, tidak aman, menyesatkan, bahkan mengandung unsur – unsur penipuan, yaitu: “ The Thalidomide Tragedy “, merupakan salah satu kasus yang menggemparkan dunia Internasional. 18 Tragedi ini bermula dari jenis obat yang dipublikasikan secara luas pada akhir tahun 1950-an guna mengontrol rasa mual selama beberapa minggu kehamilan. Mengonsumsi 18
“ Consumer Protection”, dalam C.Hambilin dan F. B. Wright, Introduction to Commercial Law (London: Sweet & Maxwell, 1988) hal 201; dan dalam Anwar Fazal dan Rajeswari Kanniah, The A to Z Consumer Movement (Penang Malaysia :IOCU, 1988), HAL 59
69
Universitas Sumatera Utara
obat tersebut ternyata mengakibatkan kegagalan pembentukan janin di dalam rahim dan lahirlah beribu – ribu bayi tanpa anggota tubuh di Eropa dan Australia. Di Indonesia kasus periklanan yang menjurus pada penyesatan dan penipuan yang dapat diklasifikasikan memenuhi unsur – unsur pidana dapat dilihat pada iklan lembaga – lembaga kursus di Jakarta yang tumbuh subur “ bak jamur di musim hujan”. Hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan bahwa informasi terbesar siswa ketika memasuki lembaga kursus berasal dari iklan komersial. Selain itu, informasi lainnya adalah dari brosur, teman, radio dan lain – lainnya. Presentase sumber informasi siswa tersebut menunjukkan bahwa iklan masih merupakan factor yang efektif dalam menarik minat siswa, selain brosur yang menarik dan informasi atau ajakan teman. Sumber iklan terbesar berasal dari Koran, televisi, majalah, tabloid, dan radio. Sedangkan janji – janji atau klaim – klaim dari lembaga kursus tersebut selalu menyatakan adanya jaminan kerja setelah lulus, lembaga kursus terbaik, dan klaim – klaim lain. Lebih lanjut, dari hasil penelitian YLKI ternyata klaim – klaim tersebut patut diduga (presumption of innocent) mengandung unsur – unsur penyesatan. Misalnya soal kesempatan kerja. Oleh lembaga yang bersangkutan tidak dijelaskan kesempatan kerja seperti apa yang ditawarkan. Biasanya, pihak pengelola lembaga berdalih dengan menetapkan syarat yang sebenarnya tidak mampu dicapai siswa lembaga
70
Universitas Sumatera Utara
kursus, seperti target nilai terlalu tinggi atau kemampuan lainnya di luar bidang yang diajarkan, seperti kemampuan bahasa ( untuk lembaga kursus nonbahasa), dan sebagainya atau sebenarnya bahasa klaim yang dianggap bisa, karena yang disediakan oleh lembaga adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, bukan jaringan dan penyaluran ke perusahaan tertentu, sementara usaha untuk mencari kerjanya sendiri tetap ditangani oleh siswa bersangkutan. Klaim lain sebagai “ lembaga kursus terbaik seDKI” juga patut dipertanyakan. Criteria apa yang dipakai, siapa atau lembaga mana yang melakukan penilaian, dan apakah data tahun 1997/ 1998 tersebut masih valid mengingat tumbuhnya lembaga kursus baru yang jumlahnya dapat mencapai ribuan di Jakarta. Sedangkan klaim, “Paket merdeka belajar gratis” juga riskan karena mengajukan syarat untuk membawa 2(dua) orang teman belajar ke lembaga tersebut. Bukti bahwa 3 (tiga) orang memiliki kaitan “ pertemanan” merupakan prosedur yang mempunyai potensi untuk dipersulit oleh pihak pengelola lembaga. 19 b) ASPEK HUKUM PERDATA Biasanya perusahaan pemasang iklan, biro iklan yang mereka tunju, dan media pemasang iklan menjalin kerjasama yang diikat dalam sebuah kontrak. Untuk mengikat berbagai pihak secara hukum, sebuah kontrak harus memiliki 4 (empat) elemen, yaitu : penawaran, penerimaan tanpa syarat dari tawaran tadi, dan pertimbangan di mana aka nada barter atau pengorbanan antara pihak – pihak yang terkait, serta kesepakatan 19
Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum Periklanan dalam perspektif perlindungan konsumen, hal 33. PT.Citra Aditya Bakti.bandung. 2004
71
Universitas Sumatera Utara
semua pemaksaan atau penipuan sedikit pun. Jika penawaran semula diubah oleh orangtau pihak yang menerima tawaran, maka itu berarti telah terjadi penerimaan bersyarat dan harus dibuat tawaran baru. Penawaran baru ini harus diterima oleh pihak lain. Sebuah kontrak tidak harus tertulis. Terpenuhinya keempat elemen di atas, sudah cukup dan kontrak lisan sering terjadi jika pesanan dilakukan lewat telepon. Jika pesanan dilakukan dengan niat baik, kontrak tadi sah. Namun, menimbang seringnya terjadi perselisihan, maka bukti – bukti tertulis perlu disertakan karena hal ini lebih kuat dan lebih mudah dibuktikan di Pengadilan daripada sekadar percakapan, meskipun pekerjaan atau pelayanannya telah beres. Sebaiknya kontrak lisan diikuti dengan konfirmasi tertulis agar kedua belah pihak jelas akan hak dan tanggung jawabnya. Terdapat sejumlah istilah : 1. Kontrak sederhana (simple Contract) Sebuah kontrak sederhana adalh kontrak yang tidak dibubuhi materai. Seperti telah dijelaskan di atas, kontrak ini dapat dibuat secara lisan, tertulis atau disampaikan secara tidak langsung. 2. Kontrak kilat (Express Contarct) Di sini persyaratan dibuat secara jelas, baik tertulis maupun lisan oleh pihak – pihak yang terkait. 3. Kontrak tidak langsung (Implied Contract) Dalam kontrak jenis ini, keadaanlah yang cenderung membuat terjadinya kontrak. Contohnya, ketika orang memesan makanan di
