BAB II WSF SEBAGAI ARENA DAN AKTOR INTERNASIONAL NON-STATE
Ada dua bentuk globalisasi dalam dunia ini. Yang pertama globalisasi neoiberal dan yang kedua adalah apa yang disebut sebagai konter-hegemoni globalisasi yang telah menjadi penantang selama beberapa waktu.19 Menurut Boaventura de Sousa Santos, konter-hegemoni globalisasi neoliberal didefenisikan sebagai himpunan besar dari berbagai jaringan, inisiasi, organisasi dan gerakan yang melawan paham-paham ekonomistik, aspek sosial dan politik yang dihasilkan dari hegemoni globalisasi, menentang konsepsi mengenai pembangunan dunia, serta mengusulkan konsepsikonsepsi alternatif. Konter-hegemoni
globalisasi
neoliberal
memfokuskan
pada
perjuangan-
perjuangan yang melawan segala bentuk pengesampingan pada aspek sosial dan beragam upaya privatisasi sektor publik. Pengesampingan aspek sosial selalu ditemukan dalam produksi hubungan kekuasaan yang tidak setara. Konter-hegemoni globalisasi neoliberal berupaya untuk meretribusi ulang ketimpangan tersebut dalam aspek material, sosial, politik, budaya, dan sumber daya alam. Retribusi dalam hal ini didasarkan pada prinsip kesetaraan dan pada prinsip pengakuan perbedaan. Ini merupakan suatu usaha nekat dan perjudian dalam suatu perjuangan untuk relasi yang lebih setara dan otoritas kekuasaan yang tidak sewenang-wenang.
19
Santos, Boaventura de Sousa, Beyond Neoliberal Governance: The World Social Forum as Subaltern Cosmopolitan Politics and Legality, 2005, Hlm 1.
19
Konter-hegemoni
globalisasi
neoliberal
menyingkapkan
dirinya
sebagai
perjuangan politik dan hukum, yang dipandu oleh suatu gagasan bahwa hegemoni atas struktur serta praktik dari politik dan hukum dapat ditantang oleh prinsip-prinsip alternatif yang lebih adil. Kembali mengutip Boaventura de Sousa Santos, segala prinsip alternatif
dan
perjuangan-perjuangan
tersebut
dapat
disebut
sebagai
politik
kosmopolitan dan legalitas. Ada dua proses dasar dalam upaya konter-hegemoni globalisasi, yakni berupa, tindakan kolektif global melalui jaringan transnasional mulai dari lokal, nasional, maupun secara global, dan melalui perjuangan lokal atau nasional yang sukses mendorong reproduksi hal serupa di wilayah lokal lainnya atau berjejaring dengan perjuangan yang sama di beragam tempat.20 WSF adalah suatu arena dan aktor yang kurang-lebih memiliki jalur yang telah digambarkan dalam argumen di atas.
A. Profil WSF
Pada bulan Januari tahun 1999 setelah persiapan beberapa tahun, berbagai organisasi mulai mengorganisir kontra acara di Swiss di bawah spanduk Another Davos dan Anti-Davos.21 Anti-Davos pertama diselenggarakan bersamaan dengan WEF pada tahun 2000. Sedang di Brazil, suatu inisiatif konkret untuk acara masyarakat sipil di seluruh dunia muncul di awal tahun 2000.22
20
Ibid. Teivo, Teivainen, The World Social Forum: Arena or Actor, dipresentasikan di Latin American Studies Association (LASA), Dallas, 28 Maret 2003, hlm 3. 22 Ibid. 21
20
Inisiasi untuk mendirikan WSF diprakarsai oleh Oded Grajew, kordinator asosiasi perusahaan kecil Brazil (CIVES), dan Francisco Whitaker, sekretaris eksekutif komisi keadilan dan perdamaian dari keuskupan Brazil (CBJP), setelah berdiskusi dengan Bernard Cassen, presiden dari Association for the Taxation of Financial Transactions for the Aid of Citizens (ATTAC) dan Direktur surat kabar Prancis, Le Monde Diplomatique.23 Diskusi yang dilakukan oleh mereka menghasilkan tiga ide untuk rancangan pembentukan WSF.24 Pertama-tama, itu harus diadakan di Selatan, dan lebih konkret lagi berada di kota Brasil, Porto Alegre. Awalnya forum akan diadakan di Eropa. Namun, Bernard Cassen menunjukkuan bahwa penting untuk mengadakannya di selatan, terlebih khusus di Porto Alegre. Kedua, namanya harus World Social forum, mengubah dari satu kata milik musuh mereka yakni World Economic Forum. Ketiga, penyelenggaraan WSF harus diadakan berdekatan dengan agenda penyelanggaraan WEF, karena ini dianggap menarik bagi media. Banyak organisasi dari jaringan aktivis internasional mulai mendukung inisiasi seperti ini.25 Pada bulan Maret tahun 2000, secara resmi gagasan ini didukung oleh pemerintah kota Porto Alegre dan pemerintah negara bagian Rio Grande do Sul, yang saat itu dipegang oleh Partai Pekerja Brazil, Partido dos Trabalhadores. Raul Pont, walikota Porto Alegre yang menjabat saat itu menyambut rencana ini dengan antusias besar. Pemerintah negar bagian, Gubernur Olivio Dutra, juga kemudian memutuskan untuk mendedikasikan banyak waktu dan usahanya untuk membantu proses WSF.
