BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama ((make to common) )(Suprapto ,2009:7). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another). (Effendi,2002:30)
Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Pada binatang, komunikasi juga dilakukan dengan cara yang sederhana melalui tindakan - tindakan yang bersifat reflek. Menurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki
Universitas Sumatera Utara
departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.( http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi)
2.2. Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. (Effendy,2007:254)
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau SR theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat
Universitas Sumatera Utara
tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. (Effendy,2007:254) Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari teori psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Dua disipin ilmu ini memang mempunyai objek material yang sama yaitu manusia, yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut Stimulus-Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: •
Pesan (Stimulus)
•
Komunikan (Organism)
•
Efek (Response)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude yaitu bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semua.
Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting (Effendy, 2007:254), yaitu •
Perhatian
•
Pengertian
•
Penerimaan
Gambar 2. Proses S-O-R Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan Pemberitaan Crop Circle di Koran Kompas dan Waspada terhadap Kepercayaan Mahasiswa FISIP USU, Gambar di atas menunjukkan bahwa: 1.
Pesan (Stimulus), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah pemberitaan crop circle di Koran Kompas dan Waspada.
2.
Komunikan (Organism), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3.
Efek (Response), efek yang diharapkan dapat dicapai adalah adanya suatu kepercayaan yang fakta atau fiktif terhadap pemberitaan crop circle di Koran Kompas dan Waspada.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi - organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.
Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,
memproduksi
pesan,
dan
menyampaikannya
pada
khalayak.
Komunikasi Massa – salah satu jenis komunikasi, selain Komunikasi Intrapersonal, Komunikasi
Interpersonal,
Komunikasi
Kelompok,
dan
Komunikasi
Organisasi.(http://idwikipedia.org/wiki/komunikasimassa)
Perkembangannya dimulai dari:Abad Penggunaan Isyarat & Lambang. gerak tangan atau volume suara; Abad Berbicara& Penggunaan Bahasa –huruf mewakili bunyi ujaran; Abad Penggunaan Media Tulisan; Abad Penggunaan Media Cetakan – penemuan mesin cetak di Mainz, Jerman, oleh John Guttenberg tahun 1455 yang dianggap sebagai awal lahirnya komunikasi massa. Dari sinilah kemudian berkembang media massa –koran, majalah, buku, radio, televisi, film, dan internet. Definisi
Komunikasi
Massa
Komunikasi
dapat
dipahami
sebagai
proses
penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka
Universitas Sumatera Utara
sarana
tertentu
guna
mempengaruhi
atau
mengubah
perilaku
penerima
pesan.(Scholar,1996:172,203)
2.4.Teori Pesan
Littlejohn (1995) menguraikan bahwa teori pembuatan dan dan penerimaan pesan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis; penjelasan sifat, penjelasan keadaan dan penjelasan proses. Penjelasan sifat berfokus pada karakteristik individual yang relatif statis dan cara karakteristik ini berasosiasi dengan sifat-sifat variabel lain—hubungan antara tipe personalitas tertentu dan jenis pesan-pesan tertentu. Teori-teori ini memprediksikan bahwa ketika seseorang memiliki sifat-sifat personalitas tertentu, akan cenderung berkomunikasi dengan cara-cara tertentu pula. . (Little Jhon,1995:13-17)
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.(http://muhammadputrarinjani.blogspot.com/2010/06/tulisan-singkatteori-pesan-penilaian.html)
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). (http//inherent.brawijaya.ac.id)
Gambar 3. Model willbur scrhamm
Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : 1. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi). 2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
Universitas Sumatera Utara
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll.
Gambar 4. Model willbur scrhamm
Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya
feedback
adalah
suatu
cara
untuk
mengatasi
masalah
noise.
(http//inherent.brawijaya.ac.id)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif. Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm sebelumnya. Model
yang
ketiga
ini
disebut
juga
model
Osgood
dan
Schramm.
(http//inherent.brawijaya.ac.id)
Dalam Proses komunikasi harus ditentukan saluran-saluran yang dilalui, menurut Scoot M Cultip dan Allen dalam bukunya yang berjudul "Effective Public Relations" diuraikan beberapa faktor agar komunikasi berlangsung efektif yang dinamakan dengan "The Seven Communication", meliputi :
1. Credibility (keterpercayaan) Maksudnya antara komunikator dan komunikan terdapat rasa saling percaya. 2. Context (pertalian) Maksudnya komunikasi dapat terjadi kalau sikon setempat tidak ada gangguan antara komunikator dengan komunikan serta sarana / media komunikasi saling berkaitan. 3. Content (isi) Artinya komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini komunikan dapat memahami maksud komunikator sehingga komunikator merasa puas.
