BAB III DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN TIONGKOK DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA PASIFIK
A.
Potensi Kawasan Asia Pasifik Kawasan Asia pasifik secara umum merupakan kawasan yang terdiri dari komponen wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, Oseania, Amerika Utara dan Amerika Selatan yang disebut dengan Ceruk pasifik (pacific basin), berada pada lingkar samudera pasifik (pacific rim). Asia Timur yang meliputi daratan Tiongkok, taiwan, jepang dan semenanjung korea, dan asia tenggara sebagai dua sosiogeografi yang besar disamping bagian-bagian lain dalam kawasan tersebut. Deskripsi geografis mengenai Asia pasifik tidak selalu merupakan definisi yang paling tepat. Asia pasifik merupakan kawasan yang lebih banyak dilihat terutama dari sudut pandang ekonomi. Asia pasifik menjadi potensial dikarenakan keberadaan negara-negara besar dan juga negaranegara
berkembang
dengan
nilai
ekonomi
yang
tinggi.
Dalam
perkembangan dunia internasional, di akhir tahun 1980an ketika berdiri Organisasi Asia Pacific Economic Commission (APEC) yang dengan sendirinya
mendefinisikan diri sebagai representasi dari kawasan.
Organisasi ekonomi tersebut hingga kini tetap eksis dan menjadi satu organisasi regional yang paling kuat di kawasan, terutama ditinjau dari akumulasi sumber daya negara-negara di dalamnya.
49
Sejak memasuki abad ke-21, perkembangan kawasan Asia Pasifik yang signifikan telah menyebabkan berubahnya tatanan geopolitik dan geoekonomi dunia. Saat terjadi krisis di akhir 90-an, kawasan Asia Pasifik tergolong mampu bertahan dari dampak krisis. Negara-negara di kawasan ini bahkan mampu membangun kembali perekonomian mereka dan lahir kembali sebagai the new emerging power di dalam panggung internasional. Hal tersebut tidak terlepas dari kehadiran negara-negara industrial baru atau New Industrial Countries semisal Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura yang mampu mengangkat Asia secara khusus dan Asia Pasifik secara umum. Dalam dekade berikutnya negara-negara produsen di Asia telah menangkap sebagian besar dari rantai produksi global dan menjadi pusat dari perputaran ekonomi global. Secara umum kawasan asia pasifik merupakan kawasan yang potensial dalam hal skala dan dinamisnya kawasan ini. Asia pasifik mengakumulasi lebih dari 50 % total 7, 3 milyar populasi dunia 1. Angka ini berbanding lurus dengan skala ekonomi dan perdagangan yang sangat besar. Dari total 14 milyar dolar AS nilai perdagangan dunia pada tahun 2010, 9 milyar dolar AS disumbangkan oleh 21 negara anggota APEC, baik sebagai importir maupun eksportir, atau keduanya. Dengan negara-negara APEC, nilai perdagangan Amerika Latin mencapai 1 milyar dolar AS, dengan Asia dan Oseania sebesar 2 milyar dolar AS dan lintas pasifik juga senilai 2
1
CIA World Fact Book melalui https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2016
50
milyar AS dolar.2 Kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai lahan produksi dunia, tapi juga sangat penting sebagai sumber perdagangan jasa, teknologi dan investasi serta pasar potensial bagi barang-barang konsumsi. Asia pasifik juga merupakan kawasan yang memiliki pasar manufaktur yang kuat. Hal ini dikarenakan faktor ketersediaan tenaga kerja yang murah. Hal ini sangat berpengaruh bagi besarnya produksi barang tekstil, elektronik, produk otomotif, alat berat, dan banyak lagi. Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan adalah eksportir utama mobil, peralatan industri dan mesin berat. Singapura, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia adalah eksportir utama bahan semikonduktor dan produk elektronik. Tiongkok dan Indonesia adalah pemimpin dalam ekspor minyak dan tekstil. Di sisi lain, kawasan Asia Pasifik juga mengimpor minyak dan bahan baku dari Timur Tengah dan Amerika Latin. Juga mobil dan elektronik yang diimpor dari Eropa dan AS. Komoditas impor utama meliputi
makanan,
produk-produk
energi,
pertahanan,
peralatan
penerbangan, kendaraan berat dan bahan baku. 3 Dilihat dari skala GDP, Asia Pasifik merupakan kawasan yang menyumbang GDP terbesar di dunia. IMF mencatat GDP negara anggota APEC sebesar 43,7 trilyun dolar AS pada tahun 2015 atau hampir mencapai
2
3
Peter A. et.al, 2014, The TPP, China And The FTAAP: The Case For Convergence, hal 2 diakses dari https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2438725 pada 23 November 2016 Economy Watch Content, Asia Pacific Trade, Exports and Imports, diakses dari http://www.economywatch.com/world_economy/asia-pecific/export-import.html pada tanggal 12 Oktober 2016
51
60% dari total 73,6 trilyun dolar AS GDP seluruh dunia.4 Selain itu, perekonomian kawasan ini dinamis dan terus berkembang dengan rata-rata kenaikan pendapatan nasional pertahunnya lebih dari 4%. Meskipun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya namun tidak dapat dipungkiri bahwa Asia Pasifik, khususnya bagi negara-negara yang kini tergabung dalam organisasi regional APEC memiliki potensi pendapatan yang besar dari tahun ke tahun. Kawasan
asia
pasifik
merupakan
kawasan
yang
dinamis
sebagaimana yang terlihat, kawasan ini menjadi pusat percontohan dalam hal inovasi seperti rantai pasokan modern. Dengan sumber daya alam yang beragam dan didukung oleh tingkat pembangunan di negara-negara dalam kawasan yang memungkinkan perpindahan yang mudah bagi produk, manusia dan juga sumber daya murah. Kawasan asia pasifik sebagai kawasan yang dinamis dapat dilihat dari salah satu indikator peningkatan hubungan formal dari negara-negara di kawasan. Meskipun merupakan kawasan yang terdiri dari banyak negara yang beragam, namun hubungan formal antara negara dalam kawasan semakin meningkat baik dalam kerangka multilateral maupun bilateral. Dalam
bidang perdagangan,
perjanjian perdagangan bebas
meningkat terutama dalam dekade 2000an. Pada dekade ini, Asia Pasifik telah menjadi zona paling dinamis bagi aktivitas perdagangan bebas. Negara-negara di kawasan sangat aktif dalam berbagai negosiasi dan perjanjian perdagangan bebas. Pada pertengahan 2013, tercatat sudah ada 4
IMF
world outlook economy 2015, diakses dari http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2015/01/, pada 26 November 2016
52
107 proyek perjanjian perdagangan bebas, dimana 75 diantaranya sudah dan sedang
dalam
proses
untuk
ditandatangani.