72
Universitas Sumatera Utara
restoran atau memesan kamr penginapan hotel. Pembayarannya yang menciptakan terjadinya sebuah kontrak meskipun semua tranksaksinya tidak ada yang tertulis. 4. Kontrak Terlaksana (Excuted Contract) Di sini kontrak dibuat oleh 1 (satu) pihak maupun kedua belah pihak. Misalnya, si A akan setuju untuk mendirikan sebuah pagar jika si B membayar ongkosnya. Jika pagar telah jadi dan semua ongkosnya telah dibayar, kontrak telah dibayar, kontrak telah tercipta. Biasanya, ada kesepakatan waktu untuk pekerjaan dan pembayarannya. Ada juga beberapa situasi dan kondisi di mana sebuah kontrak batal atau bisa dibatalkan. Pembatalan ini memerlukan kapasitas hukum dari kedua belah pihak, seperti dalam hal : a. Telah terjadinya suatu kesalahan b. Adanya salah tafsir/ misinterpretasi c. Pelecehan kerahasiaan d. Usia belum dewasa e. Gangguan jiwa dan kondisi mabuk Didalam proses terjadinya 1 (satu) iklan, baik melalui media cetak maupun elektronik, pada umumnya inisiatif datang ari pengusaha/ perusahaan pengiklan (produsen, distributor, supplier, dan retailer). Kemudian, perusahaan periklanan dengan persetujuan perusahaan pengiklanan secara kreatif menerjemahkan inisiatif tadi dalam bahasa periklanan untuk di tayangkan/ dimuat dalam media cetak sebagai informasi produk bagi masyarakat konsumen secara luas.
73
Universitas Sumatera Utara
Masalah tanggung jawab muncul dalam hal : 1) Informasi produk yang disajikan melalui iklan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Di dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah perusahaan pengiklan karena sudah menyangkut produk yang dijanjikan kepada konsumen melalui iklan. Dengan instrument hukum perdata, konsumen dapat menggugat perusahaan pengiklan dengan kualifikasi wanprestasi, apabila diketahuinya ketidak sesuaian janji dalam iklan dengan kenyataannya dibuktikan dengan adanya hubungan kontraktual. Kualifikasi perbuatan melawan hukum dapat saja digunakan meskipun tidak terdapat hubungan kontraktual, sepanjang unsur – unsur perbuatan melawan hukum cukup menonjol. 2) Menyangkut kreatifitas perusahaan periklanan dan atau media periklanan ternyata bertentangan dengan asas – asas etik periklanan. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah perusahaan pengiklanan serta perusahaan periklanan dan/ atau media periklanan. Dua pelaku usaha yang terakhir ini tidak dapat begitu saja menolak bertanggung jawab dengan dalih : “kami hanya membuat dan menayangkan iklan, materinya adalah tanggung jawab perusahaan periklanan.” Dengan pemahaman tanggung jawab pelaku usaha periklanan seperti yang tersebut di atas, maka sekarang yang sering menjadi persoalan dalam praktek adalah soal pembuktian. Di Indonesia hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki tempat yang amat penting. Pada prinsipnya hukum acara atau hukum formal bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan hukum
74
Universitas Sumatera Utara
materiel. Artinya, secara formal hukum pembuktian itu mengatur cara begaimana mengadakan pembuktian seperti yang terdapat dalam HIR dan RBG. Sedangkan secara materiel, hukum pembuktian itu mengatur dapat tidaknya diterima pembuktian dengan alat – alat itu. Karena itu, membuktikan adalah 20 memberikan dasar – dasar yang cukup kepada hakim dalam pemerikasaan suatau perkara agar dapat memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. Jadi, pembuktian secara yuridis adalah
21
mengajukan fakta – fakta menurut hukum
yang cukup untuk memberikan kepastian kepada hakim tentang suatu peristiwa atau hubungan hukum. Pihak yang menyatakan bahwa ia mempunyai suatu hak, melakukan suatu perbuatan, atau menerangkan adanya suatu peristiwa, maka ia harus membuktikan adanya hak itu, apabila disangkal oleh pihak lawan. Sebagai pedoman, seperti yang diatur dalam Pasal 1865 BW: “bahwa barang siapa mengajukan peristiwa atas mana ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa – peristiwa, sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwa – peristiwa guna pembantahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa – peristiwa itu.” Misalnya, jika seseorang menggugat orang lain supaya orang ini diharuskan menyerahkan sebidang tanah, karena bendai ini termasuk harta peninggalan ayahnya, tetapi pendirian ini disangkal oleh tergugat, maka orang yang menggugant itu diwajibkan membuktikan bahwa ia adalah ahli waris dari si meninggal dan tanah tersebut betul kepunyaan si meninggal itu. 22 Artinya, beban pembuktian secara konvensional, seperti yang diatur dalam HIR/ RBG dan BW,
20
Krisna Harahap, “Hukum Acara Perdata” (Teori dan Praktek). Grafitri Budi Utami, Bandung, 1996, hlm. 49. 21 Abdulkadir Muhammad, “ Hukum Acara Perdata”, PT. Citra Aditya Bakti, 1990, hlm. 129. 22 Subekti, “Pokok – Pokok Hukum Perdata”, Intermasa, Jakarta, 1996, hlm. 177.
