BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Sejarah Perkembangan Pariwisata Perkembangan pariwisata di dunia telah ada semenjak adanya perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Dan oleh sebab itu, kebutuhun akan perjalanan yang dilakukan haruslah terpenuhi, motivasi dan motif perjalanan wisata berbeda-beda, sesuai dengan ekonomi dan lingkungan masyarakat itu sendiri serta sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat sosial budaya mereka. Menurut beberapa para ahli, pariwisata dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingin tahuan, perasaan takut, gila kehormatan dan kekuasaan sehingga membuat mereka melakukan suatu perjalanan. Menurut World Tourism Organization (WTO) dan sekarang berubah namanya menjadi United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Mengatakan: Perkembangan atau sejarah pariwisata dibagi dalam 3 (tiga) jaman, yaitu: Jaman Kuno, Jaman Pertengahan, dan Jaman Modern. 1. Jaman Kuno a. Adanya dorongan untuk mengetahui adat istiadat dan kebiaaan orang lain, dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang politik dan perdagangan, dorongan yang berhubungan dengan agama, dll. b. Sarana dan dan fasilitas pada jaman ini untuk melakukan kegiata perjalanan sangat sederhana. Alat angkutan tersebut berupa binatang seperti kuda, onta, atau perahu-perahu kecil. Namun yang paling sering adalah perjalanan dengan jalan kaki berpuluh-puluh hingga beratusratus kilometer jauhnya. Seperti, pedagang Yunani ke Laut Hitam, Pedagang Visia ke Afrika , dll. i. Belum adanya badan-badan yang mengatur kepariwisataan. ii. Akomodasi yang digunakan masih sederhana. iii. Pengaturan perjalanan ditentukan individu, baik oleh perorangan maupun kaum-kaum.
2. Jaman Pertengahan a. Motifasi perjalanan lebih luas, selain perjalanan agama dan hal lainnya seperti di jaman kuno, motifasi juga berupa tujuan yang berhungunan dengan kepentingan negara dan motif menambah pengetahuan karena pada jaman ini sudah ada perguruan-perguruan tinggi. b. Pedagang pada jaman ini sudah tidak menggunakan sistem barter, melainkan cukup membawa contoh barang yang ditawarkan pada pekar-pekan raya perdangan, Seperti Aix-la-cappalle. c. Karena sudah seringnya perjalanan antar negara maka berbagai negara mengeluarkan aturan-aturan guna melindungi kepentingan negara, penduduknya dan wisatawan. d. Akomodasi yang bersifat komersil mulai ada meskipun bersifat sederhana. Demikian juga restoran guna memenuhi kebutuhan pelancong. e. Angkutan darat pada jaman ini tidak hanya kuda, melainkan kereta yang ditarik kuda maupun keledai. Sedangkat angkutan daratnya menggunakan kapal-kapal yang mulai besar. 3. Jaman Modern a. Pada jaman ini motif untuk melakukan perjalanan sudah banyak seperti pendidikan,kesehatan, penelitian, tugas negara, sekedar mencari hiburan dal lain-lain. b. Akomodasi tumbuh dengan subur serta dengan fasilitas semakin lengkap. c. Keharusan dan Formalitas para pelancong atau wisatawan harus membawa identitas diriyang lengkap sesuai aturan. d. Transportasi yang digunakan menggunakan mesin motor serta angkutan udara sehingga menempuh jarak jauh dengan waktu yang lebih cepat. e. Adanya badan atau organisasi yang menyusun aturan perjalanan. Dari beberapa perkembangan jaman tersebut, pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang sangat menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu Negara. Perkembangan tersebut menjadi sebuah gudang ilmu dalam perkembangan dunia pariwisata, berbagai macam pengertian maupun definisi tentang pariwisata dimana pengertian tersebut telah muncul di perancis pada akhir abad ke 17. Tahun 1972 maurice menerbitkan buku Petunjuk “The True For Foreigners Travelling In France To Appriciate Its Beealities, Learn The Language And Take Exericise,
menyebutkan: “... Ada duabentuk perjalanan, yaitu perjalanan besar dan kecil (Grand Tour dan Perit Tour )”. Pertengah abad ke-19 Jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar, keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana, tetapi sesudah Revolusi Industri Keadaan itu berbuah, tidak hanya golongan elit saja yang bisa berpariwisata tapi kelas menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad Ke-20 terutama setelah perang dunia II kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan peledakan pariwisata. Perkembangan terkahir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (Package tour).