Perjanjian-perjanjian
perdagangan dalam kawasan lebih didominasi oleh perjanjian yang bersifat bilateral. 90% perjanjian-perjanjian tersebut merupakan kesepakatan antara dua negara.5 Perdagangan di Asia pasifik tidaklah mudah untuk digeneralisasi sebagaimana perdagangan di kawasan lainnya. Selain karena jumlah negara yang banyak, Asia Pasifik merupakan kawasan yang beragam dan masih dalam tahap menuju integrasi kawasan yang lebih kuat. Salah satu representasi dari proses integrasi di Asia Pasifik dapat dilihat dari keberadaan APEC. Meskipun sudah ada sejak 1989, APEC hingga kini hanya terdiri dari 21 negara yang berada di lingkar pasifik, tidak termasuk Korea Utara yang terletak di semenanjung korea dan berbatasan langsung dengan Tiongkok. Oleh karenanya hubungan Tiongkok dan korea utara memiliki agenda perdagangan yang terpisah dengan agenda di negaranegara Asia Pasifik pada umumnya. Kehadiran organisasi regional baru di Asia Pasifik kemudian banyak diprediksi tinggal menunggu momentum. Negara-negara yang kuat terutama dalam hal perekonomian tidak akan luput menjadikan asia pasifik sebagai satu bagian terpenting dalam geostrateginya. Setelah abad eropa yang telah berlalu, banyak pengamat menyebutkan bahwa pusat percaturan internasional telah bergeser ke asia pasifik. Zenko Suzuki, mantan Perdana 5
Free Trade Agreements in The Asia Pacific, diakses dari https://www.imd.org , pada 16 oktober 2016
53
Menteri Jepang, dalam pidatonya di Honolulu tahun 1982, bahkan sudah memprediksi bahwa abad 21 adalah abad Asia Pasifik. Hal ini didasarkan fakta bahwa wilayah Asia Pasifik meliputi 50% lautan yang ada di permukaan bumi, ditambah dengan sumber daya alam dan sumber makanan melimpah yang menjadikan kawasan ini begitu dinamis. 6 Abad Pasifik ditandai pula dengan banyaknya hubungan bilateral maupun multilateral yang ada di dalam kawasan sebagaimana telah disebutkan di awal. Kondisi ini disebut sebagai sindrom “spagheti bowl” dimana kawasan Asia Pasifik mempunyai ratusan perjanjian perdagangan yang masih dalam proses diskusi dan negosiasi, atau sudah ditandatangani. Dalam kenyataannya, hal ini sudah mampu menstimulasi lahirnya sebuah rezim internasional dalam skala yang lebih besar. Terutama melihat pemain utama di kawasan adalah negara-negara dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang kuat.
B.
AS dan Trans Pasific Partnership Dengan luas wilayah 9,83 juta kilometer persegi dan penduduk sebesar 323 juta jiwa, AS adalah negara terbesar ketiga berdasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduknya. AS juga merupakan negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia, dengan nilai GDP sebesar 18, 4 triliun dolar AS.7 Kawasan Asia-Pasifik, khususnya negara-negara APEC
6
7
Sukawarsini Djelantik, 2015, Asia Pasifik: Kerjasama dan Relasi Antarkawasan ed-1, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 34. CIA World Fact Book melalui https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2016
54
merupakan wilayah yang paling penting bagi AS dalam hal aktifitas ekonomi dan perdagangan. Tabel 1 Ekspor AS ke Negara-negara APEC (juta dolar AS) Tujuan Dunia
2011
2012
2013
2014
2015
1.481.682 1.544.932 1.577.587 1.619.742 1.503.870
APEC
895.396
941.534
969.964 1.001.399
936.325
Kanada
281.237
292.567
300.685
312.371
279.990
Meksiko
198.288
215.875
226.070
240.247
236.377
Tiongkok
104.121
110.516
121.721
123.675
116.186
65.791
69.971
65.213
66.825
62.470
43.461
42.282
41.686
44.470
43.497
Jepang Korea Selatan
Sumber: diolah dari situs resmi Trademap (www.trademap.org) Berdasarkan statistik Trademap, pada tahun 2013, negara-negara APEC menerima 61% dari total ekspor AS ke seluruh dunia. Ekspor AS ke negara-negara APEC setipa tahunnya mengalami peningkatan sekitar 0,50%. Meskipun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan, namun hal tersbut tidak dapat menggugurkan sebuah anggapan pentingnya peran negara-negara APEC yang menjadi mitra kegiatan ekspor AS, melihat lebih dari 60% ekspor AS mengarah ke negara-negara APEC, dari keseluruhan ekpornya ke seluruh dunia. Sedangkan AS mengimpor sekitar 65% dari negara-negara APEC. Hal tersebut dapat kita lihat dalam tabel berikut;
55
Tabel 2 Impor AS dari Negara-negara APEC (dalam juta dolar AS) Tujuan
2011
2012
2013
2014
2015
Dunia
2.263.619 2.334.677 2.326.590 2.410.855 2.306.822
APEC
1.424.419 1.493.802 1.520.129 1.589.398 1.560.639
Tiongkok
417.340
444.386
459.107
486.296
502.632
Kanada
317.921
327.502
337.126
354.171
301.035
Meksiko
265.113
279.957
283.133
296.855
297.499
Jepang
132.558
150.447
142.136
137.503
134.775
58.605
60.997
71.745
74.121
Korea Selatan
64.611.25 2
