BAB III EGGI SUDJANA DAN DEMONSTRASI
3.1. Biografi Eggi Sudjana Eggi Sudjana lahir pada tanggal 3 Desember 1959 di Jakarta. Orang tua Eggi bernama H. Sukarna dan Djudju Arsanah. Bapaknya sebagai pegawai negeri di Departemen Kesehatan, sedangkan ibunya Djudju Arsanah bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saudara Eggi berjumlah tujuh orang, hanya ia sendiri yang lelaki, selebihnya perempuan. Jadi anak H. Sukarna dan Djudju Arsanah berjumlah delapan orang, Eggi Sudjana anak yang terakhir. Rumah keluarga H. Sukarna (orang tua Eggi) berlokasi di Jalan. Johar Baru I/ 23, Jakarta Pusat.1 Karena orang tua Eggi bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai rumah sakit maka penghasilannya bisa dikatakan lebih dari cukup meski tidak berlebihan. Maka sebagai anak kesayangan orang tuanya tidak mengherankan dalam banyak hal termasuk fasilitas, Eggi mendapat lebih baik daripada tujuh saudaranya yang lain. Sebagai anak manja, masa kecil Eggi penuh dengan histori dan romantika hidup. Pada waktu kecil Eggi suka bermain gundu, bila sudah berkumpul bersama teman- temannya, Eggi sering lupa pulang. Akibatnya saudara- saudara ( kakaknya) repot mencari kesana kemari. Terkadang, ia datang dengan tangis, kalau tidak berantem, ya
1
hlm. 4
. Ahmad Fachruddin, 2000, Jihad Sang Demonstran, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
kalah main gundu karena itulah oleh teman- temannya Eggi dikenal sebagai anak yang bandel. Cerita Eggi berkelahi hampir setiap hari didengar keluarga Sukarna dan yang jadi sasaran marah orang tua ( H. Sukarna) adalah kakaknya, yang menjadi tugas menjaga adiknya. Karena sering berkelahi, Eggi dilarang bermain dan dikurung dirumah oleh kakaknya. Sebagai pengamanan preventif yang dilakukan kakaknya muncul ide memakaikan baju perempuan kepada Eggi. Tanpa disadari oleh saudaranya, perlakuan yang diterapkan kepada Eggi secara psikologis membuatnya tertekan. Ia mulai melawan dan suka memberontak, terutama ketika diperlakukan tidak adil. Pada tahun 1966 Eggi memasuki sekolah dasar, bocah pendiam berkulit cokelat masih tetap masuk dalam kategori anak bandel. SDN Johar Baru Jakarta Pusat adalah tempat menuntut ilmu waktu kecilnya.2 Ketika bersekolah ia lebih suka memakai sandal Jepang ( sandal jepit) daripada memakai sepatu karena lebih praktis, bebas dan sederhana. Selain sekolah umum (SD) Eggi diwajibkan menuntut ilmu agama dengan mengaji kepada ustadz H. Murtadho. Tidak cukup sampai di situ, agar lebih yakin orang tua Eggi sengaja mendatangkan guru ngaji kerumah, itu dilakukan karena keluarga H. Sukarna paham betul bahwa pendidikan agama menjadi faktor utama untuk mencetak pribadi muslim. Di sekolah Eggi termasuk murid yang biasa- biasa saja. Tapi dalam soal sejarah jangan ditanya. Kehandalan Eggi terhadap mata pelajaran ini 2
. Wawancara melalui faks, 23 Februari 2006
sejak guru ngajinya ustadz H. Murtadlo semasa sekolah dasar (SD) banyak bercerita tentang kisah heroik Nabi besar Muhammad SAW, menimbulkan gairahnya untuk mengetahui lebih banyak latar belakang seorang tokohtokoh pejuang. Untuk itu ia menjadi senang kepada pelajaran sejarah. Dari sejarah pula, ia bisa memahami sebab musabab dari suatu peristiwa. Lewat pelajaran sejarah Eggi banyak mengenal karakter dan sepak terjang tokohtokoh masyarakat ketika mengambil suatu kebajikan. Dari sekian banyak pejuang dan tokoh dunia baik politikus, ekonomi, maupun pahlawan dalam bidangnya masing- masing. Yang sangat membekas dalam diri Eggi adalah ketokohan Nabi Muhammad SAW. Cerita tentang sosok Nabi Muhammad SAW semakin ia ketahui lebih dalam dari guru sekaligus tokoh agama dan pemimpin Persis K.H. Eman Sar`an yang secara intens menceritakan keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur pemahaman Eggi tentang agama semakin kental. Setiap malam, terutama dalam bulan puasa, seusai sholat Tarawih ia dengan aktif mengikuti pengajian dan ceramah agama dirumah K.H. Eman Sar`an mengenai berbagai hal termasuk tentang sejarah dari para Nabi dan sahabatnya. Pada tahun 1972 Eggi lulus SDN Johar Baru, bersamaan dengan itu Eggi masuk kejenjang pendidikan menengah pertama (SMP) di SMPN 76 Jakarta.3 Pada tahun 1974, Eggi sering kali melihat aksi demo di Universitas Indonesia. Ia mulai mengikuti (melihat serta mengamati) aksi- aksi mahasiswa tanpa pernah tahu proses-proses awal 3
. Ibid
demonstrasi, padahal
belum menjadi mahasiswa ( masih SMP). Pada tahun 1975 Eggi lulus dari SMPN 76 Jakarta. Tahun 1975, Eggi memasuki sekolah menengah atas ( SMA), ia sekolah di SMAN 30 Jakarta.4 Waktu SMA ini, Eggi aktif dalam pelajaran ekstra kurikuler, bahkan pernah menjadi ketua OSIS, posisi itu menjadi modal utama bagi Eggi untuk mempelajari tentang cara pengumpulan dan mengorganisir massa. Ia mengasah kemampuan dalam melakukan orasi dan berpidato meski hanya dengan rekan sekolahnya. Setamat SMA, pada tahun 1979 Eggi masuk keperguruan tinggi, tepatnya di Universitas Jayabaya Jakarta. Eggi kuliah di Fakultas Hukum serta lulus pada tahun 1985. Semangat berorganisasi semasa di SMA ternyata masih melekat pada dirinya, sehingga awal- awal kuliah muncul keinginannya aktif berorganisasi. Maka pada tahun awal kuliah ia masuk HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dengan mengikuti training latihan kader dasar di Sukabumi. Selain HMI, Eggi juga aktif berdiskusi bersama rekanrekannya mengenai esensi ajaran Islam. Forum diskusi itu dinamai Mustika, kata Mustika diambil dari nama jalan kost mereka di Rawamangun Jakarta Timur. Di bangku kuliah ini pengalaman organisasinya semakin terasah, dengan bukti ia menjadi Senat Fakultas Hukum Universitas Jayabaya periode 1980-1981. Masih di tahun yang sama Eggi juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal HMI Komisariat Fakultas Hukum Jayabaya. Memasuki 4
