BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi yang tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat populasi yang tinggi ditentukan oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas) dan daya tahannya terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Sesuai dengan ciri faktor-faktor tersebut yang selalu berubah-ubah, maks tingkat populasi hama dari waktu ke waktu jugs selalu berubah-ubah. Pemahanan tentang perkembangan populasi terutama yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi, akan membantu baik dalam melakukan perkiraan terhadap kerusakan yang ditimbulkan maupun dalam mengembangkan cara pengendaliannya. Pengendalian hama hutan sendiri bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi pada tanaman hutan atau hasil hutan. Tujuan pengendalian dapat dicapai melalui pengaturan populasi hama pada umumnya menggunakan pendekatan teknik silvikultur. Pengendalian hama hutan menggunakan insektisida biasanya hanya dilakukan pada persemaian atau hasil hutan. PENGERTIAN SERANGGA HAMA HUTAN Kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup
di
dalamnya
dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat
berkembang dan sumber makanan. Tetapi banyak pula jenis serangga yang hidup terus-menerus di dalam hutan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti. Banyak dari jenis-jenis serangga tersebut pada waktu-waktu tertentu berkembang dalam jurnlah yang sangat banyak sehingga menimbulkan kerusakan yang serius. Di samping itu seringkali dijumpai adanya jenis serangga migrasi dari luar yang masuk ke dalam suatu hutan atau wilayah hutan, dan menimbulkan kerusakan yang besar. KERUSAKAN YANG DISEBABKAN OLEH SERANGGA HAMA Bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh hama pada pohon atau tegakan hutan dapat dibagi sebagai berikut: 1. Kerusakan Langsung a) Mematikan pohon b) Merusak sebagian dari pohon
Universitas Gadjah Mada
c) Menurunkan pertumbuhan pohon/tegakan d) Merusak biji dan bush 2. Kerusakan tidak Iangsung
a) Mengubah suksesi atau komposisi tegakan. b) Menurunkan umur tegakan c) Mengurangi nilai keindahan d) Membawa penyakit EKOLOGI SERANGGA HAMA Populasi serangga hama yang merusak tidak timbul dengan sendirinya, melainkan merupakan akibat dari hasil interaksi antara populasi itu dengan berbagai unsur dan faktor yang ada di lingkungan, maupun adanya tindakan yang dilakukan oleh manusia yang tidak berasal dari dalam Iingkungan hama. Sebagai organisme, serangga hama dapat dipandang sesuai penjenjangan arcs ekologi, yaitu: (1) sebagai individu yang secara genetik unik, yang berusaha mempertahankan hidup, (2) sebagai populasi spesies tertentu yang berbiak bersama (interbreed) dan menempati lokasi yang sama, (3) sebagai bagian dari komunitas yang terdiri dari berbagai jenis organisme yang hidup bersama pada suatu tempat, saling memakan dan berkompetisi untuk makanan dan habitat, (4) sebagai bagian dari ekosistem setempat dalam interaksinya dengan lingkungan fisik, dan (5) sebagai bagian biosfer yang merupakan keseluruhan biomassa organisme di muka bumf dan lingkungan abiotik yang menopangnya. Tindakan pengendalian serangga hama yang balk tidak terbatas hanya pada kelompok individu serangga hama, tetapi jugs harus melihat interaksi yang kompleks antara
serangga
hama
dengan
komponen
—
komponen
ekosistemnya.
Perkembangan jumlah serangga ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Faktor Biotik (1) Daya reproduksi dan daya sintas (survival) dari serangga (a) Keperidian. (b) Lama sikius hidup. (c) Perbandingan seks (sex ratio). (d) Ada tidaknya poliembrioni. Daya sintas (survival) adalah kemampuan serangga untuk dapat tetap bertahan hidup pada keadaan yang ada. Daya sintas ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
Universitas Gadjah Mada
(a) Daya reseptif . (b) Mobilitas. (c) Daya memencar. (d) Daya kompensasi. (e) Daya adaptasi. (2) Kualitas dan kuantitas pakan. (3) Ada tidaknya parasit dan predator. 2. Faktor fisik Faktor fisik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah suhu, sinar, hujan, kelembaban dan angin. PENGGOLONGAN SERANGGA Berdasarkan metamorfosisnya, serangga dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1.
Hemimetabola
2.
Holometabola Kelas Insecta dibagi menjadi banyak ordo, sedangkan di bagian ini hanya
dibahas ordo-ordo yang penting dalam hama hutan saja, yaitu : 1.
Ordo Orthoptera [orthos (Yunani): lurus; pteron (Yunani) sayap]
2.
Ordo Coleoptera [coleos (Yunani): seludang, pembungkus; pteron: sayap]
3.
Ordo Lepidoptera [lepidos (Yunani) : sisik; pteron: sayap]
4.