Sumber: diolah dari situs resmi Trademap (www.trademap.org) Sejak puluhan tahun pasca kemenangan terhadap Jepang di Perang Dunia II, AS telah menjadi aktor dominan di pasifik. Ditambah penempatan armada perang di pasifik sejak era Perang Dunia II dan Perang Dingin merupakan salah satu wujud kekuatan AS di kawasan. Pangkalan-pangkalan militer yang berdiri dikawasan ini selama perang dingin merefleksikan peran AS sebagai penyedia payung keamanan kawasan. AS tidak dipungkiri merupakan kekuatan hegemoni dunia, tidak hanya di kawasan Asia Pasifik yang merupakan batas langsung di pantai timur. Kekuatan AS yang sudah hadir sejak lama di kawasan, ditambah aliansi tradisionalnya di dalam kawasan adalah kunci dari hegemoni bertahun-tahun. Pada saat berlangsungnya Perang Dingin, AS bersaing
56
dengan Uni Soviet yang pada saat itu saling menanamkan dan memperluas pengaruhnya di Asia Pasifik. Bahkan ketika terjadi Perang Korea dan Perang Vietnam, AS sudah ikut andil dalam konstalasi yang terjadi. Sebagai kekuatan tradisional, AS telah lama superior dalam segala aspek hubungan internasional. Dalam setiap era pemerintahan yang berbeda sekalipun, AS selalu menjalankan berbagai macam kebijakan luar negeri yang mendukung penguatan posisi sebagai pemimpin dunia. Pasca kemenangan Blok AS pada Perang Dingin, AS menjadi masyarakat postindustrial dan mengalami defisit perdagangan. Kondisi perekonomian AS pun goyah karena terlibat perang yang berkepanjangan. Karena kondisi tersebutlah, fokus perhatian AS beralih dari Asia Pasifik ke Timur Tengah. Timur Tengah menjadi penting dan fokus perhatian bagi kebijakan AS selanjutnya karena AS memperoleh miliaran barel minyak dari Timur Tengah. Bagi banyak pengamat, kehadiran AS di Timur Tengah tersebut lebih kepada kepentingan perbaikan ekonominya melalui minyak Timur Tengah. Barulah pada tahun 2011, dalam masa pemerintahan Obama, kebijakan AS yang dalam beberapa tahun terfokus di Timur Tengah dikembalikan ke Asia Pasifik. Lewat sarangkaian kunjungan Obama ke negara-negara Asia Pasifik saat itu, AS kembali fokus ke Asia secara resmi melaui kebijakan “pivot to Asia” atau “Rebelancing”. Dalam kunjungan ke Australia, Obama di hadapan parlemen Australia menyatakan bahwa sudah saatnya AS mengembalikan perhatian kepada kawasan potensial Asia
57
Pasifik.8 Hal ini kemudian merefleksikan kembali fokus AS terhadap Asia Pasifik dan menjadi titik balik dari perubahan wajah Asia Pasifik dalam tahun-tahun berikutnya. Salah satu strategi dari Pivot to Asia adalah bergabungnya AS dalam TPP pada tahun 2008. Trans-Pacific Partnership merupakan perjanjian yang melibatkan 12 negara Asia Pasifik dalam blok perdagangan regional. Awalnya perjanjian ini dikenal sebagai Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TPSEP) yang diluncurkan pada tahun 2002 di sela pertemuan APEC. TPSEP tersebut merupakan inisiasi dan komitmen dari tiga negara yang dikenal sebagai Pacific-3 (P-3) yakni Chili, Singapura dan New Zealand. Tiga tahun berselang negosiasi ini menjadi Pacific-4 (P-4) setelah Brunei Darussalam memutuskan bergabung. Di tahun 2005, deklarasi di Korea Selatan menjadikan TPSEP sebagai satu blok perdagangan regional baru di Asia
Pasifik
dengan
empat
negara
pendiri.
Negosiasi
tersebut
menyimpulkan bahwa perjanjian mulai berlaku pada tahun 2006 dengan catatan
bahwa
negosiasi
jasa
keuangan
dan
perjanjian
investasi
ditangguhkan selama dua tahun.9 Meskipun skala ekonomi keempat negara pendiri TPSEP relatif kecil, namun negara-negara tersebut mencanangkan pengembangan bagi perjanjian sebagai basis untuk blok perdagangan Pasifik yang lebih besar
8
9
Rong Chen, 2013, A Critical Analysis of the U.S. “Pivot” toward the Asia-Pacific: How Realistic is Neo-realism?, Connections: The Quarterly Journal, hal 41 Global Research, The Origins and Evolution of the Trans-Pacific Partnership (TPP), diakses dari http://www.globalresearch.ca/the-origins-and-evolution-of-thetrans-pacific-partnership-tpp/5357495 pada 23 november 2016
58
dan memutuskan untuk mengimplementasikan keterbukaan perdagangan antara negara anggota pada tahun 2015. Di tahun 2008, lima negara yaitu AS, Australia, Malaysia, Peru dan Vietnam menyatakan niat untuk bergabung dengan kesepakatan P-4. Kemudian kesembilan negara tersebut sepakat mengubah nama perjanjian menjadi Trans-Pacific Partnership untuk merefleksikan proses perluasan keanggotaan. 10 Pada Maret 2010, dalam putaran pertama negosiasi TPP di Melbourne, Australia, sembilan negara TPP menyepakati proyek yang dikenal dengan kesepakatan perdagangan abad dua satu yang ambisius dengan menyelaraskan aturan dalam hukum ketenagakerjaan, perlindungan lingkungan dan hak kekayaan intelektual. Terhitung sejak masuknya AS dalam perundingan, seluruh negosiasi TPP diambil alih oleh AS. Pada forum pertemuan APEC tahun 2011di Honolulu, AS memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengarahkan pembahasan mengenai TPP di dalam forum yang dihadiri 21 negara anggota APEC tersebut. Implikasi yang jelas terlihat dari kepemimpinan AS dalam TPP adalah ketika Kanada, Jepang dan Meksiko memutuskan bergabung di TPP.