23
Cassen, 2003. Teivo, Teivainen, Op.Cit., hlm 3. 25 Ibid., hlm 4. 24
21
Porto Alegre, ibukota Rio Grande do Sul, merupakan tempat sumbur bagi berkembangnya Partai Pekerja Brazil. Semenjak kekuasaan militer Brazil, kota ini merupakan pusat perlawanan.26 Partai Pekerja Brazil di kota ini memiliki asosiasi yang kuat dengan serikat buruh, organisasi katolik, gerakan perempuan, dan banyak bagian lain dari masyarakat sipil yang ada di Brazil.27 Porto Alegre merupakan pilihan brilian untuk menjadi tuan rumah WSF karena kultur politik yang mendukungnya, dibantu dengan pemerintah setempat yang bersedia untuk mengalokasikan beragam sumber daya demi melancarkan acara tersebut. Hal ini membedakan WSF yang diadakan di Porto Alegre dengan yang diadakan di kota-kota lainnya, karena memiliki perbedaan akar semangat perjuangan. Sayangnya, Partai Pekerja Brazil kemudian mengalami kekalahan dalam pemilahan gubernur berikutnya.28 Pemerintah negara bagian yang baru kemudian dipimpin oleh Germano Rigotto berasal dari partai PMDB. Dana untuk agenda WSF di tahun 2003 yang telah dianggarkan oleh pemerintah sebelumnya, kemudian dipotong oleh pemerintah yang baru. Meski Gubernur Germano Rigotto berulang kali mengatakan bahwa pemerintahan baru akan tetap sangat bersedia untuk menjadi tuan rumah agenda WSF, namun dalam kenyataannya lewat suatu ekspresi simbolik, dirinya justru meninggalkan acara WSF saat upacara pembukaan ketiga sedang berlangsung. 29 WSF mengidentifikasi diri di mata publik, sebagai, “Arena pertemuan terbesar dari civil society untuk mencari berbagai solusi bagi masalah-masalah kita bersama.
26
Ibid.
27
Ibid. 28 Ibid. 29 Ibid.
22
Dimulai pada 2001 di Brazil, WSF di tiap edisinya membawa ribuan partisipan dengan lebih dari seribu kegiatan (lokakarya, konfrensi, pertunjukkan aksi, dan sebagainya) dari berbagai tema (sosial, ekonomi solidaritas, lingkungan, hak asasi manusia, demokrasi, dan sebagainya).” Charter of Principles menjelaskan apa dan yang bukan proses dari WSF, visi dan misi dari yang tergabung di dalam WSF, serta aturan terpenting dari cara beroprasinya WSF.30 Organisasi Committee of Brazilian adalah penggagas dan yang mengorganisir WSF dapat diselenggarakan di Porto Alegre dari tangal 25 hinga 30 Januari 2001. Charter of Principles lahir dari hasil evaluasi pada forum pertama yang rupanya mampu untuk menaikkan berbagai harapan. Atas dasar ini, cukup perlu untuk membentuk suatu Charter of Principles yang dapat memandu dalam usaha mengejar inisiatif-inisiatif alternatif tersebut. Semua pihak yang ingin mengambil bagian dalam beragam agenda WSF setidaknya diharapkan mampu menghormati prinsip yang terkandung di dalam Charter of Principles. WSF tidak hanya terbatas pada beragam pertemuan akbar yang rutin tiap tahunnya dilakukan sejak 2001 di Porto Alegre hingga 2015 di Tunisia. Akan tetapi, WSF juga mencakup semua forum lain yang bersifat tematik ataupun regional. Beberapa forum tematik seperti Forum of Local Authorities, World Parliamentary Forum, World Education Forum, World Forum of Judges, World Trade Unions Forum, dan Forum of Sexual Diversity, juga merupakan bagian dari WSF.31 Forum tematik pertama diadakan di Argentina pada September 2002 dengan tema The Crisis of Neoliberalism in 30
https://fsm2016.org/en/sinformer/a-propos-du-forum-social-mondial/, (Diakses pada jam 12.41 WIB, 23 Maret 2016). 31 Santos, Op.Cit., hlm 18.