. Ibid
tahun 1982 Eggi dipercaya menjadi Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) Bataliyon 13 Universitas Jayabaya dan Koordinator HMI Universitas. Pengalaman berorganisasi Eggi ternyata tidak terbatas pada organisasi keIslaman, tapi juga kegiatan kemahasiswaan yang lain, dengan bukti ia ditunjuk menjadi Komandan Menwa. Dengan ketekunan dan semangatnya dalam berorganisasiannya, Eggi dipercaya untuk menjadi ketua Umum HMI Cabang Jakarta pada tahun 1983-1984. Kepercayaan yang diserahkan padanya menjadi ketua HMI bukan karena keberuntungan, akan tetapi lebih disebabkan keloyalan pada oragnisasi. Kariernya di HMI tidak hanya pada tingkatan cabang, ia mulai merambah kejenjang yang lebih tinggi yaitu menjadi Ketua Umum PB HMI periode 1986-1988. HMI ia ibaratkan sebagai alat berkreasi serta berjuang demi cita-cita Islam, baik berkreasi pada keintelektualan maupun gerakan waktu kuliah. Eggi seakan menemukan kecocokan ketika di HMI, salah satu alasannya adalah Islam. Islam sebagai azas dan garis besar perjuangan HMI, sehingga menarik perhatiannya untuk berjuang bersama kawan-kawannya. Keberhasilan Revolusi Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Imam Khomeini memunculkan Ghirah terhadap umat Islam termasuk Indonesia. Dari sinilah ghirah Islam Eggi Sudjana lebih sedikit banyak dipengaruhi oleh Revolusi Islam Iran. Keberhasilan Revolusi Iran berdampak pada bangkitnya kesadaran intelektual di dunia internasional. Bahkan pada tahun (1979) itu juga, tepatnya setelah Revolusi Islam Iran berjaya, disebut- sebut sebagai tahun kebangkitan Islam. Imam Khomeini yang menjadi tokoh
sentral dalam Revolusi itu menjadi idola pemuda Islam termasuk Eggi Sudjana. Sikap revolusioner Khomeini dan keteguhannya sangat ingin diteladani Eggi, bagaimana keberanian Khomeini dalam memerangi ketidakadilan. Waktu kuliah maupun semasa aktif di HMI Eggi berteman akrab dengan Erlangga dan MS. Ka`ban yang sekarang menjadi kabinet Indonesia Bersatu (Menteri Kehutanan) masa kepimpinan SBY-JK. Kedua sahabatnya ini akrab tidak hanya waktu di HMI, tapi juga sebagai teman diskusi. Lingkungan keintelektualan waktu kuliah menjadikan Eggi semakin kokoh memegang Islam sebagai dasar pemikiran serta berperilaku beliau. Ghirah Islam Eggi Sudjana banyak mempengaruhi beliau sampai pada tingkatan menyikapi suatu masalah sosial, ekonomi, politik. Penyikapan yang Eggi lakukan terkadang dengan menggunakan demonstrasi. Seperti penolakan kenaikan biaya pendidikan waktu kuliah di Universitas Jayabaya, demo penolakan SDSB pada tanggal 10 November 1993, demo di Jerman mengenai nasib Masjidil Aqsa yang dibombardir Israel dan masih banyak lagi.5 Sukses berorganisasi waktu Eggi kuliah ternyata ia juga berhasil dalam masalah akademik. Setelah lulus dari Fakultas Hukum universitas Jayabaya Jakarta tahun 1985, ia melanjutkan kuliah lagi di Jerman pada tahun 1990. Ia mengambil S2 program Sosiologi TU Berlin, tidak cukup dengan itu Eggi juga kuliah S2 Manajemen Lingkungan Hidup Institut 5
. Ahmad Fachruddin, Op.cit, hlm. 61
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990. Masih di era tahun 90-an tepatnya 1995 Eggi diberi amanat menjadi Ketua Umum MAIHLI ( Masyarakat Islam untuk Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup), serta Presiden Persaudaraan Muslim Indonesia (PPMI) tahun 1998. Eggi ialah seorang intelektual muslim yang konsen pada masalah buruh. Tidak hanya itu ia juga berkecimpung dalam masalah Demokrasi, HAM serta lingkungan. Perhatiannya pada masalah buruh, demokrasi, HAM dipandang dari kacamata Islam, dari sinilah yang membedakan Eggi dengan para intelektual-intelektual lainnya. Pemikiran Eggi pada masalah sosial selalu bermuarakan Islam sebagai pijakannya. Dengan kata lain Islam dijadikan patokan berfikirnya untuk menjawab permasalahan sosial masyarakat. Beliau sekarang ini sebagai dosen tetap FH UIKA Bogor, dan kini menjadi pimpinan Law Firm HSJ dan Parners serta berprofesi pengacara (Eggi Sudjana dan Partner). Meraih gelar Doktor program studi PSL Pasca Sarjana IPB Bogor (2004). Karya-karya beliau dibidang intelektual (buku) yang ditulis: Buruh Menggugat Perspektif Islam (2002), Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering (2000), HAM dalam Perspektif Alqur`an (2002), Pembelaan Islam Terhadap Kaum Buruh (editor; 1999), Indonesia Baru Penjajahan Baru (editor; 1999). Islam Fungsional (2002), politik Kekerasan dan Terorisme Negara (2002) dan sebagainya.