Ordo Hymenoptera [ hymen (Yunani): selaput; pteron : sayap]
5.
Ordo Hemiptera [hemi (Yunani): setengah, pteron: sayap]
6.
Ordo Homoptera [homo (Yunani): sama, pteron: sayap]
7.
Ordo Diptera [di (Yunani): dua, pteron: sayap]
8.
Ordo Isoptera (iso (Yunani): sama, pteron: sayap) Salah satu penggolongan serangga hama dengan melihat bentuk kerusakan
adalah berdasarkan bagian pohon yang diserang, dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Serangga perusak daun atau penggundul pohon (defoliating insect) 2. Serangga penggerek kulit (inner-bark boring insect) 3. Serangga penggerek batang pohon dan kayu (wood-boring insect) 4. Serangga penghisap cairan pohon (sap-sucking insect) 5. Serangga penggerek kuncup dan ranting (bud and twig-boring insect) 6. Serangga perusak anakan (seedling insect)
Universitas Gadjah Mada
7. Serangga perusak akar (root insect) PENGENDALIAN SERANGGA HAMA Cara pengendalian serangga hama yang dikenal sampai saat ini ada beberapa cara (Coulson dan Witter, 1984), yaitu: 1. Secara Silvikultur (1) Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran) (2) Mengatur kerapatan tegakan . (3) Mengatur kesehatan pohon. (4) Mengatur umur tegakan. (5) Menanam jenis pohon yang tahan 2. Secara fisik — mekanik (1) Pengendalian secara fisik : Mengubah suhu; Mengubah kadar air; Mengubah cahaya (2) Pengendalian mekanik : Merusak habitat serangga hama;Memasang perangkap; Mematikan dengan tangan/alat; Memagari tanaman; Menangkap dengan pengisap 3. Secara hayati (biologi) Pengendalian ini dilakukan antara lain dengan melepaskan musuh-musuh alaminya yaitu parasitoid dan predatornya. Apabila perlu musuh-musuh alaminya diperbanyak secara massal di laboratorium sebelum dilepaskan. Cara ini tidak mudah dan memerlukan penelitian yang lama, tetapi bila berhasil akan merupakan cara yang sangat murah. Musuh alami yang digunakan tidak terbatas pada kelompok serangga saja tetapi juga menggunakan organisme yang lain, misalnya jamur, bakteri, virus dan burung. Predator dan parasitoid dapat berupa serangga asli setempat atau serangga yang didatangkan dari daerah lain. Suatu predator akan lebih efektif apabila mempunyai sifat memakan serangga yang spesifik dan mempunyai syarat hidup sesuai dengan hama.
4. Menggunakan peraturan perundangan 5. Pengendalian secara genetik Pengendalian secara genetik yang sudah cukup banyak digunakan adalah menggunakan jantan mandul.
Universitas Gadjah Mada
6. Penggendalian kimiawi dengan insektisida Cara penggunaan insektisida dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut: Pencelupan
(dipping);
Penyemprotan
Pengabutan
(spraying);
(fogging)
;
Pengasapan (fumigation); Penghembusan (dusting); Pengumpanan (baiting) Keberhasilan pengendalian dengan menggunakan insektisida tergantung dari pemilihan jenis insektisida, formulasi dan alatnya serta waktu aplikasinya (timing). Penggunaan insektisida di kehutanan dapat dilakukan dari udara dan dari darat.
7. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Berbeda
dengan
pendekatan
pengendalian
serangga
hama
yang
konvensional, PHT [Integrated Pest Management (IPM)] lebih mengutamakan pengendalian hayati khususnya pengendalian serangga hama yang dilakukan oleh berbagai musuh alaminya. Agar tidak timbul kerancuan, maks perlu dipahami perbedaan antara pengendalian hayati (biological control) dan pengendalian alami (natural control). Pengendalian hayati merupakan taktik pengelolaan serangga hama yang kits lakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi serangga hama. Pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendirinya tanpa ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh manusia. Konsep PHT yang semula hanya mengkombinasikan pemberantasan hayati dan
kimiawi,
pada
perkembangan
selanjutnya
memadukan
semua
taktik
pengendalian hama yang dikenal, termasuk di dalamnya pengendalian secara fisik — mekanik, pengendalian hayati, pengendalian cara silvikultur, pengendalian secara genetik, pengendalian menggunakan bahan kimia dan cara pengendalian hama Iainnya. Sifat-sifat dasar PHT menurut Coulson dan Witter (1984) adalah: (1) Berdasarkan prinsip-prinsip ekologi. (2) Merupakan kombinasi dari beberapa taktik atau cara. (3) Ditujukan untuk mengurangi ancaman dan kerugian sampai pada batas toleransi ekonomi dan sosial. (4) Merupakan bagian dari pengelolaan sumber days secara luas.
Universitas Gadjah Mada