BAB III ANALISIS ISI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM QS. LUQMAN MENURUT KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH
A. Identifikasi Surah Luqman Ayat 12-19 1. QS. Luqman ayat 12-19
52
53
2. Asbabun Nuzul a. Menurut musthafa Al-Maraghi meriwayatkan dalam tafsirnya: Sa’ad bin Malik berkata: ayat ini diturunkan berkenaan denganku. Aku sangat mencintai dan menghormati ibuku. Saat aku masuk Islam. Ibuku tidak setuju dan berkata: “Anakku, kamu pilih salah satu: kamu tinggalkan Islam atau aku akan mogok makan dan minum hingga aku mati?” Aku bertekad untuk tetap dalam Islam. Namun ibuku melaksanakan ancamannya sampai 3 hari 3 malam. Akupun sedih dan berkata: “Ibu, jika ibu memiliki 100 jiwa dan satu persatu meninggal, aku akan tetap dalam islam. Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak”. Ibuku pun luluh dan makan kembali.60 b. Ibnu Katsir meriwayatkan dalam tafsirnya: Abdullah menegaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan nasihat Rasulullah kepada sahabat tentang wasiat Lukman kepada anaknya. Kala turun surah AlAn’am ayat 82, para sahabat merasa keberatan: “Wahai Rasul, siapa diantara kami yang dapat membersihkan keimanan dari kezaliman?” Apakah kalian telah mendengar nasihat Lukman kepada anaknya: “Anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena itu adalah kezaliman yang paling besar”.61
60
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1992), Jilid 21, h. 156. 61
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Salim Bahresy dan Said Bahresy, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992), Jilid 4, h. 251.
54
3. Munasabah Ayat Melalui asbabun nuzul surah Luqman ayat 12-19, khususnya pada ayat 13, telah dijelaskan bahwa ayat ini terkait ketika turunnya surah Al-An’am ayat 82:
Allah Swt. mendidik kita agar mempunyai akidah, dan membersihkan keimanan
dari
kedzaliman.
Untuk
membersihkannya
maka
Abdullah
meriwayatkan agar memperhatikan wasiat Lukman kepada anaknya agar tidak menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah itu merupakan kedzaliman yang besar.62 4. Penafsiran QS. Luqman Ayat 12-19 a. Sukur Firman Allah Swt dalam QS. Luqman ayat 12:
Ayat ini menguraikan tentang salah seorang yang bernama Lukman alHakim yang dianugerahi Allah Swt. hikmah. Terlepas dari pendapat-pendapat dan riwayat-riwayat apakah Lukman itu seorang Nabi atau bukan, apakah ia orang Sudan atau keturunan Bani Israil, maka yang jelas Lukman Al-Hakim adalah seorang hamba yang telah dianugerahi Allah hikmah.
62
Ahmad Hatta, Tafsir Al-Qur‟an Perkata, dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta: Pustaka Magfirah, 2009), h. 412.
55
Kata syukur diambil dari kata syakara yang maknanya pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerahNya dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada Allah serta dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.
Syukur
didefinisikan
oleh
beberapa
ulama
dengan
memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Artinya, bagaimana menggunakan nikmat yang diberikan Maha Pencipta sebagaiman yang dikehendakiNya. Dalam bersyukur perlu mengenal siapa yang menganugerahi nikmat kepadanya. Serta harus mengetahui bagaimana cara menggunakan nikmat itu sebagaimana yang dikehendaki-Nya sehingga apa yang dianugerahkan itu benar-benar digunakan sesuai dengan dikehendaki Maha Pemberi Nikmat. Sayyid Qutb menulis bahwa: “Hikmah, kandungan, dan konsekuensinya adalah syukur kepada Allah. Hikmah adalah syukur karena, dengan bersyukur seperti yang diuraikan diatas, seseorang mengenal Allah dan mengenal anugerahNya, dan dengan mengenal Allah akan kagum dan patuh kepada-Nya, dan mengenal dan mengetahui fungsi anugerah-Nya, seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar, lalu atas dorongan kesyukuran itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula”.63
63
M. Quraish Shihab, op,cit., h. 293.
56
Pada ayat terakhir Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah, berarti ia bersukur untuk dirinya sendiri. Sebab, Allah akan menganugerahkan kepadanya pahala yang banyak karena syukurnya itu. Firman Allah swt dalam QS. An-Naml ayat 40:
Orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersukur kepada-Nya berarti ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena Allah tidak akan memberinya pahala bahkan menyiksanya dengan siksaan yang pedih. Allah sendiri tidak memerlukan sukur hamba-Nya karena sukur hamba-Nya itu tidak akan memberikan keuntungan kepada-Nya sedikit pun, Dia Maha Kuasa lagi Maha Terpuji.64 Rasa sukur dinyatakan dengan mengetahui bahwa tiada pemberian kenikmatan selain Allah Swt. lalu jikalau engkau ketahui rincian-rincian nikmat Allah Swt. atas dirimu pada anggota-anggota badanmu, tubuh serta jiwamu dan segala yang engkau perlukan daripada urusan penghidupanmu, timbulah dihatimu kegembiraan terhadap Allah beserta nikmat-Nya dan karunia-Nya atas dirimu. Sedangkan dengan hati, rasa sukur tersebut dinyatakan dengan menyembunyikan kebaikan dari seluruh manusia serta menghadirkannya selalu di dalam mengingat Allah Swt. serta pada akhirnya tidak pernah melupakannya. 64
549
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, ( Jakarta: Lentera Abadi, 2010 ), h.