10
Inkyo Cheong, ADBI working Paper Series: Negotiations for the TPP Agreement: Evaluation and Implication and Implication for East Asian Regionalism, hal 6, diakses dari https://www.adb.org/sites/default/files/publication/156283/adbiwp428.pdf pada 25 november 2016.
59
Tabel 3 Proses Negosiasi TPP* TAHUN
PERKEMBANGAN NEGOSIASI Pembicaraan informal antara AS, Chile, Singapura,
Akhir 90-an Australia dan New Zealand tentang integrasi regional Perundingan hanya dilanjutkan oleh Chile, Singapura dan 2002 New Zealand 2005
Brunei bergabung sebagai pendiri TPSEP AS, Australia, Malaysia, Peru dan Vietnam mengutarakan
2008 minat bergabung dalam negosiasi 2009
AS resmi bergabung dalam negosiasi Australia, Peru, Vietnam dan Malaysia bergabung dalam
2010 negosiasi Jepang, Kanada dan Meksiko memperlihatkan minat 2011 bergabung 2012
Kanada dan Meksiko resmi bergabung dalam negosiasi
2013
Jepang resmi bergabung dalam negosiasi
Sumber: Diambil dari berbagai referensi Hingga saat ini TPP sudah beranggotakan 12 negara Asia Pasifik yang kesemuanya juga merupakan anggota APEC. Ke-12 negara tersebut mengakumulasi 40 % total ekonomi dunia dan sepertiga dari perdagangan
60
dunia. Dengan potensi demikian, TPP dianggap sebagai blok perdagangan terbesar dalam sejarah.11 Tabel 4 GDP Negara Anggota TPP (dalam juta dolar AS) ANGGOTA TPP Brunei Darussalam
2013
2014
2015
16.110,6
17.104,6
15.492,0
Australia
1.563.950,9
1.454.675,4
1.339.539,0
Canada
1.837.443,4
1.783.775,5
1.550.536,5
Chile
277.078,7
258.733,3
240.215,7
Japan
4.908.862,8
4.596.156,5
4.123.257,6
323.342,8
338.103,8
296.217,6
1.261.832,9
1.297.845,5
1.144.331,3
New Zealand
190.690,8
200.142,4
173.754,0
Peru
202.028,9
202.855,2
192.083,7
Singapore
300.288,4
306.344,4
292.739,3
16.663.160,0
17.348.071,5
17.946.996,0
171.222,0
186.204,6
193.599,3
Malaysia Mexico
United States Vietnam
Sumber: diambil dari situs Worldbank, UNESCAP (www.unescap.org) Meskipun belum ada teks perjanjian yang resmi dirilis oleh TPP, namun hingga saat ini terdapat 30 bab dalam kesepakatan TPP. Gambaran umum mengenai 30 bab yang sudah dinegosiasikan tersebut mulai dari 11
Yifei Xiao, Competitive Mega-regional Trade Agreements: Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) vs. Trans-Pacific Partnership (TPP), College Undergraduate Research Electronic Journal: 20-04-2015, University of Pennsylvania, hal 5
61
aspek akses terhadap pasar seperti pengurangan hambatan tarif dan non-tarif dan kuota produk agrikultur, hingga pada aturan spesifik dalam isu perdagangan seperti peraturan mengenai hak kekayaan intelektual dan juga standar ketenagakerjaan maupun standar lingkungan12. Dengan penekanan tersebut, kesepakatan TPP ini dinilai oleh banyak pengamat sebagai kesepakatan yang menerapkan “High Standar” dalam segala aspek aturannya.
C.
Tiongkok dan Free Trade Agreement Asia Pacific Dalam diplomasi ekonomi Tiongkok, APEC menjadi salah satu yang paling relevan. Dengan masuknya Tiongkok dalam WTO pada 2001, maka dengan keanggotaan Tiongkok di WTO berhak menentukan untuk melakukan reformasi sesuai dengan peranannya dalam masyarakat internasional, mulai dari perbaikan jangkauan pasar (penurunan biaya masuk atas produk manufaktur dari luar, distribusi dan sebagainya) serta penerapan hak intelektual demi peningkatan daya saing Tiongkok. Hal ini juga kemudian menjadi sarana kepada Tiongkok dan negara-negara AsiaPasifik dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi tiongkok yang begitu pesat, membawa ekspansinya pada kawasan asia pasifik. Kawasan Asia-Pasifik, khususnya negara-negara APEC merupakan wilayah yang paling penting bagi Tiongkok dalam hal aktifitas ekonomi dan 12
Congressional Research Service, The Trans-Pacific Partnership (TPP) In Brief, hal. 3-4 diakses dari http://copyrightalliance.org/wpcontent/uploads/2016/09/R44278.pdf pada 25 november 2016
62
perdagangan. Berdasarkan statistik Trademap, pada tahun 2013, negaranegara APEC menerima 65% dari total ekspor Tiongkok ke seluruh dunia senilai 1,43 trilyun dolar AS dan 46% ekspor Tiongkok tersebut merupakan produk mesin, tools, sparepart, alat-alat listrik dan produk high technology lainnya. 13 Tabel 5 Ekspor Tiongkok ke Negara-negara APEC (juta dolar AS) Tujuan
2011
2012
2013
2014
2015
Dunia