3.2. Demonstrasi menurut Eggi Sudjana Demonstrasi itu kalau diterjemahkan secara sederhana dalam kategori bahasa Indonesia sama dengan unjuk rasa.6 Demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah suatu wadah atau cara untuk menumpahkan aspirasi yang terhambat oleh suatu sistem yang telah mengekang tujuan dari demokrasi serta hak dan nilai yang telah diperjual belikan atas nama kepentingan segelintir penguasa. Demonstrasi juga merupakan suatu kontrol atas jalannya demokrasi, di mana demonstrasi juga menjadi
suatu
tolak
ukur
kepuasaan
publik
atas
jalannya
roda
pemerintahan.7 3.2.1. Landasan Demonstrasi Eggi memandang bahwa demonstrasi bisa menjadi cara atau strategi dalam menyiarkan Islam. Demonstrasi dalam konteks dakwah harus dilihat sebagai sarana amar ma`ruf nahi mungkar menuju perubahan suatu nilai dan sistem yang lebih baik. Sedangkan landasan atau dasar demonstrasi yang dipakai Eggi ialah;
ﻮ ﹶﻥﺆ ِﻣﻨ ﺗﻭ ﻨ ﹶﻜ ِﺮﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﻮ ﹶﻥ ﻬ ﻨﺗﻭ ﻑ ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﻭ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟﻣﺮ ﺗ ﹾﺄ ﺱ ِ ﺎﺖ ﻟِﻠﻨ ﺟ ﺧ ِﺮ ﻣ ٍﺔ ﺃﹸ ﺮ ﺃﹸ ﻴﺧ ﻢ ﺘﻨﹸﻛ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺳﻘﹸﻮ ﹶﻥﻢﻫﻭﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜﺮ ﻮ ﹶﻥﺆ ِﻣﻨ ﻤ ﺍﹾﻟﻢﻨﻬﻢ ِﻣ ﻬ ﺍ ﹶﻟﻴﺮﺧ ﺏ ﹶﻟﻜﹶﺎ ﹶﻥ ِ ﺎﻫﻞﹸ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻮ ﺀَﺍ ﻭﹶﻟ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ Kamu adalah yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan
6 7
. Wawancara dengan Eggi Sudjana, 27 November 2005, Bogor: Villa Indah Pajajaran . Wawancara dengan Eggi Sudjana melalui Faks, 28 Oktober 2005
mereka kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik. ( Q.S. Ali Imron: 110).8 Serta firman Allah SWT berikut:
ﻦ ﻴﻋ ﻢ ﹶﺃ ﻭﹶﻟﻬ ﺎﻮ ﹶﻥ ِﺑﻬﻳ ﹾﻔ ﹶﻘﻬ ﺏ ﻟﹶﺎ ﻢ ﹸﻗﻠﹸﻮ ﻬ ﺲ ﹶﻟ ِ ﻧﺍﹾﻟِﺈﻦ ﻭ ﺠ ِ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺍ ِﻣﻢ ﹶﻛِﺜﲑ ﻨﻬ ﺠ ﺎ ِﻟﺭﹾﺃﻧ ﺪ ﹶﺫ ﻭﹶﻟ ﹶﻘ ﻢ ﻫ ﻚ ﺿﻞﱡ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻢ ﹶﺃ ﻫ ﺑ ﹾﻞ ﺎ ِﻡﻧﻌﻚ ﻛﹶﺎﹾﻟﹶﺄ ﺎ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌﻮ ﹶﻥ ِﺑﻬﻤﻌ ﺴ ﻳ ﻢ ﺁﺫﹶﺍ ﹲﻥ ﻟﹶﺎ ﻭﹶﻟﻬ ﺎﻭ ﹶﻥ ِﺑﻬﺼﺮ ِ ﺒﻳ ﻟﹶﺎ َﺎ ِﻓﻠﹸﻮﻥﺍﹾﻟﻐ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Q.S. Al `Araaf: 179).9 Dari ayat diatas dapat dilihat bahwasannya perbuatan maksiat atau nahi munkar itu harus dicegah bagaimanapun caranya dan itu merupakan kewajiban setiap muslim untuk melawannya. Melawan serta memerangi nahi munkar merupakan kegiatan dakwah manusia dalam kehidupan di dunia, padahal ketika bicara dakwah ialah kewajiban setiap muslim, sehingga ini tugas menusia untuk mengerjakannya sesuai kontek kemampuan masing-masing. Melawan kemungkaran bisa menggunakan tangan (fisik), ucapan tergantung kemampuan dan kapasitas setiap muslim tersebut. Demonstrasi bagian dari memerangi kemaksiatan kategori fisik dengan cara turun kejalan (unjuk rasa). Dan ketika demonstrasi menjadi
8 9
. Wawancara dengan Eggi, Op.cit, . Ibid.
