BAB II TRANSFORMATOR
II.1
UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan frekuensi yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis, dimana perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. 1
Transformator merupakan suatu komponen yang sangat penting peranannya
dalam system ketenagalistrikan arus bolak-balik. Penemuan transformator merupakan suatu langkah maju dan besar bagi peningkatan efisiensi ketenagalistrikan. Hal ini dapat kita setujui dengan melihat contoh permasalahan listrik berikut. Misalkan jika daya listrik yang diperlukan suatu kota adalah 20.000 kVA, yang jaraknya sekitar 10 km dari pembangkit tenaga listrik. Dengan memperhitungkan : S = V.I. Dimana I berbanding terbalik terhadap V, Bila jaringan transmisi tersebut diberi tegangan rendah (misalkan 110 Volt), maka Arus yang mengalir adalah sebesar : S 20.000.10 3 = 181,81kA I= = V 110
1
Mochtar Wijaya, Dasar-Dasar Mesin Listrik (Jakarta: Djambatan, 2001), hh. 59-65.
Universitas Sumatera Utara
Arus yang besar akan menimbulkan rugi-rugi yang besar, yaitu P = I2R. Dimana arus yang besar akan membutuhkan penampang kawat penghantar yang besar yang tentunya tidak ekonomis karena memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk menyanggupi kebutuhan tersebut. Jadi, kerugian ini dapat diminimalisai dengan menggunakan transformator, dimana tegangan pembangkitan dinaikkan semaksimal mungkin, maka arus yang mengalir akan kecil, yang menyebabkan rugi-rugi daya yang kecil dan penampang kawat yang digunakan juga kecil, sehingga otomatis biaya yang diperlukan jauh lebih ekonomis dan tegangan dapat diturunkan kembali di ujung saluran ketegangan rendah dalam pendistribusian kekonsumen. Transformator yang dipakai pada jaringan listrik merupakan transformator tenaga. Disamping itu ada jenis-jenis transformator yang lain dan yang banyak digunakan pada umumnya merupakan transformator yang lebih kecil.
II.2
KONSTRUKSI TRANSFORMATOR Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus bahasan disini adalah transformator daya. Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal ada dua maam transformator, yaitu tipe Inti (Core type) dan tipe cangkang (Shell type).
Universitas Sumatera Utara
II.2.1 Tipe inti (Core Type) Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti, lilitan mengelilingi inti besi,seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Konstruksi transformator tipe inti (Core Type)
Bekerjanya Transformator menghendaki adanya fluks gandengan atau fluks bersama bolak-balik yang menghubungkan kedua kumparan yang menggunakan konsep induktansi bersama. Hal ini akan diperoleh pula bila digunakan inti udara tetapi akan jauh lebih efektif bila digunakan inti besi atau bahan ferromagnetic lainnya karena sebagian besar fluks akan terkurung dalam jalan tertentu yang menghubungkan kedua kumparan dan mempunyai permeabilitas yang jauh lebih besar dari udara.
Universitas Sumatera Utara
Konstruksi intinya umumnya bebrbentuk huruf L atau huruf U seperti gambar 2.2 berikut.
Lempengan bentuk L
Lempengan bentuk U
Gambar. 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U
II.2.2 Tipe cangkang ( Shell Type ) Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk dari lapisan inti berisolasi dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti. Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar didalam inti, rangkaian magnetik biasanya terdiri dari setiap laminasi tipis. Dalam jenis Cangkang kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dan inti berkaki tiga. Kebanyakan fluks berkurang dalam inti dan karena itu dirangkum oleh kedua kumparan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Transformator tipe cangkang (shell form)
Konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf F seperti Gambar. 2.4 berikut.
Gambar. 2.4. Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F
Universitas Sumatera Utara
II.3
PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).
Universitas Sumatera Utara
e=−N
Dimana :
dφ dt
……………………………………............………………..(2-1)
e = gaya gerak listrik (ggl) [volt] N = jumlah lilitan
dφ = perubahan fluks magnet dt Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).
II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal dan kumparan sekundernya merupakan rangkaian yang tidak dibebani (no load), maka akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoidal dan dengan menganggap kumparan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1 (induktif).
Universitas Sumatera Utara
Φ Φ
i0 V1
E1
N1
N2
i0
E2 V1
(a)
E1 (b)
Gambar 2.5. Transformator dalam keadaan tanpa beban
Arus primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal dalam rangkaian magnetic. .............................................................................(2-2) Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan sesaat dalam kumparan primer yang sama dengan (berdasarkan hokum Faraday) : ..................................................................(2-3) Dimana :
λ1 = gandengan fluks dalam kumparan primer. = fluks (disini dianggap semua terkurung didalam inti). N1 = jumlah lilitan dalam kumparan primer.