1.898.388 2.048.782 2.209.007 2.342.343 2.281.855
APEC
1.163.471 1.306.789 1.436.369 1.493.364 1.456.013
AS
325.010
352.438
369.063
397.104
410.804
Hong Kong
267.983
323.445
384.497
363.087
334.290
Jepang
148.268
151.626
150.132
149.410
135.896
82.920
87.673
91.164
100.334
101.474
Vietnam
29.091
34.212
48.586
63.731
66.381
Singapura
35.570
40.750
45.831
48.911
53.139
Korea Selatan
Sumber: diolah dari situs resmi Trademap (www.trademap.org) Kegiatan ekspor Impor Tiongkok juga di dominasi oleh negaranegara APEC. Hal ini dapat dilihat dari besarnya ekspor Tiongkok yang mencapai 65% ditujukan pada negara-negara APEC pada tahun 2013. Meskipun mengalami penurunan sekitar 1,5% pada tahun 2014, namun hal
13
Diakses dari www.trademap.org pada tanggal 10 Juli 2016
63
ini tidak begitu memberikan dampak yang signifikan terhadap tiongkok, terlihat dengan kegiatan ekspor Tiongkok ke seluruh dunia tetap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Disisi lain, Tiongkok mengimpor kebutuhannya sekitar 63% dari negara-negara APEC. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut; Tabel 6 Impor Tiongkok dari Negara-negara APEC (juta dolar AS) Eksportir
2011
2012
2013
2014
2015
Dunia
1.743.394 1.818.199 1.949.992 1.958.021 1.681.670
APEC
1.122.568 1.163.534 1.236.458 1.228.271 1.131.265
Korea 162.716
168.728
183.072
190.105
174.563
AS
123.124
133.765
153.394
159.841
150.543
Taiwan
124.910
132.199
156.405
151.996
144.980
Jepang
194.567
177.832
162.245
162.841
143.092
82.667
84.568
98.954
97.674
73.871
Selatan
Australia
Sumber: diolah dari situs resmi Trademap (www.trademap.org) APEC juga sangat penting dalam investasi asing dengan 70% FDI Tiongkok dari kawasan ini. Selama beberapa dekade terakhir, “Triangular Trade” antara Tiongkok, negara Asia Timur dan Amerika Utara khususnya AS telah muncul dan meningkatkan perdagangan intra-regional dengan Tiongkok di Asia Pasifik. Tiongkok mengekspor barang jadi dan barang manufaktur setengah jadi ke pasar AS, sementara Tiongkok mengimpor
64
bahan baku, barang setengah jadi, dan capital goods dari kawasan dan kemudian mereka memprosesnya dengan nilai yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan besarnya volume arus perdagangan, seiring dengan besarnya FDI yang masuk ke Tiongkok, membuat perdagangan Tiongkok terbesar ketiga dan penerima FDI terbesar di dunia. 14 Perlu diketahui
bahwa sebelum menyetujui FTAAP, Tiongkok
telah mengikuti negara lain yang menaruh perhatian pada Regional Trade Agreement (RTA) dan Free Trade Agreement (FTA). Tiongkok telah menandatangani perjanjian dengan enam mitra perdagangan bebas dan saat ini sedang melakukan negosiasi dengan enam mitra untuk perjanjian tersebut. Selain itu, dari beberapa proposal integrasi ekonomi yang ditawarkan kepada Tiongkok, Asia Timur Free Trade Area (EAFTA) yang merupakan usulan negara-negara ASEAN+3 (ASEAN-Tiongkok-JepangKorea) menjadi sangat disukai oleh pemimpin Tiongkok.15 Berdasarkan laporan yang dibuat oleh ADB, sampai saat ini Tiongkok memiliki 33 FTA dengan negara-negara lain. Sepuluh diantaranya sedang dalam proses pengkajian, tujuh sedang berada dibawah negosisasi, dan enam belas sedang berlangsung. 16 diantaranya merupakan kesepakatan dengan negara-negara kawasan Asia-Pasifik, diantaraya: 16 1.
ASEAN-Tiongkok Comprehensive Economic Coorporation Agreement
14
Pacific Economic Cooperation Council. PECC/ABAC joint study on FTAAP 2007 papers. Sheng Bin, The Political Economy of an Asia Pacific Free Trade Area: A China Perspective, dalam APEC Trade Agenda: The Political Economy of a Free Trade Area of the Asia Pacific, diedit oleh PECC dan ABAC, hal.53. Asia Regional Integration Center Tracking Asian Integration. Diakses dari https://aric.adb.org/prc/data pada 15 november 2016
15
16
65
2.
People's Republic of China-Hong Kong, China Closer Economic Partnership Arrangement
3.
People's Republic of China-Macao Closer Economic Partnership Arrangement
4.
People's Republic of China-Thailand Free Trade Agreement
5.
People's Republic of China-Australia Free Trade Agreement
6.
People's Republic of China-Chile Free Trade Agreement
7.
New Zealand-People's Republic of China Free Trade Agreement
8.
People's Republic of China-Japan-[Republic of] Korea Free Trade Agreement
9.