salah satu alat yang harus digunakan demi memerangi kemungkaran tersebut, maka demonstrasi dijadikan jalan sarana untuk mencapai tujuan amar ma`ruf nahi munkar. 3.2.2. Konsep Demonstrasi Menurut Eggi Sudjana Demonstrasi menurut Eggi, itu digunakan pada upaya akhir serta menjadi kekuatan tekan. Demonstrasi yang digunakan untuk sebuah kepentingan segelintir orang maupun kelompok akan menghilangkan pemaknaan tujuan dari demonstrasi tersebut. Demonstrasi yang sejatinya digunakan untuk memperjuangkan cita-cita perjuangan telah kehilangan maknanya, karena demonstrasi disalah gunakan oleh kepentingan orang atau kelompok. Eggi Sudjana melihat bahwa demonstrasi yang benar- benar itu harus mempunyai konsep jelas, hal yang melatar belakangi, tahapan- tahapan serta output tujuan dari demonstrasi itu sendiri. Output ialah tujuan yang akan diperjuangkan dari demonstrasi yang dilakukan. Tujuan yang diperjuangkan dari demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah perubahan kebijakan. Perubahan kebijakannya itu adalah output, outputnya itu harus dirasakan untuk kepentingan orang banyak, bahasa populernya untuk rakyat, bahasa Islamnya untuk umat, bahasa idelisnya untuk Ideologi yang kita yakini, Ideologi disini maksudnya ialah Islam.10
10
. Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Sebagai contohnya waktu pemerintah melegalkan perjudian SDSB (sumbangan dana sosial berhadiah). Dalam pandangan Islam judi itu haram hukumya, kenapa pemerintah mengizinkan perdaran SDSB. Fenomena judi ini disikapi oleh Eggi, dengan menolak adanya judi tersebut.penolakan adanya SDSB ini Eggi memakai demonstrasi untuk mempreasure ( menekan) pemerintah agar menghapus atau melarang peredaran SDSB. Dengan hilangnya atau dilarangnya SDSB, siapa kemudian yang merasakan, adalah semua elemen masyarakat ( tidak hanya Islam). Konsep demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah dakwah bil haq, dimana setiap demonstrasi harus berlandaskan pada tujuan dakwah, sehingga demonstrasi yang kita lakukan dapat bernilai ibadah serta dilakukan sesuai dengan hati nurani untuk menentang ketidakadilan atau kezholiman yang dilakukan suatu pihak atau kelompok terhadap pihak atau kelompok lain.11 Demonstrasi ialah dakwah bil haq, demonstrasi digunakan untuk menunjukkan atau kampanye, memberitahukan sebuah perkara yang benar dan tidak (haq dan batil) kepada umat. Demonstrasi untuk melawan ketidakadilan atau kezholiman, yang dilakukan secara santun tanpa anarkis, dengan maksud beribadah demi menolak kemungkaran sesuai keimanan seseorang.
Demonstrasi
menjadi
salah
satu
alat
untuk
menyeru,
memperingatkan akan kemunkaran. Konsep demonstrasi harus sejalan dengan tujuan dakwah untuk menyeru kembali kepada jalan Allah. Konsep 11
. Memakai Faks, Op.cit
demonstrasi didalamnya terdiri dari sebuah unsur muatan atau yang melatar belakangi, untuk mewujudkan dakwah bil haq, dengan berjuang dijalan Allah dengan penuh keikhlasan dan sesuai tuntunan syari`at untuk menegur tindakan penguasa yang zholim. Konsep demonstrasi Eggi memasukkan atau mempunyai muatan Ideologis, faktual keadaan yang menindas serta cita-cita bersifat idealisme. Dari uraian konsep demonstrasi ini bisa dijelaskan bahwa demonstrasi tidak hanya sekedar demonstrasi, tidak sebatas penyampaian aspirasi. Tetapi demonstrasi harus menunjukkan kebenaran (haq dan yang batil), yang bersifat kritis serta akomodatif, dari mulai isu-isu demonstrasi yang dilempar Demonstrasi dipakai untuk menentang, penyampaian aspirasi umat (rakyat, umat, ideologi). Menolak atau menentang kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan hati nurani ( iman), atau agama yang berdampak pada rakyat maupun Ideologi religius. Eggi menggaris bawahi bahwa kebijakan pemerintah yang ditolak atau ditentang adalah kebijakan dari negara, dimana kebijakan tersebut merugikan orang banyak. Serta tidak menutup kemungkinan kebijakan yang dikeluarkan pihak lain. Tanpa melihat dampak yang ditimbulkan pada masyarakat, kontek masyarakat ialah umat, ajaran agama ( ideologi) serta rakyat. Ketika suatu kebijakan dari pemerintah merugikan rakyat, berarti ini sudah tidak adanya keadilan yang dilakukan negara terhadap rakyat itu sendiri. Dengan tidak adanya ketidakadilan, berarti ini semua harus ditentang karena rakyat adalah bagian dari negara dan negara ialah