57
Adapun dengan lisan, engkau nyatakan dengan banyak mengucap tahmid. Serta dengan anggota tubuh dinyatakan dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah Swt. dengan menaati-Nya serta menghindari dari penggunaan nikmat-Nya untuk mendurhakai-Nya.65 b. Perintah Tidak menyekutukan Allah Firman Allah dalam QS. Luqman ayat 13:
Lukman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan jangan menyekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.66 Dari ayat ini dipahami bahwa diantara kewajiban ayah kepada anakanaknya adalah memberikan nasihat dan pengajaran untuk beriman kepada Allah, sehingga anak-anaknya menjadi anak yang beriman dan dapat menempuh jalan yang benar dan terhindar dari kesesatan. Firman Allah Swt. dalam QS. At-Tahrim ayat 6:
65
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, ( Surabaya: Himmah Jaya, 2004 ), h. 223.
66
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 298.
58
Jika diperhatikan susunan kalimat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lukman melarang anaknya untuk menyekutukan Allah. larangan ini adalah sesuatu yang memang patut disampaikan Lukman kepada putranya karena menyekutukan Allah merupakan dosa yang besar.67 Lukman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berarti menyamakan kedudukan Allah, yang hanya Dialah pemberi segala nikmat, dengan sesuatu yang tidak memiliki nikmat apapun yaitu berhala-berhala.68 c. Perintah berbuat baik kepada orang tua Firman QS. Luqman ayat 14-15
Ayat diatas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Lukman kepada anaknya. Ia disisipkan Alquran untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orangtua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah Swt. Ayat diatas tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan pada jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di samping itu, peranan bapak dalam 67
Kementerian Agama, op, cit., h. 550.
68
Ahmad Mushtafa al-Maraghi, op, cit., h. 153.
59
konteks kelahiran anak lebih ringan dibanding dengan peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran dipikul oleh ibu sendirian. Betapapun peranan ayah tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, jasanya tidak diabaikan karena itu anak memiliki kewajiban untuk mendoakan keduanya, terutama ibu. Kata
ًىنا
berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini
kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan, dan pemeliharaan anak. Patron kata yang digunakan ayat ini mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu dalam dirinya dan dipikulnya. Firman-Nya:
ًفصانو في عايينdan penyapihannya di dalam dua tahun
mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tetapi juga untuk menumbuhkembangkan anak dalam kodisi fisik dan psikis yang prima.69 Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya dan mewujudkan keinginannya. Pada ayat-ayat lain, Allah juga memerintahkan yang demikian, firman Alah dalam QS. Al-Isra ayat 23 :
69
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 301-302.
60
Kemudian Allah menjelaskan bahwa maksud dari “Berbuat baik” dalam ayat ini adalah agar manusia selalu bersukur setiap menerima nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan bersukur pula kepada ibu bapak karena keduanya yang membesarkan, memelihara, dan mendidik serta bertanggung jawab atas diri mereka, sejak dalam kandungan sampai mereka dewasa dan sanggup berdiri sendiri. Masa membesarkan anak merupakan masa sulit karena ibu bapak menanggung segala macam kesusahan dan penderitaan, baik dalam menjaga maupun dalam usaha mencarikan nafkah anaknya.70 d. Mempertahankan Akidah dan Keimanan
”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu dengan itu, maka janganlah kamu mematuhi keduanya”. Tetaplah berbakti dan patuh kepada kedua orang tuamu selama mereka hidup dan dalam urusan dunia bukan akidah dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai mengorbankan akidah agamamu. Kata
جيذاكterambil dari kata جيذyang berarti kemampuan. Patron kata
yang digunakan ayat ini menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun dilarangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk ancaman, tentu lebih-lebih lagi bila sekedar imbauan atau peringatan. 70
Kementerian Agama, op, cit., h. 552.
61
Yang dikmaksud dengan
يانيس نك بو عهى
yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu adalah tidak ada pengetahuan tenatang kemungkinan terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak ada objek yang diketahui. Di sisi lain, kalau sesuatu yang tidak diketahui duduk soalnya, boleh tidaknya telah dilarang, tentu lebih terlarang lagi apabila telah terbukti adanya larangan atasnya. Bukti-bukti tentang keesaan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya terlalu banyak sehingga penggalan ayat ini merupakan penegasan tentang larangan mengikuti siapapun walau kedua orang tua dan walau dengan memaksa anaknya mempersekutukan Allah. Kata
يعرًفا
mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik
selama tidak bertentangan dengan akidah islamiyah. Kata
انذنيا
mengandung
pesan, yang pertama, bahwa mempergauli dengan baik itu hanya dalam urusan keduniaan, bukan keagamaan. Kedua, bertujuan meringankan beban tugas itu karena berlaku hanya untuk sementara yakni selama hidup didunia, yang hariharinya terbatas sehingga tidak mengapalah memikul beban kebaktian kepadaNya. Thabathaba’i berkomentar bahwa Allah berpesan agar setiap orang menyertai ibu bapaknya dalam urusan keduniaan, bukan agama yang merupakan jalan Allah dengan cara yang baik sesuai dengan pergaulan yang dikenal, bukan yang mungkar sambil memerhatikan kondisi keduanya dengan lemah lembut tanpa kekerasan. Anak juga harus dapat memikul beban yang dipikulkan diatas pundaknya oleh kedua ibu bapaknya itu karena dunia tidak lain kecuali hari-hari
62
yang terbatas dan masa yang berlalu. Adapun agama, jika keduanya termasuk orang yang senang kembali kepada Allah (mengikuti ajaran-Nya), hendaklah engkau mengikuti jalan kedua orang tu kepadamu itu. Tetapi, kalau tidak demikian, maka ikutilah jalan selain mereka yaitu jalan orang-orang yang kembali kepada Allah.71 Ayat ini, menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk menyekutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu karena menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan. Selanjutnya Allah memerintahkan agar seorang anak tetap bersikap baik kepada kedua orang tuanya dalam urusan dunia, seperti menghormati, menyenangkan hati, serta memberi pakaian dan tempat tinggal yang layak baginya. Walaupun mereka memaksanya untuk menyekutukan Allah atau melakukan dosa yang lain.72 Pada ayat lain diperingatkan bahwa seorang anak wajib mengucapkan kata-kata yang baik kepada kedua orang tuanya. Jangan sekali-kali bertindak atau mengucapkan kata-kata yang menyinggung hatinya sekalipun hanya kata-kata “ah”. Firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 23:
71
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 304.