People's Republic of China-[Republic of] Korea Free Trade Agreement
10. People's Republic of China-Peru Free Trade Agreement 11. People's Republic of China-Singapore Free Trade Agreement 12. Comprehensive
Economic
Partnership
for
East
Asia
(CEPEA/ASEAN+6) 13. People's Republic of China-Taipei,China Economic Cooperation Framework Agreement 14. Asia-Pacific Trade Agreement 15. East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) 16. Regional Comprehensive Economic Partnership Meskipun pergeseran perdagangan antara Tiongkok dan partnernya telah meningkat sejak Tiongkok bergabung di WTO, yang kebanyakan diantaranya merupakan anggota APEC, namun para pengusaha eksportir
66
Tiongkok menyatakan keperihatinan yang besar terhadap semua jenis hambatan teknis dan tindakan-tindakan perlindungan lain terhadap ekspor Tiongkok, misalnya barang pertanian, peralatan elektronik, mainan, alas kaki, produk karet, dan tekstil dan pakaian. Oleh karena itu, inisiatif untuk mengurangi hambatan perdagangan di Asia-Pasifik diperkirakan akan menyelesaikan masalah ketidakseimbangan yang terjadi, perselisihan dan krisis antara Cina dan mitranya di kawasan itu.17 APEC adalah satu forum kerjasama ekonomi di kawasan asia pasifik yang cukup diperhitungkan dalam beberapa dekade terakhir. Dibentuk tahun 1989, forum ini relatif cukup agresif dalam membahas isuisu ekonomi, khususnya upaya pembentukan liberalisasi perdagangan dan investasi kawasan. Pada tahun 1994 menjadi momentum para pemimpin APEC memebahas tentang penguatan kerjasama ekonomi negara-negara anggota APEC. Hal tersebut yang kemudian dikenal sebagai “Bogor Goals”. Bogor Goals adalah seperangkat tujuan yang ditargetkan untuk mewujudkan perdagangan bebas dan terbuka di Asia-Pasifik yang disepakati oleh anggota ekonomi pada tahun 1994 di Bogor, Indonesia. Para pemimpin telah setuju untuk mengadopsi tujuan jangka panjang perdagangan bebas dan terbuka, serta investasi di Asia-Pasifik. Tujuan ini akan ditempuh dengan mengurangi
hambatan
perdagangan
dan
investasi
dan
dengan
mempromosikan free flows good, jasa dan modal antar pelaku ekonomi APEC. Inisiatif tersebut bertujuan untuk peningkatan arus modal untuk
17
Pacific Economic Cooperation Council. 2007. Op.Cit hal 2
67
barang, orang, investasi dan layanan untuk lintas batas. Beberapa contohnya termasuk penyederhanaan prosedur kepabeanan dan mengurangi tarif serta meningkatkan iklim usaha di negara anggota.18 Pembentukan integrasi ekonomi kawasan menjadi satu agenda penting APEC dalam beberapa tahun terakhir. Poin penting yang dapat disimpulkan
deklarasi
mempromosikan
Bogor
regionalisme
tahun terbuka
1994
adalah
yang
bahwa
APEC
mendukung
sistem
perdagangan multilateral dan Bogor Goals. Menurut deklarasi Bogor, penguatan kerjasama ekonomi APEC akan didasarkan pada kemitraan yang setara, tanggung jawab bersama, saling menghormati, untuk kepentingan bersama, dan manfaat umum. APEC juga akan memajukan multilateral sistem perdagangan, liberalisasi perdagangan dan investasi di wilayah AsiaPasifik, dan pembangunan kerjasama Asia Pasifik. Selain itu, pada deklarasi tersebut, mereka menentang adanya sebuah blok perdagangan yang melihat kedalam serta hal yang dapat menghambat perdagangan bebas tingkat global. APEC akan mendukung Bogor Goals dengan memajukan perdagangan bebas dan liberalisasi investasi. Dengan demikian hasil dari liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik akan megurangi hambatan dalam APEC dan juga antara pelaku ekonomi APEC dan pelaku ekonomi non-APEC. APEC juga akan memastikan bahwa pembangunan ekonomi non-APEC juga memperoleh keuntungan dari perdagangan dan liberalisasi investasi APEC. Selain itu, upaya liberalisasi 18
APEC,
Bogor Goals, Dipublikasikan pada 13 may 2015. Diakses dari http://www.apec.org/About-Us/About-APEC/Fact-Sheets/Bogor%20Goals.aspx, diakses pada 10 november 2016.
68
perdagangan dan investasi APEC akan sesuai dengan
Aturan GATT /
WTO.19 Secara khusus, konsep regionalisme terbuka dapat dimanfaatkan untuk memastikan bahwa APEC mampu mewujudkan FTAAP dalam bentuk perjanjian perdagangan bebas (FTA), meskipun APEC telah menyatakan sebelumnya bahwa hal itu bertentangan dengan pembentukan blok perdagangan. Ini berarti bahwa perjanjian FTAAP akan harus transparan dan terbuka. Dengan demikian,
FTAAP akan memajukan
integrasi ekonomi regional APEC dan “open regionalism”.20 Komitemen Bogor Goals Dalam deklarasi tersebut, anggota APEC sepakat untuk terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi tahun 2010 bagi ekonomi maju dan tahun 2020 bagi ekonomi berkembang. Selanjutnya, untuk mencapai tujuan tersebut APEC juga telah memulai membahas langkah lebih lanjut dengan upaya pembentukan Free Trade Area of Asia Pacific (FTAAP).21 Keinginan APEC untuk memajukan Free Trade Area Asia-Pasifik (FTAAP) telah meningkat sedari bebarapa tahun lalu. Ini kemudian menjadi alasan mengapa APEC mengadakan Collective Strategic Study FTAAP, meskipun sampai saat ini APEC menganggap FTAAP menjadi tujuan jangka panjang. Ini berarti bahwa ada peluang besar bagi 19
20
21
Chen-Seng Ho, 2014, Advancing an APEC Framework for Realizing FTAAP, Paper dipresentasikan pada ASCC Confrence 2014 di Qiandao, China. Diakses dari http://www.ascperuredap.org/documentos/chen_sheng_ho_Formulating_Guidelines_for_Attaining_t he_FTAAP.pdf pada 25 november 2016 Chen-Seng Ho, 2016, Formulating Guidines for Attaining the FTAAP, Research Fellow Chinese Taipei APEC Study Center. Paper dipresentasikan pada ASCCC 2016 Arequipa, Peru, diakses dari http://www.ascperuredap.org/documentos/chen_sheng_ho_Formulating_Guidelines_for_Attaining_t he_FTAAP.pdf pada 25 November 2016 Sigit Aris Prasetyo, 2011, APEC dan Proses Integrasi Ekonomi Regional di Kawasan Asia Pasifik, Jurnal Kajian Wilayah, Vol.2 No. 2, PSDR LIPI hal.260
69
APEC untuk membahas masa depan FTAAP. Dengan batas waktu untuk mencapai Bogor Goals yang akan terealisasi pada tahun 2020, APEC harus merundingkan tujuan yang tepat setelah Bogor Goals, hal ini untuk melanjutkan kemajuan integrasi ekonomi regional APEC. Dorongan dibentuknya FTAAP sebenarnya berasal dari masukan APEC Business Advisory Council‟s (ABAC) tahun 2004 yang mengusulkan APEC untuk mempelajari fisibilitas FTAAP. Banyaknya free trade di kawasan menjadikan kerjasama menjadi lebih kompleks sehingga dan memberikan
efek
“noodle
bowl”
atau
“Sphagetti
bowl”
yang
membingungkan kalangan bisnis, serta menambah biaya dan beban administrasi.