23
Argentina and the Challenges for the Global Movement and the Forum on Democracy.32 Di sisi yang lain, cukup banyak daftar forum-forum yang terjadi atas inisiasi WSF dalam ruang lingkup nasional maupun regional. Beberapa forum regional ataupun nasional yang berkaitan dengan WSF antara lain rangkaian edisi pertemuan Pan Amazonic Forum, European Social Forum, Africa Social Forum, dan Social Forum of the Americas.33 Dari beragam rintisan forum tematik ataupun forum regional, semua hal ini menggambarkan bahwa ada bermacam isu yang ditangani oleh WSF. Meskipun sesungguhnya beberapa agenda di atas tidak sepenuhnya dapat diklaim sebagai usaha dalam mengorganisir tindakan kolektif atas nama WSF sendiri, akan tetapi tindakan di regional maupun global yang dilakukan oleh jaringan gerakan dan organisasi yang merupakan bagian WSF, dapat dianggap sebagai suatu proses aktivitas yang dilakukan oleh WSF. Hal ini dapat dicontohkan pada pertemuan tahunan ketiga WSF tanggal 15 Februari 2003. Dalam forum tersebut diputuskan bahwa akan diadakan pawai global untuk melawan perang dan untuk perdamaian. Hal yang sama juga muncul dalam pertemuan tahunan keempat WSF, ditentukan bahwa pada tanggal 20 Maret 2004 adalah waktu untuk berdemonstrasi. Dalam aksi demonstrasi ini, berbagai jaringan gerakan keadilan global juga ikut dalam aksi demonstrasi. Melihat dari kondisi ini, dapat dikatakan bahwa jaringan-jaringan tersebut sepakat dengan apa yang diperjuangkan oleh WSF.34
32
Ibid. Ibid. 34 Ibid., hlm 19. 33
24
1. Struktur Keanggotaan WSF
WSF hanya berperan untuk menyatukan dan menghubungkan berbagai organisasi dan gerakan masyarakat sipil dari semua negara yang ada di dunia. Dalam Charter of Principles, WSF tidak berniat untuk menjadi suatu badan yang mewakili masyarakat sipil dunia. WSF merupakan suatu arena yang dibentuk oleh kordinasi kelompok-kelompok kecil yang menolak proses delegasi, menolak pembentukan tujuan khusus, dan justru lebih memilih tindakan langsung atau simbolik untuk suatu tindakan perwakilan politik, serta menolak bentuk organisasi massa hirarkis yang dipimpin oleh suatu delegasi.35 WSF tidak memiliki kepemimpinan pusat dan para pendiri WSF memutuskan untuk melarang siapa pun atau organisasi yang berbicara atas nama WSF.36 Agenda pertemuan di tiap forum WSF tidak diputuskan oleh badan WSF. 37 Akan tetapi, hal tersebut ditentukan dengan konsesus berbagai pihak. Tata kelola WSF tidak akan dapat dicapai tanpa adanya sumbangsih besar dari dekade sebelunya yang mempertemukan antara beragam NGO dan gerakan dalam berbagai agenda, seperti pada forum yang diselenggarakan di KTT PBB, dalam kampanye untuk pembatalan utang, serta mobilisasi menentang WT0, World Bank, IMF, dan G8.38 Pertemuan ini ternyata menciptakan jaringan informal dari orang-orang yang memiliki kekhawatiran yang
35
Aguiton, Christophe, Cardon, Dominique, The Coordination of International Civil Society and Uses of the Internet, dalam Eric Brousseau, Meryem Marzouki, & Cécile Méadel (editor), Governance, Regulation, and Power the Internet Cambridge, 2012, hlm 280. 36 Ibid. 37 Ibid., hlm 279. 38 Ibid., hlm 277.
25
sama. Semua jaringan dari orang-orang tersebut dengan kelemahannya masing-masing, namun dengan komunikasi yang rutin, menemukan kesepakatan bulat atas keprihatinan yang sama-sama dialami.39 Kesepakatan ini tidak dadasarkan pada diskusi formal dan tarik-ulur kepentingan semata. Namun yang terjadi lebih dari itu. Ini merupakan perkumpulan orang yang ingin mencari solusi bagi ketidakadilan yang diketahui dengan melakukan aksi nyata. Tata kelola pertama WSF adalah Brazilian Organization Committee (BOC), didirikan di Porto Alegre pada bulan Januari 2001. BOC adalah organisasi yang mengumpulkan beragam NGO seperti ABONG, IBASE, CJG, ATTAC-Brazil, CBJP, CIVES, dan dua organisasi massa, yakni serikat buruh Central Unica Trabalhadores (CUT) dan gerakan petani tanpa tanah Movimento Trabalhadores Rurais sem Terra (MST).40 Kemudian, BOC menyelenggarakan WSF pertama dan muncul sebagai pusat hirarki secara tidak langsung pada acara tersebut. Meski dapat dikatakan bahwa WSF memiliki heterogenitas yang kuat, aktor sentral dan figur utamalah yang sesungguhnya merepresentasikan bentuk baru dari Aktivisme semacam ini. Pada awal berdiri, WSF menerapkan struktur tata kelola tertutup.41 Menurut mereka, model tata kelola seperti ini lebih fleksibel, individualistik, dan lebih berorientasi pada perjuangan internasional.42 Pandangan mereka mengenai ketidakadilan yang memiliki beragam latar belakang dengan terekspresikannya hal tersebut di setiap edisi forum seperti sentimen anti-neoliberal, menentang perang, dan