72
Kementerian Agama, op, cit., h. 554.
63
e. Kekuasaan Allah Firman Allah dalam QS. Luqman ayat 16:
Ayat diatas melanjutkan wasiat Lukman kepada anaknya. Kali yang diuraikan adalah kedalaman ilmu Allah Swt., diisyaratkan pula dipenutup ayat yang lalu dengan pernyataan-Nya: “..maka ku beritakan kepada kamu apa yang telah aku kerjakan” Lukman berkata: “wahai anakku, seseungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik atau buruk walau seberat biji sawi dan berada pada tempat yang tersembunyi, misalnya didalam batu karang sekecil, sesempit, dan sekokoh apapun batu itu, atau dilangit yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam dimanapun keberadaannya niscaya Allah akan mendatangkannya lalu memperhitungkannya dan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha Halus menjangkau segala sesuatu lagi Maha Mengetahui segala sesuatu sehingga tidak satu pun luput dari-Nya. Ketika menafsirkan kata
خردلpada QS. Al-Anbiya ayat 47, dalam Tafsir
Al-Muntakhab dinyatakan bahwa satu kilogram biji Khardal terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat satu butir biji sawi hanya sekitar satu perseribu gram, kurang lebih 1 mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat
64
manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering digunakan oleh Alquran untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus.73 Ayat yang lalu berbicara tentang keesaan Allah dan larangan mempersekutukan-Nya, ayat ini menggambarkan kuasa Allah melakukan perhitungan atas amal-amal perbuatan manusia diakhirat nanti. Firman Allah
ّ ت بِيَا َُللا ِ ْيَأ
“ Niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasnya),” Allah akan menghadirkannya pada hari kiamat ketika Dia mendirikan timbangan keadilan serta membalasnya. Jika kebaikan, maka dia akan dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan maka Dia akan balas dengan siksaan. Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 47:
f. Amal Saleh Firman Allah dalam QS. Luqman ayat 17:
1) Shalat Lukman melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak. Nasihat Lukman pada ayat diatas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan 73
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 306
65
amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat serta amal-amal kebajikan yang tecermin dalam amr ma‟ruf nahi munkar juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.74 Perintah Lukman kepada anaknya untuk mengerjakan salat dengan sebaikbaiknya, sehingga diridhai Allah. Jika salat yang dikerjakan itu diridhai oleh Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.75 Firman Allah Swt dalam QS. Al-Ankabut ayat 45:
Shalat bila dilakukan dengan khusyu’ menyempurnakan ruku’ dan sujud akan membersihkan dosa-dosa hingga tidak tersisa, kecuali dosa-dosa besar kita. Shalat yang seperti itu akan memberikan kenikmatan dan kebesaran bagi jiwa sang hamba, karena dia didirikan dengan menghadirkan hati. Tanpa kehadiran hati, maka ucapan zikir dan doa kita, akan sia-sia dan tak ada artinya. Karena ucapan yang tidak menggambarkan isi hati akan setara dengan igauan. Tanpa kehadiran hati, percuma saja segala gerakan tubuh dalam shalat. Karena kalau badan shalat, tetapi hatinya tidak hadir, maka gerakan tubuh yang tampak dianggap sebagai gerakan yang tak punya arti apa-apa.
74
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 309.
75
Kementerian Agama, op,cit., h. 555.
66
Hasan al-Bashri ra. berkata : Setiap shalat yang tidak menghadirkan hati, maka shalatnya akan lebih mempercepat kepada siksa. Sementara setan yang dilaknat Allah selalu menyibukkan orang mukmin ketika sedang shalat. Tujuan setan yang demikian adalah jelas, yaitu orang mukmin yang sedang shalat supaya tidak menghadapkan wajahnya kepada Allah dan hadir bersama-Nya dalam shalatnya.76 2) Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menyuruh
mengerjakan
ma‟ruf,
mengandung
pesan
untuk
mengerjakannya karena tidaklah wajar menyuruh orang lain sedangkan diri sendiri belum mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Lukman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma‟ruf dan menjauhi munkar, tetapi memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Disisi lain, membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.77 Ma’ruf adalah “Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas”, selama sejalan dengan Al-Khair (kebajikan), yaitu nilai-nilai Ilahi. Munkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. karena itu QS. Al-Imran ayat 104 menekankan :
76
M. Arifin Ilham, Mendzikirkan Mata Hati, ( Depok: Intuisi Press, 2004 ), h. 88.
77
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 308
67
3) Sabar Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.78 Kata sabar maknanya berkisar 3 hal : Menahan, Ketinggian Sesuatu, Sejenis batu. Ketiga makna tersebut saling terkait. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang terbaik. Menurut Thabathaba’i bersabar yakni menahan diri, termasuk dalam „Azm yang berarti tekad dan keteguhan, akan terus bertahan selama masih ada sabar. Dengan demikian, kesabaran diperlukan oleh tekad serta kesinambungannya.79 g. Adab dan Sopan santun Firman Allah dalam QS. Luqman ayat 18-19:
78
Kementerian Agama RI, op, cit.,h. 555.