75
Universitas Sumatera Utara
yang lazim diterapkan pengadilan adalah dibebankan kepada si penggugat dengan alat – alat bukti seperti yang disyaratkan dalam Pasal 164 HIR atau Pasal 1866 BW, yaitu : surat atau bukti tertulis; sanksi; persangkaan; pengakuan; dan sumpah. Akan tetapi, kalau merujuk pada teori – teori pembuktian sepert : a) Teori Hukum Subjektif (Teori Hak) Yaitu
yang
menetapkan
bahwa
barang
siapa
yang
mengaku
atau
mengemukakan suatu hak, maka yang bersnagkutan harus membuktikan. b) Teori Hukum Objektif Yaitu yang mengajarkan bahwa hakim harus melaksanakan peraturan hukumm atas fakta – fakta untuk menemukan kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya. c) Teori Hukum Acara dan Teori Kelayakan Yaitu kedua teori di atas bermuara pada hasil yang sama, yakni hakim seyogianya berdasarkan kepatutan membagi beban pembuktian.
Dengan demikian, hakim harus memberi beban kepada kedua belah pihak secara seimbang (imparsial ) dan adil ( fairness ).23 Dimungkinkan juga bahwa apa yang digugat penggugat adalah tidak benar jika hakim menginginkan fakta – fakta yang komprehensif untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa hukum.
23
Pitlo, “ Pembuktian dan Daluwarsa”, Jakarta, 1978, hlm. 46.
76
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM TERJADINYA PELANGGARAN HAK CIPTA DALAM PEMASANGAN IKLAN
Keberadaan radio adalah sebagai media dalam menyampaikan program paket acara siaran yang dirancang dengan kekhasan tertentu, sehingga melekat di benak pendengarnya. Karena sebetulnya radio merupakan adopsi dari pola media cetak yang telah diketahui sebelumnya, yang mana bedanya radio memiliki nilai auditif yang lebih kaya imajinasi, dan tidak terbatas nuansa visual yang dimiliki media ini. Joycelyn Mayne mendefinisikan radio adalah : “media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dan sarana mobilisasi pendapat public untuk mempengaruhi kebijakan. “ Dalam buku standart professional radio siaran disebutkan radio adalah media untuk mempertemukan informasi yangada yang disampaikan lewat media dengar (audio) dan ditujukan kepada pendengarnya. Atas berbagai definisi – definisi radio di atas, maka radio dapat dilihat sebagai media komunikasi yang digunakan oleh perorangan atau perusahaan dalam menyampaikan informasi – informasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pendengar untuk mengikuti saran informasi yang didasarkan melalui media radio tersebut.
77
Universitas Sumatera Utara
A. Tanggung Jawab PT. RADIO CIKAL ANUGERAH FIESTA (RADIO 88 LAFEMME FM) Setelah mengetahui apa arti dari radio sekarang penulis ingin menjelaskan sedikit tentang 88 LAFEMME FM atau dengan nama lain yaitu PT. RADIO CIKAL ANUGRAH FIESTA. Radio ini adalah anak perusahaan dari PT KISS Group, dimana PT.KISS Group memiliki 5 (lima ) anak perusahaan yaitu : 1. KISS FM dan STAR FM dengan segmentasi pendengar kaum muda 2. LAFEMME FM dengan segmentasi pendengar wanita dengan rentang usia 25 – 35 tahun, 3. LITE FM dengan segmentasi pendengar 35 – 50 tahun 4. MIX FM dengan segmentasi pendengar yang berorientasi ke bisnis atau niaga. Masing – masing stasiun radio tersebut memiliki fokus penyiaran yang berbeda – beda, dengan demikian iklan yang disiarkan di dalam radio pun tergantung segmentasi pendengarnya. Dan di dalam penulisan tugas akhir ini untuk memenuhi syarat kelulusan, penulis lebih memfokuskan ke 88 LaFemme FM karena beberapa hal.