39
Ibid. Ibid., hlm 285. 41 Ibid. 42 Ibid., hlm 286. 40
26
menentang Fundamentalisme, menunjukkan bahwa keputusan yang diambil dalam tiap isu melalui proses-proses informal.43 Untuk mendemokratisasikan tata kelola WSF, suatu International Council (IC) dibentuk pada bulan Juni 2001 setelah forum pertama berlangsung.44 IC memiliki legitemasi untuk mengambil keputusan utama WSF.45 Meski kemampuan itu secara komprehensif tidak dimiliki. Di Februari 2003 ada sebanyak 113 organisasi yang berada di dalamnya.46 Kemudian bertambah menjadi 162 pada tahun 2011.47 IC merupakan kunci yang membuka pintu masuk WSF lebih luas bagi beragam partisipan WSF. IC dianggap oleh sebagian kalangan memiliki jasa dalam memberikan kontribusa pada WSF berupa demokratisasi tata kelola WSF. Teknologi baru berupa alat komunikasi semacam internet merupakan alat yang tepat untuk kordinasi aktivis di seluruh dunia. Ini juga dipahami sebagai solusi organisasi untuk merancang cara-cara baru dalam mengambil keputusan. Merespon hal ini, WSF membangun jaringan di berbagai penjuru Bumi, membuat komunikasi internet menjadi vital.48 Milis, video streaming, serta situs resmi WSF bagi komunikasi antar jaringan, dibuat untuk mencoba menjembatani komunikasi di antara partisipan. Pada tahun 2005, dicetuskan inisiasi dari WSF untuk membuat daftar tema program yang dapat diusulkan dari berbagai jaringan yang tersebar di berbagai negara.49 Namun model seperti ini memunculkan kontradiksi. WSF adalah suatu arena yang 43
Ibid., hlm 277. Ibid., hlm 285. 45 Ibid., hlm 287. 46 Ibid., hlm 286. 47 Ibid. 48 Ibid., hlm 276. 49 Ibid., hlm 278. 44
27
begitu radikal terhadap pandangan horizontalis. Dengan adanya proses hirarkis seperti di atas, justru hal ini sangat memungkinkan terjadinya keselahpahaman dan kecurigaan yang tidak ada habisnya. Namun, di lain sisi bila setiap individu diberikan wewenang untuk ikut bagian dari komunikasi online tersebut, maka tarik-ulur wacana tersebut sesungguhnya juga tidak ada habisnya.50 WSF bukanlah suatu organisasi yang seperti dibayangkan pada organisasi lainnya. WSF bukan juga suatu aktor yang menjadi mesin produksi kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan di tiap-tiap wilayah oleh jaringannya. WSF memberikan ruang terbuka bagi inisiasi di berbagai belahan dunia untuk melakukan aksi inisiatif. Pernah WSF membuat suatu website berisikan peta dunia yang mampu untuk mengetahui di mana koalisi gerakan atau organisasi di sekitar wilayah mereka. 51 Alat ini dapat membantu untuk melakukan konsolidasi lokal lebih sering, yang memungkinkan untuk menelurkan inisiasi-inisiasi baru yang dapat diterapkan di masing-masing wilayah bersama jaringan yang ditemukan di wilayah sekitar. Bagi WSF, ini adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menerapkan proses horizontalis guna menyingkirkan praktekprakterk hirarkis.
2. Sumber Pendanaan WSF
WSF adalah suatu badan yang dalam melaksanakan berbagai kegiatannya juga mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh WSF tersebut bukan semata hanya 50
51
Ibid. Ibid., hlm 277.
28
mengandalkan hasil iuran yang dikumpulkan dari beragam organisasi di dunia yang mendukung agenda-agenda WSF. Meskipun pada kenyataannya tidak ada iuran semacam itu dalam WSF. Memang benar bila ada sebagian organisasi yang mendukung agenda-agenda WSF, turut mendukung pendanaan WSF dari awal berdiri hingga sekarang. Namun di luar dari bantuan tersebut, terdapat bermacam subyek lainnya yang juga menyokong sumber pendanan agar agenda-agenda WSF dapat terlaksana. Menurut Aspects of India’s Economy, WSF tidak transparan mengenai sumber pendanaan mereka.52 Apalagi bila melihat struktur WSF yang menunjukkan bahwa sejumlah organisasi melaksanakan beragam kegiaan yang semi-otonom, hampir sangat mustahil untuk melacak dana yang disediakan dari beragam lembaga pendanaan untuk segala kegiatan tersebut. Pada kurun waktu sejak berdirinya WSF di tahun 2001 hingga agenda WSF pada tahun 2003, beruntung Partai Pekerja Brazil mampu untuk memfasilitasi logistik dan memberikan pendampingan keuangan guna pembentukan WSF.53 Dalam Agenda WSF yang dilaksanakan di India, panitia menggalang dukungan dari semua anggota IC untuk membantu proses pengumpulan dana.54 Total perkiraan pengeluaran untuk WSF pada 2004 adalah 3,8 juta dolar AS.55 WSF India menempatkan premi yang tinggi pada mobilisasi dana dan mendukung penggunaan keuangan yang