79
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 309.
68
Nasihat Lukman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Beliau menasehati anaknya dengan berkata: Dan wahai anakku, di samping butir-butir nasihat yang lalu, janganlah juga engkau berkeras memalingkan pipimu, yakni mukamu, dari manusia siapapun dia diidorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi, tampilah dengan wajah yang berseri dan penuh kerendahan hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut dan penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan kasih sayangnya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan napas yang buruk.
69
Kata
تصعِّرterambil dari kata انصعرyaitu penyakit yang menimpa unta
dan menjadikan lehernya keseleo sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat diatas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Kata
في االرضmengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah
sehingga dia hendaknya jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh ditempat itu. Menurut Ibn Asyur bumi adalah tempat berjalan semua orang, yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan yang miskin, penguasa dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain. Kata
يختاال
terambil dari kata
خيال
yang berarti khayal. Kata ini pada
mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya bukan kenyataannya. Biasanya, orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Begitu juga dengan kata فخٌراbermakna membanggakan diri. Kata mukhtal dan fakhur mengandung makna kesombongan. Kata pertama kesombongan yang ditampilkan dalam tingkah laku. Kata kedua kesombongan yang ditampilkan melalui ucapan-ucapan. Demikian Lukman al-Hakim menasehati anaknya yang mencakup pokok-pokok agama. Di sana ada akidah, syariat dan akhlak, tiga unsur ajaran Alquran.80
80
Ibid., h. 312
70
Pada ayat 18-19 ini menerangkan lanjutan wasiat lukman kepada anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara: 1) Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah : -
Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.
-
Berjalan dengan sikap angkuh seakan-akan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 37 :
2) Hendaklah berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh dan sombong, dan lemah lembut dalam bicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah dengan suara keledai yang tidak nyaman didengar. Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya. Adapun berjalan dengan sikap
71
gagah dan wajar, serta berkata dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak dilarang oleh agama.
B. Analisis 1. Peran Orangtua dalam Mencerdaskan Spiritual Anak dalam QS Luqman Menurut Kajian Tafsir Al-Mishbah Dalam versi agama kecerdasan spiritual adalah kecerdasan ruhaniah. Kecerdasan ini dapat menimbulkan kebenaran yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sehingga dapat melahirkan kemampuan atau kapasitas seseorang untuk penggunaan nilai-nilai agama yang baik dalam berhubungan dengan Allah atau hubungan dengan manusia. Yang dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertanggung jawab didunia maupun diakhurat, sedangkan kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuan utnuk mengelola hal yang berkaitan dengan duniawi saja. Kecerdasan ruhaniah sangat erat kaitannya dengan cara dirinya mempertahankan prinsip lalu bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsipnya itu dengan tetap menjaga keseimbangan dan melahirkan nilai manfaat yang bersesuaian. Prinsip merupakan fitrah paling mendasar bagi harga diri manusia. Nilai takwa dan tanggung jawab merupakan ciri profesional. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas bathin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi. Menurut Ali bin Abi Thalib kecerdasan spiritual adalah karunia tertinggi yang diberikan Tuhan kepada Manusia, yang akan mencapai puncak aktualisasinya jika ia diperuntukkan sebagaimana keberadaannya yang ditetapkan
72
Tuhan baginya. Karena itu, ketika manusia belajar dan meningkatkan kecerdasan, didorong oleh hal-hal yang murni, manusia dan rasa ingin tahu (untuk sampai pada kebenaran), maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni, karena itu pula maka tak berlebihan jika dikatakan bahwa kecerdasan orang-orang dahulu berhasil melahirkan karya-karya brilian yang didedikasikan untuk kemaslahatan manusia. Ditengah-tengah gempurnya nilai-nilai globalisasi yang cenderung sekuler nilai-nilai spiritual sangat diperlukan dalam mengimbangi kecerdasan yang lainnya. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Untuk menanamkan Kecerdasan spiritual diperlukan peran penting dari lingkungan sekitarnya terutama keluarga yaitu orang tua. Orang tua tentu sangat mendambakan anak-anak yang bermoral, patuh, bertanggung jawab, berguna bagi masyarakat, punya kekuatan untuk menentukan pilihan, patuh, dapat menjalin hubungan baik dengan Allah dan manusia, serta kelak akan sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat. Firman Allah dalam QS. An-Nissa ayat 9:
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orangtua agar tidak meninggalkan anaknya dalam keadaan lemah. Lemah di sini adalah lemah disegala aspek baik itu fisik, mental, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya yang paling penting adalah lemah dibagian imannya. Anak yang lemah iman akan tercipta generasi
73
yang
tidak
berkepribadian.