a. Penjelasan sedikit tentang 88 LAFEMME FM Sebagai satu-satunya Radio Wanita di Medan, 88 Lafemme menyajikan musik kontemporer serta informasi tentang lifestyle, entertainment, dan kesehatan yang semuanya disajikan dalam bentuk yang moderen dan sangat menarik. LaFemme juga memberikan ide-ide dan solusi yang dapat memberikan keuntungan bagi pendengar yang mendapatkan informasi dan para klien yang
78
Universitas Sumatera Utara
telah bekerjasama. Radio 88 Lafemme Fm berada di Komp. Setia Budi Indah Blok F no. 66. Dan sudah ada sejak tanggal 1 oct 2003. Radio 88 Lafemme (baca: La Fam) yang mengudara di frekuensi 88 Mhz memang sarat menampilkan acara-acara yang dirancang secara khusus untuk wanita, mulai dari program harian dan mingguan sampai dengan informasi dan pemilihan lagu-lagu yang diputar dan acaranya antara lain : 2) LaFemme Morning Acara ini di siarkan setiap hari senin – jumat dari jm 07.00-09.00 pagi untuk menyemangati setiap pendengar di pagi hari yang membutuhkan penyegaran 3) Relax You’re Day Acara ini disiarkan setiap hari senin – jumat jm 15.00 – 17.00 sore 4) Cerita Anak Karena di Radio ini rentang usianya dimulai dari usia 25 – 35 dan kebanyakan wanita yang seumuran segitu bkebanyakan dijaman sekarang banyak yang sudah menikah, maka Radio 88 LaFemme an bisa juga orang tuanya atau orang dewasa yang bisa diceriatakan kembali ke anaknya, nama acaranya Cerita anak yang siarannya dilakukan oleh anak – anak kecil pilihan untuk menceritakan kepada teman – teman seumurannya di radio dan dilakukan dengan konsep rekaman, acaranya di setiap hari sabtu dan minggu jam 08.00 pagi dan 17.00 sore. 5) Warung Politik Warpol atau Warung Politik adalah acara dimana setiap pejabat – pejabat politik yang diundang untuk menjelaskan dunia politik ke pendengar wanita
79
Universitas Sumatera Utara
yang dulu dianggap wanita “Tabu” masuk ke dunia politik, tapi dijaman sekarang ini wanita juga sudah banyak sekali yang turun ke dunia politik,dengan demikian disinilah acara yang menghubungkan wanita dengan dunia poilitik, dan disini diundang orang – orang di dunia politik, misalnya sudah pernah di undang KAPOLDA sumut untuk menjelaskan bagaimana peraturan – peraturan dan Undang – Undang baru seperti UU lalulintas yang baru. Acara ini adanya di hari Rabu pkl 17.00 – 17.30 sore. 6) Beauty On Lafemme Acara ini lebih memfokuskan kepada kecantikan dan perawatan kecantikan wanita. Seperti tentang Fashion, Perawatan wanita tempat lulur dan Spa dan acaranya di hari Kamis jm 17.00 – 17.30 sore. Di acara ini akan diundang orang – orang yang berada di bidang fashion iyu sendiri seperti pemilik butik. Dan disini juga bisa menjadi ajang promosi atau bisa dikatakan iklan gratis, karena di acara ini bisa mempromosikan tempat kecantikan itu, butik atau salon atau apa aja yang berhubungan dengan kecantikan, disini gratis karena radio 88 LaFemme FM yang mengundang. 7) All About Woman Acara ini menyiarkan tentang kehidupan wanita atau lifestyle wanita modern. Karena dalam prakteknya, Radio 88 LaFemme mengarah kepada wanita – wanita mandiri ataupun wanita – wanita karir dan wanita – wanita yang mempunyai kehidupan yang mapan yang memiliki Lifestyle kehidupan yang modern. Seperti contohnya sudah pernah di undang ke studionya 88 Lafamme
80
Universitas Sumatera Utara
POLWAN ( Polisi Wanita ) yang sebenernya punya lifestyle yang modern. Dan acara ini ada di hari Jumat pkl 17.00 – 17.30 sore. 8) Check Up Prodia Konsultasi kesehatan bersama Prodia yang dilakukan di studio Radio 88 LaFemme dan mendatangkan dokter yang menjelaskan tentang suatu penyakit dan pendengar bisa berkonsultasi dengan dokternya langsung melalui sms dan telepon, dan prodia disini sebagai sponsor dan dengan demikian prodia tidak membayar setiap iklan yang disiarkan di Radio 88 Lafemme karena iklan dan acara ini adalah bentuk kerjasama antara Radio 88 LaFemme FM dengan Prodia, dan kerjasama ini disebut dengan kerjasama timbal balik dan dokternya di bayar prodia. Di hari Sabtu pkl 09.00 pagi. Dari acara – acara yang diatas, nampaklah jelas kalau Radio 88 LaFemme benar – benar lebih memfokuskan diri kepada kepentingan wanita, khususnya wanita dewasa. Nampak pula dari jenis – jenis musiknya yang lebih ke musik Barat seperti Jazz, Pop atau pun lagu – lagu lama yang mengingatkan si pendengar kepada masa – masa masih muda, dan di didalam 1 jam siaran hanya 3 lagu Indonesia saja yang diputar, itulah salah satunya cirri khas dari Radio 88 LaFemme FM. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin meningkatnya potensi pendengar wanita di kota Medan, baik secara kuantitas maupun secara kualitas, 88 Lafemme juga memberikan ide-ide dan solusi bagi klienya yang dapat memberikan keuntungan dengan menyajikan banyak program tentang keluarga, karier, hubungan dengan lingkungan sosial dan masih banyak lagi. Dengan begitu
81
Universitas Sumatera Utara
iklan – iklan yang disiarkan di Radio 88 LaFemme lebih ke produk dan acara yang berhubungan dengan wanita. Hadirnya 88 Lafemme menjadi jawaban yang melegakan bagi pemasangan iklan untuk menjadikannya mitra sebagai media yang fokus dan profesional dalam melayani pendengarnya yang mayoritas wanita usia 25 - 35 tahun.