perwakilan atas partisipasi politik rakyat itu sendiri. Negara tidak hanya membawahi rakyat tapi juga agama, karena ini merupakan hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Hubungan ketergantungan ini tidak bisa terputus sampai kapanpun, suatu negara berdiri ditopang dengan adanya rakyat dan agama. Perlu diingat bahwa dalam negara Indonesia baik rakyat dan agama punya pertalian sangat erat, ini tercantum dalam pancasila, sila pertama berbunyi keTuhanan Yang Maha Esa. Ketika masih adanya ketidakadilan serta kezholiman, berjalan terus menerus tanpa bisa dihentikan, sejauh itu pula dimana akan muncul orang atau individu, kelompok yang ingin memperjuangkan kebebasan itu. Sehingga bisa dikatakan dalam kontek demonstrasi, demonstrasi akan tetap terus terjadi. Semua ini menciptakan gerakan dalam mencapai keadilan serta melawan kezholiman. Sehingga secara terus menerus mampu tercapainya sebuah konsolidasi gerakan dengan satu kata lawan penindasan. Penindasan baik oleh negara maupun kelompok lain. Itu semua untuk tercapainya perjuangan nasional dan agama. Alat perjuangan nasional dan agama dalam hal ini salah satunya memakai demonstrasi sebagai alat menekan kepada pihak pencipta ketidakadilan dan kezholiman serta sebagai alat perubahan. Dalam konsep demonstrasi harus ada muatannya yang melatar belakanginya. Unjuk rasa muatannya atau yang melatar belakanginya banyak faktor : a. Ideologis b. Faktual keadaan yang dirasa menindas.
c. Sebuah cita- cita atau angan- angan yang bersifat idealisme. Konsep demonstrasi ialah dakwah bil haq, konsep ini didalamnya terdiri dari ketiga faktor tersebut diatas. Atau lebih jelasnya Ideologis, Faktual keadaan yang menindas serta cita-cita atau angan-angan yang bersifat idealis bagian dari konsep demonstrasi. Dari ketiga kategori ini bisa menjadi sebuah unjuk rasa atau secara singkat disebut demonstrasi.12 Dan inilah yang dinamakan demonstrasi yang sejati atau yang benar- benar demonstrasi bukan demonstrasi bayaran. Jadi kalau sebuah demonstrasi tidak mempunyai ketiga kategori diatas berarti demonstrasi yang meragukan. Sehingga dalam demonstrasi kategori ini harus ada sebagai pegangan latar belakang orang berdemonstrasi. Ideologis disini artinya: dasar berfikir yang kemudian menjadi pijakan dalam berperilaku atau bersikap sehari- hari. Kontek ideologisnya menurut Eggi tentu saja Islam. ketika penulis menanyakan pada Eggi Sudjana kenapa Islam dijadikan ideologi, beliau menjawab,ya Islam dijadikan ideologi gerakan karena Islam mempunyai konsep kehidupan baik dunia maupun akherat yang sangat komplet. Dan seharusnya Islam digunakan sebagai dasar faham dalam menjalani kehidupan ini, serta Eggi punya alasan bahwa: 1.
ﺍﻥ ﺻﻼﺗﻰ ﻭﻧﺴﻜىﻮﳏﻴﺎﻱ ﻭﳑﺎﺗﻰ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ 12
. Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Sesungguhnya sholatku, ibadah dan hidupku sampai matiku hanya untuk Allah. ( Do`a Iftitah) 2.
ﻭﻥﺪﻌﺒ ﻴﺲ ِﺇﻟﱠﺎ ِﻟ ﻧﺍﹾﻟِﺈﻦ ﻭ ﺠ ِ ﺍﹾﻟﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻭﻣ Tidaklah Allah diciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah. (Q.S. adz Dzaariyat: 56) 3.
ﻡ ﺳﻠﹶﺎ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺍﹾﻟِﺈ ﻨﻦ ِﻋ ﻳِﺇﻥﱠ ﺍﻟﺪ Sesungguhnya sistem hidup yang menyelamatkan kamu hanya Islam.(Q.S. Ali Imron: 19) Faktual keadaan yang dirasa menindas; adalah ketika ada sebuah kebijakan dan tindakan yang menindas serta tidak adanya keadilan. Kemudian dampaknya dirasa oleh orang banyak. Sebuah cita-cita atau angan-angan yang bersifat idealis yaitu sebuah gerakan demonstrasi yang dilakukan harus ada cita- cita untuk menciptakan angan atas ide gagasannya. Semua tindakan didasari atas citacita yang akan dibangun, tanpa cita- cita idealisme semua akan sia- sia sehingga ini benar- benar perjuangan bukan gerakan kepentingan sesaat. Dengan idealisme orang akan memperjuangkan cita- citanya. Untuk mewujudkan atau cara memahami konsep demonstrasi yang didalamnya mencakup latar belakang atau muatan demonstrasi untuk mengarah pada usaha dakwah bil haq harus dengan empat hal tahapan yang akan dilalui. Keempat tahapan ini dipakai untuk memahami tiga kategori yang melatar belakangi demonstrasi tersebut di atas.