Sebagai
orang
tua,
harus
memperhatikan
perkembangan anaknya dari berbagai aspek terutama masalah akidah anak. Seseorang tokoh Islam yang terkenal sebagai orang tua yang baik dan dapat diteladani oleh orang tua-orang tua diluar sana yaitu seorang tokoh yang diberi gelar al-Hikmah yang nam`anya disebut dalam Alquran yaitu Lukman alHakim. Lukman al-Hakim adalah seorang hamba Allah yang selalu taat kepadaNya, merasakan kebesaran dan kekuasaan-Nya di alam semesta ini adalah sikapnya yang selalu bersyukur kepada Allah. Ia merasa dirinya sangat tergantung kepada nikmat Allah dan merasa dia telah mendapat hikmah dari-Nya. Dengan demikian, Lukman al-Hakim adalah seorang yang dianugerahi Allah hikmah karena ketaatannya kepada Allah. Selain sebagai hamba yang taat kepada Allah ia adalah sosok orang tua yang sangat perhatian kepada kecerdasan spiritual anaknya. Melalui nasihat-nasihat lembutnya ia mendidik spiritual anaknya. 2. Kecerdasan Spiritual Anak dalam QS. Luqman Menurut Kajian Tafsir AlMishbah. a. Menanamkan Ajaran Tauhid ( Mengenal Allah) Upaya pertama yang dilakukan orang tua untuk membentuk pribadi yang beriman adalah menanamkan ajaran-ajaran tauhid (ketuhanan). Sebagaimana yang dilakukan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya di ayat 13 perintah pertama yang diberikan Lukman al-Hakim kepada anaknya adalah larangan untuk tidak menyekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang
74
wujud dan keesaan Allah. Redaksi pesannya berbentuk larangan jangan menyekutukan untuk menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa larangan Lukman disini merupakan isyarat untuk menyembah hanya kepada Allah. Menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhidi serta berprinsip hanya karena Allah Swt. kecerdasan spiritual erat kaitannya dengan Tuhan. Penekanan pada aspek kecerdasan spiritual sangat beralasan, mengingat kecerdasan spiritual yang memadai maka aspek-aspek kecerdasan lain bisa diarahkan kepada fungsionalisasi diri sebagai hamba Allah dan Khalifah dimuka bumi. Dalam kacamata Islam anak dilihat dari eksistensi manusiawinya memiliki fitrah, yakni tauhid, yang secara potensial dapat dikembangkan sebagai hamba sekaligus khalifah dimuka bumi.81 Manusia adalah ciptaan Allah yang paling indah, sehingga Allah memberikan potensi (fisik, emosi, dan spiritual) kepada manusia agar mampu melakukan yang terindah dan terbaik. Firman Allah Swt dalam QS. Shaad ayat 72:
Sejak saat kelahirannya yang pertama, fitrah keimanan kepada Allah sudah menetap dalam diri seorang anak, dan terbentuk atas agama yang lurus, yang 81
Ari Ginanjar Agustian, op, cit., h. 57.
75
merupakan perkara yang menuntut perhatian dari orang tuanya. Dalam sebuah riwayat mengatakan: “Setiap Bayi terlahir atas fitrah, hingga kedua orang tuanya lah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani.” Dalam
Islam
ketika
bayi
lahir,
seseorang
dianjurkan
untuk
mengumandangkan adzan ditelinganya. Maknanya sangat besar. Diumpamakan bayi ibarat kaset yang kosong yang belum merekam apapun. Tujuan adzan yang dikumandangkan di telinganya agar kalimat-kalimat Allah itu lah yang terekam lebih dahulu sebelum merekam kehidupan lainnya. Dengan perekaman itu proses kehidupan yang dijalaninya akan memiliki emosi dan spiritual hanya bertujuan kembali kepada Allah Swt. tidak ada yang lain. Sebagaimana ikrar makhluk sebelum dilahirkan di alam ruhiyah. Dan itu merupakan penekanan yang amat penting ketika ia dilahirkan di dunia dan untuk proses kehidupan selanjutnya. Sebelum manusia lahir, ia telah mengislamkan dirinya dan mengakui hanya Allah lah Tuhannya. Firman Allah dalam QS. Shaad ayat 20:
Orangtua yang sungguh-sungguh menginginkan masa depan putranya, dan tidak menghendaki putranya menjadi seseorang yang membuat kerusakan dimuka bumi. Maka keduanya harus bersama-sama membangkitkan naluri keagamaan dan keimanan kepada Allah terhadap anak mereka. Sangat penting menanamkan ajaran tauhid kepada anak sejak dini. Karena dengan menanamkan Doktrin Tauhid keadaan emosi anak akan terkendali
76
sehingga akan membangkitkan kecerdasan spiritualnya. Output yang kemudian dihasilkan adalah nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kedamaian, kreativitas, kepercayaan, kasih sayang, kesucian hati, sifat pemelihara, pemaaf, sifat memberi, berilmu, empati, bijak, penyantun dan lain-lain. Karena dengan mencintai Allah, maka secara otomatis kita akan mengenal sifat-sifat-Nya, seperti yang menjunjung tinggi nilai kasih sayang, kejujuran, keadilan dan pemelihara kedamaian. Dengan berprinsip kepada Tauhid anak akan mampu menciptakan kestabilan emosi yang paripurna, sehingga mampu mengeluarkan potensi suara hati spiritual yang berada dalam God Spot (SQ). 82 Imam Qurthubi berkata: Jiwa yang tenang adalah jiwa yang tenang dan yakin bahwa Allah Swt. Tuhannya dan tunduk untuk itu.83 Firman Allah dalam QS. Ar-Ra’du ayat 28:
Dengan tertanamnya pendidikan Tauhid dalam diri seseorang maka dapat dipastikan kecerdasan spiritualnya akan meningkat. Karena dengan pendidikan Tauhidlah kita mengenal siapa Tuhan kita dan beribadah hanya kepadaNya yang maha Esa. Jika kita sudah menjadikan Allah sebagai pegangan dan tujuan hidup kita maka senantiasa kita akan hidup bahagia di dunia dan di
82
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2007), h. 202. 83 M. Ilham Marzuq, Rahasia Kedahsyatan ESQ, (t.t : Thulis Media), h. 97.