Pembentukan
FTAAP
bertujuan
untuk
meningkatkan
perdagangan dan inverstasi dan kemakmuran ekonomi kawasan. Namun demikian, gagasan tersebut tidak langsung dapat diterima dalam pertemuan para pemimpin APEC (APEC Economic Leader‟s Meeting - AELM APEC) 2004 di Santiago, Chile, dan APEC AELM 2005 di Busan, Korea.22 Dua tahun setelah pengkajian FTAAP ditolak, baru pada pertemuan puncak para pemimpin ekonomi APEC (AELM) di Hanoi, Vietnam tahun 2006 gagasan tersebut diterima para pemimpin APEC. Para pemimpin APEC tersebut menginstruktrisikan para menteri dan pejabat tingginya untuk mengkaji lebih lanjut mengkaji lebih lanjut cara dan langkah-langkah demi
mendorong integrasi ekonomi regional (Regional
Economic
Integration – REI), diantaranya dalam jangka panjang melakukan kajian
22
Ibid 262
70
tentang kemungkinan pembentukan Free Trade Area of the Asia Pasific (FTAAP) yang merupakan salah satu cara/opsi mendorong tercapainya integrasi ekonomi regional. 23 Dalam hal ini, pada tahun 2006, ekonomi APEC sepakat untuk meneliti prospek jangka panjang dari Free Trade Area Asia-Pasifik (FTAAP). Mulai tahun 2010, para pemimpin APEC sepakat untuk membentuk suatu format yang berbeda tentang FTAAP. Hasil KTT APEC 2010 salah satunya menyepakati pembentukan FTAAP dibahas diluar APEC yang merupakan opsi meghindari deadlock penentuan nasib FTAAP dikarenakan adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam APEC sendiri, misalnya prinsip non-binding yang diterapkan dalam sistem APEC. Selanjutnya dalam dekalarasi tersebut, para pemimpin APEC sepakat bahwa ke depan APEC berperan sebagai inkubator FTAAP, sebagai “defining”, “shaping” dan “addressing” pembentukan “next generation” isu-isu perdagangan dan investasi di dalam FTAAP. Tahap pembentukan FTAAP di luar APEC dapat diartikan sebgai “second phase” atau “second opportunity” pembentukan integrasi ekonomi melalui FTAAP. 24 Selain itu Pemimpin APEC menginstruksikan APEC untuk mengambil langkah-langkah konkret menuju realisasi FTAAP dengan mengembangkan dan membangun usaha yang sedang berlangsung seperti ASEAN+3, ASEAN+6 (RCEP), dan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) 23 24
Ibid 263 Malcolm Cook, Singapore APEC Studies Centre, ISEAS, APEC and FTAAP: Matching Inspiration and Reality, diakses dari http://www.apec.org/~/media/Files/Groups/ASCC/2016/ASCCC_2015_Program _Booklet1.pdf pada 25 november 2016
71
mungkin jalur ke FTAAP. Hal yang menjadi penting diperhatikan dalam pembahasan
ini
juga
diantaranya
mengenai
peningkatan
kualitas
pertumbuhan untuk menjadi lebih seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif dan aman. Hal ini diperlukan ketika APEC mengejar tujuan intinya dari agenda perdagangan dan investasi yang sifanya dinamis dalam upayanya untuk memperkuat integrasi ekonomi Asia-Pasifik. Pada dasarnya, strategi APEC berfokus pada lima sifat untuk pertumbuhan ekonominya yaitu pertumbuhan yang seimbang (Balanced Growth), pertumbuhan yang inklusif (Inclusive Growth), Pertumbuhan yang berkelanjutan (Suistanable Growth), Pertumbuhan yang inovatif (Innovative Growth) dan pertumbuhan yang terjamin/aman (Secure Growth).25 Keberlanjutan pembahasan mengenai FTAAP baru kemudian dituangkan kedalam peta jalan (roadmap) pada tahun 2014 sebagai bentuk upaya untuk merealisasikannya. Pada pertemuan puncak di Beijing bulan November
2014
para
pemimpin
ekonomi
APEC
memerintahkan
dilakukannya kajian yang seksama, komprehensif, dan mendalam (Collective Strategic Study) agar peta jalan ke depan menjadi lebih jelas. 26 Pemimpin APEC memutuskan untuk memulai dan memajukan proses secara komprehensif dan sistematis cara menuju terwujudnya FTAAP dan mengesahkan “Beijing Roadmap” untuk realisasi FTAAP. Selain itu, para pemimpin APEC menyambut pembentukan Committee on Trade and 25 26
Chen-Seng Ho, 2016, Op.Cit. hal 6 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015, Indonesia Berhati-hati Sikapi Perdagangan Bebas Asia Pasifik, diakses dari http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/05/19/indonesia-berhati-hati-sikapiperdagangan-bebas-asia-pasifik-id0-1432008422.pdf pada 10 november 2016.