b. Pelaksanaan Perjanjian Pemasangan Iklan di Radio 88 LaFemme FM Diatas sudah di jelaskan sedikit tentang Radio 88 LaFefmme FM, dan sekarang akan dibahas tentang kesepakatan kehendak antara radio 88 LaFemme FM dengan pemasangan iklan ( klien )umumnya menyangkut hal – hal sebagai berikut : 1. Tarif iklan (pembayaran atas jasa penyiaran) 2. Jangka waktu penyiaran 3. Jadwal penyiaran 4. Jumlah penyiaran (spot iklan) Kesepakatan mengenai tarif iklan ini dilaksanakan dengan berpedoman kepada ketentuan atau kebijaksanaan Radio 88 LaFemme FM. Mengenai kesepakatan tentang jangka waktu penyiaran yakni menyangkut lama atau tenggang waktu suatu iklan yang tercantum dalam waktu penyiaran iklan tersebut berkisar antara 30 detik – 60 detik. Sedangkan mengenai jadwal penyiaran dan jumlah penyiaran (spot) adalah menjadi kesepakatan pihak Radio 88 LaFemme FM dengan pemasang iklan (klien). Dalam hal ini pihak Radio 88 LaFemme FM menetapkan jadwal penyiarannya disesuaikan dengan program atau acara siaran. Jadi pemasangan
82
Universitas Sumatera Utara
iklan hanya memilih waktu yang diinginkannya. Sementara mengenai jumlah penyiaran pihak Radio 88 LaFemme FM tidak menentukan minimal seberapa kali spot iklan mau disiarkan, jadi terserah keinginan si pemasang iklan. Jumlah penyiaran atau spot maksudnya adalah jumlah keseluruhan atau waktu penyiaran yang dihitung dalam periode yakni satu periode sama dengan satu bulan. Sehingga pemutaran iklan itu berlaku minimal untuk sebuah kontrak adalah satu periode atau satu bulan. Namun dalam satu periode tidak mesti penuh misalnya hanya tanggal yang genap atau yang ganjil saja. Jangka waktu pembayaran iklan adalah berdasarkan peraturan yang berlaku dan kebijaksanaan dari pihak radio sementara tentang jadwal dan jumlah penyiaran adalah berdasarkan kesepakatan pihak radio dan pemasangan iklan. Dapat dikatakan bahwa tarif iklan disesuaikan dengan kredibilitas produsen atau pengusaha. Jika kredibilitasnya cukup tinggi dan cukup dikenal maka tarif iklan yang dikenakan semakin tinggi dan sebaliknya jika kredibilitasnya kurang dikenal maka tarifnya lebih murah karena sesuai dengan tujuan pemasangan iklan adalah untuk mempromosikan atau memperkenalkan suatu produk atau barang maupun jasa untuk semakin dikenal dan diminati atau lebih menarik perhatian. Selanjutnya syarat kedua yakni tentang kecakapan untuk membuat suatu perjanjian adalah sudah jelas bahwa dalam hal ini pihak radio 88 LaFemme FM merupakan suatu badan hukum yang berbentuk PT, dimana dalam melaksanakan perjanjian diwakili oleh kepada bagian iklan atau manager marketing yang pasti cakap bertindak dalam hukum.