Universitas Sumatera Utara
4. Clarity (kejelasan) Adalah komunikator harus menyampaikan pesan / berita secara jelas istilahnya pun harus jelas sehingga tercapainya tujuan. 5. Continuity and consistency (kesinambungan dan konsistensi) Artinya komunikasi berlangsung terus dan pesan/berita tidak saling bertentangan 6. Capability
of
Audience
(kemampuan
pihak
penerima)
Maksudnya
komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikan (pihak penerima) dalam menerima pesan, agar tidak terjadi kesalah fahaman. 7. Channels of Distribution (saluran penerimaan berita) Artinya komunikasi harus menggunakan media / alat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum, misalnya media cetak (surat kabar, majalah) media elektronik (telepon, televisi). (Ruslan,2005:83-84)
2.5. Surat Kabar Sebagai Media Massa
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mengakses. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun teknologi. (http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar)
Sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, Surat kabar mengalami zaman keemasannya sekitar tahun 1690 hingga era kemunculan radio sekitar tahun 1920. MEnelaah pada sejarah perkembangan surat kabar di Amerika, Surat kabar
Universitas Sumatera Utara
pertama kali muncul pada tahun 1690 yaitu Koran Publick Occurances yang kemudian
dihentikan
penerbitannya
karena
telah
menerbitkan
fakta
yang
menimbulkan citra buruk bagi Raja PErancis yang terikat affair dengan istri putranya. Kemudian pada tahun 1721, James Franklin memulai tradisi dari sebuah pers independen diNegara ini. Di tahun 1729 Benjamin Franklin menerbitkan Pennyslavia Gazzete yang sukses dari semua surat kabar colonial. Di New York Weekly Journal pada 1733. NAmun setahun setelahnya ia dijebloskan ke penjara karena pada saat ini pers dikekang oleh penguasa. Namun, si sang istri, Anna tetap melanjutkan penerbitan ini. Hal ini juga menandai munculnya penerbit oleh perempuan. Kemudian muncul The Stamp Act dan The Alien Sediion Laws, aturan membayar pajak untuk setiap penerbit yang menerbitkan isu. Kemudian dikenal juga istilah penny press, Newspaper
Barons,
Yellow
Journalism,
dan
Jazz
Journalism.
(http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar)
Era Penny press dimulai pada tahun 1833 saat surat kabar menjadi semakin memasyarakat karena harganya murah. Perkembangan teknologi yang masif menyebabkan kecepatan produksi akan surat kabar meningkat dan biayanya menurun, era inilah yang kemudian disebut Penny Press dimana Koran bisa didapat dengan harga 6 sen saja dan mudah didapat dari penjaja di pinggir jalan. Newspaper Baroons adalah masa kejayaan surat kabar di Amerika yang terjadi di akhir abad 19 yang diprakasai oleh Joseph Pulitzer dengan memuat cerita komik secara rutin setiap minggunya. Yellow Journalism muncul akibat semakin besarnya bisnis. Pemberitaan yang dilakukan dalam era Yellow Journalism ini didasarkan pada sensasi, kriminal,
Universitas Sumatera Utara
skandal, gosip, perceraian, seks, bencana dan olahraga. Sedangkan, Jazz Journalism terjadi sekitar tahun 1919 dimana surat kabar menampilkan satu atau dua headline dengan
menekankan
unsur
seks
dan
kekerasan.
(http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar)
Perkembangan surat kabar secara teknologi dimulai dari penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Jerman pada era revolusi industri. Sehingga muncullah surat kabar dengan format yang seperti yang masih dapat dilihat sekarang ini, dicetak dalam beberapa helai kertas. Dibandingkan dengan fenomena saat ini, hampir semua surat kabar berlari untuk membuat web site dan banyak surat kabar telah menciptakan media baru untuk memperkenalkan kekuatan grafis, dan elemenelemen
video
untuk
edisi
Internet
mereka.