52
http://www.rupe-india.org/35/app2.html, (Diakses pada jam 22.17 WIB, 4 April 2016). Blau, Judith, Marina Karides, The World and US Social Forums: A Better World Is Possible and Necessary, Brill, 2008, hlm 13. 54 https://www.nadir.org/nadir/initiativ/agp/free/wsf/wsfindia.htm, (Diakses pada jam 16.00 WIB, 18 April 2016). 55 Ibid. 53
29
hati-hati.56 Untuk kegiatan yang termasuk dalam WSF 2004 didanai oleh para partisipan, organisasi dari India General Council, lembaga kerjasama pembangunan, serta yayasan swasta dan melalui dana solidaritas dari seluruh dunia.57 Besaran tiap-tiap dana yang diberikan oleh subyek-subyek tersebut tidak dijelaskan dengan rinci. Pada agenda WSF 2006 diadakan di tiga tempat yakni di Mali, Pakistan, dan Venezuela. Hampir secara umum, dukungan pendanaan bagi agenda pada edisi kali ini berasal dari lembaga-lembaga yang telah mendukung agenda-agenda WSF yang telah berlangsung di tahun-tahun sebelumnya. Desentralisasi agenda WSF pada 2006 yang diadakan di tiga tempat setidaknya juga didukung oleh pemerintah tuan rumah setempat. Meski kadar bantuan di masing-masing tempat berbeda-beda. Sebagai contoh, Bamako, Mali, merupakan lokasi yang menjadi satu dari tiga kota yang menjadi tuan rumah pada WSF 2006. Pemerintah setempat juga terlibat dalam membantu mengelola agenda WSF di Bamako agar berjalan dengan sukses.58 Ini memang merupakan hal yang bagus karena WSF mendapatkan dukungan di sini. Akan tetapi, hal ini justru membuat para pemimpin forum di agenda WSF di Bamako tidak memilih untuk mengangkat ilustrasi eksploitasi ekstrim dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan internasional dan globalisasi neoliberal sebagai diskursus utama dalam agenda, karena hal ini dianggap berpeluang merusak hubungan dengan pemerintah Mali.59 Di sisi lain, ada Network Institute for Global Domcratization (NIGD) yang memiliki peran besar dalam menyokong pendanaan Progressive African 56
Ibid. Ibid. 58 http://www.cacim.net/bareader/pages/The%20Bamako%20Appeal6.html, (Diakses pada jam 10.13 WIB, 2 Mei 2016). 59 Ibid. 57
30
Librarian and Information Activists Gorup (PALIAct), yang merupakan kemitran dengan sekelompok pustakawan Afrika progresif dan pekerja informasi, agar dapat berpartisipasi dalam WSF yang berlangsung di Bamako.60 Hal yang serupa juga terjadi di Caracas, Venezuela. Dalam agenda WSF 2006, pemerintahan nasional Hugo Chaves menawarkan dukungan keuangan penuh serta menyediakan tempat untuk penyelenggaraan acara, dan tentu saja transportasi umum gratis bagi partisipan WSF.61 Berkaca pada hal ini, Venezuela merupakan contoh ideal bagi gambaran suatu negara yang mendukung WSF. Sedangkan satu tempat lagi yang ada di Karachi, Pakistan, forum yang rencanakan terselenggara pada bulan Januari justru ditunda hingga bulan Maret. Hal ini dapat terjadi akibat dampak dari gempa yang menimpa utara Kashmir. Forum di Karachi yang seharusnya terselenggara bersamaan dengan yang ada di Bamako dan Caracas ini, kurang mendapat dukungan dalam bidang keuangan bila dibandingkan dengan dua forum yang lain.62 Hal semacam ini kian diperparah dengan tragedi gempa yang baru saja terjadi. Kejadian tersebut membuat anggaran yang semestinya diperuntukkan untuk berlangsungnya agenda WSF, justru kemudian sebagian digunakan untuk keperluan bantuan terhadap para penduduk yang terkena dampak dari bencana gempa.63 WSF yang diadakan di Nairobi menghasilkan kesan yang buruk. Muncul komersialisasi air dan makanan yang melambung tinggi, kolusi yang terjadi pada tender hotel, hadirnya Militerisme, dan berbagai sikap otoriter yang muncul dalam WSF kali 60
Durrani, Shiraz, Information and Liberation: Writings on the Politics of Information and Librarianship, Library Juice Press, 208, hlm 296. 61 Blau, Judith, Marina Karides, Op.Cit., hlm 13. 62 http://www.countercurrents.org/wsf-pierre290406.htm, (Diakses pada jam 15.23 WIB, 1 Juni 2016). 63 Ibid.