83
Universitas Sumatera Utara
Syarat ketiga yang juga harus dipenuhi dalam perjanjian pemasangan iklan. Bahwa pihak Radio 88 LaFemme FM akan menyiarkan iklannya sesuai dengan jadwal penyiaran dan jumlah penyiaran serta pemasangan iklan harus membayar jasa penyiaran iklannya kepada pihak Radio 88 LaFemme FM. Syarat terakhir yang tak kalah pentingnya adalah suatu hal yakni bahwa isi dari perjanjian pemasangan iklan adalah suatu hal yang diperbolehkan yakni pihak Radio 88 LaFemme FM melaksanakan fungsinnya sebagai media informasi sedangkan pemasangan iklan ingin memperkenalkan produknya kepada calon konsumen. Yang paling penting bagi para pihak dalam hal ini adalah berlakunya syarat khusus yakni kepercayaan. Dimana pihak 88 Lafemme fm percaya bahwa pihak pemasang iklan akan membayar atau melunasi pembayaran atas jasa penyiaran iklan. Syarat khusus dari pihak 88 LaFemme FM dalam perjanjian pemasangan iklan adalah: a. perusahaan harus jelas b. memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) c. sesuai segmen (25-35 tahun) Dengan dipenuhinya syarat umum dan syarat khusus maka perjanjian pemasangan iklan telah dapat dilaksanakan. Kesepakatan yang dibuat tersebut akan dituangkan dalam suatu surat perjanjian yang dikenal dengan surat order. Surat order menjadi sah jika telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
84
Universitas Sumatera Utara
Adapun surat order yang dimaksud disini adalah merupakan suatu surat jumlah yang berkepala “ order pemasangan iklan radio”, yang antara lain memuat tentang: 1. Nomor order 2. Nama pemasang iklan/ perusahan 3. Nama produk 4. Frekuensi dan periodenya 5. Kapan pemutaran 6. Harga 7. Dan tanda tangan pemasang iklan (klien) dan marketing Manager Ketentuan atau isi dari order yang penulis sebutkan di atas adlah merupakan contoh dari kebijaksanaan pihak Radio 88 LaFemme FM. Tentunya bentuk dan isi order tersebut tidak beda jauh dengan order – order di radio lainnya secara umum. Dalam prosedur perjanjian pemasngan iklan di Radio 88 LaFemme FM para pihak yang tersangkut sebagai pemasang iklan dengan pemakai atau jasa dan pihak radio sebagai penjual jasa. Namun pihak pemasang iklan itu mungkin saja produsen sendiri atau kemungkinanan dapat pula dilakukan atau diwakili oleh biro iklan. Jadi produsen perjanjian pemasangan iklan adalah penyiaran iklan oleh 88 LaFemme FM di satu pihak dan pelunasan pembayaran atas jasa penyiaran radio oleh pemasang iklan iklan di pihak lain. Dalam pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan ini dapat diwujudkan dalam 3 cara yaitu :
85
Universitas Sumatera Utara
a. Dengan monster Perjanjian dengan monster ini umumnya terjadi karena sebelumnya telah terjadi kerjasama yang baik antara pihak Radio 88 LaFemme FM dengan pemasangan iklan dimana realisasinya perjanjian iklan itu tetap dibuat dalam bentuk sebuah order yang didasarkan saling percaya hanya saja imbalan prestasi dari pihak pemasangan iklan yang berbeda yakni tidak berupa uang melainkan barang atau produk yang diiklankan. Hal ini mengingat bahwa iklan tersebut untuk kegiatan yang bersifat keramaian. Misalnya : dari ulang tahun Radio 88 LaFemme FM. Namun tidak berarti pemasangan iklan bebasa sekali dari biaya. Mereka hanya bebas dari biaya siaran tapi tetap harus membiayai air time atau biaya pengudaraan dengan potongan (discount). b. Non monster Dalam perjanjian secara non monster ini oembentukan perjanjian itu dituangkan dalam suatu order yanbg tentunya imbalan prestasinya berupa sejumlah uang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak baik secara tunai maupun secara kredit. Karena umumnya pembayaran yang sering terjadi di radio 88 la femme fm adalah tunai, walaupun ada pemasangan iklan atau produsen melakukan pembayaran pada saat penyiaran maupun setelah habis jangka siaran. Dengan kata lain para produsen atau pemasangan iklan dalam penyiaran iklannyakepada pihak radio 88 LaFemme FM membayar secara panjar lebih dahulu, ada yang sepertiha atau setengah dari harga keseluruhan
86
Universitas Sumatera Utara
dan sisanya baru dibayar setelah selesai penyiaransesuai denganjangka waktu yang diperjanjiakn c. Iklan layanan masyarakat Iklan jenis layanan masyarakat bukan merupakan iklan produk melainkan suatu penyiaran yang bersifat pengumuman untuk menunjang kelancaran program pemerintah. Atas penyiaran ini ada 2 kemungkinan yaitu : 1) yang sifatnya umum (anjuran kepada masyarakat umum), yakni hanya merupakan suatu kerjasama dari pemerintah dengan pihak radio 88 la femme fm yang akan menyiarkannya sampai jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat kerjasama tersebut. 2) Yang sifatnya khusus (untuk orang – orang tertentu atau golongan tertentu), yakni hanya berkaitan untuk orang – orang tertentu dengan insatansi tertentu Untuk jenis yang kedua ini juga dipakai order dan juga bukti siaran sebagai perjanjian kepada pemerintah hanya saja biaya yang dikenakan cukup untuk biaya pengudaraan (air time). Tetapi dalam prakteknya tidak disebut dengan pengudaraan atau penyiaran melainkan biaya ganti produksi yang standart harganya, melihat situasi kondisi masing – masing daerah. Masalah tanggung jawab penyiaran iklan di radio muncul dalam hal : 1. Informasi produk yang disiarkan melalui iklan di radio tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Didalam hal ini yang bertanggung jawab adalah Radio karena sudah menyangkut produk yang dijanjikan kepada konsumen