(http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar)
Dilihat dari bentuk fisiknya surat kabar merupakan media analog (media cetak). Pada bentuk standar Koran memiliki ukuran 8 dan 9 kolom ke samping. Sedangkan pada bentuk baru, memiliki ukuran 6 dan 7 kolom. Surat kabar merupakan teknologi dan media yang sangat aktual. Surat kabar juga menyajikan berita dan informasi yang singkat, padat dan jelas. Surat kabar hanya dapat dinikmati secara visual, yaitu menggunakan satu indera, penglihatan. Ini menjadikan surat kabar sebagai hot media dan tidak multitafsir. Surat kabar pun merupakan media yang praktis dan portabel.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelebihan dan kekurangan surat kabar antara lain:
1. Area pemasarannya luas yaitu mampu sampai ke pelosok daerah serta mempunyai distribusi yang fleksibel. 2. Harganya relatif murah. 3. Karakter yang kuat, karena memiliki berita-berita yang aktual sesuai dengan perkembangan pemikiran masyarakat yang semakin dewasa. 4. Mempunyai target pasar sendiri sesuai dengan khalayak pembacanya. 5. Memiliki ruang beriklan atau kolom khusus untuk produk. 6. Dapat dibaca dalam waktu yang singkat dan cepat. 7. Sangat kuat dalam mempengaruhi opini publik dan agenda setting. 8. Sangat dipercaya sebagai sumber informasi utama dalam perkembangan situasi dan kondisi dunia terkini. 9. Cara penyajian berita dan produknya tidak beraturan. 10. Kualitas cetak buruk. Berpengaruh pada iklan produk yang dibuat. 11. Medium statis, karena tidak dilengkapi dengan audio video. 12. Sering terjadi kesalahan cetak. 13. Karena kuat dalam pembentukan opini publik dan agenda setting, surat kabar saat
ini
sering
ditungangi
kepentingan
politik
pihak
tertentu.
(http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar).
Sama seperti buku, surat kabar merupakan media bacaan, sehingga hanya orang-orang yang melek huruf yang bisa membaca. Surat kabar juga identik dengan intelektualitas. Surat kabar juga merupakan media yang memiliki andil besar dalam
Universitas Sumatera Utara
membentuk masyarakat yang intelek dan kritis. Terlebih lagi surat kabar sangat berpengaruh pada perjuangan kemerdekaan negara-negara terjajah dan sangat memberikan andil besar dalam revolusi yang terjadi. Surat kabar menjadi sumber utama mengenai perkembangan terkini tentang dunia. Surat kabar pula yang banyak mempengaruhi opini publik. (http://lutviah.net/2011/01/14/mediasuratkabar)
2.6. Teori Efek Komunikasi Massa Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang sering disebut A-A Procedure atau Attention ro action Procedure. AIDDA merupakan akronim dari kata Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Keinginan), Decision (Keputusan), dan Action Tindakan). Dalam komunikasi massa teori AIDDA merupakan hal yang terpenting untuk membuat berita. Tahapan – tahapan dari AIDDA itu adalah 1. Attention (Perhatian), yaitu tahapan perhatian terhadap berita tersebut. 2. Interest (Minat), yaitu tahapan minat baca atau minat untuk mengetahui tentang berita tersebut. 3. Desire (Keinginan), yaitu tahapan keinginan untuk membaca, melihat, berita tersebut. 4. Decision (Keputusan),yaitu tahapan keputusan untuk menerima informasi tersebut media massa tersebut. 5. Action (Tindakan),yaitu tahapan tahapan dimana reaksi individu dalam menerima informasi tersebut. .(Effendy,2001:304)
Universitas Sumatera Utara
Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness). Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator (Effendy, 2007:34). Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) merupakan awal kesuksesan komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkn, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana
daharapkan
komunikator.
Dalam
proses
komunikasi
seorang
komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada
Universitas Sumatera Utara
komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampkuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendi, 2007:306). 2.7.Teori Kepercayaan Menurut fukuyama, bahwa kepercayaan merupakan produk dari komunitas – komunitas yang telah ada sebelumnya yang memiliki norma – norma atau nilai – nilai moral bersama. Ada beberapa elemen – elemen utama yang terkait dengan isu Trust, yakni kebijakan sosial dan Modal sosial. Dijelaskan juga oleh fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh didalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan
Universitas Sumatera Utara
kerjasama berdasarkan norma – norma yang dianut bersama – sama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan – aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan – hubungan juga bersifat kerjasama. .(fukunyama,2002:210) Norma – norma terdiri dari pemahaman – pemahaman, nilai – nilai, harapan – harapan dan tujuan - tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. norma – norma yang bersumber dari agama, panduan moral maupun standar – standar sekuler, seperti hal nya kode etik professional. norma – norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama. norma – norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan social. Fukuyama memandang Trust(kepercayaan) sebagai komponen ekonomi yang melekat dalam kultur yang ada pada masyarakat.Qianhong fu membagi tiga tingkatan trust yaitu : 1.
Pada tingkat individual, trust merupakan keyakinan individual, merupakan variabel personal sebagai karakteristik individu.
2.
Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan – tujuan kelompok.
3.
Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang berkembang menurut sistem sosial yang ada. (Jausari,2006:12)
Universitas Sumatera Utara
Trust dikedepankan dengan istilah kepercayaan , didefenisikan oleh fukuyama sebagai harapan – harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku koperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma – norma yang dianut bersama oleh anggota komunitas. .( repository.usu.ac.id)
Kepercayaan berasal dari kata percaya artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan focus dari segala pikiran, sikap dan perasaan. Dalam tingkah laku, perbuatan manusia selalu hati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar bahwa ketidak benaran dalam bertindak,
berucap
dapat
mencemarkan
atau
menjatuhkan
namanya.