a. Melalui pendekatan sangka baik dan saling percaya b. Empaty, ikut merasakan penderitaan orang lain c. Hubungan fungsional yang dinamis d. Solidaritas atau kekompakan a. Melalui pendekatan sangka baik dan saling percaya. Pendekatan
ini
dipakai
untuk
bisa
mengetahui
bahwa
demonstrasi ini benar-benar demonstrasi (idealis) atau kepentingan. Untuk menghilangkan prasngka buruk atas apa yang dilakukan ini benarbenar murni sesuai cita- cita, maka sebaiknya mempunyai kepercayaan dan fikiran yang baik. Semuanya bisa dilakukan dengan cara Tabayun (crosscek), sehingga akan menghilangkan kecurigaan antar sesama. b. Empaty: ikut
merasakan penderitaan orang lain atau dirinya,
kelompoknya atau kalangannya kemudian membantu menyelesaikannya, membantu merubahnya agar sesuai dengan yang diunjuk rasain. c. Hubungan fungsional yang dinamis. Ciptakanlah hubungan fungsional siapa yang polisi, akademisi, elit politik maupun eksekutif tidak boleh menghalang- halangi demonstrasi, karena ini sifatnya ibadah yang jelas- jelas muatannya dakwah untuk merubah keadaan lebih baik maka dia telah berbuat aniaya dan orang ini wajib diperangi. Pemaknaan disini bagaimana terciptanya hubungan fungsionalyang dinamis sehigga demonstrasi mampu meraih cita-citanya. Eggi menyebut ini dan apa yang dilakukan sebagai Islam fungsional.
Islam fungsional artinya mewujudkan dari iman yang ada didadanya, difikirannya itu difungsikan (diaplikasikan). Islam fungsional tergantung kepada umat Islam yang memegang fungsi- fungsi didalam kehidupannya baik fungsi RT, RW sampai Presiden . Jadi tidak terpilahpilah karena jabatan tapi dilihat dari fungsinya. Ketika ia mengaku Islam ia harus fungsikan keimanan itu. Hubungan fungsional yang dinamis ini sesuai dengan kapasitas dan otoritas masing- masing orang. d. Solidaritas atau kekompakan. Dengan dasar sangka baik saling percaya dan empaty serta hubungan fungsional yang dinamis maka dapat dirajut sebuah solidaritas atau kekompakan. Ketika solidaritas ini dapat dimunculkan itu disebut dengan demonstrasi itulah yang dinamakan unjuk rasa. Dengan adanya empat variabel tersebut tadi diatas tidak mungkin ada demonstrasi yang tidak benar, demonstrasi yang benar itu harus didasari empat variabel itu.13
3.3. Demonstrasi sebagai Strategi Dakwah. Demonstrasi atau unjuk rasa massal terjadi karena digerakkan oleh rasa tidak puas terhadap keadaan ekonomi, sosial, politik yang dialami. Kalau unjuk rasa disatu tempat berjalan tertib dan teratur, ditempat lain terjadi bentrokkan fisik antara pengunjuk rasa dengan kekuatan-kekuatan keamanan.
13
. Ibid
Perjuangan berupa advokasi kebijakan dan advokasi jalanan merupakan suatu pilihan yang bukan saling meniadakan, ketika advokasi kebijakan buntu, ditempuh advokasi jalanan lewat demonstrasi.14 Sekarang melihat begitu maraknya aksi- aksi demonstrasi para buruh, karyawan dan pekerja yang menuntut perhatian yang layak dan adil dari majikan atau pengusaha.15 Demonstrasi dijadikan sebuah alat untuk memperoleh solusi dari persoalan yang dihadapi, baik antara hubungan produksi maupun relasi sosial bernegara. Akan tetapi ketika demonstrasi menjadi alat propaganda, memperoleh solusi, apakah umat Islam juga melakukannya. Ini adalah sebuah pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh setiap demonstran muslim. Saat ini seolah- olah demonstrasi menjadi trade mark gerakan orang- orang non muslim atau aktifis pro demokrasi dan HAM. Dakwah artinya mengajak, memanggil, menyeru manusia untuk mengikuti petunjuk serta larangan- larangan Allah SWT. Eggi Sudjana mempunyai pemikiran bahwa dakwah yang berartikan memanggil, mengajak, tepatnya ditujukan untuk orang non muslim atau belum beriman sehingga mau mengimani ajaran Islam. Dakwah itu sendiri artinya memanggil, mengajak jadi kepada orang Islam bukan memanggil atau mengajak tapi Tausiyah (menasehati) kalau dakwahnya sama orang muslim.
14
. Eggi Sudjana, 2000, Bayarlah upah sebelum keringatnya mengering, Jakarta: PPMI,
hlm. 82 15
. Eggi Sudjana ( Pengantar), 1999, Pembelaan Islam terhadap kaum buruh, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, hlm. viii
Dakwah yang sebenarnya yaitu kepada non muslim yang belum mau beriman kepada Allah, ajak atau panggil dia ( non muslim),
ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﷲ.
Eggi mencontohkan pada zaman Rasulullah bagaimana beliau menyurati salah satu raja di Jazirah Arab mengajak untuk beriman kepada Allah, tapi kepada sesama muslim Tausiyah ( menasehati).