2.2 Pengertian Pariwisata Menurut etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Pari dan Wisata. Pari yang berarti banyak, keliling, berputar-putar, berkali-kali, berulang-ulang sedangkan Wisata merupakan perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pariwisata dapat dikatakan perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam bahasa Inggris, pariwisata disebut dengan istilah tour sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kata kepariwisataan disebut dengan istilah tourism atau tourisme. Menurut definisi yang luas seperti yang dikatakan oleh Spillane (1985:5) mengungkapkan: “… Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.
UU No. 9 Tahun 1990 menyebutkan, bahwa: “… Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata”. Hunzieker dan Krapf (1892) dalam (Yoety,1996) juga mengatakan: “… Kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman tersebut tidak bersifat menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu”. Wahab dalam bukunya yang berjudul An Introduction on Tourism Teory mengatakan: Pariwisata adalah aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mengadakan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negara (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain, daerah tertentu suatu negara atau suatu benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya diaman ia memperoleh pekerjaan tetap, dan mengemukakan batasan pariwisata dalam tiga unsur, yaitu : 1. Manusia (Man), ialah orang yang melakukan perjalanan. 2. Ruang (Space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat dimana perjalanan wisata tersebutdilakukan. 3. Waktu (Time), yaitu waktu yang dipergunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal ini memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga biasa ditemukan pada berbagai disiplin ilmu lain. Menurut WTO (1999) mengatakan: Pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:
1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas. 2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan. 3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi. Definisi pariwisata juga mengandung beberapa pokok unsur seperti yang di katakan Richardson and Fluker (2004:5) menyampaikan: Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa pokok, yaitu: 1. Adanya unsur travel (perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain. 2. Adanya unsur tempat ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya. 3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju. Selain pengertian di atas, beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai Pengertian pariwisata, antara lain: Suwantoro (1997), mengatakan: “… Pariwisata adalah suatu proses kepergiaan sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang”. Pariwisata di jaman modern juga mengalami perubahan bentuk kebutuhan oleh manusia seperti dikatakan Fleuler, mengatakan: Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnyadidasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa. Sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang bersifat sementara dan tujuannya bukanlah untuk
mencari nafka tetapi untuk memenuhi kebutuhan refresing dan kesenangan, serta dilakukan dengan jangka waktu pendek, dan pelaku wisata atau wisatawan akan kembali ke tempat asalnya. Aktivitas ini tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung oleh beberapa komponen wisata seperti: akomodasi, restoran, sarana transportasi, dan lain sebagainya.
2.3
Pengertian Wisatawan Kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang. Secara umum wisatawan
menjadi subset atau bagian dari traveler atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seorang haruslah traveler atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveler, tetapi tidak semua raveller adalah tourist. Traveler memiliki konsep yang lebih luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari. Orang-orang menurut kategori ini sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai tourist. Berdasarkan pasal 5 Revolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) No. 870, dalam (Yoeti 1983: 123) mengatakan: “… Visitor atau wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu Negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjungi”. Defenisi Liga Bangsa-Bangsa juga menyebutkan motif-motif apa yang menyebabkan orang asing itu harus disebut wisatawan, yaitu:
1. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure) karena alasn kesehatan, keluarga dan lain sebagainya. 2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuanpertemuan (diplomatic, religius, administrative, ilmiah). 3. Orang ang mengadakan perjalanan bisnis (business). 4. Orang yang datang dalam perjalanan pelayaran pesiar (sea cruise). Selanjutnya Yoeti, (1996: 133-135) juga merumuskan bermacam-macam jenis pengunjung, beberapa diantaranya yaitu: 1. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung yang sementara waktu sekurangkurangnya tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut: a. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan. b. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena family reason visit friend and relative. c. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition ). d. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan sekolah. e. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara sebagai utusan bidang olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan bola. f. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan. 2. Pelancong (Excurtionist), yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu Negara yang tidak kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar. 2.4 2.4.1
Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata Pengertian Sarana Pariwisata Sarana pariwisata adalah kelengkapan yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam
menikmati perjalanan wisatanya. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985 :181), mengatakan: “... Sarana kepariwisataan adalah perusahaanperusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan
wisatawan”. Selanjutnya Yoeti, (1996:9-2) juga membagi sarana kepariwisataan menjadi 3 bagian,yaitu: 1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Touristm Superstructure ) Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan sangat bergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk dalam kategori ini ialah: a. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour bagi wisatawan seperti : Travel Agent, Tour Operator, Transportasi, dan lain-lain. b. Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana pergi, atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan yang memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata, misalnya: Hotel, Restaurant, Hostel Homestay, Cottage, Pension, dan lain sebagainya. 2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing Tourism Suprastructure) adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsi nya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan lebih dapat lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, seperti : fasilitas olahraga dan lainnya. 3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting Tourism Suprastructure) Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok, fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisatanya, melainkan agar supaya wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya .yang termasuk dalam kategori ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casino dan lain-lain. 2.4.2 Pengertian Prasarana Pariwisata Prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang memungkinkan proses kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan baik pula serta sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia mutlak dibutuhkan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya. Menurut Wahab dalam buku Yoeti, (1982:172) mengatakan:
Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam, yang termasuk dalam kelompok prasarana pariwisata adalah: a. Perhubungan diantaranya : jalan raya, jembatan, rel kereta api, stasiun, pelabuhan udara/bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus. b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, internet, telegraf, radio, televise, kantor pos. d. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas, klinik, serta rumah sakit.. e. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata. Seorang ahli pariwisata, Kreck dalam bukunya yang berjudul “International Tourism” mengatakan: “... Prasarana dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama Prasarana perekonomian seperti: pengangkutan, komunikasi, perbankan, dan lain sebagainya. Dan yang kedua Prasarana Sosial seperti: sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, faktor keamanan, dan lain sebagainya”. Sedangkan Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism Management” mengatakan : Prasarana dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Prasarana umum, seperti air bersih, jalan raya, listrik, dan lain-lain. 2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti kantor polisi, rumah sakit, kantor pos, dan lain-lain. 3. Prasarana kepariwisataan yaitu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada wisatawan diantaranya: a. Receptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan) b. Recreative and Supportive Tourist Plan (semua bentuk fasilitas olahraga) c. Residential Tourist Plan (fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan). Pembangunan prasarana pariwisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksebilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Disamping berbagai kebutuhan
yang telah disebutkan diatas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti apotik, pom bensin, pusat perbelanjaan, bank, dan lain sebagainya.
2.5
Pengertian Industri Pariwisata Jika mendengar kata industri kebanyakan orang akan merespon seperti
bangunan pabrik terstuktur, memiliki banyak buruh serta ada pengelolahan barang barang mentah menjadi barang siap pakai dari mesin mesin besar selayaknya di pabrik pada umumnya, tapi industri pariwisata dikatakan demikian karena di dalamnya terdapat berbagai aktifitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Dari itu maka perlu digarisbawahi bahwasanya industri pariwisata yang dimaksud disini ialah bentuk usaha-usaha jasa maupun barang yang dinikmati wisatawan selama melakukan perjalanan wisata kesuatu negara maupun daerah. Uraian di atas sesuai dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Yoeti (1996: 153) mengatakan: “… Industri pariwisata sebagai
kumpulan
dari
macam-macam
perusahaan
yang
secara
bersama
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan
pada
khususnya
dan
traveler
pada
umumnya,
selama
dalam
perjalanannya”. (Kusudianto Hadiroto, 1996 :11) juga mengatakan: “… Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah
maupun
swasta
yang
terkait
dalam
pengembangan
produksi
dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. Pengertian lain yang sejalan dengan uraian diatas tentang industri
pariwisata seperti yang dikemukakan Hunzleker dalam Pendit, (1994:38) yang mengatakan: “… Industri pariwisata adalah semua usaha dengan menggabungkan berbagai jenis produksi, penyediaan barang barang dan jasa seperti pelanyanan khususnya untuk orang orang yang senang bepergian”. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersamasama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveler selama dalam perjalanannya. Pengertian dari pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa maupun produk yang dijual ke wisatawan mulai dari meninggalkan tempat asal semula wisatawan hingga menuju tempat yang diinginkan atau tujuan akhir perjalanan wisatanya sampai lagi kembali ketempat tinggalnya semula. Agar kita dapat gambaran betapa banyaknya kebutuhan-kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan, jasa jasa yang ia gunakan pun pasti produk yang berbeda beda fungsi dan kegunaannya, untuk itu sangat diharapkan peranan penting dari industri pariwisata ini agar senantiasa wisatawan pun dapat terlayani sesuai pengharapan yang diinginkan. Adapun yang termasuk industri pariwisata adalah: Tour operation, Akomodasi, Transportasi, Toko, Kebutuhan pribadi, Toko souvenir, Money changer, Hiburan.
2.6
Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
2.6.1 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas, oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya darik wisata. Pengertian objek wisata secara umum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979, tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan pada Daerah Tingkat I menyebutkan: 1. Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan temoat atu keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi. 2. Atraksi Wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lainlain. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut. Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, pemerintah telah melakukan usaha pembenahan, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun dan merhabiliasi jalan-jalan menuju objek wisata.