77
akhirat. Dengan Tauhid terciptalah keadaan bathin yang tenang dan damai sehingga kecerdasan emosi kita pun akan terkendali. b. Shalat Dalam ayat ke-17 surah Luqman berisi perintah yang diberikan Lukman kepada anaknya untuk melaksanakan shalat. Shalat adalah anugerah terbesar dari Allah kepada umat manusia. Shalat adalah metode yang jauh lebih sempurna, karena ia tidak hanya bersifat duniawi namun juga bermuatan nilai-nilai spiritual. Di dalamnya terdapat sebuah totalitas yang terangkum secara dinamis kombinasi gerak (fisik), emosi (rasa) dan hati (spiritual). Tak ada satu kata pun dalam bahasa manapun yang dapat menyampaikan betapa luasnya makna shalat. Shalat merupakan
perpaduan
antara
shalawat,
doa,
munajat
serta
perpaduan
mengagumkan yang terjadi antara kepasrahan hati yang penuh dedikasi dengan gerak tubuh. Dalam shalat segenap eksistensi terlibat dalam satu peristiwa yang menggetarkan kalbu. Shalat berisi tentang pokok-pokok pikiran dan bacaan suara-suara hati itu sendiri. Contoh ucapan “Maha Suci Allah”, “Maha Besar Allah, Maha Tinggi Allah, Maha Mendengar Allah, dan Maha Pengasih dan Penyayang.” Ini akan menjadi suatu “reinforcement” atau penguatan kembali akan pentingnya suarasuara hati mulia itu yang sesungguhnya juga telah dimiliki dalam setiap dada manusia, sehingga sumber-sumber ESQ akan hidup untuk mencerdaskan emosi dan spiritual jiwa.84 Firman Allah Swt dalam QS. Al-Anfaal ayat 2 :
84
Ary Ginanjar Agustian, 2001, Op, Cit., h. 200.
78
Melakukan
shalat
secara
rutin
menciptakan
suatu
pengalaman,
pengalaman bathiniah dan pengalaman fisik. Shalat secara teratur sebanyak lima kali di samping akan memberikan suatu reinforcement, maka shalat akan membangun pula suatu pengalaman yang akan membangun dan menciptakan paradigma baru ke arah yang positif. Shalat sebagai tempat untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan pikiran dan pelaksanaan, shalat juga merupakan suatu mekanisme yang bisa menambah energi baru yang terakumulasi sehingga menjadi suatu kumpulan dorongandorongan dahsyat untuk segera, berkarya (beribadah) dan mengaplikasikan pemikirannya ke dalam alam realita. Energi ini akan berubah menjadi suatu perjuangan nyata dalam menjalankan misi sebagai rahmatan lil alamin. Shalat akan menghasilkan sumber daya manusia yang diilhami “Cahaya Tuhan” yang akan turut berperan untuk menerangi bumi.85 Shalat merupakan pengalaman religi, sosiologi, perilaku, didaktis dan historis dalam kehidupan anak. Oleh karena itu, disarankan kepada ayah jika anak sudah mencapai umur 7 tahun agar memotivasi anaknya untuk mengerjakan shalat. Setelah anak berusia 7 tahun, dan anak sudah teratur dalam menjalankan shalat, maka ayah harus tetap memantau dan mengingatkannya dari waktu ke waktu. Hingga berumur 10 tahun jika anak enggan melaksanakan shalat, maka 85
Ibid., h. 201-202.
79
ayah wajib menasehati dan mengingatkannya. Apabila anak tetap enggan melakukan shalat, maka marahilah dia dengan keras. Apabila anak masih enggan melaksanakan shalat, maka ayah dapat memukulnya dengan tanpa membahayakan anak.86 Hadits Rasulullah Saw:
ّ يَ ْعنَِ ْانيَ ْش ُك ِر- َح ّذثَنَا ُي َؤ ّي ُم ب ُْن ِى َش ٍاو َِار أَب ٍ ٌّ َح ّذثَنَا إِ ْس ًَا ِعي ُم َع ْن َس- ٍ ّ قَا َل أَبٌُ َدا ًُ َد ًَىُ ٌَ َس ٌّا ُر ب ُْن َدا ًُ َد أَبٌُ َح ًْ َزةَ ْان ًُ َزنِ َُّ ان- ََح ًْ َزة - َُّ ِصي َْرف ّ ال َرسٌُ ُل صهَ َللا- َِللا ٍ َع ْن َع ًْ ِرً ْب ِن ُش َع ْي َ َال ق َ َب َع ْن أَبِي ِو َع ْن َج ِّذ ِه ق ّ « ُيرًُا أَ ًْالَ َد ُك ْى بِان-عهيو ًسهى ين ًَاضْ ِربٌُىُ ْى َ ِصالَ ِة ًَىُ ْى أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسن َِين ًَفَرِّ قٌُا بَ ْينَيُ ْى ف َ َِعهَ ْييَا ًَىُ ْى أَ ْبنَا ُء َع ْش ِر ِسن 87
رًاه أبٌ داًد.» اج ِع َ ًَ ْان ِ ض
Fungsi shalat dalam SQ: 1) Sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh sang pencipta jiwa manusia. Ketika shalat, manusia disuruh untuk melafadzkan dan memuji sifat-sifat Allah. Firman Allah dalam QS. Thaaha ayat 14:
2) Manusia adalah sebuah entitas makhluk yang sempurna, yang diciptakan oleh Sang Maha Pemilik Kesempurnaan. Ia adalah khalifah dimuka bumi. Kualitas yang begitu sempurna atas 86
Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung jawab ayah Terhadap Anak-anak laki-laki, (Jakarta: Gema Insani Press, tth), h. 111. 87
M. Nashiruddin al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud Jilid 1, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2006), h. 198.