72
Investment (CTI) dan Friends of The Chair Group (FoTC) dalam Penguatan Integrasi Ekonomi Regional dan Memajukan FTAAP, serta mendesak FoTC untuk memulai kajian strategis kolektif tentang isu-isu yang berkaitan dengan realisasi FTAAP dan menginstruksikan para pejabat untuk melakukan penelitian, berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dan melaporkan hasilnya pada akhir 2016.27 Berikut ini merupakan pernyataan pandangan mengenai FTAAP Dari Beijing Roadmap: 1. FTAAP akan mendukung dan melengkapi sistem perdagangan multilateral. 2. FTAAP harus komprehensif, berkualitas tinggi dan sifatnya „futuristic‟ dalam isu-isu perdagangan dan investasi di masa depan. 3. APEC akan mencapai Bogor Goals tahun 2020. Bogor Goals akan memajukan kontribusi APEC untuk merealisasikan FTAAP. 4. FTAAP akan direalisasikan di luar APEC, sejalan dengan proses APEC. APEC harus menjaga prinsip-prinsip kerjasama non-binding dan sukarela. 5. FTAAP harus bertujuan untuk meminimalkan efek negatif yang dihasilkan dari proliferasi RTA / FTA dan akan ditempuh dengan membangun dari regional. Upaya yang lebih besar harus dilakukan menentukan jalur untuk FTAAP. termasuk TPP dan RCEP. 27
CTI Report to Ministers, 2015, Summary Report of Seminar On Collective Strategic Study on Issues Related to Realization of the FTAAP Cebu City, Philippines, diakses dari http://publications.apec.org/file-download.php?filename=app8Summary%20of%20Seminar%20on%20FTAAP.pdf&id=1683_toc pada 11 november 2016.
73
6. APEC akan berpartisipasi dalam usaha regional berkelanjutan dan persiapan untuk realisasi FTAAP. 28 Pada tanggal 29 Agustus 2015, kemudian terlaksana Seminar Kolektif Studi Isu Strategis Terkait Realisasi FTAAP yang diadakan di Kota Cebu, Filipina. Seminar yang diselenggarakan oleh Tiongkok dan disponsori oleh Peru, Filipina, Chili serta Amerika Serikat, menerima lebih dari 100 peserta dari pemerintah, akademisi dan sektor swasta lembagalembaga regional. Peserta memiliki intensif diskusi tentang sejumlah isu yang terkait dengan FTAAP, yaitu signifikansinya & dampak ekonomi, peluang dan tantangan, elemen potensial serta mungkin jalur ke FTAAP, yang menyediakan informasi update dan berbagai perspektif penting untuk CSS akan selesai pada akhir 2016. Sebelumnya, pada bulan Mei 2015, FotC melaporkan TOR dari CSS untuk diperkenalkan di CTI2 dan SOM2. Pada bulan Agustus 2015, Co-Conveners diserahkan kepada Satuan Tugas rancangan untuk diusulkan Mekanisme untuk editing akhir dari CSS. Pada bulan November 2015, Co-Conveners dari Satuan Tugas, bersama dengan negara tuan rumah, memberikan laporan kemajuan ke CTI. Pemimpin APEC menegaskan keyakinan mereka deklarasi di Manila dan menegaskan kembali visi mereka yang terkandung dalam Persiapan FTAAP. 29 Selain itu, mereka juga mengumumkan strategi APEC untuk memperkuat kualitas pertumbuhan. Para pemimpin telah mengakui kontribusi yang signifikan oleh APEC untuk pertumbuhan ekonomi global. 28 29
Chen-Sheng Ho, 2016, Loc.Cit. Ibid.
74
Mereka menekankan bahwa liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi berkelanjutan menjadi poros penggerak dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Dalam peningkatan kualitas pertumbuhan memerlukan upaya bersama antara negara APEC. Strategi kualitas pertumbuhan APEC 2015 dibangun atas strategi pertumbuhan APEC di tahun 2010 melalui peningkatan pertumbuhan yang berkualitas, seperti yang disebutkan oleh The Key Accountability Areas (KAAs) yang berfokus pada pembangunan institusi, kohesi social, dan dampak lingkungan. Ketiga KAA tersebut akan berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan yang berkualitas dan memberikan daya tarik untuk lima sifat pertumbuhan ekonomi APEC. 30 Secara berkelanjutan, pada tahun 2016 dalam pertemuan APEC di Peru yang mengangkat tema “Quality Growth and Human Development” yang melihat kualitas manusia dalam pertumbuhan ekonomi. Selain itu, salah satu prioritas APEC dalam pertemuan yang dilakukan pada tanggal 17-18 mei tersebut juga membahas tentang integrasi ekonomi regional dan kualitas pertumbuhan yang menjadi tema pembahasan dari APEC 2015. Berikut ini merupakan prioritas program kerja APEC pada tahun 2016, diantaranya:31 1.
30 31
Meningkatkan integrasi regional dan kualitas pertumbuhan.
Ibid APEC, Ministers Responsible for Trade Meeting, 2016 SOM Chair’s Report to the Meeting of Ministers Responsible for Trade, diakses dari http://www.apec.org/Meeting-Papers/Sectoral-MinisterialMeetings/Trade/2016_trade.aspx, pada 25 November 2016
75
SOM sepakat untuk terus memperdalam upaya bersama untuk meningkatkan integrasi ekonomi regional dan mendukung sistem perdagangan multilateral. 2.
Memperbanyak Regional food Market. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan rencana kerja kemitraan kebijakan keamanan pangan, upaya berkelanjutan untuk melaksanakan APEC Food Security Roadmap menuju 2020. Seiring mendorong hasil penelitian ABAC yang bertugas mempengaruhi hambatan non tarif dalam perdagangan makanan.
3.
Menuju modernisasi UMKM di Asia-Pasifik. Adanya pengakuan terhadap usaha mikro, kecil dan menengah untuk pertumbuhan ekonomi, perdagangan, lapangan kerja dan inovasi.
4.
Pembangunan Manusia. Tema Umum: Pembangunan Inklusif dan Kualitas Pendidikan a) Sub-tema 1: Kompetensi: Persiapan individu untuk pendidikan, Basic, Higher, Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (TVET), dan Lifelong Learning b) Sub-tema 2: Inovasi: Promosi Sains, Teknologi dan Inovasi c) Sub-tema 3: Employability: Transisi dari Pendidikan untuk bekerja untuk mendukung perekonomian dan pertumbuhan sosial
5.
Rekomendasi untuk kementerian perdagangan. a) Dukungan untuk sistem ultilateral perdagangan
76
b) Laporan oleh komite perdagangan dan investasi c) Integrasi ekonom regional d) Strategi pertumbuhan, konektifitas, e) UMKM f) Green Development and green growth g) Dialog kebijakan tingkat tinggi dan pertemuan tingkat menteri
77