ﺎﺭ ﱠﻛﻌ ﻢ ﻫ ﺍﺗﺮ ﻢ ﻬ ﻨﻴﺑ ﺎ ُﺀﺣﻤ ﺭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹸﻜﻔﱠﺎ ِﺭ ﺍ ُﺀ ﹶﺃ ِﺷﺪﻌﻪ ﻣ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻭﺭﺳ ﺪ ﻤ ﺤ ﻣ ﻮ ِﺩﺴﺠ ﻦ ﹶﺃﹶﺛ ِﺮ ﺍﻟ ﻢ ِﻣ ﻮ ِﻫ ِﻬﻭﺟ ﻢ ﻓِﻲ ﻫ ﺎﺎ ﺳِﻴﻤﺍﻧﺿﻮ ﻭ ِﺭ ﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻀﻠﹰﺎ ِﻣ ﻮ ﹶﻥ ﹶﻓﺘﻐﺒﻳ ﺍﺠﺪ ﺳ ﻆ ﻐﹶﻠ ﹶ ﺘﺳ ﻓﹶﺎﺭﻩ ﺯ ﻓﹶﺂﺷ ﹾﻄﹶﺄﻩ ﺝ ﺮ ﺧ ﻉ ﹶﺃ ٍ ﺭ ﺰ ﻧﺠِﻴ ِﻞ ﹶﻛﻢ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟِﺈ ﻣﹶﺜﻠﹸﻬ ﻭ ﺍ ِﺓﻮﺭ ﺘﻢ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﻣﹶﺜﻠﹸﻬ ﻚ ﹶﺫِﻟ ﻮﺍﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺪ ﺍﻟﱠﻠ ﻋ ﻭ ﺭ ﺍﹾﻟ ﹸﻜﻔﱠﺎﻆ ِﺑ ِﻬﻢ ﻴﻐِﻴ ﹶﻉ ِﻟ ﺍﺰﺭ ﺍﻟﺠﺐ ِ ﻌ ﻮِﻗ ِﻪ ﻳﻋﻠﹶﻰ ﺳ ﻯﺘﻮﺳ ﻓﹶﺎ ِ ﺎﺎِﻟﺤﻋ ِﻤﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﺼ ﻭ ﺎﻋﻈِﻴﻤ ﺍﺟﺮ ﻭﹶﺃ ﺮ ﹰﺓ ﻐ ِﻔ ﻣ ﻢ ﻬ ﻨﺕ ِﻣ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al Fath: 29).16
16
.Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Hubungan antara dakwah Islam dengan demonstrasi mengenai pemikiran Eggi sudjana yang menempatkan demonstrasi sebagai strategi dakwah terdapat pada usaha untuk menyeru serta menegakkan ajaran-Nya dengan menggunakan demonstrasi. Demonstrasi menjadi salah satu cara atau strategi dakwah, karena demonstrasi merupakan media yang efektif untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat baik yang telah dizholimi maupun tidak. Dengan media demonstrasi perilaku zholim penguasa dapat direspon langsung untuk memberikan sedikit teguran dan tuntutan agar penguasa segera menyadari dan memperbaiki kezholiman dan ke Jahiliyahannya.17 Demonstrasi sebagai strateginya, dakwah ditempatkan pada upaya akhir bukan sebagai strategi tingkat awal. Sehingga demonstrasi diupaya akhir mesti ada strategi dakwah yang mendahuluinya, seperti: ceramahceramah, diskusi, pengajian dan segala bentuk yang bersifat umum ( sudah biasa). Sehingga unjuk rasa atau demonstrasi itu dilakukan setelah upayaupaya awal (ceramah, diskusi) gagal atau dirasa kurang efektif.18 Upayaupaya awal yang Eggi lakukan seperti ceramah, khotbah, pengajian, diskusi dan itu secara umum juga dilakukan oleh para da`i-da`i Islam. Demonstrasi ialah sebagai alat preasurre (tekan) terhadap kebijakan negara yang tidak sesuai dengan Islam. Demonstrasi sebagai strategi dakwah kategorinya untuk amar ma`ruf nahi mungkar (untuk memerangi perbuatan17 18
. Wawancara melalui faks, Op.cit. . Wawancara dengan Eggi, Op.cit
perbuatan mungkar). Ketika negara melegalkan adanya kemungkaran, itulah yang harus dilawan. Substansi strategi dakwah demonstrasi adalah merubah kebijakan, yang tidak sejalan dengan ideologis, faktual yang menindas serta sebuah cita- cita bersifat idealisme. Perubahan kebijakan itu adalah outputnya. Batasan demonstrasi sebagai strategi dakwah itu adalah selama atau sepanjang menutup peluang orang untuk bisa ibadah, menutup peluang orang menjalankan agamanya dengan baik, menutup peluang kepada kebaikan- kebaikan maka itu harus diperangi (didemonstrasi).19 Demonstrasi dalam perspektif Islam itu obyeknya apa saja yang demi terbukanya seluas-luasnya melaksanakan ibadah dalam spektrum seluruh kehidupan.20 Demonstrasi Islam adalah berjuang dijalan Allah dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syariat, dengan niat untuk menegur tindakan kelompok atau pihak yang zholim.21 Demonstrasi dikatakan dakwah, bila demonstrasi yang dilakukan tersebut memiliki konsep dan tujuan yang jelas serta tidak bertentangan dengan Islam atau dengan kata demonstrasi digunakan untuk amar ma`ruf nahi munkar. Akan tetapi bila demonstrasi dilakukan untuk hal yang bertentangan dengan Islam seperti membela kezholiman, kemaksiatan dan
19
. Ibid . Ibid. 21 . Wawancara melalui Faks, Op.cit 20