80
pemberian-Nya. Hal tersebut harusnya mampu dirasakan serta disyukuri lewat aktivitas shalat. Aktivitas yang mengajak manusia untuk
menuju dimensi
murni
yang begitu suci, menuju
keperbendaharaan tersembunyi, untuk menyatu dengan dirinya. Firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 78:
3) Shalat bukanlah sekedar gerakan ritual yang dilakukan manusia sendirian, akan tetapi sesungguhnya gerakan itu mengikuti alam semesta yang setiap detiknya bertasbih memuji Allah yang Maha Esa. Saat itulah manusia melakukan shalat bersama dengan bumi, bintang dan matahari. Dan ketika manusia melakukannya dengan serasi dan tepat waktu, yaitu saat yang telah ditetapkan dimana saat itulah sebenarnya semua partikel dan zat menyatu dengan Sang Maha Tinggi, maka terciptalah sebuah keseimbangan harmonis, seperti keteraturan alam yang sempurna.88 Firman Allah dalam QS. An-Nuur ayat 41:
88
Ary Ginanjar Agustian, 2007, op, cit., h. 278.
81
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Pada hakikatnya shalat adalah alat komunikasi antara kita dengan sang Maha Pencipta. Shalat mengandung dzikir dan munajat kita kepada Allah. Hanya dengan mengingat Allah lah hati kita bisa tenang. Apabila seseorang mampu melaksanakan shalat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mempercayainya sebagai khalifah dimuka bumi. Firman Allah dalam QS. Al-Hajj ayat 41:
c. Akhlak yang Mulia Islam mengajarkan kepada umatnya senantiasa berpegang teguh pada akhlak dan etika Islam dalam setiap aktivitasnya. Akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik itu dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan makhluk-mahkluk-Nya. Islam mengajarkan agar umatnya menjauhkan diri dari sifat yang buruk seperti menyakiti orang lain, takabur, sombong dan akhlak tercela lainnya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik didunia maupun diakhirat. Kedua ayat dalam QS. Luqman ayat 18-19 menunjukkan kepada etika pergaulan dengan sesama dalam hal dialog yang baik, meninggalkan kesombongan, penghinaan kepada orang lain, perintah untuk sederhana dalam berjalan dan penggunaan suara sesuai dengan kebutuhan.
82
Memperlakukan manusia dengan baik artinya tidak berbuat jahat kepada sesama, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Tuntunan akhlak ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tidak akan tertanam tanpa adanya upaya pelestarian dalam diri pemiliknya. Pembentukan akhlak yang baik harus ditanamkan sejak usia dini. Sebuah keharusan bagi ayah untuk mengarahkan anak-anaknya kepada etika dan akhlak yang baik, memberinya kesempatan untuk menerapkannya agar akhlak yang baik itu tertanam dalam diri anak. Dengan mengajarkan ilmu akhlak seseorang dapat menghilangkan kotoran dihati yang dapat menghalangi pemiliknya dari esensi ketuhanan.89 Dalam surah Luqman materi mengenai akhlak diletakkan setelah perintah ketauhidan dan kewajiban mengerjakan shalat. Karena dalam SQ akhlak disebut juga dengan EQ (Kecerdasan Emosional). Kecerdasan emosional akan terkendali jika seseorang sudah mempunyai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual yang matang akan semakin membuat manusia semakin manusiawi, dan membuatnya semakin dapat melengkapi fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia yang senantiasa ada bersama orang lain.90 Emosi adalah getaran pada kalbu yang terjadi akibat tersentuhnya spiritualitas seseorang. Emosi adalah sebuah signal yang berbentuk haru, sedih, kecewa, marah atau bahagia ketika suara hati spiritual tersentuh melalui singgungan pada God Spot. Dengan bermodalkan SQ, manusia mengabdi kepada 89
90
Adnan Hasan Shali Baharits, op, cit., h. 211.
Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 62.
83
Allah Swt. untuk mengelola bumi sebagai khalifah, misi utamanya semata mencari keridhoan Allah. Target utamanya adalah menegakkan keadilan, menciptakan
kedamaian,
membangun
kemakmuran
dan
lainnya
yang
berhubungan dengan hubungan sosial manusia.91 Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah Saw. dalam pribadi Rasulullah, bersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
Nabi Muhammad Saw. adalah seorang manusia yang mampu menciptakan “Budaya Islam” yang memiliki nilai-nilai harmonis antara kenyataan yang dihadapi dengan misi mulia yang dibawanya. Sikapnya yang penuh kasih sayang, membuat dirinya begitu dicintai banyak orang. Integritas dan kejujurannya yang tinggi menjadikan dirinya begitu dipercaya sehingga ia mendapat julukan AlAmin. Oleh karena itu, sebagai umatnya Rasulullah sebaiknya kita meneladani akhlak-akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah Saw. guna kemaslahatan hidup sebagai hamba Allah dan sebagai manusia sosial. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi itu akan terkendali jika kecerdasan spiritual sudah matang dalam diri. Dan kecerdasan emosi tidak bisa dicapai begitu saja tanpa ada yang menuntun atau memberikan arahan kepada
91
Ary Ginanjar Agustian, 2007, op, cit., h. 100.