87
Universitas Sumatera Utara
melalui iklan. Dengan instrument hukum perdata, konsumen dapat menggugat
perusahaan
pengiklanan
(radio)
dengan
kualifikasi
wanprestasi, apabila diketahuinya ketidak sesuaian janji Dalam iklan dengan kenyataannya dibuktikan dengan adanya hubungan kontraktual. Kualifikasi perbuatan melawan hukum dapat saja digunakan meskipun tidak terdapat hubungan kontraktual, sepanjang unsure – unsure perbuatan melawan hukum cukup menonjol. 2. Menyangkut kreatifitas pembuatan iklan radio ternyata bertentangan dengan asas – asas etik periklanan. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah radio yang disini berperan sebagai perusahaan periklanan dan/ atau media iklan. Dua pelaku usaha yang terakhir ini tidak dapat begitu saja menolak bertanggung jawab dengan dalih: “ Kami hanya membuat dan menyiarkan iklan, materinya adalah tanggung jawab si pembuat iklan “. Jadi dapat dilihat disini kedua belah pihak harus bertanggung jawab apabila adanya permasalahan periklanan di radio, karena sebelum iklan di siarkan, materi dan konsep periklanan sudah dibicarakan dengan klien, dan apabila setelah di siarkan si klien protes ataupun bermasalah, itu adalah masalah bagi klien/ pemasang iklan. Dalam suatu perjanjian di dalam penyiaran iklan melalui radio, setiap wujud dari perjanjian tersebut adalah perjanjian yang dilakukan sesuai dengan banyak jenisnya, ada yang seperti apa yang telah diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang dikenal dengan perjanjian bernama (Benvende Overkomst) dan ada
88
Universitas Sumatera Utara
pula yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang, namun dalam prakteknya di kenal dengan perjanjian tidak bernama (Onbenvende Overkomst). Pada umumnya dalam suatu perjanjian yang dilakukan oleh pengusaha atau konsumen untuk menyiarkan iklan tersebut di radio adalah berdasarkan suatu perjanjian yang dengan teori keperjanjian antara satu sarna lain dalam melakukan suatu peristiwa yang mana suatu pihak atau lebih yang saling berjanji untuk melakukan suatu hal sesuai denngan yang diperjanjian. Jadi, perjanjian di dalam penyiaran iklan melalui radio dibuat berdasarkan teori kepercayaan yang mana perjanjian tersebut berlangsung seterusnya.
B. Tanggung Jawab Pemasang Iklan Mengenai Tanggung Jawab pemasang Iklan (klien) terhadap Hak Cipta Iklan di Radio 88 LaFemme FM, sebenarnya belum ada diatur tentang khusus Hak Cipta Iklan di Radio itu sendiri. Tetapi walaupun demikian Hak Cipta itu dijaga oleh Radio 88 LaFemme FM itu sendiri. Salah satunya dengan cara membayar Hak Ciptanya, dengan kata lain Hak siarnya. Hak siarnya dibayar dengan membayar perjanjian yang sudah dilakukan. Karena hanya untuk melaporkan Hak Cipta untuk iklan saja sudah memakan waktu yang lama dan biaya. Pembuat Spot iklan itu sendiri adalah para penyiar/ presenter Radio 88 LaFemme yang merekam suaranya untuk membuat suatu Iklan tentang produk atau acara tertentu. Dimana Iklan yang dimaksudkan itu bisa dikatakan terbagi 2 juga yaitu:
89
Universitas Sumatera Utara
1. Spot Iklan yang di rekam para penyiar/ presenter untuk mempromosikan suatu barang, jasa atau acara yang sudah di buat perjanjian, dan penyiaran iklan di siarkan menurut waktu yang sudah dijanjikan, dan setelah iklan dibuat akan di perlihatkan dulu kepada klien baru di siarkan di Radio 88 LaFemme. 2. Adlib, iklan yang disebut adlib adalah iklan yang di siarkan secara langsung oleh penyiar/ presenter pada saat dia menyiar. Dan inilah yang tidak bisa dibuat Hak Ciptanya karena tidak ada bukti penyiarannya kecuali direkamkan iklan yang disiarkan itu secara langsung. Dalam hal ini pihak Radio 88 LaFemme FM menetapkan tarif iklannya berdasarkan berapa kali iklan akan disiarkan dan harganya sebagai berikut:
PT. RADIO CIKAL ANUGRAH FIESTA24
I. SPOT (Prime Time)
1 s/d 30 Detik 31 s/d 60 Detik
Rp. 156.000,Rp. 210.000,-
II. ADLIB
60 Detik
Rp. 240.000,-
III. SPONSOR PROGRAM (Blocking Time)
30 Menit 45 Menit 60 Menit
Rp. 1.250.000,- nett Rp. 1.750.000,- nett Rp. 2.250.000,- nett
IV. SPONSOR PROGRAM (Non Blocking Time)
30 Menit 45 Menit 60 Menit
Rp. 1.000.000,- nett Rp. 1.400.000,- nett Rp. 1.800.000,- nett
V. TALK SHOW
30 Menit
Rp. 1.750.000,- nett
24
Hasil Wawancara dengan marketing Pihak Radio 88 LaFemme FM.