merupakan sarana fitnah bagi golongan yang saling bertikai, maka demonstrasi semacam ini tidak dapat dikatakan sebagai dakwah.22 Eggi Sudjana mengatakan pada waktu demonstrasi SDSB adalah momentum di mana kesabaran dari masyarakat Indonesia umumya dan Islam khususnya telah habis setelah lama menanti upaya pemerintah untuk melarang keberadaan SDSB, oleh karenanya pada waktu itu menurut pendangan Eggi demonstrasi dapat menjadi jembatan penyampaian aspirasi yang efektif untuk menegur dan menuntut pemerintah untuk melarang dan menutup SDSB yang merupakan praktek perjudian yang tersistematis. Disini sangat jelas bahwa demonstrasi dijadikan “ alat perang” untuk mengembalikan sebuah amar ma`ruf serta memerangi perbuatan mungkar. Ketika orang yang membela serta mencoba menegakkan panji- panji Islam berarti itu ialah jihad. Dakwah merupakan jihad, sedangkan demonstrasi bila dijadikan strategi atau dakwah, berarti berdemonstrasi bisa dikatakan jihad. Karena pemaknaan jihad tidak hanya perang, tapi segala sesuatu dimana seorang menegakkan Islam itu adalah jihad. Demonstrasi bisa dikatakan jihad dalam Islam, selama membela suatu kebenaran dan berupaya untuk menumpas kezholiman yang dilakukan kelompok atau golongan terhadap kelompok atau golongan lain. Serta didasarkan pada keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syari`at Allah SWT.23
22 23
. Ibid . Ibid
Sesuatu yang diperjuangkan dalam demonstrasi ini adalah tujuh pilar nilai kehidupan Islam ( pilar Islam). Ketujuh pilar Islam ini bisa untuk siapa saja tidak terkecuali untuk untuk non muslim. Ketujuh pilar Islam itu ialah: 1. Keadilan 2. Kedamaian. 3. Kesejahteraan. 4. Ketertiban. 5. Kesetaraan. 6. Kebebasan. 7. Keselamatan.24 Islam menaungi tujuh pilar ini, sehingga yang diperjuangkan dalam demonstrasi harus sesuai dengan tujuh pilar Islam itu. Keadilan, kalau orang-orang diperlakukan atau berlaku adil orang akan damai, dengan damai ia akan sejahtera, dengan sejahtera dia akan tertib, dengan tertib ia akan setara, dengan setara ia akan bebas, dengan bebas orang akan selamat.
24
. Wawancara dengan eggi, op.cit
Esensi Metodologi Islam. Materi
Wahyu
Pikiran
Aqidah
Tauhid
Iman
Syariah
Fiqih
Islam
Ahlaq
Tasawuf
Ihsan
Ibadah
Syari’ah Aqidah
Muamalah Ahlaq
Sistem Kehidupan 7 Pilar Islam Keadilan Kedamaian Kesejahteraan Ketertiban Kesetaraan Kebebasan Keselamatan 25
Dari gambar diatas ini Eggi menjabarkan ketujuh pilar Islam yang diperjuangkan dalam demonstrasi, menghasilkan ahlaq serta ketaatan atas syariat (hukum) Islam yang kemudian memunculkan keimanan (aqidah) seseorang terhadap Allah serta ajaran-ajarannya. Materi ajaran Islam terdiri dari
Aqidah, Syariah, Ahlaq sedangkan wahyu mengajarkan atau
menghasilkan keTauhidan, Fiqih dan Tasawuf. Akan tetapi penulis mencoba akan menjelaskan proses ketujuh pilar Islam yang menghasilkan Aqidah (keimanan) seseorang. Bahwasannya Syariah (hukum) terbagi atau mengatur pada masalah ibadah (hubungan Allah dengan manusia) dan muamalah (masalah sosial). Keduanya merupakan aturan hukum manusia di dunia yang saling berinteraksi. Ketika syari`at ini dilanggar atau negara serta pihak maupun kelompok membuat kebijakan yang tidak dengan hukum agama tersebut inilah yang di demo. Karena demonstrasi dilakukan ketika suatu 25
Ibid,
persoalan itu menyinggung atau menyalahi dari aturan Islam ini. Kemudian demonstrasi memperjuangkan tegaknya syariah serta ketujuh pilar Islam, yang pada dasarnya ketika syariah dijalankan akan menghasilkan ketujuh pilar tadi. Maka dari itu gambar rangkaian diatas disebut Eggi Sudjana sebagai Essensi Metodologi Islam. Islam bukan golongan Islam adalah tata nilai sistem dalam menjalani kehidupan. Islam bukan agama, Islam adalah sistem tata nilai didalam menjalani kehidupan yang membawa tujuh pilar tadi diatas. Dengan ketujuh pilar Islam ini diharapkan adanya feed back akan Ahlak (perilaku) seseorang atau umat sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga keimanan seseorang akan semakin kuat serta bertaqwa kepada Allah SWT, dan ini adalah feed back dari tujuh pilar yang diperjuangkan dalam demonstrasi. Jadi ketika pemerintah membuat kebijakan menyinggung atau menyalahi tujuh pilar Islam menurut Eggi harus didemo, itu kalau didakwahi secara konvensional tidak bisa. Sehingga bagaimana fungsi negara menerapkan atau mewujudkan tujuh pilar Islam tersebut. Ketika sudah diterapkan ketujuh pilar itu, secara otomatis negara Indonesia menjadi negara Islam, buat apa negara Islam kalau ternyata tidak mampu menerapkan tujuh pilar Islam.Yang penting negara itu bisa menerapkan pilar Islam. Inilah dasar- dasar yang menempatkan demonstrasi sebagai strategi dakwah.