(http://mfauzan.info/2011/05/22) Ada tiga teori tentang kebenaran yaitu : 1.
Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan – pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya setiap manusia pasti mati. Paul manusia. Paul pasti mati.
2.
Teori korespondensi’ teori yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung penyataan itu berkorespondesni (berhubungan dengan) obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
Teori pragmatis’ Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. (http://gerryhost.wordpress.com/2011/05) Dasar kepercayaan adalah kebenaran, sumber kebenaran adalah manusia.
Tingkat Kepercayaan itu dapat dibedakan atas : 1.
kepercayaan pada diri sendiri yaitu kepercayaan pada diri kita sendiri akan fakta yang ada dan yang mempengaruhi fakta pada diri kita sendiri
2.
kepercayaan pada orang lain yaitu kepercayaan terhadap informasi yang dipengaruhi oleh orang lain atau bisa dikatakan kita sudah percaya dengan kebenaran tentang informasi yang ada.
3.
kepercayaan pada pemerintah yaitu kepercayaan terhadap informasi yang diberikan oleh pemerintah akan tentang suatu kebenaran informasi yang ada.
4.
kepercayaan pada Tuhan yaitu kepercayaan yang hakiki yang bersifat mutlak. (http://mfauzan.info/2011/05/22)
Kepercayaan mesti diteliti untuk membedakan yang benar dengan yang dibuat-buat. Pemeriksaaan seksama akan menghindarkan kita mempercayai ilusi, mempercayai hal kosong tak berdasar. Sekedar percaya menunjukkan sikap ‘ignorance’ dan kemalasan intelektual. Kepercayaan dan pengetahuan memiliki derajat berbeda. Ada paling tidak 3 syarat agar kepercayaan bernilai sebagai pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, kepercayaan mesti didasarkan atas bukti. Tanpa bukti kepercayaan akan tetap jadi kepercayaan. Bukti akan menjadi konfirmasi bahwa kepercayaan itu bukan hasil karangan atau muncul dari awang-awang. Semakin kuat bukti, semakin layak kepercayaan itu menjadi pengetahuan.
Kedua, kepercayaan mesti konsisten. Agar menjadi pengetahuan, kepercayaan tak boleh berubah-ubah apalagi kontradiktif. Ketidakkonsistenan menunjukkan ada yang tidak beres pada bangunan kepercayaan. Apalagi jika kontradiksi itu begitu nyata dan saling meniadakan. Dalam kontradiksi, tak mungkin semua benar. Pun jika dipaksakan, kepercayaan akan kehilangan integritas dan tak bernilai.
Ketiga, kepercayaan tak boleh bertentangan dengan kepercayaan sebelumnya yang telah tervalidasi. Jika ada kepercayaan baru, dan kepercayaan itu berhubungan dengan pengetahuan yang telah tervalidasi, maka keduanya tak boleh saling bertentangan. Jika terjadi pertentangan, kepercayaan baru mesti dipertanyakan. Pengecualian bisa diterima jika kepercayaan baru ini disokong bukti kuat. Bukti baru bisa saja muncul sejalan berkembangnya pemahaman. Untuk mencapai derajat pengetahuan kepercayaan mesti didasarkan atas bukti, namun bukti tidak mesti tersedia 100%. Jika bukti hanya tersedia setengahnya, kepercayaan tetap bisa diterima menjadi pengetahuan akan tetapi dengan validitas yang lebih rendah. Sedikit bukti akan
lebih
baik
dibanding
tak
ada
bukti
sama
sekali.
.(http://syafrilhernald.com/2010/03/a)
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan juga tak mesti statis. Seiring perkembangan, yang dulu dianggap sebagai pengetahuan dengan validitas mencukupi, sekarang bisa saja harus direvisi atau digantikan dengan pengetahuan baru.
Tidak mengapa, justru seperti itu
seharusnya. Prinsip utama terletak pada prosedur pengujian dalam kapasitas kemampuan yang ada sekarang. Manusia senantiasa dinamis. Manusia modern mampu memahami sekaligus memecahkan pertanyaan yang menjadi misteri pada masa sebelumnya. Demikian pula manusia masa depan sewajarnya akan memiliki pemahaman lebih baik dibanding masa sekarang. Sebagian pengetahuan klasik bisa saja tetap valid, akan tetapi sebagian yang lain perlu ditinggalkan. Itu dicapai dengan pengujian menerus. Tak ada yang tetap selain perubahan itu sendiri. Karena dengan itu kita memastikan apa yang kita ketahui tak statis. ( http://www.wikipedia.org)
Universitas Sumatera Utara