Dengan mensubtitusikan persamaan (2-2) dan (2-3) : ...........................(2-4) (tertinggal 90o dari )
Universitas Sumatera Utara
Pada kondisi maksimum, e1maks.=N1.ω.
maks,
dimana ω=2πf, sehingga harga
efektifnya : ...............................(2-5) Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat hubungan :
Dimana : E1 = GGL induksi di sisi primer (volt) E2 = GGL Induksi si sisi sekunder (Volt) V1 = Tegangan terminal di sisi primer (volt) V2 = Tegangan terminal di sisi sekunder (volt) N1 = Jumlah belitan di sisi primer N2 = Jumlah belitan di sisi sekunder a
= Perbandingan transformasi
II.3.2 Keadaan Transformator Berbeban Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, akan mengalir arus I2 pada kumparan sekunder, dimana :
. Arus beban I2 ini akan
menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2. I2 yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2`, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir
Universitas Sumatera Utara
Φ i2
i0 V1
E1
N1
N2
E2
Z1
V2
Gambar 2.6. Transformator dalam keadaan berbeban
pada kumparan primer menjadi : I1 = I0 + I2` (ampere) …………............................……...…………(2.6) Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga: I1 = Im + I2` (ampere) ………………...........................……...…….(2.7) Dimana : I1 = arus pada sisi primer I0 = arus penguat Im = arus pemagnetan Ic = arus rugi-rugi inti
II.4
RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya merupakan
Fluks Bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer (Ф1) atau mencakup kumparan sekunder (Ф2) saja dalam model rangkaian ekivalen yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan
Universitas Sumatera Utara
mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan fluks bocor Ф2 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian model rangkaian dapat dituliskan seperti gambar berikut ini :
R1
X1
i1
R2
i2
X2
i0 RC
V1
IM IC
E2
XM V1
N1
ZL
N2
Gambar 2.7. Rangkaian ekivalen transformator
V1 = I1R1 + I1X1 + E1 E1 = aE2 E2 = I2R2 + I2X2+ V2 I2 = aI`2 V1 = I1R1 + I1X1 + a(I2R2 + I2X2 + V2) V1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + aV2 V1 = I1R1 + I1X1 + a(aI`2R2) + a(aI`2X2) + aV2 V1 = I1R1 + I1X1 + a2I`2R2 + a2I`2X2 + aV2
V1 = I1R1 + I1X1 + I`2 (a2R2 + a2X2) + aV2 ……………....……….(2.8)
Universitas Sumatera Utara
V2
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang model rangkaian menjadi sebagai terlihat pada gambar berikut R1
X1
a2R2
i1
a2X2
i`2
i0 RC
V1
IM
IC
a2ZL
XM
aV2
Gambar 2.8. Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi seperti gambar dibawah ini : R1
i1
X1
a2R2
a2X2
i`2
i0 V1 RC
IM IC
a2ZL
XM
aV2
Gambar 2.9. parameter sekunder pada rangkaian primer
Maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut : Rek = R1 + a2R2 (ohm)………………………………….….………(2.9) Xek = X1 + a2 X2 (ohm) …...………………………..……………(2.10)
Universitas Sumatera Utara
Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar di bawah ini : Rek
i2 `
i1
Xek
i0 V1 RC
IM IC
a2ZL
XM
aV2
Gambar 2.10. hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.
II.5
2
RUGI – RUGI DAN EFISIENSI TRANSFORMATOR
Rugi Tembaga
SUMBER
Rugi Tembaga
KUMPARAN PRIMER
FLUKS BERSAMA
KUMPARAN SEKUNDER
Output
Fluks bocor Rugi besi Histeresis,Eddy current Gambar 2.11. Rugi-rugi pada transformator. 2
Zuhal, Dasar Tenaga Listrik (Bandung: ITB, 1991), hh. 34-35.
Universitas Sumatera Utara
II.5.1
Rugi tembaga (Pcu) Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai
berikut : Pcu = I2 R ………………….......………………………………...(2.11) Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.