Objek wisata juga harus memiliki kriteria agar dapat diminati para pengunjung. Seperti yang dikatakanYoeti, (1985 :164) menyebutkan: Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.
2.6.2 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi. Secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam tiga jenis: daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik buatan manusia. Objek dan daya tarik wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran
utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara. Menurut undangundang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan menyebutkan: Objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah: 1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan. Selanjutnya Yoeti (1996:174-176) mengatakan ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah: 1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah: Iklim, Bentuk tanah dan pemandangan, Hutan belukar, Flora dan fauna, Pusat kesehatan. 2. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan. 3. Tata hidup masyarakat (way of life) Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.
2.7.
Pengertian Ekowisata Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary
pada tahun 1811, yang menyatakan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Orang yang pertama kali membuat sebuah petunjuk perjalanan adalah Aimeri de Picaud yang mempublikasikan bukunya pada tahun 1130 tentang perjalannya ke Spanyol. Awalnya, perjalanan atau ekspedisi ilmu pengetahuan, studi antropologi dan budaya serta keinginan-keinginan untuk melihat bentangan alam yang indah.
Sampai pertengahan abad ke-12 pertumbuhan wisata sangat rendah. Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19 kebutuhan wisata mulai meningkat. Pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh revolusi industri. Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan, sementara Amerika memulai industri wisata tahun 1950-an. Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirkan, pada tahun 1984 sebuah
perusahaan
penerbangan
Amerika
Pan
America
World
Airways
memperkenalkan tourism class pada penerbangannya. Di sini, mass tourism mulai berkembang dengan adanya transportasi udara. Tujuan perjalanan mulai beralih ke negara berkembang. Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990 industri wisata dipandang sama nilainya dengan industri minyak. Perkembangan wisata secara besar-besaran pada awalnya diyakini tidak menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata sangat merugikan ekosistem, terutama ekosistem destination wisata setempat. Pertentangan dan pertumbuhan wisatawan yang besar dan tidak terkontrol telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai. Dampak tidak langsung lainnya diyakini eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada di daerah wisata. Ekowisata lebih populer dan banyak digunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Terjemahan yang
seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Defenisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) yang menyebutkan: “... Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat”. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pencinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefenisikan oleh (Eplerwood, 1999) sebagai berikut: “... Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan
bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata”. Dari defenisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini. Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefenisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang menyebutkan: “... Ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis”. Defenisi ini memberi penegasan bahwa aspek terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Hal serupa juga telah berkembang secara cepat dan luas dalam kegiatan bisniskepariwisataan dan muncul kemasan ecotourism. Gagasan ini menekankan keramahan terhadap lingkungan. Suatu kegiatan sekecil apapun harus dilaksanakan pada tempat yang tepat sesuai dengan perencanaan dan peruntungan ruang, karakteristik dan daya dukung ruang direncanakan secermat-cermatnya, dihitung kuantitas dengan kualitas dampaknya dan dilengkapi mekanisme pencegahan, pengolahan dan pemilihan dampak. Kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dampaknya sedemikian luas dan berbahaya atau bahkan tidak dapat diperkirakan, parsial maupun akumulatif jangka pendek maupun jangka panjang harus dibatalkan atau paling tidak
ditunda dan hanya kegiatan yang tidak berdampak atau skala dampaknya kecil yang boleh dilanjutkan. Kegiatan bisnis kepariwisataan yang bertolak dari kebijakan pertumbuhan ekonomi (economic growth) ternyata merupakan motor penghancuran lingkungan yang sangat menakutkan dorongan untuk memperoleh pertumbuhan yang setinggitingginya, dolar sebanyak-banyaknya, melahirkan desain gerakan kepariwisataan, dan telah menjadi kendaraan kolusi pemerintah pelaku bisnis, disengaja ataupun sekedar komando atasan untuk mengeksploitasi lingkungan (Putra, 2001:7).
2.7.1. Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata Hubungan ekotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ekotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan instansi yang mengelola ekotorism di daerah tersebut untuk dapat mengembangkan ekotourism dengan baik.
2.7.2. Hubungan Ekowisata dengan Masyarakat Masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan konservasi tersebut penting dan sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ekotourism yang berlokasi di tempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra sejajar
dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber daya alam setempat. Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling menguntungkan antara pengelola ekotourism dengan masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata tersebut, karena dengan mengikutsertakan masyarakat dalam ekotourism berarti menciptakan timbulan rasa memiliki masyarakat setempat sehingga masyarakat turut menjaga dan memelihara kelangsungan sumber daya alam yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan ekotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).