31
ini.64 Sokongan pendanaan pada edisi kali ini hampir berasal dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi pada pendanaan dalam agenda WSF sebelumnya. Untuk menghadiri agenda WSF yang diadakan di Nairobi pada hari pertama, dibutuhkan biaya registrasi yang tinggi.65 Pada WSF kali ini memungkinkan operator jaringan ponsel serta perusahaan telekomunikasi, Safaricom dan Celtel, untuk masuk ke dalam proses WSF di Nairobi. Padahal target partisipan yang diharapkan menghadiri agenda WSF kali ini adalah orang Kenya yang termarginalisasikan dan berbagai kelompok lainnya untuk menjadi bagian pada WSF 2007. Agenda WSF ini berakhir dengan adanya tuduhan yang mengatakan bahwa panitia menggelapkan pendanaan bagi WSF sebesar 20 juta shilling.66 Di tahun-tahun awal proses berjalannya agenda-agenda WSF, pertanyan perihal keuangan sering dianggap sebagai hanya masalah teknis.67 Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, hal ini memunculkan perhatian yang lebih pada dimensi politik keuangan.68 Seiring berjalannya waktu, keindependenan WSF sebagai suatu arena ataupun aktor dapat tersusupi oleh kepentingan-kepentingan nasional yang berkaitan dengan barter sokongan pendanaan dan kekuasaan. Pada edisi WSF di tahun 2013, ungkapan yang menyatakan bahwa tidak ada kejelasan tentang seberapa besar anggaran dan seberapa banyak uang yang akan dihabiskan untuk kegiatan kembali muncul.69 Seorang anggota komite pengarah
64
http://cadtm.org/Critical-Reflections-on-WSF, (Diakses pada jam 14.42 WIB, 8 Juni 2016). Ibid. 66 http://cadtm.org/Critical-Reflections-on-WSF, (Diakses pada jam 14.42 WIB, 8 Juni 2016). 67 Ibid. 68 Ibid. 69 Ibid. 65
32
menyebut struktur dalam WSF sebagai organisasi, merupakan struktur hirarkis dengan mengusung demokrasi primitif.70 Dikatakan bahwa, “Orang-orang hanya tahu hak mereka untuk menuntut uang, akan tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk turut serta menggalang dana.”71 Di sini ditemukan fakta baru, bahwa pendanaan pada edisi-edisi WSF sebelumnya telah disediakan, namun tidak transparan untuk menunjukkan bersumber dari mana saja dana tersebut. Pada edisi kali ini sebelum terlaksana, tiap masing-masing komisi yang mengelola berbagai agenda tidak mendapatkan kejelasan tentang seberapa besar anggaran dan seberapa banyak uang yang akan dihabiskan.72 Masing-masing komisi hanya bergantung pada komite pengarah mengenai kejelasan anggaran mereka. Pihak yang berada di posisi untuk menggalang dana dan mendistribusikanya, kehilangan kepercayaan dari pihak-pihak yang berada di komisi.73 Kurang transparansinya dalam hal ini, pada akhirnya menghasilkan suatu bentuk hirarki organisasi. Pihak-pihak yang berada di komisi kehilangan kepercayaan pada penyelenggara dan menyalahkan karena telah mengkhianati cita-cita WSF sebagai gerakan horizontal dan inklusif.74
70
Ibid.
71
Ibid. 72 Ibid. 73 Ibid. 74 Ibid.
33
B. Visi dan Misi WSF
Berikut di bawah ini akan ditunjukkan seperti apa isi dari Charter of Principles,75 yaitu: 1. WSF merupakan tempat pertemuan terbuka untuk berpikir reflektif, debat demokratis beragam ide, perumusan proposal, serta pertukaran bebas dari pengalaman yang saling dihubungkan untuk tidakan yang efektif, oleh kelompok dan gerakan dari masyarakat sipil yang menentang neoliberalisme, dominasi dunia oleh modal, segala bentuk imperealisme, serta komitmen untuk membangun planetary society yang mengarah menuju hubungan bermanfaat antara sesama umat manusia dan Bumi. 2. WSF di Porto Alegre adalah suatu acara lokal yang memiliki waktu dan tempat tertentu. Semenjak dimulai di Porto Alegre, diproklamirkan bahwa "another world is possible" menjadi suatu proses permanen dari pencarian dan pembangunan alternatif-alternatif yang tidak dapat direduksi tanpa melupakan agenda-agenda yang ikut mendukung. 3. WSF adalah suatu proses dunia. Semua pertemuan yang diadakan merupakan suatu bagian dari proses yang memiliki dimensi internasional. 4. Alternatif yang diusulkan oleh WSF adalah berdiri menentang proses globalisasi yang diperintahkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional besar serta pemerintah dan lembaga internasional yang melayani kepentingan75
https://fsm2016.org/en/sinformer/a-propos-du-forum-social-mondial/, (Diakses pada jam 13.14 WIB, 23 Maret 2016).