90
Universitas Sumatera Utara
60 Menit
Rp. 3.000.000,- nett
VI. INSERT / QUIZ
5 Menit
Rp. 500.000,- nett
VII. LIVE REPORT
5 Menit
Rp. 500.000,- nett
Yang bisa di masukkan kedalam Hak Cipta adalah Jingle Iklan yang dimintakan oleh klien untuk dibuatkan, tetapi iklan itu sendiri disiarkan di Radio 88 LaFemme tetapi juga akan disiarkan di radio lain. Inilah yang harus dibayarkan si klien kurang lebih sekitar Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000. 25 Setelah perjanjian kerjasama atau pemasangan iklan selesai, maka semua rekaman – rekaman Iklan yang sudah dibuat oleh Radio 88 LaFemme diserahkan kepada klien/ pemasang iklan. Dan sama juga halnya dengan Adlib yang sudah di bacakan, ada beberapa perusahaan yang menginginkan supaya direkam untuk menjadi bukti penyiaran dengan begitu iklan yang sudah dibuat tidak boleh disiarkan radio lain karena itu sudah melanggar Hak Cipta Iklan. Peraturan – peraturan yang harus ditaati Klien/ si pemasang iklan di Radio 88 LaFemme yang tidak tertulis tapi bisa dikaitkan dengan Hak Cipta Iklan di Radio: a. setiap perjanjian yang sudah dilakukan dengan Radio 88 LaFemme FM dan iklan sudah disiarkan maka pemasang iklan (klien) tidak boleh lagi melakukan perjanjian, apalagi membuat iklan yang sama dengan radio lain selain dibawah naungan PT. KISS Group.
25
Hasil wawancara dengan marketing 88 LaFemme FM
91
Universitas Sumatera Utara
b. Iklan akan dibuat oleh para penyiar/ presenter yang ada di Radio 88 LaFemme FM dan di beritahukan dahulu hasil dari pembuatan iklan itu ke klien. Kalau iklan sudah si setujui maka iklan baru akan di siarkan. c. Iklan yang di buat oleh Radio 88 LaFemme FM bisa berupa spot iklan atau Adlib. Dimana Adlib adalah Iklan yang di bacakan oleh presenter pada saat si presenter menyiar dan biaya dari Adlib itu adalah Rp 240.000(1xdibaca) d. Ada juga iklan Barter ataupun atas kerjasama dengan suatu perusahaan, maka biaya ditiadakan, misalnya : ada suatu acara anak yang iklan acaranya tidak dibayarkan tapi di setiap acara logo dari Radio 88 LaFemme FM harus ada, sama halnya dengan perusahaan. e. Kalau dilihat dari hak ciptanya maka belum ada peraturan dari Radio 88 LaFemmenya sendiri mengatur tentang Hak Cipta yang diiklan kan di radio dan tidak di laporkan ke pihak Hak Cipta, kecuali pada saat klien meminta membuat kan iklan dan JINGLE IKLAN dan iklan akan di siarkan diradio lain, maka klien atau pihak pemasang iklan harus membayar Hak Cipta itu sendiri.
92
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Proses pemasangan iklan di Radio 88 LaFemme FM Medan adalah pihak pemasng ilan dapat langsung datang ke Radio 88 LaFemme FM atau menghubungi langsung biro iklan di bagian marketing yang selalu keliling ke prusahaan – perusahaan yang membutuhkan tempat promosi seperti Radio. Masa pemasangan iklan berkisar 30 detik sampai dengan 60 detik atau sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan, bisa juga di dalam 1 hari penyiaran iklan dilakukan 1- 5 kali penyiaran. Perjanjian itu sendiri habis masa penyiarannya sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan. Hak – hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan, dimana kedua belah pihak adalah si pemasang iklan (sebagai klien )dan Radio 88 LaFemme FM Medan : a. Hak pemasang iklan adalah meminta agar pihak Radio 88 LaFemme FM Medan memasang iklan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, kewajiban pemasangan iklan adalah membayar biaya iklan sesuai dengan yang telah di sepakati. b. Hak pihak Radio 88 LaFemme FM Medan adalah menerima imbalan dari pemasangan iklan karena telah memberikan jasa pemasangan iklan, kewajiban pihak Radio 88 LaFemme FM Medan adalah menyiarkan iklan sesuai jadwal yang telah disepakati dengan pemasang iklan.
93
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme pelaporan Hak Cipta dalam pembuatan iklan di Radio sering sekali tidak di laporkan ke Direktorat Jenderal Hak Cipta dikarenakan proses pendaftaran yang terkadang sulit dan berbelit – belit, maka dari itu banyak yang lebi menggantikan Hak Cipta itu ke Hak Siaran yang harus di bayarkan. Kecuali si pemasang iklan mau memutar iklan yang sama ke radio lain maka itu akan dikenai biaya yang di setarakan dengan pembayaran Hak Cipta dan pembuktian juga bisa dibuktikan dengan perjanjian yag sudah dilakukan atau bukti siar.
B. Saran 1. Agar pengaturan tariff iklan tidak hanya mengatur tariff iklan di Radio pemerintah saja tetapi perlu kiranya dibentuk peraturan Perundang – undangan yang berlaku sekaligus mengatur tentang tariff iklan radio swasta. 2. Masih diperlukannya usaha untuk mensosialisasikan Undang – Undang Hak Cipta Nasional yang terbaru mengenai Hak Cipta ini kepada masyarakat agar mereka mengetahui apa sebenarnya Hak Cipta dan Hak Terkait dan bagaimana kedudukan keduanya, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan penghormatan yang wajar bagi Hak Cipta orang lain. 3. Dan juga masih diperlukannya usaha untuk mensosialisasikan pentingnya pelaporan ataupun pendaftaran Hak Cipta atas suatu karya ( dalam hal ini Pembuatan Iklan di Radio 88 LaFemme ), supaya para pembuat karya tidak hanya gigit jari apabila karyanya dipakai oleh orang lain.
94
Universitas Sumatera Utara