II.5.2 Rugi besi (Pi) Rugi besi terdiri atas : Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai : Ph = kh f Bmaks1.6 watt ………………………......……………(2.12) Dimana : Kh = konstanta Bmaks = Fluks maksimum (weber)
Universitas Sumatera Utara
Rugi arus eddy , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan sebagai : Pe = ke f2 B2maks ……………………………………......………(2.13) Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah : Pi = Ph + Pe ……………………………………..…......………...(2.14)
II.5.3 Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai :
η=
Pout Pout …………….…………………………(2.15) = Pin Pout + ∑ rugi
dimana ∑ rugi = Pcu + Pi
II.5.3.1 Perubahaan efisiensi terhadap beban perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :
η=
V2 c oφ s V2 c oφ +s I 2 R 2 e k+
P1 …………………………..…………(2.16) I2
Melalui penurunan persamaan di atas bisa di cari nilai efisiensi maksimum untuk beban tertentu yaitu pada saat rugi tembaga = rugi inti
Universitas Sumatera Utara
II.6
TRANSFORMATOR TIGA PHASA
II.6.1 Umum Pada prinsipnya transformator tiga phasa sama dengan transformator satu phasa, perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem listrik satu phasa dengan listrik tiga phasa, yaitu mengenal sistem bintang (Y) dan delta (Δ), serta sistem zig-zag (Z), dan juga sistem bilangan jam yang sangat menentukan untuk kerja paralel transformator tiga phasa. Untuk menganalisa transformator daya tiga phasa dilakukan dengan memandang atau menganggap transformator tiga phasa sebagai transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir biasanya parameter tertentu (arus, tegangan dan daya) transformator tiga phasa dikaitkan dengan nilai
.
Transformator tiga phasa ini berkembang dengan alasan ekonomis, biaya lebih murah, karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah transformator satu phasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah transformator tiga phasa, lebih ringan dan lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan (menekan biaya pengiriman), pengerjaannya lebih cepat, serta untuk menangani operasinya hanya satu buah transformator yang perlu mendapat perhatian (meringankan pekerjaan perawatan).
Universitas Sumatera Utara
II.6.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar didalam inti, rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis konstruksi yang biasa dipergunakan di perlihatkan pada gambar 2.11 berikut ini.
Np1
Np2
Ns2
Ns1
Np3
Ns3
Gambar 2.12 Transformator tiga phasa Dalam jenis transformator tipe cangkang (Shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti. Kebanyakan fluks terkurung dalam inti dank arena itu di rangkum oleh kedua kumparan. Meskipun fluks bocor yang di rangkum salah satu kumparan tanpa diragkum yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai pengaruh penting pada perilaku transformator. Kebocoran dapat dikurangi dengan membagi – bagi kumparan dalam bagian – bagian yang di letakkan sedekat mungkin satu sama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Np1
Np2
Np3
Ns1
Ns2
Ns3
Gambar 2.13 Transformator 3 Phasa Tipe cangkang
II.6.3 K onstru ksi Umu m Trafo Dist ribusi 3 ph asa
Gambar 2.14. Ko nst ruksi Umu m Trafo d ist ribu si 3 p hasa
Transformator distribusi tiga fasa terdiri dari bagian-bagian : 1. Busing Primer. 2. Indikator tinggi permukaan minyak.
Universitas Sumatera Utara
3. Penapas pengering. 4. Lobang untuk pembukaan. 5. Lobang untuk penarikan. 6. Kran untuk pemasukan/pengeluaran minyak. 7. Pelat nama. 8. Thermometer. 9. Tap trafo (alat untuk merubah tegangan).
Gambar 2.15. Konstruksi lengkap Trafo Distribusi.