34
kepentingan perusahaan tersebut. WSF dirancang untuk memastikan bahwa globalisasi dalam solidaritas akan menang sebagai suatu tahap baru dalam sejarah dunia. Hal ini akan menghormati hak asasi manusia universal, orang-orang dari semua warga negara dan negara, serta lingkungan, ditunjukkan melalui sistem internasional demokratis dan lembaga yang melayani keadilan sosial, kesetaraan, dan kedaulatan masyarakat. 5. WSF menyatukan dan hanya mengkoneksikan antar organisasi dan gerakan masyarakat sipil dari semua negara di dunia. Tidak ada niatan untuk menjadi suatu badan yang merepresentasikan masyarakat sipil global. 6. Pertemuan WSF awalnya tidak disengaja mengatasnamakan WSF sebagai badan penyelenggara. Tidak seorangpun. Oleh karena itu, WSF diresmikan atas nama satu edisi dari forum untuk mengekspresikan posisi yang telah diklaim bahwa semua muncul dari partisipan. Partisipan dalam forum tidak akan dipanggil untuk mengambil keputusan bahwa WSF akan berdiri sebagai suatu badan, baik menggunakan suara aklamasi pada deklarasi maupun penggunaan proposal untuk tindakan yang akan dilakukan semuanya, atau melalui jalur mayoritas dari pihak yang mengusulkan sebagai langkah membentuk posisi forum menjadi badan. Oleh sebab itu, bukan suatu kedudukan kekuasaan yang akan diperdebatkan oleh para partisipan dalam pertemuan. WSF juga tidak berniat membentuk satu-satunya pilihan yang bertujuan untuk hubungan timbal-balik dan berbagai tindakan oleh beragam organisasi dan gerakan yang berpartisipasi di dalamnya.
35
7. Namun, beragam organisasi atau kelompok dari organisasi yang berpartisipasi di dalam pertemuan forum harus terjamin haknya selama pertemuan berlangsung, untuk memusyawarahkan deklarasi atau tindakan yang mungkin telah diputuskan, apakah hal tersebut bersifat tunggal atau berkoordinasi dengan partisipan yang lain. WSF bersedia untuk menyebarkan keputusan tersebut secara luas dengan cara yang dimiliki, tanpa mengarahkan, hirarki, mencela atau membatasi, akan tetapi sebagai pemberi pertimbangan bagi organisasi atau kelompok dari organisasi yang membuat keputusan tersebut. 8. WSF adalah majemuk, beragam, non-konvesional, non-pemerintah, dan non-partai. WSF memakai suatu model desentralisasi, mengusung aktivitas saling terhubung antar organisasi dan gerakan yang terlibat dalam tindakan nyata pada tingkat yang dapat muncul dari lokal menuju internasional untuk membangun "another world". 9. WSF akan selalu menjadi suatu forum yang terbuka untuk kemajemukan, serta keragaman kegiatan dan cara yang melibatkan organisasi maupun gerakan yang telah memutuskan untuk berpartisipasi ke dalamnya. Ditambahkan juga bahwa, WSF memiliki keragaman dalam gender, etnis, budaya, generasi, dan kemampuan fisk, yang keseluruhan dari bagian tersebut mematuhi segala hal yang termakhtub dalam Charter of Prinsiples. Tidak ada representasi partai atau organisasi militer dalam forum ini. Para pemimpin pemerintahan suatu negara dan anggota legislatif yang menerima komitmen dalam piagam ini dapat diundang untuk berpartisipasi dalam kapasitas sebagai perwakilan diri sendiri.
36
10.
WSF
menentang semua
paham
totaliter
dan
pandangan
reduksionis ekonomi, pembangunan, serta penggunaan kekerasan sebagai alat kontrol sosial oleh negara. Forum menjunjung tinggi hak asasi manusia, praktik demokrasi yang sesungguhnya, demokrasi yang partisipatif, hubungan yang damai, kesetaraan dan solidaritas antar manusia, etnis, gender, serta mengutuk segala bentuk dominasi dan semua kepatuhan yang hanya ditujukan pada satu orang. 11.
Sebagai forum untuk debat, WSF adalah gerakan ide yang
menekankan pada refleksi dan sirkulasi transparan dari hasil refleksi tersebut yang terhindar dalam mekanisme dan instrumen yang didominasi oleh modal. Ini dimaksudkan untuk melawan serta mengatasi dominasi tersebut. Hal ini juga merupakan alternatif yang mengusulkan untuk memecahkan masalah tanpa pengecualian seperti ketimpangan sosial yang muncul akibat globalisasi kapitalis dengan rasis, seksis, dan dimensi perusakan lingkungan yang keseluruhan hal tersebut diciptakan secara internasional dan dalam negara. 12.
Sebagai suatu kerangka kerja untuk pertukaran pengalaman, WSF
mendorong pemahaman dan pengakuan timbal balik antar anggota dan gerakan, serta menempatkan nilai khusus pada pertukaran antara mereka, terutama dalam semua masyarakat yang membangun untuk pusat kegiatan ekonomi dan aksi politik dalam pemenuhan kebutuhan yang menghormati alam, di masa sekarang untuk generasi di masa yang akan datang. 13.
WSF berusaha untuk memperkuat dan membentuk tautan nasional
37
dan internasional baru antara berbagai organisasi dan gerakan dari masyarakat, baik dalam kehidupan publik ataupun swasta. Hal ini berguna untuk meningkatkan kapasitas perlawanan sosial non-kekerasan terhadap proses dehumanisasi dunia dan kekerasan yang digunakan oleh negara, serta memperkuat langkah-langkah kemanusian yang dilakukan oleh aksi gerakan dan organisasi. 14.