84
kita. Dalam Islam kita mempunyai suri tauladan yang mulia yaitu Rasulullah Saw. yang memiliki akhlak-akhlak mulia yang bisa kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. 3. Metode Lukman al-Hakim dalam Mencerdaskan Spiritual Anak a. Metode Keteladanan Dalam QS. Luqman ayat 12 menerangkan bahwa Allah Swt. memberikan anugerah hikmah kepada Lukman. Para ulama mengajukan beberapa keterangan mengenai makna hikmah. Salah satunya hikmah dimaknai dengan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Yaitu ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat didukung oleh ilmu. Terlepas dari berbagai pendapat yang mengatakan bahwa Lukman seorang nabi atau bukan, Lukman adalah seorang yang patuh dan taat kepada Allah. Dengan demikian, materi pendidikan yang diberikan oleh Lukman kepada anaknya, sudah tentu dilandasi dengan ilmu dan sudah diamalkan. Rasulullah merupakan teladan bagi umat Islam. Aisyah pernah berkata bahwa akhlak Rasulullah adalah Alquran. Pribadi Rasulullah adalah interpretasi Alquran secara nyata. Tidak hanya caranya beribadah, caranya berkehidupan sehari-hari pun kebanyakan merupakan contoh tentang cara berkehidupan Islami. Sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam meneladani sikap Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi teladan yang baik bagi anak. Orang tua harus bisa memilih perilaku mana yang baik ditampilkan didepan anak baik itu dari segi perkataan ataupun perbuatan. Karena secara psikologis
85
anak ketika ia masih kecil cenderung meneladani dan meniru pendidiknya. Semua ahli pendidikan mengakui bahwa metode keteladanan merupakan metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan sosial anak. b. Metode nasihat Kata يعظوdiambil dari kata ًعظyaitu nasihat yang menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata “Dia” berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh dengan kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anaknya. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang. Sementara Ulama memahami kata
ًعظ
dalam arti ucapan yang
mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa Lukman itu sebagai sang ayah yang menyandang hikmah itu terus-menerus menasehati anaknya dengan perkataan yang lemut dan kasih sayang sampai akhirnya sang anak mengakui Tauhid. Kata wa‟z itu dimaknai dengan dua makna: 1) Berarti nasihat, yaitu sajian bahasa tentang kebenaran dengan maksud mengajak orang yang dinasihati untuk mengamalkannya. 2) Berarti tadzkir (peringatan). Yang memberi nasihat hendaknya berulang kali mengingatkan agar nasihat itu meninggalkan kesan
86
sehingga
orang
yang
dinasehati
tergerak
untuk
mengikuti
nasihatnya.92 Kata
يَبُنَ ّي
adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya
adalah Ibny dari kata Ibnu yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Ayat diatas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.93 Nasihat hendaknya disampaikan dengan cara yang menyentuh kalbu. Itu tidak mudah. Akan tetapi, dengan keikhlasan dan berulang-ulang, akhirnya nasihat itu akan dirasakan menyentuh kalbu pendengarnya. Dalam sebuah hadits diceritakan : “Rasulullah Saw. menasehati kami dengan nasihat yang menyentuh, yang membuat hati kami bergetar, dan karenanya mata kami mengeluarkan air mata. Maka kami berkata,”wahai, Rasulullah, seakan-akan ia merupakan nasihat orang yang menitipkan, maka wasiatkanlah kepada kami”. Metode nasihat dalam pendidikan lukman diterapkan dengan penuh kasih sayang agar anak mudah menerima nasihat yang diberikan ayahnya. Penggunaan fi’il mudhari itu mengisyaratkan agar nasihat itu tidak dilakukan hanya sekali akan tetapi hendaknya nasihat itu dilakukan berulang kali. c. Metode Targhib dan Tarhib Pada ayat 16 menjelaskan bahwa sekecil apapun perbuatan manusia baik itu baik atau buruk Allah akan membalasnya. Dalam pendidikan ini dinamakan
92
93
Ahmad Tafsir, op, cit., h. 146.
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 298.
87
dengan metode targhib dan tarhib. Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. sebaliknya, tarhib adalah ancaman atas dosa yang dilakukan karena sudah melakukan kejahatan.94 Lukman al-Hakim menggunakan metode ini agar anaknya mengetahui bahwa semua perbuatan di dunia ini pasti dibalas oleh Allah Swt. pada ayat sebelumnya Lukman memerintahkan anaknya untuk mengesakan Allah dan berbuat baik kepada orang tua. dan di ayat ini lukman menekankan agar anaknya selalu berbuat baik karena Allah pasti akan membalas perbuatannya. d. Metode Pembiasaan Perintah shalat pun tidak lepas dari nasihat Lukman kepada anaknya. Pembiasaan ibadah shalat hendaknya diberikan kepada anak sejak dini, walaupun belum merupakan kewajiban baginya. Akan tetapi, hal ini untuk membiasakan dirinya untuk selalu mendirikan shalat. Sehingga ketika ia dewasa nanti ia akan terbiasa melaksanakan shalat. Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan pada peserta didik agar terbiasa mengamalkan ajaran agamanya. Seperti halnya pembiasaan shalat, Rasulullah Saw. memerintahkan kepada orang tua dan pendidik agar mereka menyuruh anaknya mengerjakan shalat ketika berumur tujuh tahun, sebagaimana sabdanya:”Suruhlah anak-anakmu shalat apabila ia sudah berumur tujuh tahun,
94
Ahmad Tafsir, op, cit., h. 147.
88
dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul dia jika meninggalkan shalat”. Penanaman kebiasaan yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. diatas, sangat penting dilakukan sejak dini dalam kehidupan anak. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, karena dengan pembiasaan itulah diharapkan
peserta
didik
dapat
mengamalkan
ajaran
agamnya
secara
berkelanjutan. e. Metode Amtsal Dalam surah Luqman ayat 16 ada contoh tamtsil untuk menjelaskan keluasan ilmu Allah Swt, yang meliputi segala sesuatu, baik yang besar maupun kecil, yang agung maupun yang hina dan Allah maha mengetahui terhadap sesuatu yang paling kecil yang berada ditempat paling tersembunyi. Sedangkan dalam ayat 19 ada contoh tamtsil, yaitu menyerupakan orang-orang yang mengeraskan suaranya (dengan berlebih-lebihan) dengan keledai. Kebaikan metode ini antara lain: 1) Mempermudah peserta didik memahami konsep yang abstrak 2) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.95
95
Ibid., h. 142