Universitas Sumatera Utara
Tiap Transformator harus dilengkapi dengan name plate pengenal, terbuat dari bahan tahan cuaca, dipasang pada posisi yang mudah dilihat berisikan rincian seperti yang ditunjukan dibawah ini. Keseluruhan pelat harus bertanda yang tak mudah terhapus (misalnya dengan memahat, mencetak-cetak). Informasi yang diperlukan : a. Jenis transformator (misalnya: transformator, oto-transformator, transformator penguat dan sebagainya). b. Nomor spesifikasi. c. Nama pabrik. d. Nomor seri pembuatan e. Tahun pembuatan f. Jumlah fasa g. Daya pengenal (untuk transformator belitan banyak, ganda, daya pengenal tiap belitan harus diberikan, kombinasi pembebanan harus ditunjukan pula, jika tidak pengenal salah satu belitan merupakan jumlah daya pengenal belitan lainnya). h. Frekuensi pengenal i. Tegangan pengenal j. Arus pengenal k. Lambang hubungan 1. Tegangan impendansi pada arus pengenal (nilai terukur dan bila perlu, daya acuan). m. Jenis pendingin. (bila transformator mempunyai mempunyai cara
Universitas Sumatera Utara
pendingin keluaran yang brrbeda dari pengenalnya dapat ditunjukan oleh presentasi daya pengenal, misalnya ONAN/ONAP 100 % ) n. Massa keseluruhan. o. Masa minyak isolasi. Apabila nilai pengenal transformator lebih dari satu, tergantung dari hubungan yang berbeda-beda, dengan desain mengikuti kekhususanya, nilai-nilai pengenal perlu ditambahkan adalah plat pengenal. II.6.4
3
Hubungan Transformator Tiga Phasa
Dalam pelaksanaannya, tiga buah lilitan fasa dalam sisi primer dan sisi sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam – macam hubungan, seperti hubungan bintang, hubungan segitiga (delta) dan hubungan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y dan Δ- Δ, bahkan untuk kasus tertentu lilitan sekunder dapat dihubungkan secara berliku – liku (zig- zag), sehingga didapatkan kombinasi Δ-Z dan Z- Y. Hubungan zig – zag merupakan sambungan bintang “ istimewa”, hubungan ini untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan beban setiap phasanya tidak seimbang. A. Hubungan Wye - Wye (Y – Y) Jika tegangan tiga phasa dipasok ke transformator Y – Y, maka tegangan tiap - tiap phasanya akan saling berbeda 120o. Hubungan pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar berikut : 3
Mochtar Wijaya, Dasar-Dasar Mesin Listrik (Jakarta: Djambatan, 2001), hh. 106-113.
Universitas Sumatera Utara
R
r Np1
Ns1
S VLP
s
VΦp
Np2
Ns2
T
VΦs
VLS t
Np3
Ns3
Gambar 2.16 Transformator Hubungan Y – Y Tegangan primer pada masing – masing phasa adalah : …………………………………………….………….(2.17) Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada transformator adalah : =
= a ……………………………………….………….(2.18)
B. Hubungan Wye – Delta (Y – Δ) Beda phasa antara sisi primer dan sekunder sebesar 30o atau kelipatannya, yang jika hendak dihubungkan secara parallel, sisi sekunder transformator yang akan diparalelkan harus memiliki beda phasa yang sama. Digunakan sebagai penaik
Universitas Sumatera Utara
tegangan untuk sistem tegangan tinggi. Hubungan Wye – Delta dapat dilihat pada gambar berikut :
R
r VΦp Np1
VLP
Ns1 VΦs
S
VLS s
Np2
Ns2
T
t Np3
Ns3
Gambr 2.17 Hubungan Transformator Y – Δ Tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer. VLP =
VΦP …………………………….…………….………..(2.19)
Tegangan kawat – kawat sekunder sebanding dengan tegangan phasa. VLS = VΦS ……………………………………………………….(2.20) Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini : =
=
a ………………………………………………(2.21)
C. Hubungan Delta – Wye (Δ – Y) Umumnya digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan transmisi ke tegangan rendah.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Δ – Y pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada berikut: .
r
R VΦp Np1
VLP
Ns1
S
VΦs
VLS s
Np2
Ns2
T
t Np3
Ns3
Gambar 2.18 Hubungan Transformator Δ – Y Tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer. VLP = VΦP ………………………….…….……………….……..(2.22) Tegangan kawat – kawat sekunder sebanding dengan tegangan phasa. VLS =
VΦS ……………………………………………..……(2.23)
Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini : =
=
………………….……………………..………(2.24)
Universitas Sumatera Utara
D. Hubungan Delta – Delta (Δ – Δ) Gambar hubungan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
R
r VΦp Np1
VLP
Ns1
VΦs
VLS s
S Np2
Ns2 t
T Np3
Ns3
Gambar 2.19 Hubungan Transformator Δ – Δ Pada hubungan ini diperoleh : VRS = VST = VRT = VLN Maka :
VL – L = VL – N ………....................................................................(2.25) VRS = VST = VRT ………..............................................................(2.26)
Dimana :
VL – L = Tegangan Line to Line VL – N = Tegangan Line to Netral
Arus pada transformator tiga phasa hubungan delta : IL = Dimana :
IP …………….….............................................................(2.27)
IL = Arus Line IP = Arus Phasa
Universitas Sumatera Utara