WSF adalah suatu proses yang mendorong para partisipan dari
beragam organisasi dan gerakan untuk menempatkan tindakan mereka dari tingkat lokal ke tingkat nasional dan mencari partisipasi aktif dalam ruang lingkup internasional. Tujuan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan agenda perubahan global serta mendorong praktek-praktek eksperimen pada pembangunan suatu dunia baru dalam solidaritas.
Melihat dari hal yang tertera di atas, ditunjukkan bahwa WSF adalah realisasi dari suatu himpunan forum yang diselenggarakan sesuai dengan Charter of Principles. Dari kutipan di atas telah diperjelas ihwal seperti apa WSF. Secara lebih spesifik dikatakan bahwa Charter of Principles adalah haluan penting bagi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh WSF kedepannya.
38
C. WSF Sebagai Arena dan Aktor Internasional Non-State
WSF merupakan contoh manifestasi yang paling berkelanjutan dari kemunculan suatu kelompok subaltern.76 Dalam tahap awal, akan ditemukan sedikit kesulitan untuk mengidentifikasi apakah WSF adalah arena atau aktor. Kebingungan ini dapat muncul karena, WSF dapat disebut sebagai forum bagi Civil Society Organization (CSO), International Non-Governmental Organization (INGO), sekaligus sebagai gerakan sosial itu sendiri. Muncul kekaburan dalam memahami WSF yang dapat menjadi arena sekaligus aktor. Namun, dengan meminjam argumen Boaventura de Sousa Santos, dalam definisi yang paling luas, WSF dijelaskan sebagai himpunan inisiatif dari pertukaran transnasional antara gerakan sosial dan NGO, mengartikulasikan perjuangan lokal, nasional, atau global, yang dilakukan terhadap semua bentuk penindasan dibawah atau dimunculkan oleh globalisasi neoliberal. Tujuan utama dari WSF adalah untuk menghasilakn ruang umum dan pertemuan di antara aktor heterogen yang kadang-kadang juga memiliki agenda yang bertentangan.77 Dari sini dapat dilihat bahwa WSF merupakan kerangka terbuka untuk mengartikulasikan aktor dengan pandangan yang berbeda.78 Sosialisasi dengan mengacu pada pluralitas dalam forum ini adalah tawaran utama dari WSF.79 Dari hal itu semua, tujuan beragam organisasi menghadiri WSF adalah untuk menentukan strategi
76
Santos, Op.Cit., hlm 18. Aguiton, Op.Cit., hlm 280. 78 Ibid. 79 Ibid. 77
39
mobilisasi kolektif macam apa yang dapat muncul.80 Berdasarkan peluang yang muncul ini, WSF memaksudkan dirinya untuk menjadi motor mobilisasi internasional yang baru.81 WSF sangat memungkinkan untuk menjadi suatu arena dan aktor sekaligus.82 Istilah yang kerap dikeluarkan oleh WSF adalah “gerakan dari gerakan”, memperlihatkan bahwa WSF dapat dianggap sebagai suatu aktor.83 Namun, pada kenyataanya, WSF justru memperlihatkan keengganan saat diminta untuk mengeluarkan suatu pernyataan politik.84 Sepertinya, menurut Teivo Teivanen, alasan yang membuat WSF enggan menjadi aktor politik yang eksplisit adalah karena, WSF sendiri tidak memilki prosedur internal memadai dalam formasi demokrasi yang kolektif. Oleh karena hal ini, tidak ada yang bisa sah mengklaim mewakili banyak gerakan yang tergabung dalam WSF. Dari hal ini, banyak yang cenderung menyimpulkan bahwa WSF tidak berencana untuk menjadi suatu aktor politik. Meski sesungguhnya WSF bisa saja untuk menciptakan mekanisme partisipasi demokratis dalam forum agar dapat mengekspresikan dirinya sebagai gerakan kolektif yang sah.85 Namun pada kenyataanya, hal tersebut belum diwujudkan. Di sisi lain, media massa cenderung melihat WSF sebagai pelaku politik itu sendiri.86 Sedangakan banyak panitia sejujurnya ingin mengecilkan peran WSF hanya
80
Ibid. Ibid. 82 Teivo, Teivainen, Op.Cit., hlm 10. 83 Ibid. 84 Ibid. 85 Ibid. 86 Ibid. 81
40
sebagai penyedia ruang bagi beragam organisasi untuk saling berinteraksi.87 Di setiap forumnya, WSF tidak mengeluarkan pernyataan resmi atau deklarasi ketika forum berakhir.88 Tidak ada statetmen khusus yang mungkin mampu untuk mengguncang dunia, yang mungkinkan saja mampu menyulut pergerakan berbagai organisasi di beragam belahan dunia untuk melakukan solidaritas terhadap isu-isu tertentu. Akan tetapi, WSF justru terlihat realatif netral mengenai beragam isu.
87 88
Ibid.
Ibid.
41